Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh

pemerintah (imunisasi dasar) dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi

wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO. Sedangkan

imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk

mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik atau untuk

kepentingan tertentu (berpergian) misalnya jemaah haji yang disuntikkan

imunisasi meningitis.1 Imunisasi menurut Muhammed dan Aliyu Bello

dalam Internasional Journal Of Arts Humanities Ethiopia yaitu Childhood

immunization is the initiation of World Health Organization (WHO)

through the administration of vaccine to children below the age of five (5)

years. It is considered important for improving child survival. This is

because more than 10 million children in developing countries die every

year because they do not access effective interventions such as

immunization that could fight common and preventable childhood

illnesses.2

1
Westim Ratang, Jhon Urasti Blesia, Jonson Nainggolan. 2015. Pengantar Ilmu Kesehatan
Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. hlm.54
2
Mohammed & Aliyu Bello. Appraisal of Trends and Patterns of Immunization in Lapai
Local Government Area of Niger State. International Journal of Arts and Humanities (IJAH)
Ethiopia Vol. 8. April 2019. hlm. 127

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019


Imunisasi diartikan pengebalan (terhadap penyakit), dalam istilah kesehatan

imunisasi berarti pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.

Imunisasi merupakan pemindahan atau transfer antibodi (daya tahan tubuh) secara

pasif, yang diperoleh dari komponen plasma donor yang sudah sembuh dari

penyakit tertentu. Cara pemberian imunisasi bisa melalui disuntik dan diteteskan

pada mulut anak balita (bawah lima tahun). Vaksin merupakan bibit penyakit

(misalkan campak), yang sudah dilemahkan digunakan untuk imunisasi. Imunisasi

juga dapat dikatakan pemberian vaksin anti virus atau bakteri yang dapat

meransang imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.3

Pelaksanaan imunisasi vaksin MR (measles rubella) ini tidak berjalan

secara lancar, karena banyak penolakan dari orang tua yang masih

beranggapan bahwa memberikan sesuatu yang berunsur haram akan

mendapatkan dosa. Penolakan imunisasi MR disebabkan oleh pengetahuan

ibu yang kurang baik terhadap imunisasi MR, dan penyakit rubella. Hal ini

dikarenakan program imunisasi MR yang masih baru dan penyakit rubella

yang belum familiar bagi ibu. Munculnya pemberitaan yang negatif

mengenai imunisasi MR juga sangat berpengaruh terhadap persepsi ibu

mengenai imunisasi MR.4

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin „Ubadah al-Wasiti

telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan

3
Makhrus, Munajat. Imunisasi Menurut Kajian MUI. Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Fakultas Kedokteran UII Yogyakarta. 14 Oktober 2017. hlm.2
4
Gayuh Mustika Prabandi, Syamsulhuda dan Aditya Kusumawati. Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di
Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal) Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018. hlm. 578

2
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019
kepada kami Isma„il bin „Ayyasy dari Sa„labah bin Muslim dari Abu „Imran

al-Ansari dari Ummu al-Darda dari Abu Al-Darda ia berkata, "Rasulullah

SAW. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat,

dan menjadikan bagi setiap penyakit terdapat obatnya, maka berobatlah

dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!". Melihat redaksi hadis di

atas, bahwa hadist tersebut mengandung 3 makna yaitu:

a. Bahwa dalam kehidupan ini allah juga menciptakan segala penyakit yang

disertai dengan obatnya.

b. Perintah untuk berobat.

c. Larangan untuk berobat dengan sesuatu yang haram.5

Pandangan agama Islam, para ulama dalam berijtihad untuk

menetapkan hukum terhadap masalah-masalah kontemporer pasti tidak

pernah menghasilkan keputusan ijma‟iyyah „amiyyah (kesepakatan umum),

melainkan khilafiyyah (perbedaan pendapat diantara mereka). Bentuk

khilafiyyah yang paling ekstrim adalah halal atau haram. Tidak terkecuali

mengenai imunisasi.6

Bagi yang menganggap haram, dikarenakan masyarakat yakin bahwa

manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT,

sehingga tubuh akan secara alami mampu untuk melakukan fungsi

kekebalan terhadap adanya berbagai mikroba, virus ataupun benda asing

yang menyerang, berbeda dengan orang kafir yang merasa lemah sehingga

5
Abduh Muhammad. Larangan Menggunakan Barang Haram Sebagai Obat. Fakultas
Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar. Vol. 8 No. 1 Tahun 2017. hlm. 23
6
Danusiri (2012) Pandangan Islam tentang Imunisasi, http://danusiri.dosen unimus.ac.id
Diakses pada tanggal 30 Mei 2019

3
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019
butuh imunisasi untuk kekebalan tubuhnya. Selain alasan kemuliaan

manusia, yang menjadi alasan lain adalah bahan untuk membuat vaksin

terdapat unsur haram seperti unsur babi, sehingga tidak boleh

dipergunakan.7

Pandangan kedua adalah kelompok yang mengatakan bahwa

imunisasi adalah halal. Pada prinsipnya imunisasi adalah boleh alias halal

karena:

a. Imunisasi sangat dibutuhkan sebagaimana penelitian-penelitian di bidang

ilmu kedokteran.

b. Belum ditemukan bahan lainnya yang mubah.

c. Termasuk dalam keadaan dlarurat.

d. Sesuai dengan prinsip kemudahan syariat di saat ada kesempitan atau

kesulitan.8

Al-qur‟an surat Al Baqarah ayat 173. Artinya:

“Sesungguhnya Allah SWT, hanya mengharamkan bagimu bangkai,

darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)

selain Allah SWT. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa

(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)

melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”.

