MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen Keuangan dinilai memiliki tiga ruang lingkup. Pertama adalah bagaimana
mencari dana, dimana ruang lingkup ini merupakan langkah awal dari tugas seorang manajer
keuangan, yaitu mencari sumber-sumber dana yang bisa digunakan untuk modal perusahaan.
Kedua adalah bagaimana mengelola dana, dimana dalam ruang lingkup ini pihak manajemen
keuangan bertugas mengelola dana perusahaan dan kemudian menginvestasikan dana tersebut ke
tempat-tempat yang dianggap produktif atau menguntungkan. Ketiga adalah bagaimana membagi
dana, dimana dalam ruang lingkup pihak manajer keuangan akan melakukan keputusan untuk
membagi keuntungan kepada para pemilik sesuai dengan jumlah modal yang disetor atau
ditempatkan.
Manajemen Keuangan adalah salah satu fungsi pokok perusahaan disamping pemasaran,
personalia, dan produksi. Dalam setiap unit usaha disamping adanya produk atau jasa yang
dihasilkan, pemasaran berfungsi untuk memasarkan barang atau jasa, manusia untuk
menjalankannya, diperlukan juga fungsi keuangan untuk mengelola uang atau dana yang ada di
perusahaan. Pada banyak perusahaan, personil di bidang pemasaran, akuntansi, produksi dan
personalia merasakan semakin pentingnya memahami manajemen keuangan. Pengetahuan
tentang manajemen keuangan menjadi pedoman bagi manajer perusahaan dalam setiap
pengambilan keputusan yang dilakukan. Selain itu, dengan memahami ilmu manajemen
keuangan secara baik, diharapkan pihak-pihak yang berada di posisi marketing, produksi,
personalia, dan keuangan diharapkan mampu menempatkan setiap keputusan secara jauh lebih
bijaksana.
Seorang Manajer Keuangan memiliki sejumlah tanggungjawab, diantaranya adalah
melakukan pemilihan produk dan pasar perusahaan; strategi untuk riset, investasi, produksi,
pemasaran dan penjualan; seleksi, pelatihan, pengorganisasian dan pemotivasian para eksekutif
dan karyawan-karyawan lain; perolehan dana dengan biaya yang rendah dan secara efisien; serta,
melakukan penyesuaian hal-hal di atas jika lingkungan dan persaingan berubah. Manager
Keuangan berperan melancarkan aliran kas atau dana dari luar ke dalam perusahaan maupun
sebaliknya, yaitu dari dalam ke luar perusahaan yaitu pembayaran deviden kepada pemilik
perusahaan dan pembayaran kembali utang kepada para kreditur. Ia harus mampu mengantisipasi
setiap perubahan lingkungan ekonomi dan keuangan di dalam keputusan-keputusan keuangan
3
Dari ilustrasi tersebut, kita bisa memahami bahwa analisis keuangan mempunyai peran
krusial bagi upaya mempertahankan keberlanjutan usaha ataupun mendorong pertumbuhan skala
bisnis milik perusahaan. Proses analisis keuangan harus dilaksanakan secara berkala dan penuh
ketelitian. Kesalahan dalam pengambilan keputusan keuangan dapat menyebabkan robohnya
kekuatan internal perusahaan. Sebagai misal, sebuah perusahaan memiliki volume penjualaan
yang tinggi atas produk-produknya, tetapi hasil laporan laba-rugi menunjukkan perusahaan
mengalami kerugian usaha (loss). Hasil analisis keuangan mengidentifikasi bahwa terdapat
kesalahan keputusan dimana harga jual produk yang ditetapkan ternyata tidak mampu menutupi
total pengeluaran terkait aktivitas penjualan tersebut. Apabila kondisi ini tidak segera direspon
atau diantisipasi, maka modal perusahaan juga akan ikut tergerus.
tahun berikutnya terdapat peluang cukup kecil, maka profit yang dicapai saat ini lebih
diprioritaskan atau diberikan proporsi yang lebih besar bagi “dividen” dibandingkan “laba
ditahan”.
Dipertanyakan, apa sesungguhnya tujuan yang ingin dicapai melalui fungsi keuangan,
ataukah apakah tujuan akhir yang harus diperjuangkan oleh seorang manajer keuangan bagi
perusahaannya? Melalui 3 (tiga) fungsi utama (yaitu: fungsi-fungsi investasi, pembiayaan, dan
dividen) tersebut seorang manajer keuangan membuat kebijakan-kebijakan keuangan dalam
pencapaian 1 (satu) tujuan utama (yaitu: memaksimalkan nilai atau value perusahaan).
suatu perusahaan yang, seolah-olah, akan dijual berarti semakin tinggi value dari perusahaan
tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai atau harga yang bersedia ditawarkan oleh investor atas
suatu perusahaan yang, seolah-olah, akan dijual berarti semakin rendah value dari perusahaan
tersebut.
Contoh lain, seorang investor memiliki dua opsi, apakah akan membeli perusahaan A
ataukah perusahaan B. Investor tersebut akhirnya memutuskan, terutama berdasarkan
pertimbangan kemanfaatan (return) yang akan diperoleh di masa datang, bersedia membeli
perusahaan A seharga Rp. 500 juta, sementara untuk perusahaan B hanya bersedia dihargai Rp.
300 juta. Dengan demikian, disimpulkan bahwa value perusahaan A jauh lebih tinggi dari value
perusahaan B.