Anda di halaman 1dari 9

BAHASA

INDONESIA
TEKS EDITORIAL

[Date]

Menganalisis Struktur dan


Kebahasaan
Menganalisis Struktur dan KebahasaanTeks Editorial

TLC SCK-SCB
Baca dan perhatikanlah struktur teks di bawah ini!

1. PERHATIKAN PETUNJUK!

Struktur Teks Editorial


Pernyataan Pendapat (Tesis)

Sudut pandang penulis mengenai masalah yang dibahas. Biasanya berupa sebuah teori

yang akan diperkuat oleh argumen berdasarkan fakta.


Argumentasi

Alasan atau bukti untuk memperkuat pernyataan dalam tesis.


Penegasan Ulang Pendapat (Reiteration)

Pendapat yang didorong oleh fakta di bagian argumentasi untuk menegaskan kembali

apa yang disampaikan dalam tesis dan argumen. Ini bisa berupa simpulan, saran /solusi

Perhatikan contoh menganalisis teks!

Vaksinasi Individu Berbayar


Teks Struktur & Kebahasaan
Indonesia terus berkejaran dengan waktu untuk

secepatnya menyelesaikan vaksinasi sesuai dengan pernyataan pendapat


target. Vaksinasi ialah salah satu strategi membentuk tentang percepatan program
kekebalan komunitas sehingga terbebas dari covid-19. vaksinasi

Sementara itu, vaksinasi ditargetkan 181.554.465 Argumen (alasan/bukti)

orang. Hingga 10 Juli sejak vaksinasi pertama digelar untuk memperkuat tesis

pada 13 Januari, baru 14.969.330 orang menerima

vaksinasi kedua dan sebanyak 36.193.076 menerima

vaksinasi pertama.

Patut diapresiasi keinginan pemerintah untuk Argumen (alasan/bukti)

mengejar kecepatan vaksinasi massal kendati menemui untuk memperkuat tesis

kendala. Target vaksinasi harian dinaikkan dari 1 juta

dosis per hari menjadi 2 juta dosis per hari.

TLC SCK-SCB
1
Mengejar target harus melibatkan seluruh Argumen (alasan/bukti)

komponen masyarakat. Karena itulah, sejak 18 Mei, untuk memperkuat tesis

pemerintah melibatkan perusahaan untuk menggelar

vaksinasi gotong royong bagi pekerja mereka. Dalam

program ini, perusahaan memberikan vaksin secara

gratis kepada seluruh karyawan mereka.

Mulai hari ini pemerintah memperkenalkan Argumen (alasan/bukti)

vaksinasi gotong rotong individu. Biayanya ditanggung untuk memperkuat tesis

individu bersangkutan. Harga pembelian vaksin

ditetapkan sebesar Rp321.660 per dosis dan tarif

maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp117.910 per

dosis. Total yang harus dikeluarkan individu untuk

vaksinasi penuh ialah Rp879.140.

Pelayanan vaksinasi individu oleh Kimia Farma Argumen (alasan/bukti)

Group itu merupakan upaya untuk mengakselerasi untuk memperkuat tesis

penerapan vaksinasi gotong royong dalam membantu

program vaksinasi Indonesia untuk mencapai herd

immunity secepat-cepatnya. Pada tahap awal program ini

baru menyentuh 6 kota dengan 8 klinik.

Harus diakui bahwa program vaksinasi gotong Argumen kontra atas

royong individu memicu polemik. Ada yang menyebut pemberlakuan vaksin

sebagai tindakan tidak pantas penjualan vaksin untuk berbayar

individu pada saat pasokan vaksin saat ini masih

terbatas.

Pemerintah menjamin vaksinasi gotong royong Argumen untuk

untuk individu menggunakan jenis vaksin yang berbeda memperkuat tesis tentang

dari vaksinasi program pemerintah. Sejauh ini vaksinasi percepatan program

gotong royong individu menggunakan produk vaksinasi

Sinopharm. Jauh lebih bagus pula bila pemerintah

memastikan produk Sinopharm yang dijual kepada

individu itu bukan berasal dari hibah negara sahabat.

Keterbukaan pemerintah niscaya mampu meredam

TLC SCK-SCB
2
polemik yang tidak perlu.

Kebijakan vaksinasi gotong royong individu patut Penegasan ulang terkait

didukung karena semakin banyak pilihan bagi pernyataan pendapat

masyarakat. Orang bebas memilih vaksinasi gratis yang tentang percepatan vaksin.

disiapkan pemerintah atau vaksinasi gotong royong

perusahaan. Pilihan lainnya, jika menginginkan

pelayanan yang lebih bersifat pribadi, menggunakan

vaksinasi gotong royong individu sesuai kemampuan

finansial personal.

Prinsip yang harus dipegang teguh ialah semakin Penegasan ulang terkait

banyak orang yang divaksinasi akan semakin bagus pernyataan pendapat

untuk mempercepat tercapainya kekebalan komunitas. tentang percepatan vaksin.

Tidak perlu dipersoalkan caranya, apakah melalui

vaksinasi gratis atau berbayar.

Eloknya lagi, kelak, vaksinasi gratis bisa lebih Penegasan ulang berupa

banyak disiapkan di puskesmas atau posyandu agar solusi

lebih dekat dengan masyarakat. Kalau mau

mendapatkan pelayanan bersifat personal di ruangan

berpendingin, silakan mendatangi rumah sakit dan bayar

sendiri. Karena itu, vaksinasi gotong royong individu

perlu dibuka seluas-luasnya, tidak terbatas pada Kimia

Farma Group.

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2377-
vaksinasi-individu-berbayar

2. PERHATIKAN PETUNJUK!

Ciri kebahasaan Editorial

Kata popular ialah dipakai oleh semua Kalimat retorik ialah kalimat sering
lapisan masyarakat, dalam percakapan digunakan untuk menyindir dan untuk
sehari-hari. mendukung sesorang. Kalimat ini
mengandung sebuah pertanyaan, namun
Terkait masalah tersebut, sampaikanlah pertanyaan itu tidak perlu dijawab.
kepada khalayak. Contoh:

TLC SCK-SCB
3
Akankah kita biarkan ini terjadi? Sekali-kali,
tidak!
Kata Ganti penunjuk tempat (sana, sini,
situ, ke sana, ke sini, ke situ, di sana, di Kata Ganti Penunjuk umum (ini, itu).
sini). Contoh:
Contoh: Laptop ini adalah pemberian dari ayah
Situasi di sini tidak memungkinkan untuk yang sangat berharga.
berkirim pesan dengan aman.

Kata Ganti Penunjuk hal (begini, begitu). Kata ganti "kita" agar pembaca terlibat
langsung pada topik yang dibahas.
Contoh: Keadaan begini yang selalu
membuat Heri cemas setiap bertemu
dengannya.

konjungsi kausalitas/sebab akibat (sebab, Kalimat persuasif (mari, sebaiknya,


karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, hendaknya, dukung, lebih perlu, dlI).
sehingga, maka).

Pernyataan mempertentangkan, ditandai dengan konjungsi pertentangan (tetapi,


melainkan, meskipun, walaupun) mengingat teks editorial bersifat bersifat pro dan
kontra.

Latihan soal menganalisis struktur dan ciri kebahasaan teks!

Contoh:
Harus diakui bahwa program vaksinasi gotong royong individu memicu polemik. Ada

yang menyebut sebagai tindakan tidak pantas penjualan vaksin untuk individu pada saat

pasokan vaksin saat ini masih terbatas.

Struktur Ciri Kebahasaan


Argumen kontra terhadap vaksinasi Kata penunjuk keadaan: saat ini

berbayar

Uji Pemahaman menganalisis struktur dan ciri kebahasaan !


a) Cermati cuplikan teks berikut!
Banyak cerita lain, tidak hanya di Jakarta, tapi juga di daerah-daerah lain

terutama di Pulau Jawa, yang kurang lebih menggambarkan hal yang sama. Lonjakan

angka penularan covid-19 yang teramat tinggi memang terjadi dan sebentar lagi

mungkin betul-betul akan melumpuhkan sistem dan kekuatan fasilitas kesehatan kita.

Penuhnya rumah sakit, bertumbangannya tenaga kesehatan adalah isyarat kuat

TLC SCK-SCB
4
negeri ini sedang dalam fase kegawatan maksimal.

Struktur Ciri kebahasaan

Pernyataan pendapat mengenai 1. Kata Populer: Kata "covid-19"


lonjakan penularan Covid-19 adalah kata yang populer
2. Kata Ganti Petunjuk Tempat:
Penggunaan kata "di daerah-
daerah lain" yang
menggambarkan Jakarta.
3. Kata Ganti Petunjuk Hal: "hal
yang sama" digunakan untuk
menjelaskan hal yang sesang
terjadi
4. Pernyataan Mempertentangan:
"teramat tinggi" dalam konteks
penularan Covid-19 dan
"keselamatan fasilitas
kesehatan kita"

b) Cermati cuplikan teks berikut!


Jakarta dan Indonesia sedang tidak baik-baik saja, itu sangat benar. Penyebaran

covid-19 sudah masuk fase genting, bahkan kritis. Lonjakan orang terpapar virus SARS-

CoV-2 teramat cepat, seiring dengan kian berkembangnya varian-varian baru virus

tersebut yang diklaim semakin berbahaya.

Struktur Ciri kebahasaan

Argumen mengenai penyenaran Covid- 1. Kata Populer: Kata "covid-19"


19 dan "SARS-CoV-2" adalah kata-
kata yang sangat populer
2. Kata Ganti Petunjuk Tempat:
"Jakarta" dan "Indonesia" Kata
Ganti Petunjuk Hal: "itu" kata
ganti untuk jakarta
3. Konjungsi Kausalitas: Konjungsi
"seiring dengan" untuk
menyatakan hubungan antara
penyebaran cepat Covid-19 dan
perkembangan varian-varian
TLC SCK-SCB
5
baru.

c) Cermati cuplikan teks berikut!


Pemerintah melalui penjelasan Presiden Joko Widodo, kemarin, memutuskan

akan tetap menerapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM)

mikro untuk menghadang laju penularan covid-19. Menurut Presiden, itu kebijakan

paling tepat untuk saat ini karena dinilai bisa mengendalikan covid-19 tanpa

mematikan ekonomi rakyat. Kenapa pemerintah tidak memilih pembatasan sosial

berskala besar (PSBB) atau lockdown? Tidak perlu kita mendebatkan dan

mempertentangkannya lagi karena sejatinya esensi dan substansinya sama. Yang

penting dan mesti kita ingatkan ialah substansi dan terutama implementasinya di

lapangan.

Struktur Ciri kebahasaan

Argumen mengenai penetapan PPKM 1. Konjungsi Kausalitas: "karena"


mikro digunakan untuk menyatakan
alasan mengapa PPKM mikro
dipilih sebagai kebijakan.
2. Pernyataan Mempertentangan:
Penjelasan mengenai mengapa
pemerintah tidak memilih PSBB
atau lockdown adalah
pernyataan yang
mempertentangkan dan
menjelaskan pilihan kebijakan
yang diambil.
3. Kata Populer: Kata-kata "PPKM
mikro," "covid-19," "ekonomi
rakyat," "PSBB," dan "lockdown"

d) Cermati cuplikan teks berikut!


Apa pun istilahnya, intinya ialah menguatkan pembatasan, memperluas

TLC SCK-SCB
6
penyekatan. Ingat, pendekatan apa pun yang dipakai untuk mengerem, tujuannya

tidak sekadar untuk melandaikan kasus, tapi lebih dari itu harus mampu memutus

rantai penularan. Pada titik ini, aturan detailnya harus terukur, penegakan aturannya

juga mesti tak setengah hati.

Struktur Ciri kebahasaan

Penegasan ulang untuk mencegah 1. Pernyataan Mempertentangan:


penularan Covid-19 Penjelasan tentang inti dari
pembatasan dan penyekatan
yang mengerem penularan
Covid-19 adalah pernyataan
yang mempertentangkan
dengan situasi sebelumnya.
2. Kata Ganti Petunjuk Hal: "itu"
pada pembatasan dan
penyekatan
3. Konjungsi Kausalitas: Frasa
"tujuannya tidak sekadar untuk
melandaikan kasus"
menandakan alasan di balik
tindakan pembatasan.
4. Kata-kata Populer: Kata "rantai
penularan" adalah kata yang
sering digunakan saat pandemi
Covid-19.

e) Cermati cuplikan teks berikut!


Di atas kertas, PPKM versi baru ala Pemprov DKI Jakarta itu tentu baik. Di

lapangan, harus dipastikan kebijakan itu berjalan tegak lurus. Bebas dari kompromi,

negosiasi, ataupun subjektivitas dalam penerapannya. Namun, harus diingat, aturan

itu akan berhadapan dengan kejenuhan masyarakat yang sudah semakin menumpuk

setelah dihajar pandemi setahun lebih. Ketika tidak ditegakkan dengan keras, hanya

gagah di lembar kertas, atau cuma garang di awal, pengendalian hanya akan jadi

mimpi. Si virus pun kian mudah menerjang sambil menertawakan kebebalan kita.

Struktur Ciri kebahasaan

Penegasan ulang mengenai program 1. Kata Ganti Petunjuk Tempat: "di

TLC SCK-SCB
7
PPKM

lapangan" menunjukan situasi


yang terjadi di luar teori atau
rencana.
2. Konjungsi Kausalitas: "ketika"
digunakan untuk mengaitkan
pengendalian yang gagal
dengan ketidaktegakan aturan.
3. Pernyataan Mempertentangan:
"gagah di lembar kertas" atau
"cuma garang di awal"
4. Kata-kata Populer: "pandemi"
dan "virus" adalah kata-kata
yang sering digunakan dalam
pandemi Covid-19.

TLC SCK-SCB
8

Anda mungkin juga menyukai