7
Purnamasari Ika. Dilema Etik Penolakan Imunisasi, Antara Hak Orang Tua Dan
Tanggung Jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan. Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3.
No. 1. Mei 2015. hlm.10
8
Ibid

4
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019
Dari ayat ini dapat diambil pengertian bahwa memakan yang mestinya

haram seperti memakan daging babi yang telah dimasak menjadi halal

ketika memang tidak ada makanan selain itu, selagi ia memakannya

secukupnya, yaitu untuk menyambung hidup, bukan dalam arti memakan

daging babi dalam berbagai olahan kuliner sehingga mendatangkan aneka

macam aroma, rasa, dan citarasa untuk berpestaria dalam hal makan-

memakan. Dengan demikian, secara analogis imunisasi yang bahan-bahan

alaminya najis boleh dilakukan terhadap keluarga muslim lantaran belum

ada vaksin yang sepenuhnya dari benda-benda halal dan suci dari najis. 9

Berdasarkan penelitian lembaga pengkajian pangan obat-obatan dan

kosmetika (LPPOM MUI) dalam Rapat Komisi Fatwa yang berlangsung

pada Senin (20/08/2018) petang hingga malam hari, Fatwa MUI Nomor 33

Tahun 2018 tentang Penggunaan Vaksin MR (Measles Rubella) Produk dari

SII (Serum Institut of India) untuk imunisasi, ditetapkan bahwa berdasarkan

ketentuan hukum:

a. Penggunaan vaksin yang memanfaatkan unsur babi dan turunannya

hukumnya haram.

b. Penggunaan vaksin MR produk dari Serum Institut of India (SII)

hukumnya haram karena dalam proses produksinya menggunakan bahan

yang berasal dari babi.

c. Penggunaan vaksin MR produk dari SII pada saat ini dibolehkan

(mubah), karena ada kondisi keterpaksaan (dlarurat syar'iyah), belum

9
Ibid. hlm.11

5
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019
ditemukan vaksin MR yang halal dan suci, serta ada keterangan ahli yang

kompeten dan dapat dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat

tidak diimunisasi dan belum adanya vaksin yang halal.

d. Kebolehan penggunaan vaksin MR sebagaimana dimaksud pada huruf c

tidak berlaku jika ditemukan adanya vaksin yang halal dan suci.

Selain itu, Komisi Fatwa MUI juga merekomendasikan bahwa:

a. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan vaksin halal untuk kepentingan

imunisasi bagi masyarakat.

b. Produsen vaksin wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal dan

mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan peraturan perundang

undangan.

c. Pemerintah harus menjadikan pertimbangan keagamaan sebagai panduan

dalam imunisasi dan pengobatan.

d. Pemerintah hendaknya mengupayakan secara maksimal serta melalui

WHO dan negara negara berpenduduk muslim agar memperhatikan

kepentingan umat Islam dalam hal kebutuhan akan obat obatan dan

vaksin yang suci dan halal.10

Berdasarkan berbagai telaah yang telah dikemukakan oleh para ahli

baik agama atau medis, tindakan pemberian imunisasi diperbolehkan

(halal). Hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh

guna mencegah berbagai macam penyakit dan juga untuk menyediakan

10
LPPOM MUI Vaksin MR Haram, Tapi Terpaksa Boleh Digunakan
http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/detil_page/138/24636/8/1. Diakses pada
tanggal 30 Mei 2019

6
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019
generasi masa depan yang sehat dan lebih produktif. Efek samping yang

mungkin ditimbulkan dari imunisasi ini, akan tetapi jika dibuat rasio,

jumlahnya sangat sedikit dibanding dengan keuntungannya. Sekaligus

terkait bahan yang tidak halal yang masih digunakan sebagai media ataupun

katalisator dalam pembuatan vaksin sebaiknya memang terus diupayakan,

sehingga kedepannya tindakan ini akan diterima semua pihak.11

Fungsi MUI sebagai pemberi fatwa (Mufti). Sebab, hal tersebut dapat

dijadikan dasar dalam setiap tindakan baik bagi umat Islam di Indonesia

maupun bagi pemerintah dalam hal menetapkan kebijakan yang berkaitan

dengan hukum Islam (syari‟ah). Sebab bagaimanapun juga Indonesia

sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau muslim,

sehingga setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah harus

memperhatikan nilai-nilai keIslaman.12

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menulis

skripsi dengan judul “IMUNISASI VAKSIN MR (Measles dan Rubella)

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BERDASARKAN FATWA

MUI NO 33 TAHUN 2018”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana imunisasi vaksin MR. dalam prespektif hukum Islam

berdasarkan Fatwa MUI No 33 tahun 2018?

11
Purnamasari Ika. Dilema Etik Penolakan Imunisasi, Antara Hak Orang Tua Dan
Tanggung Jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan. Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3.
No. 1. Mei 2015. hlm.11
12
Suhartono, Slamet. Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Perspektif Negara
Hukum Pancasila. Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Vol. 12 No. 2
Desember 2017. hlm. 449.

7
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019
2. Apa hambatan pelaksanaan Fatwa MUI No 33 tahun 2018 tentang

penggunaan vaksin MR?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan persoalan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui dan mengkritisi imunisasi vaksin MR dalam prespektif

hukum Islam berdasarkan Fatwa MUI No 33 tahun 2018.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan pelaksanaan Fatwa MUI

no 33 tahun 2018 tentang penggunaan vaksin MR.

B. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan pemikiran bagi

peneliti.

b. Dapat menjadi bahan menambah kepustakaan hukum Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai kelengkapan kepustakaan dalam hal memberikan informasi

mengenai imunisasi dalam prespektif hukum Islam.

b. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan pada penelitian selanjutnya.

c. Sebagai salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

8
Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai