16-Article Text-44-1-10-20180424
16-Article Text-44-1-10-20180424
Pendahuluan
Jika kita melihat sejarah bahwa Nabi Muhammad sendiri memilih profesi pedagang
di masa mudanya dan bekerja sebagai agen Khadijah, seorang wanita kaya di Mekkah, yang
merasa amat terkesan dengan kejujuran, kebenaran, dan amanahnya, dan kemudian menjadi
suaminya. Sahabatnya, Abu Bakar dan Utsman Bin Affan berdagang pakaian sedangkan
Umar bin Khattab berdagang jagung. Nabi SAW menyuruh para pengikutnya untuk berlaku
adil dan jujur dalam transaksi komersial.1 Inilah yang menjadi dasar bahwa perdagangan itu
diperbolehkan dalam islam, sejarah mengajarkan kepada kita tentang bagaimana praktik
Nabi Muhammad ketika melakukan perdagangan, yang mana pada waktu itu karena
kejujuran, kebenaran, dan sifat amanahnya itu Nabi Muhammad diperkenankan untuk
menjualkan dagangan Khodijah dan membawa dagangan Khadijah ke negeri Syam. Secara
tidak sadar bahwa apa yang dilakukan Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita tentang
perdagangan internasional. karena nabi Muhammad pun melakukan perdagangan antar
negara, tentu tak secanggih pada zaman sekarang.
Perdagangan di awal peradaban manusia terlihat sangat sederhana. Saat itu setiap
kegiatan ekonomi dilakukan secara barter. Seiring dengan perkembangan teknologi,
terbentuknya spesialisasi, dan semakin banyaknya macam barang yang dibutuhkan manusia,
menimbulkan kondisi perdagangan semakin meluas. Hal itu menjadikan perdagangan tidak
hanya antar masyarakat di suatu daerah atau suatu negara, tapi meluas pada perdagangan
antar negara (perdagangan luar negeri) yang dikenal dengan sebutan perdagangan
internasional.2 Ini menyebabkan meskipun negara itu masih dikatakan berkembang bahkan
negara kecil sekalipun, tetap harus mengikuti perkembangan perdagangan yang kini sudah
1
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Jakarta: Kencana, 2012). 120
2
Ibid.
mencapai ranah internasional, dengan ikut andil melakukan perdaganga internasional dalam
hal ini yaitu ekspor dan impor. Maka negara tersebut akan bisa bersaing dengan negara-
negara lain yang sama-sama melakuan perdagangan internasional.
Perdagangan internasional memberikan keuntungan bagi negara, karena negara bisa
menjual barang-barangnya ke luar negeri. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan kekayaan
dan kesejahteraan penduduknya.3 Dengan begitu hubungan-hubungan antara suatu negara
yang melakukan perdagangan internasional akan mempunyai hubungan yang sama-sama
mempunyai tujuan untuk menciptakan efisiensi dalam menuju negara yang sejahtera dan
makmur.
Data menyebutkan bahwa total perdagangan internasional yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dalam bulan Januari sampai Agustus 2016 (dalam hal ini ekspor dan
impor) berturut-turut adalah 91,73 dan 87,35 dalam miliyar USD. 4 Melihat data tersebut bisa
ditarik sebuah konklusi bahwa pemerintah Indonesia lebih banyak menjual komoditinya ke
luar negeri dibandingkan mendatangkan komoditi dari luar negeri. Sehingga pemerintan
mempunyai surplus 4,38 milyar USD.
Data tersebut merupakan salah satu bukti kinerja pemerintah Indonesia untuk
mencapai negara yang makmur, efisien dan efektif. Mustafa Edwin Nasution Dkk dalam
bukunya bahwa efisiensi dan efektivitas merupakan landasan pokok dalam kebijakan
pengeluaran pemerintah, yang dalam ajaran islam dipandu oleh kaidah-kaidah syar’iyah dan
penentuan skala prioritas.5 Tentunya kaidah-kaidah tersebut menimbulkan perbedaan-
perbedaan yang signifikan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah terkait masalah
perdagangan internasional ini. Disini penulis mencoba untuk mengkomparasaikan unsur-
unsur perdagangan internasional yang dilakukan pemerintah ditinjau dari sudut pandang
konvensional dan islam (syari’ah). Sehingga akan didapatkan analisa perbedaan perdagangan
internasional dari sudut pandang konvensional dan Islam secara makro.
3
Ibid.
4
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia “Tabel Ekspor Impor” dalam http://www.kemendag.go.id/
diakses pada 05 Oktober 2016
5
Mustafa Edwin Nasution Dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2015). 223
6
Iskandar Putong, Economics Pengantar Mikro dan Makro Edisi 5 (Jakarta: Mitra Wacana Kencana, 2013). 361
7
Asfia Murni, Ekonomika Makro. 214
8
Ibid.
9
Kasmir, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2013). 135
10
Al-Quran (106:2)
11
Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas
dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari
penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang Amat besar dari Tuhan
mereka. oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada
mereka.
12
Ibid.
Dalam perdagangan internasional, ketika suatu negara melakukan ekspor dan impor,
maka dengan berjalannya transaksi tersebut mengandung unsur yang harus difahami bagi
pelakunya sekalipun itu antar negara. Seperti mengapa negara mau untuk melakukan
kerjasama dengan negara-negara lain, arah serta komposisi perdagangan yang dilakukan
antara beberapa negara, efek perdagangan internasional terhadap struktur perekonomian
negara, dan ada tidaknya keuntungan yang diakibatkan dari perdagangan antar negara. Teori
tentang perdagangan internasional yang dilakukan oleh beberapa ahli ekonomi dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu teori klasik dan teori modern. Teori yang
termasuk teori klasik adalah: teori absolute advantage dikemukakan oleh Adam Smith dan
teori comparative advantage oleh David Ricardo. Sedangkan teori modern dikemukakan oleh
Hecker dan Ohlin. Salah satu teori modern adalah teori faktor proporsi (Proportion factor).14
Dalam absolute advantage atau keuntungan dijelaskan oleh Iskandar Putong adalah
keuntungan yang diperoleh suatu negara baik karena keunggulannya atau kelebihan alamiah
(sumber daya alam) negaranya maupun karena kelebihan sumber daya manusianya sehingga
produksi menjadi lebih efisien dibandingkan dengan negara lainnya.15 Teori absolut
advantage ini didasarkan pada “labor theory of value” yang menyatakan nilai suatu barang
dikur dengan banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang.
Kelemahan teori ini adalah dalam asumsi yang dipakai yaitu: 16
1. Menganggap tenaga itu bersifat homogen dan mobilitasnya bebas, dalam kenyataannya
tidak demikian.
2. Menganggap tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi, sedangkan faktor
produksi bukan hanya satu.
Meskipun mempunya kelemahan, teori yang menggunakan ukuran tenaga kerja ini
mempunyai manfaat dalam mengembangkan konsep-konsep teori lainnya, antara lain:
1. Membantu menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep spesialisasi.
2. Membantu menjelaskan keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan oleh perdagangan.
Teori ini menurut Adam Smith dapat dijelaskan dengan asumsi behwa perdagangan
terjadi hanya antara dua negara dengan dua macam produk yang dihasilkan.17
Dengan syarat harga, produktivitas dan ongkos produksi sama. Berdasarkan data di
atas diketahui bahwa negara A menghasilka lebih banyak TV dibandingkan dengan negara B,
sehingga dalam hal ini negara A memiliki keuntungan mutlak dalam menghasilkan TV
terhadap negara B. Sementara negara B memiliki keuntungan mutlak untuk menghasilka
mobil.18 Dengan demikian jika kedua negara ini sepakat untuk melakukan perdagangan luar
negeri maka sebaiknya negara A mengekspor tv dan mengimpor mobil dari negara B, dan
14
Ibid., 216
15
Iskandar Putong, Economics Pengantar Makro dan Mikro. 363
16
Asfia Murni Murni, Ekonomika Makro. 217
17
Ibid.
18
Iskandar Putong, Economics Pengantar Makro dan Mikro. 363
sebaliknya negara B mengekspor mobil ke negara A dan mengimpor TV dari negara A. Inilah
yang disebut dengan keuntungan absolut atau absolute advantage. Masing-masing negara
mempunyai keunggulan sendiri-sendiri sehingga jika kedua negara sepakat untuk melakukan
perdagangan internasional maka akan memenuhi kekurangan-kekurangan dari produksi yang
dihasilkan oleh suatu negara.19
Sedangkan dalam teori comparative advantage adalah keuntungan yang dimiliki oleh
suatu negara dalam menghasilkan produk dibandingkan dengan negara lainnya karena
perbandingan harga produk yang dihasilkannya lebih efisien.
Berdasarkan data di atas tampak bahwa negara A memiliki keuntungan mutlak untuk
semua produk dibandingkan dengan negara B, logikanya negara A akan mengekspor tanpa
mengimpor produk tersebut. bila hal ini terjadi maka dapat dilakukan dengan
membandingkan harga antar produk tersebut yaitu: di negara A harga 1 unit mobil sama
dengan 8 unit TV, sementara itu di negara B harga 1 unit mobil sama dengan 5 unit TV. 20
Perbandingan tersebut berarti bahwa jika kita ingin mendapatkan satu unit mobil harganya
lebh murah di negara B dibandingkan dengan negara A. Dengan perbandingan ini pula kita
bisa melihat tingkat keefisienan antar negara dalam memproduksi barang, maka dapat
disimpulkan bahwa negara A lebih efisien untuk memproduksi TV dan negara B lebih efisien
untuk memproduksi mobil.
Dalam perdagangan internasional terdapat proteksi dan pembatasan perdagangan,
yang mana proteksi dan pembatasan perdagangan ini memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh
masing-masing negara yang melakukan perdagangan internasional. Dalam bukunya Sadono
Sukirno, proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang membatasi atau mengurangi jumlah
barang yang diimpor dari negara-negara lain dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan
tertentu yang penting dalam pembangunan negara dan kemakmuran perekonomian negara.21
Seperti mengatasi masalah deflasi dan pengangguran, menghindari kemerosotan industri-
industri tertentu, menghindari dumping,22 memperbaiki neraca pembayaran, serta untuk
menmbah pendapatan pemerintah.23 Melihat tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh suatu
negara serta melihat permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh perdagangan
internasional yang semakin kompleks, seperti adanya AFTA yang menandakan perdagangan
internasional semakin bebas. Maka pemerintah harus semakin gencar dalam memproteksi
19
Ibid.
20
Ibid.
21
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010). 373
22
Industri yang masih mempunyai kelebihan kemampuan memproduksi, tetapi tidak dapat lagi menaikkan
penjualannya di dalam negerinya, mencoba memperoleh pembeli luar negeri dengan cara menjual barang-
barangnya pada harga yang sangat rendah. Apabila produsen-produsen di negara pengimpor tidak bisa menjual
pada harga tersebut, maka masyarakat dan konsumen di negara itu akan cenderung untuk membeli barang
impor yang lebih murah. Industri-industri tersebut akan kehilangan pasaran, dan ini selanjutnya dapat
menimbulkan pengangguran. Dumping dapat menimbulkan efek yang buruk kepada negara, kebijakan proteksi
dijalankan untuk menghindarinya.
23
Sadono Sukirno, Makroekonomi. 373
اَي َأُّيه اا َّ ِإَّل اين أ امنُوإ اَل تاأْ ُ ُُكوإ َأ ْم اوإلا ُ ُْك بايْنا ُ ُْك ِِبلْ ابا ِطلِ إ ََّل َأ ْن تا ُك ا
ون ِ اِت اار ًة اع ْن تا ارإض ِمنْ ُ ُْك او اَل تا ْْ ُُُُوإ َأْْ ُُ اَ ُ ُْك إ َّن َّ ا
َّإ
ِ ِ
اَك ان ِب ُ ُْك ار ِحميًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa’: 29)29
Pada perdagangan internasional terjadi pertukaran antar negara. Banyak sekali proses
yang harus ditempuh untuk melakukan perdagangan internasional, tentunya hambatan-
hambatanpun akan muncul, seperti hambatan politik, tarif bea cukai, administrasi, kuota dan
hambatan kebijakan lain yang semua negara memilikinya secara berbeda-beda. Seperti yang
ditulis oleh Asfia Murnih dalam bukunya bahwa proteksionisme adalah salah satu kebijakan
28
Ibid., 224
29
Al-Quran, 4: 29
30
Sadono Sukirno, Makroekonomi. 373
31
Nida Alfianurlaili “Perdagangan Internasional” Dalam
http://nida1000cahaya.blogspot.co.id/2014/12/perdagangan-internasional.html
32
Ibid.
yang menjualnya atau dengan mata uang yang bisa diterima oleh negara tersebut. Maka
terbentuklah interaksi uang antar negara. Dalam pandangan Islam, uang yang digunakan
dalam perdagangan internasional adalah uang yang distandarisasi dengan emas dan perak.33
Dalam aktifitas perdagangan internasional prespektif islam terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk mendasari apakah transaksi kita sudah sesuai kaidah-kaidah
dalam Islam atau malah menyebrang ke konvensional?. Berikut adalah beberapa hal yang
harus diperhatikan: 34
1. Pilihlah barang yang benar-benar dibutuhkan untuk diimpor maupun ekspor. Hindari
mengimpor barang-barang yang dapat diproduksi lokal. Hal ini agar industri lokal tetap
berkembang dan tidak terjadi ketergantungan terhadap barang impor.
2. Pilihlah produk buatan kaum Muslimin selama hal itu memungkinkan. Niatkan
sebagai ta’awun ‘alal birri wat taqwa, sehingga Anda akan mendapat pahala lebih.
3. Jika terpaksa mengimpor produk orang kafir, jangan mengimpor dari negara yang jelas-
jelas menunjukkan permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin. Pilihlah negara-
negara yang bersifat “netral” dan tidak terkenal dengan sentimen anti-Islam. Jepang.,
misalnya.
4. Jika terpaksa mengimpor makanan produk orang kafir, pastikan tidak mengandung
barang haram (babi, khamer, darah, atau binatang yang disembelih tanpa menyebut
nama Allah). Kalau ada yang berdalih: bukankah makanan (sembelihan) ahli kitab
(Yahudi dan Nasrani) halal bagi kita? Maka jawabnya, yang masih mengindahkan aturan
penyembelihan yang benar sehingga sembelihannya tetap halal, hanyalah kaum Yahudi.
Ada pun kaum Nasrani hari ini mayoritasnya adalah orang liberal yang tidak
mengindahkan aturan agama mereka lagi. Oleh karena itu, janganlah mengimpor daging
sembelihan dari negara kafir, kecuali setelah dipastikan bahwa penyembelihannya telah
memenuhi kriteria syariat.
5. Perhatikan pula fungsi barang yang hendak diimpor. Adakah barang tersebut
mengandung dampak negatif atau sering disalahgunakan? Jika ya, urungkan saja.
Kecuali jika Anda hanya menjualnya kepada pihak yang tidak menyalahgunakannya,
seperti impor senjata.
6. Jangan mengimpor barang-barang yang mendorong kaum Muslimin untuk menyerupai
orang kafir.
7. Hindari cara pembayaran yang bersifat ribawi.
33
Ibid.
34
Sufyan Bazweidan, “Adab Ekspor-Impor” dalam http://pengusahamuslim.com/3749-adab-ekspor-impor-
1911.html
dalam transaksi perdagangan internasional prespektif konvensional mengacu pada kurs mata
uang mengambang bebas (floating exchange rates). Sedangkan dalam islam mengacu pada
emas dan perak atau dinar dan dirham.
Konvensional Islam
Sistem proteksi Memberlakukan Proteksi Sedangkan dalam ekonomi islam,
dalam hal tarif ini negara islam dilarang untuk
diperbolehkan oleh mengambil tarif kepada sesama
ekonomi konvensional dan negara islam. Jika transaksi
negara yang mengatur perdagangan internasional itu
seberapa besar tarif yang dilakukan oleh negara islam dan
diberlakukan. negara non islam maka
diberlakukan tarif sebesar Usyr
atau 10%.
System pembayaran Sistem kurs dalam Sedangkan dalam islam mengacu
transaksi perdagangan pada emas dan perak atau dinar
internasional prespektif dan dirham.
konvensional mengacu
pada kurs mata uang
mengambang bebas
(floating exchange rates).
Kesimpulan
1. Terdapat beberapa perbedaan yang membedakan perdagangan internasional menurut
konvensional dan islam, tapi dalam konteks kenegaraan, konsep perdagangan islam
membatasi perdagangan internasional yang dilakukan negara selain batasan-batasan
seperti pemberlakuan tarif, kuota, hambatan perdagangan bukan tarif, dan pembatasan
penggunaan valuta asing. Ini adalah batasan batasan yang ditetapkan oleh negara untuk
mengatur perekonomian negara, disamping itu, islam membatasi bahwa barang atau
komoditi yang yang diperdagangkan harus bersih dari unsur-unsur keharaman. Inilah yang
menjadi pembeda yang fundamental antara perdagangan internasional menurut
konvensional dan islam.
2. Adapun perbedaannya antara konvensional dan islam jika dilihat dari sistemnya,
perdagangan internasional konvensional tidak memandang sistem pembayaran yang
diberlakukan tetapi dalam islam yaitu menghindari cara pembayaran yang bersifat ribawi.
Jika dilihat dai fungsinya, perdagangan internasional konvensional tidak meperhatikan
fungsi barang yang hendak diperdagangkan. Karena mementingkan keuntungan, tetapi
dalam Islam memperhatikan fungsi barang yang hendak diperdagangkan. Adakah barang
tersebut mengandung dampak negatif atau sering disalahgunakan. Jika dilihat dari
tujuannya, maka perdagangan internasional konvensional hanya berkonsentrasi pada
keuntungan dunia semata. Tetapi dalam islam bertujuan pada prinsip maslahah agar
tercapai “falah” atau keuntungan di dunia dan akhirat.
Daftar Rujukan
Alfianurlaili Nida “Perdagangan Internasional” Dalam
http://nida1000cahaya.blogspot.co.id/2016/11/perdagangan-internasional.html
Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar. Jakarta: Kencana.
2012.
Murni, Asfia Murni. Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika Aditama. 2013.
Nasution, Mustafa Edwin Dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.
2015.
Putong, Iskandar. Economics Pengantar Mikro dan Makro Edisi 5. Jakarta: Mitra Wacana
Kencana. 2013.
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010.
Sufyan Bazweidan, “Adab Ekspor-Impor” dalam http://pengusahamuslim.com/3749-adab-
ekspor-impor-1911.html
Kasmir. Perbankan Syariah Jakarta: Kencana, 2013.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia “Tabel Ekspor Impor” dalam
http://www.kemendag.go.id/ diakses pada 05 Oktober 2016
http://www.ibec-febui.com/pencapaian-tujuan-perdagangan-internasional-menurut-
pandangan-islam/ diakses pada (16 Nopember 2016)