Anda di halaman 1dari 5

MODUL 6

Model Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Perspektif Global


Kegiatan Belajar 1
Model Pembelajaran Perspektif Global dalam IPS SD
Masalah yang menunjukkan pertentangan (kontroversial) satu kenyataan dengan kenyataan
lainnya. Tempat tinggal masing – masing (lokal), wilayah yang lebih luas seperti kabupaten dan
provinsi (regional), tingkat bangsa (nasional), antar wilayah negara (antar regional) sampai ke
tingkat dunia ( global ). Pada lingkungan hidup, para pakar, pencinta lingkungan dan elit penguasa
berbicara, berdebat, bahkan mencapai, kesepakatan tentang menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Perbincangan tadi menghasilkan kesepakatan konsep –konsep pembangunan berwawasan
lingkungan, pembangunan ramah lingkungan, pembangunan berkelanjutan, menjaga
keanekaragaman hayati dan lainnlainnya. Namun di pihak lain, perusak lingkungan berupa
pembabatan hutan, penggalian batu dan pasir, dan berbagai jenis pencemaran terus berlangsung.

Karena keterbukaan informasi itu anka –anak pun tidak sukar mendapatkannya. Oleh karena
itu, pada proses pembelajaran berkenaan dengan masalah – masalah kontroversial. Masalah –
masalah kontroversial dalam konteks perspektif global ada empat komponen yang harus
diperhatikan yaitu, materi (pokok bahasan), proses pembelajaran dan hasil atau produk yang akan
dicapai (tujuan),serta teknik evaluasi sebagai kulminasinya.

A. Materi (Pokok Bahasan)


Sumber tersebut yang paling utama yaitu, masyarakat dan lingkungan tempat kita dan
anak – anak berada. Sumber lin yang dapat dijangkau dan ada disekitar kita, yaitu bahan
bacaan berupa buku, surat kabar, tabloid dan majalah, juga media elektronik yang
menyiarkan berita, baik berirta nasional maupun dunia , u=yaitu media radio dan TV.
B. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran yang akan doi temouh dan dilaksanaka, tidak dapat dilepaskan dari
sifat materi yang akan di bahas, dan produk atau tujuan yang harus dicapai. Metode dan
strategi yang akan diterapkan serta media pengajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, harus disesuaikan dengan sifat materi dan tujuan yang akan dicapai tadi.
Metode pengajaran, mulai dari ceramah, tanya jawab, diskusi, bermain peran, sosio-drama,
demonstrasi, tugas, karyawisata, dan seterusnya. Strategi mengajar, mulai dari cara
bertanya efektif, pembinaa konsep dan pengembangan generalisasi, penanaman nilai dan
sikap, pengembangan keterampilan, inkuiri serta berpikir kritis, dan lain-lain sebagainya.
Media pengajaran, mulai dari gambar, potret, grafik, peta, globe, berbagai model dan
maket.
C. Tujuan Yang Akan Dicapai.
Benjamin S. Bloom dan kawan – kawan (1956), dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of
Educational Objectives, mengemukakan tiga aspek perilaku yang menjadi tujuan pendidikan
dan pengajaran, yaitu aspek koginitif, aspek adektif dan aspek psikomotor. Proses
pembelajaran dengan komponen –komponen mtode mengajar, strategi mengajar dan
media pengajaran yang akan digunakan. Produk atau tujuan yang akan doicapai, menjadi
panduan bagi kegiatan proses belajar-mengajar sesuai dengan konsep “pendidikan yang
berwawasan tujuan”
D. Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi meliputi non-tes dan tes. Evaluasi Non-tes, meliputi penilaian kegiatan tugas
dan penampilan. Tugas – tugas observasi, mengumpulkan informasi (data) dan bahan atau
benda – benda yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Evaluasi non-tes ini juga
diterapkan pada kesempatan tanya-jawab dan diskusi untuk menilai berapa jauh para siswa
memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam proses pembelajaran . evaluasi
terhadap tanya-jawab, juga menjadi sarana penilaian strategi “cara bertanya efektif” dan
inkuiriserta berpikir kritis. Evaluasi tes, baik lisan maupun tertulis. Tes terulis meliputi
bentuk uraian (esai) dan objektif tes. Evaluasi tes ini, untuk mengukur berapa jauh
penguasaan siswa terhadap pokok bahasan yang diproses dan disajikan, oleh karena itu tes
ini harus disusun sedemikian mingkin sehingga mempermudahkan untuk mengukurnya.
E. Konsep
Konsep memiliki dua pengertian, baik pengertian denotatif maupun pengertian konotatif.
Pengertin denotatif adalah pengertian kata berdasaekan definisi kamus. Konsep – konsep
IPS, seperti juga konsep –konsep bidang studi yang lain. Pengertia konoatif adalah
pengertian yang lebih tinggi yang harus dilatihkan kepada para siswa untuk memahaminya.
Dengan kata lain, konsep IPS dapat merupakan satu kata atau suatu ungkapan yang
memiliki ciri yang menonjol dan melekat yang juga memiliki makna rangkap baik makna
denotatif maupun makna konotatif.
1. Pembinaan konsep
Berdasarkan uraian yang dikemukakan James G. Womack (1970:32), pembinaan konsep
itu dapat diartikan seabagi proses pengajran aspek konotatif dari konsep-konsep.
Proses ini memakan waktu yang lama untuk memperkenalkan konsep kepada para
siswa dalam berbagai kesempatan sehingga seorang siswa dapat menemukan sendiri
keragaman konotasi dari suatu konsep. Pembinaan ini merupakan proses pembelajaran
pengertia konotasi konsep secara luas sampai siswa mampu menangkap pengertiannya
dalam arti yang seluas-luasnya.
2. Strategi pembinaan konsep
Strategi pembinaan konsep, proses pembelajaran itu secara dominan diarahkan
padapenguasaan suatu kata atau suatu ungkapan sampai terjadi pola pengertiam
abstrak atau konsep dalam diri yang yang memmpelajarinya, dalam artian ada dalam
diri siswa. Untuk sampai pola abstrak, strategi pembinaan konsep itu “harus berkaitan
kuat dengan pengalaman (concepts must be anchored in the experience of an
individual). Asas mulai dari yang diketahui ke arah yang akan diketahui; mulai dari yang
konkret ke arah yang abstrak, harus menjadi pegangan. Dengan demikian, benda yang
sesungguhnya (real object), model – model, ilustrasi gambar potret film, karya wisata
dan contoh – contoh yang banyak, merupakan landasan strategi pembinaan konsep.
Berkenaan dengan pembinaan konsep, john jarolimek (1971: 57-64) mengetengahkan
tiga strategi sebagai berikut:
Strategi pertama : membuat daftar (listing), mengelompokkan (grouping), dan
membuat label (labeling).
Strategi kedua: mengalami (experiencing), berhipotesis (hypotheizing), pengujian
(testing).
Strategi ketiga : memperkenalkan contoh dan bukan contoh (recognizing examples and
nonexamples)
F. Pengembangan teknik evaluasi
Secara komprehensif, evaluasi yang dilakukan melalui langkah – langkah kegiatan sejak awal
sampapi penilain tes akhir. Penilaian itu meliputi kegiatan tanya-jawab, diskusi, tugas
dengan hasilnya, sampai pada nilai yang dapat diukur. Keterampilan yang secara umum
dapat diartikan sebagai kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik, memiliki makna
yang sangat berarti. Keterampilan memiliki makna yang luas pada kegiatan membaca, baik
membaca pada umumnya maupun membaca peta dan globe. Keterampilan itu meliputi
fisik-motorik (motor skill), keterampilan berpikir (intellectual skill) dan keterampilan sosial
(social skill). Keterampilan fidik motorik yaitu keterampilan memnafaatkan anggota badan,
tangan, kaki, pancaindra dan organ lainnya. Keterampilan berpikir adalah keterampilan
memanfaatkan kemampuan berpikir dan memecaahkan suatu persoalan yang dihadapi,
cepat tanggap dengan nalar yang tinggi. Sedangkan keterampilan sosial yaitu keterampilan
bekerja sama dengan orang lain, bergotong royong, dan membantu pihak lain dalam
berbagai situasiserta kondisi. Sikap tidak lain adalah kecenderungan reaksi yang mantap
dari seseorang terhadap sesuatu atau seseorang atau terhadap lingkungan padaumumnya,
sedangkan sikap sosial adlah sikap positif terhadap kondisi dan limgkungan sosial yang ada
serta dihadapi seseorang.
Kegiatan Belajar 2
Evaluasi Pembelajaran Perspektif Global dalam IPS SD
A. Hakikat Evaluasi
Dalam kegiatan dan proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IPS, evaluasi ini
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan kegiatan. Bahkan telah
menjadi kesepakatan sebagai kegiatan puncak (kulminasi). Dikatakan demikian, karena
untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran tadi, akhirnya harus dilakukan evaluasi.
Dari penjelasan John W. Best dapat diartikan bahwa evaluasi berkenaan dengan suatu
penerapan yang segera harus dilakukan untuk mengungkapkan mutu hasil, proses atau
program pendidikan tertentu yang telah disepakati dan ditentukan tujuan atau nilainya.
Evaluasi menyatakan kpeutusan tentang efektivitas, manfaat sosial, atau hasil yang
diingikan, proses atau program dan tidak menyangkut generalisasi yang mungkin dari suatu
yang diperluas. Selanjutnya, dalam proses pendidikan dan pengajaran, evaluasi ini
menentukan peringkat serta kelulusan peserta didik dari proses dan program yang
dijalaninya. Seperti yang dikemukakan oleh Thorndike, Hanen: 1961 : 27) evaluasi ini erat
sekali hubungannya dengan pengukuran yang meliputi aspek penilaian tentang apa yang
diinginkan dan yang baik. Pengukuran ini bersifat eksak yang diungkapkan dalam bentuk
angka yang tidak hanya merupakan penilaian atau keputusan yang kualitatif belaka.
Pengukuran ini tidak hanya terhadap tingkat kemampuan siswa yang dinyatakan dengan
angka, melainkan juga digunakan untuk mengetahui isi, panjang, lebar sesuatu benda
tertentu. Namun paling utama sifatnya eksak dan dinyatakan dengan angka.
B. Asas Evaluasi
1. Asas Komprehensif atau Asas Keseluruhan
Evaluasi itu harus meliputi keseluruhan aspek pribadi peserta didik (pengetahuan,
penguasaan materi, keterampilan, kemampuan berpikir, sikap) dan keseluruhan aspek
materi atau pokok bahasan yang disajikan.
2. Asas kesinambungan atau Asas Kontinuitas
Evaluasi itu dilakukan secara berkesinambungan dalam proses, mulai dari awal proses,
selama proses beerlangsung dan pada saat proses itu berakhir. Hal ini sesuai pula
dengan asas pendidikan sepanjang hayat.
3. Asas objektivitas
Evaluasi dilakukan berdasarkan kenyataan apa adanya, tidak diwarnai oleh sifat-sifat
subjektif terutama dari yang melakukan evaluasi. Hasil evaluasi itu menunjukkan suatu
derajat nilai atau ukuran, itulah hasil yang dicapai, tidak ditambah atau dikurangi oleh
suatu penafsiran di luar lingkup yang dievaluasi.
C. Fungsi Evaluasi
Mengungkapkan penguasaan peserta didik terhadap materi atau poko bahasan yang
telah diperoleh dari proses pembelajaran, yang meliputi pengetahuan, kemampuan
berpikir, keterampilan, perasaan dan sikapnya.
Menemukan kelemahan – kelemahan materi, metode, media pengajaran, dan tujuan
yang telah di rumuskan. Data hasil evaluasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk
memperbaiki dan penyempurnaan tugas pembelajaran selanjutnya.
Mengungkapkan terpenuhi tidaknya tugas guru dalam melakukan pembelajaran
terhadap para peserta didik. Jika dari hasil evaluasi proses pembelajaran itu terdapat
kelemahan – kelemahan atau ada tugas guru yang tidak terpenuhi, pada pembelajaran
berikutnya harus diperbaiki dan disempurnakan.
Mengungkapkan tingkat perkembangan peserta didk secara individual, yang selanjutnya
digunakan untuk membimbing pertumbuhan potensinya lebih lanjut.
D. Tujuan Evaluasi
1. Membuat laporan prestasi peserta didk berkenaan dengan hasil pembelajaran yang
harus diketahui oleh orang tua masing – masing.
2. Mendapatkan umpan balik hasil evaluasi pembelajaran terhadap keberhasilan atau
ketidakberhasilan kerja dan kinerja guru dalam melaksankan pembelajaran.
3. Menemukan faktor – faktor pendorong dan penghambat keberhasilan pembelajaran,
baik yang dilakukan oleh guru maupun oleh para peserta didik.
4. Menyusun program bimbingan individual bagi para peserta didik dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran.
5. Meningkatkan rangsangan kegiatan pembelajaran kepada para peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai