8358-Article Text-38798-1-10-20230529
8358-Article Text-38798-1-10-20230529
J U R N A L K O M P L I K ASI A N E S T E S I
V O L U ME 8 N O M O R 2 , M A R E T 2 0 2 1
LAPORAN KASUS
1 Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, danKeperawatan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Coresponden author : Calcarina Fitriani Retno Wisudarti, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif,
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, danKeperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
(wisudarti@yahoo.com)
ABSTRAK
ABSTRACT
Post Dural Puncture Headache (PDPH) is a complication that can occur and
be bothersome in patients undergoing neuraxial anesthesia. PDPH
management includes conservative management such as hydration, caffeine,
and oral analgesics to other invasive measures such as the Epidural Blood
Patch (EBP). Sphenopalatine Ganglion Block (SPGB) is a technique to treat
various kinds of headaches. The results showed that the SPGB technique
improved PDPH symptoms although the data were not significant in some
cases. We report a post-subarachnoid block patient who complained of PDPH
symptoms. The patient's risk factor is the female gender. In this patient, an
SPGB procedure was performed. Symptoms of PDPH were relieved after 17
days post-subarachnoid block procedure.
21
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 8 Nomor 2, Maret 2021
22
Manajemen Post-Dural Puncture Headache Menggunakan Teknik Blok Ganglion Sphenopalatina
tablet dengan dosis 3x1. Di rumah pasien masih Penelitian di laboratorium menunjukkan
belum bisa beraktivitas selama dua hari, aktivitas bahwa pungsi spinal menggunakan jarum spinal pencil
sehari-hari hanya di tempat tidur dan kamar point menyebabkan kebocoran yang lebih perlahan
mandi. Pasien mengkonsumsi obat ericaf dan dibandingkan dengan jarum spinal cutting point.
paracetamol secara rutin. Pada hari ketiga Analisis meta menunjukkan bahwa kejadian PDPH
pascatindakan SPGB, keluhan PDPH mulai lebih rendah jika menggunakan jarum non cutting.
Penelitian lain menunjukkan bahwa lapisan kolagen
berkurang. Pasien baru mulai bisa beraktivitas
dari membran dura memiliki orientasi bervariasi,
dengan biasa tanpa keluhan pada hari ke-17
tidak berupa sefalokaudal, dengan ketebalan yang
setelah operasi.
berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa cedera
dari lapisan membran longitudinal arachnoid
Diskusi dipengaruhi oleh tipe jarum, yang diduga sebagai
Post Dural Puncture Headache faktor utama kejadian PDPH. 3 Pada pasien
didapatkan faktor risiko penggunaan jarum cutting
Post Dural Puncture Headache adalah komplikasi serta jenis kelamin perempuan. Untuk faktor risiko
yang dapat terjadi pada pasien yang dilakukan lain tidak didapatkan. Pasien hanya dilakukan pungsi
tindakan anastesi neuraksial. Sesuai namanya, PDPH 1x. Faktor selain tipe jarum yang mempengaruhi
disebabkan oleh pungsi dari membran dura. kejadian PDPH disebutkan dalam tabel 1.3
Penyebab utamanya belum diketahui dengan pasti,
namun diduga disebabkan oleh dua hal berikut. Diagnosis Post Dural Puncture Headache
Pertama adalah karena adanya kebocoran dari
cerebrospinal fluid (CSF) yang menyebabkan traksi Diagnosis PDPH ditegakan secara klinis
dari struktur sensitif nyeri di intrakranial. Kedua berupa nyeri kepala ortostatik yang terjadi setelah
diduga akibat adanya vasodilatasi dari pembuluh tindakan neuraksial. Jika pasien mengeluhkan
darah intrakranial untuk mengkompensasi keluhan menetap setelah terapi konservatif, muncul
kehilangan CSF. Gejala khas dari PDPH adalah gejala fokal, nyeri kepala yang tidak bersifat
adanya nyeri di bagian oksiput atau frontal yang ortostatik, harus dipertimbangkan pemeriksaan
memberat dengan posisi duduk atau berdiri serta neuroimaging. 6 PDPH memiliki diferensial diagnosis
membaik saat berbaring. Gejala lainnya dari PDPH yaitu tension type headache, migrain, withrawal
adalah mual, muntah, nyeri leher, pusing, telinga kafein, nyeri kepala laktasi, preeklamsi, infeksi
berdenging, diplopia, kehilangan pendengaran, meningeal, trombosis sinus sagital, dan perdarahan
cortical blindness, palsi saraf kranialis, dan bahkan subaraknoid. 5,7
kejang. Pada 90% kasus PDPH akan terjadi pada 3
hari pertama paska tindakan dan 66% akan terjadi Tabel 1. Variabel yang mempengaruhi kejadian PDPH
pada 48 jam pertama. 72% kasus akan sembuh dalam Faktor yang meningkatkan insidensi PDPH
• Usia : Usia muda meningkatkan frekuensi
1 minggu pertama, dan 87% kasus akan sembuh pada
• Jenis kelamin : Perempuan lebih sering dari laki-laki
6 bulan pertama. 3–5 • Ukuran jarum : Jarum ukuran besar lebih sering
Pada kasus ini didapatkan pasien mengeluh • Bevel jarum : Lebih jarang jika arah bevel searah dengan
adanya gejala khas PDPH yaitu nyeri kepala yang neuroaksis
membaik jika berbaring. Pasien juga mengeluhkan • Kehamilan : Lebih sering
• Pungsi dural : Lebih sering jika dilakukan pungsi multipel
mual serta muntah 1x. Tidak didapatkan gejala yang
berat pada pasien, namun mengganggu aktivitas.
Pemeriksaan kontras menggunakan MRI
Pada kasus ini gejala PDPH menetap lebih dari satu
lebih sensitif dibandingkan CT-scan untuk diagnosis
minggu dan baru hilang pada hari ke-17. Untuk
PDPH. Tanda MRI sebagai penegakan PDPH berupa
diferensial diagnosis pada kasus ini dapat
gambaran hipotensi intrakranial yakni: 7
disingkirkan karena pasien tidak memiliki riwayat
1. Kompresi dari ventrikel
migrain, tidak suka mengkonsumsi kopi, serta tidak
2. Pengurangan sisterna basalis
dipatkan tanda-tanda infeksi meningeal.
3. Penurunan letak otak, batang otak, chiasma
optikus
Faktor Risiko PDPH
4. Efusi subdural
23
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 8 Nomor 2, Maret 2021
24
Manajemen Post-Dural Puncture Headache Menggunakan Teknik Blok Ganglion Sphenopalatina
25
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 8 Nomor 2, Maret 2021
26
Manajemen Post-Dural Puncture Headache Menggunakan Teknik Blok Ganglion Sphenopalatina
27
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 8 Nomor 2, Maret 2021
28
Manajemen Post-Dural Puncture Headache Menggunakan Teknik Blok Ganglion Sphenopalatina
effect of epidural blood patch on hearing loss in of postdural puncture headache: a randomised,
patients with severe postdural puncture blinded, clinical trial. Br J Anaesth.
headache. J Clin Anesth. 1995;7(6):457-464. 2020;124(6):739-747.
doi:10.1016/0952-8180(95)00053-K doi:10.1016/j.bja.2020.02.025
10. DC. Waltier, I. Nishio BW. A Complication of 14. Cardoso JM, Sá M, Graça R, et al. Sphenopalatine
Dural Puncture. Am Soc Anesthesiol. ganglion block for postdural puncture headache
2004;V(100):158-164. in ambulatory setting. Brazilian J Anesthesiol
doi:10.1177/1461444810365020 (English Ed. 2017;67(3):311-313.
11. Robbins MS, Robertson CE, Kaplan E, et al. The doi:10.1016/j.bjane.2016.09.003
Sphenopalatine Ganglion: Anatomy, 15. Levin D, Cohen S. Images in anesthesiology:
Pathophysiology, and Therapeutic Targeting in Three safe, simple, and inexpensive methods to
Headache. Headache. 2016;56(2):240-258. administer the sphenopalatine ganglion block.
doi:10.1111/head.12729 Reg Anesth Pain Med. 2020;45(11):880-882.
12. Cohen S, Levin D, Mellender S, et al. Topical doi:10.1136/rapm-2020-101765
Sphenopalatine Ganglion Block Compared with 16. Nair AS, Rayani BK. Sphenopalatine ganglion
Epidural Blood Patch for Postdural Puncture block for relieving postdural puncture headache:
Headache Management in Postpartum Patients: Technique and mechanism of action of block
A Retrospective Review. Reg Anesth Pain Med. with a narrative review of efficacy. Korean J Pain.
2018;43(8):880-884. 2017;30(2):93-97. doi:10.3344/kjp.2017.30.2.93
doi:10.1097/AAP.0000000000000840
13. Jespersen MS, Jaeger P, Ægidius KL, et al.
Sphenopalatine ganglion block for the treatment
29