Abstract
The objective of this research is to investigate the implementation of imposition of Mortgage Right toward
Building Right Title within its process of change to Proprietary Right. This research used the empirical
research method with the qualitative approach. The data of research consisted of primary and secondary data.
using the interactive model of analysis. The results of research show that the implementation of imposition of
of the status of Building Right Title to be state-owned Propriety Right. In this case, the Building Right Title
continued with the application of the change of Building Right Title to Proprietary Right. As a result, the time
required is longer, the expense spent is greater, and the registration of Mortgage Right is postponed. Thus,
the implementation of imposition Mortgage Right toward Building Right Title within its process of change to
Proprietary Right in practice is not thoroughly in compliance with the Standard Operating Procedure made
Keywords: Imposition of Mortgage Right, the change of Building Right Title to Proprietary Right, imposition
of Mortgage registration.
Abstrak
Penelitian dan kajian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaanpembebanan Hak Tanggungan terhadap
Hak Guna Bangunan dalam proses perubahan status menjadi Hak Milik.Jenis penelitian yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah jenis empiris dengan pendekatan kualitatif. Adapun jenis data yang digunakan
yaitu data primer dan data sekunder dengan menggunakan tehnik pengumpulan data melalui wawancara dan
studi dokumen, serta menggunakan tehnik analisis kualitatif dengan model interaktif. Dari hasil penelitian
dan kajian diketahui bahwa pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan terhadap Hak Guna Bangunan dalam
proses perubahan status menjadi Hak Milik di Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara. Dalam
proses perubahan menjadi Hak Milik berakibat hukum hapusnya Hak Guna Bangunan kembali menjadi
tanah Negara, terhadap Hak Guna Bangunan tersebut dilakukan pencoretan Hak Tanggungan(roya) terlebih
dahulu, kemudian dilakukan lagi pengecekan. Selanjutnya baru bisa diajukan permohonan perubahan hak
menjadi Hak Milik, kemudian diterbitkan hak atas tanah Hak Milik, sehingga hal tersebut menyebabkan
proses perubahan hak membutuhkan waktu menjadi lama, biaya yang dikeluarkan lebih besar, pendaftaran
Hak Tanggungan menjadi tertunda, maka dari itu bahwa pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan terhadap
Hak Guna Bangunan dalam proses perubahan status menjadi Hak Milik dalam prakteknya tidak seluruhnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta tidak seluruhnya sesuai dengan Standar Pelayanan Dan
Pengaturan Pertanahan Badan Pertanahan Nasional.
Kata kunci: Pembebanan Hak Tanggungan, Perubahan Hak Guna Bangunan menjadiHak Milik, Pendaftaran
Hak Tanggungan.
31
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
32
Hendri Budiyanto. Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Hak Guna Bangunan ...
Selain hak-hak atas tanah sebagaimana tersebut Hak Guna Bangunan. Karena biaya peningkatan Hak
diatas, dalam pasal 4 ayat (2) UUHT juga mengatur Guna Bangunan menjadi Hak Milik lebih murah jika
tentang dimungkinkan juga bahwa Hak Pakai dibandingkan perpanjangan Hak Guna Bangunannya.
atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang
Dalam hal ini untuk memberi kepastian
berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya
hukum kepada kreditor selaku pemegang Hak
dapat dipindahtangaankan dapat juga dibebani
Tanggunganakan kelangsungan jaminan pelunasan
Hak Tanggungan. Untuk dapat dibebani Hak
kreditnya, maka sebelum dilakukan perubahan HGB
Tanggungan, objek Hak Tanggungan atas tanah
atas tanah untuk rumah tinggal yang dibebani Hak
yang bersangkutan harus memenuhi 4 syarat, yaitu:
Tanggungan menjadi Hak Milik dibuatkan perjanjian
1. Dapat dinilai dengan uang;
Adendum atau surat pernyataan tertulis yang isinya
2. Termasuk Hak yang didaftar dalam daftar
menyatakan bahwa debitur berjanji serta menjalakan
umum;
segala mekanisme dan prosedur terkait dengan
3. Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan;
pelaksanan pembebanan Hak Tanggungan terhadap
4. Memerlukan penunjukan oleh Undang-Undang.
HGB dalam proses perubahan menjadi Hak Milik.
(Purwahid Patrik dan Kashadi, 2008 : 56)
Kemudian dibuatkan SKMHT antara pemberi kuasa
Sebagaimana bunyi Pasal 4 ayat (1) UUHT untuk memasang Hak Tanggungan dengan penerima
salah satu objek Hak Tanggungan adalah Hak Guna kuasa Hak Tanggungan dihadapan Notaris atau
Bangunan. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk PPAT yang berwenang dengan disertai janji pada
mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan SKMHT,Pembuatan Surat Kuasa Membebankan
atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan Hak Tanggungan selain kepada Notaris, ditugaskan
jangka waktu paling lama 30 tahun. Selanjutnya, atas juga kepada PPAT yang keberadaannya sampai pada
permintaan pemegang hak dan dengan mengingat wilayah kecamatan untuk memudahkan pelayanan
keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya, kepada pihak pihak yang memerlukan.(Andrean
jangka waktu 30 tahun tersebut dapat diperpanjang Sutedi, 2010 : 60).
dengan waktu paling lama 20 tahun. Hak Guna
Notaris berwenang membuat SKMHT untuk
Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada
tanah-tanah di seluruh wilayah Indonesia, sehingga
pihak lain. Hak atas tanah yang dapat dibebani
PPAT hanya boleh membuat SKMHT untuk tanah-
Hak Tanggungan menurut Pasal 4 UUHT yaitu Hak
tanah yang berada di dalam wilayah kerja Notaris,
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan (Pasal
terutama di tempat-tempat di mana tidak ada Notaris
25, 33 dan 39 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun
yang bertugas. Sepertinya tidak logis, kalau untuk
1996), Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut
SKMHT, kewenangan PPAT harus dibatasi sampai
ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut
seluas wilayah kerjanya, karena kuasa itu pada
sifatnya dapat dipindah tangankan, dan Bangunan
umumnya nantinya tidak akan dilaksanakan untuk
Rumah Susun dan Hak Milik Atas Satuan Rumah
menandatangani APHT di hadapan PPAT lain yang
Susun atau Hak Pakai yang diberikan oleh Negara
wilayah kerjanya meliputi letak tanah. Pemberian
(Pasal 27 juncto Undang-Undang Nomor 16 Tahun
kuasa tidak ada kaitannya dengan letak tanah,
1985), serta berikut bangunan, tanaman, hasil karya
karena bukan merupakan transaksi tanah. Suatu
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah yang
kuasa justru sangat dibutuhkan kalau letak tanah
bersangkutan.(Boedi Harsono, 2007 : 423).
berjauhan dengan tempat tinggal si pemilik. Kalau
Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan dekat, mungkin adanya kuasa tidak dibutuhkan atau
hutang yaitu dengan dibebani Hak Tanggungan. Hak pada umumnya kebutuhan itu tidak terlalu besar.
Guna Bangunan dalam proses perubahan menjadi (Rachmadi Usman, 2009 : 308-309)
Hak Milik berakibat hukum hapusnya Hak Guna
Bahwa apabila HGB yang menjadi objek
Bangunan atas tanah semula menjadi tanah negara,
jaminan ini dilakukan perubahan, maka tidak
sebelum diberikan hak atas tanah baru yaitu Hak
mengakibatkan hapusnya atau batalnya akta
Milik.Dalam hal Hak Guna Bangunan tersebut telah
ini, dengan demikian SKMHT Surat Kuasa
dijadikan jaminan atas suatu utang tertentu dan
Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang
dibebani hak tanggungan sedangkan masa berlakunya
diberikan oleh pemberi Hak Tanggungan sebagai
sudah mendekati habis, biasanya pemilik lebih
pemberi kuasa kepada penerima kuasa khusus untuk
memilih untuk meningkatkannya menjadi status
membebankan suatu benda dengan Hak Tanggungan.
Hak Milik daripada memperpanjang jangka waktu
(Mariam Darus Badrulzaman, 2009 : 76).
33
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
34
Hendri Budiyanto. Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Hak Guna Bangunan ...
Dari data diatas dapat terlihat jumlah kepadanya dengan hak atas tanah baru yang
permohonan perubahan status dari Hak lain jenisnya.Dalam hal tanah Hak Guna
Guna Bangunan menjadi Hak Milik yang Bangunan atau Hak Pakai atas tanah untuk
terdapat di berbagai Kecamatan wilayah kota rumah tinggal kepunyaan perseorangan
Administrasi Jakarta Utara, serta dapat dilihat warga negara Indonesia yang luasnya 600
pula perbandingan jumlah permohonan di m2 atau kurang yang sudah habis jangka
setiap tahunya, serta di tiap-tiap kecamatan waktunya dan masih dipunyai oleh bekas
dari tahun 2012 hingga 2014 di Wilayah Kota pemegang hak tersebut, atas permohonan
Administrasi Jakarta Utara yang masuk datanya yang bersangkutan diberikan Hak Milik
di Kantor Pertanahan kota Administrasi Jakarta kepada bekas pemegang hak. Dalam
Utara. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
Dari data diata s terdapat juml ah
1998, mengatur tentang Perubahan Hak
keseluruhan pada tahun 2012, yaitu 61
Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah
(enampuluh satu) permohanan, pada tahun 2013
untuk rumah tinggal yang dibebani Hak
sebanyak 43 (empatpuluh tiga) pemohonan,
Tanggungan. Peraturan ini menegaskan
serta pada tahun 2104 terdapat sebanayak
ketentuan hukum dan prosedur yang
58 (limapuluh delapan) permohonan, dapat
berlaku dalam hal dilakukan perubahan hak
diketahui pula bahwa kecamatan Kelapa Gading
atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan,
merupakan yang paling bayak permohonan
khususnya dalam pelaksanaan perubahan
perubahan dibandingkan dengan kecamatan
Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai
lainya, sedangkan kecamatan Kepulauan
untuk rumah tinggal menjadi Hak Milik
Seribu Selatan dan Kecamatan Kepulauan
berdasarkan pasal 1 ayat (2) Peraturan
Seribu Utara, merupakan kecamatan yang tidak
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
terdapat pengajuan permohonan perubahan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1998,
status dari HGB menjadi Hak Milik. Dari
ditetapkan dengan :
keseluruhan data yang diperoleh dari hasil
1) Keputusan Menteri Negara Agraria/
wawancara dengan Seksi Hak Tanah dan
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Pendaftaran Tanah di Kantor Pertanahan kota
Nomor 9 Tahun 1997, tentang
Administrasi Jakarta Utara.
Pemberian Hak Milik atas tanah
untuk rumah tinggal sangat sederhana
2. Pelaksanaan Perubahan Hak Atas Tanah dari (RSS) dan rumah sederhana (RS) jo.
Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik Nomor 15 Tahun 1997 dan Nomor 1
a. perubahan hak atas tanah dari Hak Guna Tahun 1998.
Bangunan menjadi Hak Milik 2) Keputusan Menteri Negara Agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Pelaksanaan perubahan hak atas Nomor 2 Tahun 1998, tentang
tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Pemberian Hak Milik atas tanah
Hak Milik didasarkan pada Keputusan untuk rumah tinggal yang telah dibeli
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan oleh Pegawai Negeri dari Pemerintah.
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1998
3) Keputusan Menteri Negara Agraria/
tentang Perubahan Hak Guna Bangunan
Kepala Badan Pertanahan Nasional
atau Hak Pakai atas Tanah untuk Rumah
Nomor 6 Tahun 1998, tentang
Tinggal yang Dibebani Hak Tanggugnan
Pemberian Hak Milik atas tanah
Menjadi Hak Milik. Menurut Pasal 1 ayat
untuk rumah tinggal.
(1) peraturan ini yang dimaksud perubahan
hak adalah penetapan pemerintah yang Adapun pelaksanaan pengajuan
menegaskan bahwa sebidang tanah yang permohon-an perubahan hak atas tanah
semula dipunyai dengan sesuatu hak untuk rumah tinggal berupa Hak Guna
atas tanah tertentu, atas permohonan Bangunan menjadi Hak Milik adalah
pemegang haknya, menjadi tanah Negara sebagai berikut:
dan sekaligus memberikan tanah tersebut
35
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
36
Hendri Budiyanto. Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Hak Guna Bangunan ...
37
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
yang dicantumkan dalam akta tidak e) Tanggal dan nomor surat ukur
diwajibkan atau bersifat pilihan atau gambar situasi atau gambar
dan tidak mempunyai pengaruh denah
terhadap sahnya akta. Pihak-pihak f) Letak tanahnya
bebas menentukan untuk atau tidak g) Batas-batas dan luas tanahnya
menyebutkan janji-janji itu di dalam h) Penyebutan alas Hak atau bukti-
Akta Pemberian Hak Tanggungan. bukti kepemilikan Hak atas
Dengan dimuatnya janji-janji tersebut tanahnya
dalam (APHT) yang kemudian i) Menjelaskan adanya kewajiban
didaftar pada Kantor Pertanahan, pemberi Hak Tanggungan me-
janji-janji tersebut juga mempunyai nyerahkan semua alas Hak atau
kekuatan mengikat terhadap pihak bukti-bukti kepemilikan Hak
ketiga. atas tanahnya kepada PPAT
untuk keperluan penyelesaian
2) Konsekuensi Hukum
pendaftaran tanahnya (penerbi-
Penjelasan Pasal 11 ayat (1) UUHT tan sertipikat Hak atas tanahnya)
menegaska n, bahwa ketentuan dan pendaftaran Hak Tanggun-
mengenai isi Akta Pemberian Hak gan.
Tanggungan tersebut, sifatnya wajib j) Penunjukan benda-benda lain
untuk sahnya Akta Pemberian Hak yang berkaitan dengan tanahnya.
Tanggungan. Jika tidak dicantumkan
secara lengkap hal-hal yang sifatnya 3. Pembebanan Hak Tanggungan
wajib dalam APHT, mengakibatkan Hak Tanggungan adalah Hak jaminan yang
APHT nya batal demi hukum.Bahwa dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
nama dan identitas para pihak dalam dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5
perjanjian pemberian Hak Tanggungan tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
harus disebutkan suatu syarat yang ) Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-
logis. Tanpa identitas yang jelas, PPAT benda lain yang merupakan satu kesatuan
tidak tahu siapa yang menghadap dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
kepadanya, dan karenanya tidak tahu tertentu, yang memberikan kedudukan yang
siapa yang menandatangani aktanya, diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
apakah penghadap cakap bertindak, kreditor-kreditor lain.(Purwahit Patrik dan
apakah ia mempunyai kewenangan Kashadi, 2008 : 51).
bertindak terhadap persil jaminan dan
sebagainya. Hal itu berkaitan dengan Hak Tanggungan mendapat pengaturan
masalah kepastian hukum dan asas dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
spesialitas daripada Hak Tanggungan. tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah.
3) Objek dalam APHT Hak Tanggungan yang diatur dalam UUHT
Dari blanko APHT dapat diketahui pada dasarnya adalah Hak Tanggungan yang
uraian mengenai objek Hak dibebankan pada Hak atas tanah. Namun
Tang gu ng an m el ipu ti rin cian kenyataannya sering terdapat adanya benda-
mengenai: benda berupa bangunan, tanaman dan hasil
a) Jenis Hak Tanahnya karya, yang secara tetap merupakan kesatuan
b) Disini perlu ditekankan bahwa dengan tanah yang dijadikan jaminan tersebut.
objek Hak Tanggungan berupa
tanah yang sudah berubah status Proses Pembebanan Hak Tanggungan
menjadi Hak Milik. terhadap Sertipikat Hak Milik hasil dari
c) Nomor sertipikat Hak atas perubahan Hak Guna Bangunan tersebut
tanahnya yang sudah berubah selanjutnya di bebani Hak Tanggungan untuk
status Hak Milik kelangsungan penjaminan kredit, pelaksanaan
d) Nama pemegang Hak atas tanah melalui dua tahap, yaitu:
yang bersangkutan
38
Hendri Budiyanto. Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Hak Guna Bangunan ...
39
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
kreditor, menentukan peringkat kedudukan Bertalian dengan itu, dalam Surat Menteri
kreditor terhadap sesama kreditor preferen dan Negara Agraria/Kantor Badan Pertanahan
menetukan posisi kreditor dalam hal ada sita Nasional Nomor 110-1544 tertanggal 30
jaminan atas persil jaminan. Mei 1996 mengenai penyampaian Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Kewajiban pendaftaran Hak Tanggungan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1996
ada di tangan PPAT. PPAT dalam jangka waktu
tentang Pendaftaran Hak Tanggungan antara
yang sudah ditentukan diwajibkan untuk
lain ditegaskan :
segera mendaftarkan APHT yang bersangkutan
beserta dengan warkah lainnya kepada Kantor PPAT wajib mengirimkan berkas yang
Pertanahan. Kewajiban PPAT untuk melakukan diperlukan untuk pendaftaran Hak Tanggungan
pendaftaran Hak Tanggungan itu bertalian selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
dengan jabatannya. Dalam Pasal 13 ayat (2) sesudah penandatanganan Akta Pemberian Hak
UUHT ditentukan : Tanggungan.
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja Oleh karena itu PPAT bertanggungjawab
setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak terhadap semua akibat, termasuk kerugian yang
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam diderita oleh pihak-pihak yang bersangkutan,
Pasal 10 ayat (2), PPAT wajib mengirimkan yan g disebabk an ol eh keterl amba ta n
Akta Pemberian Hak Tanggungan yang pengiriman berkas tersebut. Dalam pada itu
bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan perlu diperhatikan bahwa keterlambatan
kepada Kantor Pertanahan. Dalam Pasal 13 pengiriman berkas permohonan pendaftaran
ayat (2) UUHT sudah ditentukan, bahwa Hak Tanggungan tidak mengakibatkan batalnya
batas waktu pengiriman berkas APHT dan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Oleh
warkah lainnya kepada Kantor Pertanahan, karena itu dalam Peraturan Menteri Negara
yaitu paling lambat 7 hari kerja, yang dihitung Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
sejak setelah penandatanganan APHT. UUHT Nomor 5 Tahun 1996 ini ditegaskan, bahwa
tidak menentukan batas penerimaan berkas walaupun pengiriman terlambat, berkas
APHT dan warkah atau melalui penerima Hak tersebut wajib tetap diproses oleh Kantor
Tanggungan. Pertanahan. Pilihan ini harus dilakukan oleh
PPAT dengan baik karena resiko mengenai
Sebagaimana ditentukan dalam Penjelasan
tidak terlaksananya ketentuan dalam Undang-
atas Pasal 13 ayat (2) dan Pasal 23 UUHT,
Undang Hak Tanggungan yang diakibatkan
PPAT yang melalaikan kewajibannya untuk
oleh pemilihan cara pengiriman berkas yang
mengirimkan berkas APHT dan warkah lainnya
tidak tepat menjadi tanggungjawab PPAT yang
dalam batas waktu 7 hari kerja tersebut,
bersangkutan dan juga akan mempengaruhi
dapat dijatuhi hukuman administratif, tetapi
penilaian terhadap pelaksanaan tugasnya.
tidak mengakibatkan batalnya APHT dan
pendaftarannya tetap diproses. Ini berarti Setelah APHT dan warkah yang diperlukan
keterlambatan pengiriman berkas APHT dan diterima oleh Kantor Pertanahan dan dibuatkan
warkah lainnya kepada Kantor Pertanahan Buku Tanah Hak Tanggungan, maka buku
tidak mengakibatkan APHT nya menjadi tersebut harus diberikan tanggal. Tanggal Buku
tidak sah dan proses pendaftaran APHT nya Tanah Hak Tanggungan mempunyai peranan
tidak dapat dilakukan, APHT nya tetap sah yang sangat penting, karena mempunyai
dan proses pendaftaran tetap di lanjutkan, pengaruh yang menentukan atas kedudukan
hanya saja PPAT yang bersangkutan, yang kreditor (pemegang Hak Tanggungan) terhadap
disebabkan oleh keterlambatan pengiriman sesama kreditor yang lain terhadap debitor
berkas pemohon pendaftaran Hak Tanggungan yang sama dan kedudukan kreditor kalau
menjadi Tanggungjawab sepenuhnya PPAT yang debitor jatuh pailit. Hal itu disebabkan
berrsangkutan. Walaupun pengiriman berkas karena dalam peristiwa diatas kedudukan
permohonan pendaftaran Hak Tanggungannya kreditor terhadap sesama kreditor yang lain,
terlambat, namun Kantor Pertanahan tetap bergantung dari kedudukan kreditor sebagai
wajib untuk memproses permohonan berkas pemegang Hak Tanggungan untuk menetapkan
pendaftaran Hak Tanggungan dimaksud. ia adalah preferen terhadap yang lain dan/
40
Hendri Budiyanto. Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Hak Guna Bangunan ...
atau kreditor separatis dalam kepailitan dan Sehubungan hal tersebut untuk memberi
kedudukan kreditor sebagai kreditor preferen kepastian hukum terhadap kreditor maka
terhadap sesama kreditor preferen yang lain, dibuatkanlahSurat Kuasa Membebankan Hak
tergantung dari kapan Hak Tanggungan lahir, Tanggungan(SKMHT) dilanjutkan dibuatkan
dan untuk kesemuanya itu tanggal lahirnya Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
Hak Tanggungan, kedudukan kreditor sebagai terhadap tanah yang sudah berubah status
kreditor preferen maupun untuk menentukan menjadi Hak Milik untuk selanjutnya di
peringkatnya terhadap sesama kreditor preferen. terbitkan sertipikat Hak Tanggungan terhadap
tanah Hak Milik tersebut.
D. Kesimpulan
1. Bahwa pelaksanaan pembebanan Hak E. Saran
Tanggungan terhadap Hak Guna Bangunan 1. Pejabat Notaris/PPAT dan Badan Pertanahan
dalam proses perubahan status menjadi Nasional harus saling bekerjasama dalam
Hak Milik di Kantor Pertanahan Kota pelaksanaan setiap tugas-tugasnya untuk
Administrasi Jakarta Utara, bahwa terhadap menciptakan budaya hukum yang baik
Hak Guna Bangunan yang dibebani Hak sesuai peraturan yang ada, demi kelancaran
Tanggungan dalam pelaksanaan perubahan kepentingan semua pihak dan demi terciptanya
tersebut harus dilakukan pencoretan (roya) kepastian hukum.
Hak Tanggungan terlebih dahulu,kemudian 2. Pejabat Notaris/PPAT rekanan Bank harus
dilakukan pengecekan. Selanjutnya baru bisa profesional, yang dimana harus benar-benar
diajukan permohonan perubahan hak menjadi paham mengenai aspek hukum yang benar
Hak Milik, kemudian Kantor Pertanahan terkait pelaksaan perubahan status dari Hak
menerbitkan hak atas tanah baru yaitu Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik, mengenai
Milik, dari serangkaian proses perubahan hukum jaminan, hukum perjanjian serta segala
hak tersebutmembutuhkan waktu yang lama, problematikanya.
biaya yanglebih besar, pendaftaran Hak 3. Agar terpenuhinya prinsip kehati-hatian
Tanggungan menjadi tertunda, sehingga dalam hendaknya membuat perjanjian Adendum
prakteknya tersebut tidak seluruhnya sesuai antara pihak Kreditor dengan Debitor, yang
dengan peraturan perundang-undangan, serta isinya menyatakan bahwa kedua pihak sepakat
tidak seluruhnya sesuai dengan Peraturan untuk saling mematuhi serta melakukan segala
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik proses maupun tahap-tahap pelaksanaan
Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar pembebanan Hak Tanggungan terhadap Hak
Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan Badan Guna Bangunan dalam proses perubahan status
Pertanahan Nasional. menjadi Hak Milik tersebut.
2. Perubahan Hak Guna Bangunan menjadi Hak 4. Dalam rangka melindungi kepentingan Bank
Milik terhadap hak atas tanah yang sudah dan dana masyarakat yang disalurkan melalui
dibebani Hak Tanggungan menimbulkan kredit, Bank sebagai pemberi kredit harus
konsekuensi yuridis, yaitu berakibat hapusnya cermat dalam menerima jaminan dengan status
Hak Guna Bangunan kembali menjadi Tanah Hak Guna Bangunan.
Negara, begitu pula Hak Tanggungan yang 5. Agar Kantor Pertanahan mematuhi Standar
telah dipasang sebelumnya secara bersamaan Pelayanan Dan Pengaturan PertanahanBadan
ikut juga hapus, karena Hak Tanggungan Pertanahan Nasional(BPN).
merupakan hak accessoir turut menjadi hapus.
41
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
42