Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Riyansah Saibun Saputra

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048367765

Kode/Nama Mata Kuliah : : ISIP4131/Sistem Hukum Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 17 / jambi

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN SOAL NO 1

Pasal 22D UUD 1945 mengatur tentang fungsi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang bersifat
terbatas. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi tersebut:

1. Peraturan Perundang-undangan : Dalam Pasal 22D ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa DPD
memiliki kewenangan dalam pembentukan undang-undang. Namun kewenangan ini terbatas hanya
pada RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, serta RUU yang
diajukan oleh DPD sendiri. Dengan kata lain, DPD tidak memiliki kewenangan penuh dalam
pembentukan undang-undang seperti yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

2. Kontrol : Pasal 22D ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa DPD mempunyai kewenangan untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah. Namun pengawasan ini juga bersifat terbatas karena hanya terkait dengan otonomi daerah
dan tidak mencakup semua aspek pelaksanaan undang-undang.

3. Penganggaran : Pasal 22D ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa DPD mempunyai kewenangan
dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang berkaitan
dengan otonomi daerah. Namun kewenangan ini juga terbatas pada aspek-aspek yang berkaitan
dengan otonomi daerah dan tidak mencakup keseluruhan pembahasan RAPBN.

4. Rekrutmen : Pasal 22D ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa DPD mempunyai kewenangan
dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi. Namun kewenangan
ini hanya terbatas pada pemilihan anggota DPRD provinsi dan tidak mencakup pemilihan anggota
DPRD kabupaten/kota.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi DPD terkait legislasi, kontrol, penganggaran, dan
rekrutmen dalam Pasal 22D UUD 1945 memang bersifat terbatas. Kewenangan DPD dalam hal-hal tersebut
hanya berkaitan dengan otonomi daerah dan tidak mencakup seluruh aspek legislasi, pengawasan,
pembahasan anggaran, dan rekrutmen di tingkat nasional.

JAWABAN SOAL NO 2

Perjanjian perjanjian adalah perjanjian yang dilakukan antara dua pihak atau lebih untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, Anda ingin membuktikan bahwa perjanjian kerjasama yang
dilakukan oleh salah satu pesero CV CM tanpa persetujuan dari pesero lain sah berdasarkan ketentuan Pasal
1320 KUH Perdata.

Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian sah jika memenuhi tiga syarat, yaitu:

1. Kesepakatan para pihak


2. Kemampuan hukum para pihak

3. Suatu hal tertentu yang menjadi objek perjanjian

Dalam kasus ini, jika perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh salah satu pesero CV CM tanpa persetujuan
dari pesero lain memenuhi syarat ketiga tersebut, maka perjanjian tersebut dapat dianggap sah. Namun perlu
diperhatikan bahwa dalam CV (Commanditaire Vennootschap), terdapat dua jenis pesero, yaitu pesero aktif
dan pesero pasif. Pesero aktif memiliki izin untuk mengikat CV dengan pihak ketiga, sedangkan pesero pasif
tidak memiliki izin tersebut.Jika perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pesero aktif tanpa persetujuan dari
pesero pasif, maka perjanjian tersebut tetap sah berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata. Hal ini karena pesero
aktif memiliki izin untuk mengikat CV dengan pihak ketiga.

Namun, jika perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pesero pasif tanpa persetujuan dari pesero aktif, maka
perjanjian tersebut tidak sah. Hal ini karena pesero pasif tidak memiliki izin untuk mengikat CV dengan
pihak ketiga.Dalam hal ini, jika perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh salah satu pesero CV CM tanpa
persetujuan dari pesero lain dilakukan oleh pesero aktif, maka perjanjian tersebut sah berdasarkan ketentuan
Pasal 1320 KUHPerdata. Namun jika perjanjian tersebut dilakukan oleh pesero pasif, maka perjanjian
tersebut tidak sah.Penting untuk mencermati perjanjian kerja sama yang dilakukan dalam konteks CV CM
secara spesifik dan mempertimbangkan peraturan yang berlaku di negara Anda. Jika Anda memiliki keraguan
atau pertanyaan lebih lanjut, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli hukum yang kompeten.

JAWABAN SOAL NO 3

Untuk menentukan apakah suatu tindakan merupakan "penyalahgunaan diizinkan" dalam konteks mal-
administrasi oleh pejabat pemerintah berkualitas, Anda dapat menggunakan indikator berikut:

1. Ketentuan Perundang-undangan : Mengacu pada UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan, periksa apakah perbuatan pejabat pemerintah tersebut melanggar ketentuan yang
diatur dalam undang-undang tersebut. Misalnya, apakah tindakan tersebut melanggar prinsip-prinsip
administrasi pemerintahan yang diatur dalam undang-undang tersebut.

2. Asas Spesialitas : Periksa apakah perbuatan pejabat pemerintah tersebut melanggar asas spesialitas
dalam pemberian izin. Asas khususitas mengharuskan pejabat pemerintah menggunakan izinnya
sesuai dengan batasan dan tujuan yang telah ditetapkan. Jika pejabat pemerintah menggunakan
izinnya di luar batasan atau tujuan yang ditetapkan, maka dapat dianggap sebagai izin.

Dalam menganalisis tindakan "penyalahgunaan resmi" dalam mal-administrasi, penting


untuk mempertimbangkan kedua indikator tersebut. Perhatikan bahwa ini hanya merupakan panduan
umum, dan dalam kasus konkret, Anda perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang relevan,
seperti keputusan pengadilan terkait kasus serupa atau interpretasi hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai