Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SABAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita semua tahu bahwa ada orang yang mudah merasa je ngkel, yang mudah kehilangan kesabaran dan
mudah marah. Di dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, menunggu seseorang bisa menjadi
sangat menjengkelkan. Kita hidup di dalam masyarakat yang menginginkan kesenangan instan di mana
ketidaksabaran, ketidaktoleransian, sensistif yang berlebihan dan kemarahan yang impulsive menjadi
begitu lazim.

Kesabaran memberikan sebuah contoh yang Ilahi bagi orang lain. Di dalam jaman yang penuh dengan
pengharapan instan dan tekanan, kesabaran kita terhadap orang lain memisahkan kita dari dunia ini.
Mengembangkan kesabaran demi menghasilkan kehidupan yang berbuah dengan terus berhubungan
dengan Tuhan, Hal ini membutuhkan usaha dari diri kita dan kerjasama dengan apa yang Tuhan akan
lakukan. Seseorang bisa menjadi sabar jika dia memahami apa yang sedang ter jadi di dalam situasi
tertentu. Ketidak-tahuan menghasilkan ketidaksabaran.

Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Sabar” sehingga kita dapat mengetahui
bagaimana sabar yang sebenarnya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :


1. Apakah makna sabar itu ?
2. Bagaimana sabar menurut Islam, Al-Quran, dan Hadits ?
3. Dalil-dalil apa sajakah yang menyangkut tentang sabar ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :


1) Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian sabar.
2) Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam pembagian sabar.

1.4. Kegunaan / Manfaat

Pembuatan makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua, yaitu:
1. Sebagai wahana untuk menambah wawasan kita.
2. Sebagai sumber informasi untuk pembuatan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Makna Sabar

Sabar adalah sikap yang tahan (tidak mudah / lekas marah) ter hadap cobaan yang diberikan Allah
kepadanya atau kepada hamba-Nya. Sabar mer upakan pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan
kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan
tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka
tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id).

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa
Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari
segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah
dalam Al-Qur'an:

        
      
     
         
    
           
              
               
   
{          “< 
         :28

“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama


bersama -sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kam u mengikuti orang yang hatinya te lah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas.” (QS. Al-Kahfi/
Al-Kahfi/ 18 : 28).

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari
komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap ker idhaan-Nya. Perintah sabar di
atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang
yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegegundahan dan rasa emosi,
kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak
terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya
dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah
refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak
identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya
ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran
untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi
musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat
seperti itu perlu kesabaran untuk mengenyampingkan keinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai,
bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi
musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut,
adalah salah satu indikasi tidak sabar.

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang
beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat
kecuali hanya pada orang mu'min: “Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tert impa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal te rbaik bagi dirinya." (HR. Muslim).

2.2. Sabar dan Tauhid

Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuat
sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal
Min al iman billah, ash-shabru
ash- shabru ‘ala
aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah).

Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya
tentang bab yang sangat berfaedah
berfaedah ini, “Sabar tergolong perkara yang me nempati kedudukan agung (di
dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung
hati, gerak-gerik lisan, dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati t idak
akan terealisasi tanpa kesabaran.

Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa
larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah
yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.

Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at
dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu uj ian oleh Allah SWT
untuk menimpa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan
melalui sarana keputusan takdir.

Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah
SWT kepada Nabi-Nya
Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari
‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala
berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. dirimu. Dan Aku menguji (manusia)
dengan dirimu’.”

Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya
ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau
sebagai Rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.

Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan
berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni
(yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama
mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri
dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”

Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah, maka Syaikh
pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam
rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk
kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir
Allah.

Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala
mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab
ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang ter asa
menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka
menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.

Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan
dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang
seda ng diikat lalu
dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran y ang dipakai
dalam pengertian syar’i.

Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah,
menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan
kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka
menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan
menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan
tindakan lain semacamnya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-al -Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih.
Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya
kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak
sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”

Perkataan beliau
beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri karakteristik
iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai
cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.

Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar
termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah
satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan.
Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang
keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan”.

2.3. Sabar menurut Islam

       


             
             
 
     
   
 

“Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan);
keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS.
Ar-Ra’d : 23-24).

Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari
pada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak
mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”

Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi : 28 ,

        
                
                         
     
{               
        “<   :28
      

“Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari
dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.”

Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim :
21,

       


       
      
      
      
    
    
        
   
“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu
berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:` Sesungguhnya kami dahulu
adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah
(walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: `Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya
kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar.
Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri`.
(QS. Ibrahim : 21)

 Sabar di atas Islam

Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam
meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas.
Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan
keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah
pertama yang syahid di jalan Allah.

Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk
meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau
mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu,
demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda
tidak akan meninggalkan agama ini…”. Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan
kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.

Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa
kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, ke hilangan tempat tinggal atau kekurangan
bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para
ulama pembela dakwah tauhid di m asa silam.

Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada
yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama
sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.
Ingatlah firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran : 102).

Ingatlah juga janji Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah
berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki ke padanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.”
(QS. Ath Thalaq : 2-3).

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah,
sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan
ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam
Musnadnya dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624).
2.4. Hakikat Kesabaran

Kesabaran terdiri atas ilmu, keadaan, dan perbuatan. Ilmu diibaratkan sebuah pohon, keadaan seperti
rantingnya, dan perbuatan seperti buahnya. Orang yang bersabar akan mendekatkan diri kepada Allah
SWT. dengan sepenuh hati. Kesabaran karena ibadah akan memperoleh kebahagiaan untuk selama-
lamanya.

Firman Allah SWT :


                            
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu
kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). Dan semua maqam
agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah (ketetapan hati yang dalam mempunyai
hadirnya wujud yang wajib adanya yang menggambarkan segala kesempurnaan), ahwal (keadaan), dan
amal. Maka ma’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal, dan ahwal itu yang membuahkan
amal.

Ma’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan ini
terdapat pada semua kedudukan para saalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar
itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.

Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan
selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan
kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan pada masa kecil tersebut ke kuatan sabar. Pada anak kecil itu
yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan.

Akan tetapi, Allah Ta’ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak Adam
dan meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta’ala mewakilkan kepada
manusia itu ketika sempurna dirinya dengan mendekati kedewasaan, dua malaikat. Yang satu
memberinya petunjuk dan yang satu lagi menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dengan
pertolongan dua malaikat tadi dari hewan-hewan.

Maka jadilah insan itu dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak
disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama tidak ada baginya
kemampuan untuk meninggalkan yang mendatangkan melarat. Lalu ia memerlukan kepada kemampuan
dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan
nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi
darinya. Maka Allah Ta’ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang m embetulkannya,
meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. Ia
memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah
dan sekali ia yang kuat.

Hendaklah dipahami, bahwa peperangan itu, terjadi antara penggerak agama dan penggerak hawa
nafsu. Dan peperangan antara yang dua tadi, berlaku terus menerus. Dan me dan peperangan ini ialah
qalb hamba.

Sumber bantuan kepada penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang me nolong barisan
(tentara) Allah Ta’ala. Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu, datangnya dari syaitan-syaitan
yang membantu musuh-musuh Allah Ta’ala.
kenikmatan dan kebahagiaan kita harus senantiasa bersyukur.

Orang yang diberi cobaan dan ujian harus senantiasa bersabar karena sabar merupakan kunci dari
segala persoalan. Sifat sabar harus senantiasa melekat pada diri kita selama hidup di dunia. Orang sabar
akan mendapatkan balasan pahala di sisi Allah SWT.

Firman Allah berikut.


 “Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersabar.”(QS. An-Nahl:
96)
 “Seseungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS.
Az-Zumar: 10).

Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara
keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar;
baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah
SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama
mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2 :
153, "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah
untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imran/3:
200, An-Nahl/16: 127, Al-Anfaal/8: 46, Yunus/10:109, Hud/11: 115 dsb.
2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46:
35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan
janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2: 177:
"…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT
berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai
hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. Al-Anfaal/8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena
sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (Ar-Ra’d/13: 23 - 24);
"(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat
mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan
bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."

Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran.

 Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an


Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang m engenai kata
sabar. Imam Al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisik), seperti
menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis. Yang kedua
adalah al-shabru Al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa
nafsu.

Bentuk kesabaran ini (non fisik) beraneka macam:


1. Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah.
2. Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
3. Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah
kondisi yang disebut sombong (al-bathr).
4. Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-
jubnu (pengecut).
5. Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah
tadzammur (emosional).
6. Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia).
7. Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah al-hirshu (serakah).

Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar, ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya
tentang iman, beliau menjawab: Iman adalah sabar. Sebab kesabaran merupakan pelaksanaan
keimanan yang paling banyak dan paling penting. “Dan orang-orang yang sabar dalam musibah,
penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah : 177).

Dari itu kita dapat memahami mengapa al-Qur’an menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di
akhirat, tiket masuk ke surga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para malaikat. Dalam surat Al-
Insan: 12, “Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas kesabaran mereka dengan surga dan
(pakaian) sutera”. Dalam surat Ar-Ra’d : 23-24 “...Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat
mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.b
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

2.6. Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits

Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang
menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29
hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran
sebagai berikut:
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah,
seseorang akan mampu menyingkap kege lapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran
merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim).
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW
pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka
Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari).
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah
seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih).
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang
terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala
perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa
hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tert impa musibah atau kesulitan, ia bersabar
karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim).
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari
Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah
berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku
gantikan surga baginya." (HR. Bukhari).
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari
Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang
nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya
berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR.
Bukhari).
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah
hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang
pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR.
Bukhari).
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya;
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan
kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari &
Muslim).
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia
menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah,
agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW
mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara
kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang me nimpanya. Dan sekiranya ia
memang harus mengharapkannya, hendaklah ia be rdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya
hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari
Muslim).

 Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan
aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek
tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai
contoh dan penekanan yang m emiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai
permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

1. Sabar terhadap musibah


Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang.
Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, dari
Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang se dang menangis
di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan
bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak
mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada
wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu
Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW,
‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya
sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim).

2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah
menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai

Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka
hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kem udian ia mati.
Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim).

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan

Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata
kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun
tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian
akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka
bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi
dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang
muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR.
Turmudzi).

6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi

Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan
menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).

2.7. Dalil-dalil Tentang Sabar

a. Al-Quran

"Ya, (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mere ka datang menyerang kamu dengan seketika
itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak
menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan
agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.”(Ali Imran: 125-126).

“Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mer eka sedikitpun tidak mendatangkan
kemudharatan kepadamu.” (Ali Imran:120).

“Dan jika kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As-Sajdah:24).

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(Az-Zumar:10).

“Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran:146).

“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta o rang-orang yang sabar.” (Al-Anfal:46).

“Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena
kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (Al-
Furqan:75).

“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.” (Al-Mukminun : 111).

“Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil


mengucapkan), 'Salamun 'alaykum bima shabartum' (semoga keselamatan atasmu berkat
kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra'd : 23-24).

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, sesungguhnya akan Kami
tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,
(yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Rabbnya.” (Al-Ankabut : 58-59).

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran :
200).

“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka.” (Al-Qashash : 54).

“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syura : 43).

“Dan orang-orang yang sabar karena mengharapkan wajah Rabbnya.” (Ar-Ra'd : 22).

“Bahwasanya orang-orang dari kalangan Anshar meminta (harta) kepada Rasulullah. Beliau pun
memberikan kepada mereka. Kemudian mereka meminta lagi, beliaupun memberikan kepada mereka.
Kemudian mereka minta lagi, maka beliaupun memberikan kepada mereka. Kemudian mereka meminta
lagi, maka beliaupun memberikannya, sampai habis harta yang ada di sisinya. Beliau bersabda, "Harta
apapun yang ada di sisiku, maka saya tidak akan menyimpannya dari kalian. Barangsiapa yang bersifat
menahan diri, niscaya Allah akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang merasa cukup, niscaya Allah
akan mengkayakannya, dan barangsiapa yang berusaha sabar, niscaya Allah memberikan kesabaran
kepadanya. Tidak ada seorangpun yang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada
sabar.” (Diriwayatkan pula oleh Muslim 1053, Abu Daud 1644, at Tirmidzi 2025, an-Nasa'i 5:95...).

“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al Baqarah:155)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az
Zumar:10).

“Mohon pertolonganlah kamu sekalian dengan sabar dan mengerjakan shalat. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:153).

“Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang
berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.” (QS. Muhammad:31)

b. Hadits

Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian
dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat
memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti
iman, sabar itu adalah pelita, dan Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu
sukai ataupun terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada
yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim).

Dari Abu Sa’id Sa’d bin Malik bin Sinan Al Khudry r a bahwasannya ada beberapa orang sahabat Anshar
setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan *25+: 31).
Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…”

 Untuk dapat bersabar, agama Islam mengajarkan adab sebagai berikut :

1. Tahan ketika menghadapi hantaman pertama. Rasulullah SAW bersabda : “Innamassabru indassad
matil uulaa”. Artinya: Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.
2. Ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah: Artinya:
(Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata; sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya. (Al Baqarah : 156).
3. Tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah
(Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).
4. Sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy:
Hambaku yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil kembali
(mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga. (HR. Bukhari)

 Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diantisipasi dan diterapi sejak dini.
Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang
tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah
dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat
tersebut adalah :
1. Mengikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan
adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari.
Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna
yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga
dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu
terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang
secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan
maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti
malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal
secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk
menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan
melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya.
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam
rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian
melatih diri untuk menyisihkan sebagian r ezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.
Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di
dunia.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu :


1. Sabar adalah sikap yang tahan (tidak mudah / lekas marah) terhadap cobaan yang diberikan Allah
kepadanya atau kepada hamba-Nya.
2. Sabar terbagi atas empat bagian berikut :
1. Sabar dalam ketaatan
2. Sabar dalam menghadapi kemaksiatan
3. Sabar dalam mengingat perbuatan dosa
4. Sabar dalam menghadapi kesulitan
5. Sabar dalam menuntut ilmu
6. Sabar dalam mengamalkan ilmu
7. Sabar dalam berdakwah
8. Sabar dan kemenangan

3.2. Saran

Pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk me ngembangkan sikap sabar dalam hidupnya. Sabar
tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan
keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat
menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itu, marilah secara bersama kita berusaha untuk
menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di
jalan-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2010. Kutipan Ayat Al-Quran Tentang Sabar. http:// www.
anneahira.com

Aisyah. 2010. Dalil - Dalil Tentang Sabar. http://filekajianku.blogspot.com

Aisyah. 2010. Kiat Sabar Dalam Islam. http://aisyahkusnadi.multiply.com

Daffawwaz, Ummina. 2010. Sabar. http://sanyfamily.blogspot.com

Epriya, Aulia. 2010. Sabar Menurut Al-Quran. http://tarbiyahweekly.


wordpress.com

Herry. 2010. Sabar Adalah Gerbang Segala Kebaikan. http://suluk.


blogsome.com

Islami, Atoskub Under. 2010. Sabar Kunci Kecerdasan Emosi. http://


atoksub.wordpress.com

Maulan, Riska, Lc. M.Ag.. 2010. Makna Sabar. http://www.eramuslim.com

Sari. 2010. Dalil Sabar. http://cahyaislam.wordpress.com

Wahyudi, Abu Mushlih Ari. 2010. Hakikat Sabar. http://muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai