Anda di halaman 1dari 107

VAKSIN

KONSEP TERAPI
Rahmat Hidayat
apt. B.Pharm. M.Sc
Awas invasi!
Luar:
BAKTERI,
ALERGEN
dll

Dalam:
RADANG setelah
TENDON robek
Apa akibatnya?
Jika respon radang
berlangsung lama, maka
akan terjadi:
Jenis respon Imun:
INNATE

ADAPTIF
INNATE

Aksi cepat
Tidak membentuk ADAPTIF
Memori
Sejak lahir Aksi lambat
Respon tidak berubah Membentuk Memori
pada paparan Diperoleh setelah lahir
berikutnya Respon berubah pada
Tidak perlu antigen paparan berikutnya
Memerlukan antigen
PRR (Pattern Recognition Receptor)

Inflamasi ringan
kemerahan, bengkak,
nyeri panas, dan
gerakan terhambat.
Makrofag, Netrofils, komplemen, sel Mast

Respon Innate
Sel Mast
Histamin
Prostaglandin
Leukotrien

Radang
Membran Sel
Fospolipase A2

Fospolipid

Asam arakidonat Asam arakidonat


Siklooksigenase (COX) Lipoksigenase (LOX)

Prostaglandin Tromboksan Leukotriens


PGI2 TXA2 PGF2 PGE2 PGD2 LTA4, LTB4, LTC4, LTD4
Stem Sel (Sel Punca)

Limfosit B (Sel B) Sel T

Antigen Limfosit B (Sel B) Sel APC


Sel T pembantu

Sel Plasma Sel T pembunuh


Sel T pembantu 2

Antibodi Sel T pembantu 1

Natural Killer Makrofag

Respon Adaptif
Antigen Limfosit B (Sel B)

Sel Plasma

Antibodi
Respon Adaptif
REAKSI AGLUTINASI

ANTIBODI adalah kunci utama


mengahncurkan antigen: MEREKA AKAN
TERIKAT satu sama lain, dan akan
menghancurkannya.
REAKSI IMUN
ANTIGEN
Senyawa yang merangsan g sistem imun
untuk menghasilkan antibodi.
VAKSIN Sediaan yang digunakan untuk
menstimulasi sistem imun terhadap suatu
penyakit. Ia biasanya diberikan melalui
suntikan, namun tidak jarang melalui mulut
atau via semprotan hidung.
MENGANDUNG
ANTIGEN/
IMUNOGLOBULIN
Protein
ANTIGEN
dapat berupa
mikroorganisme utuh/
bagian darinya. DNA

mikroba utuh yang diinaktivasi


Imunisasi dapat dialami oleh seseorang
setelah terpapar suatu mikroorganisme
secara langsung, transfer antibodi dari
IMUNISASI ibu kepada janin, melalui pemberian
IMUNOGLOBULIN atau VAKSIN.
RESPON TUBUH TERHADAP
ANTIBODI

TERBENTUKNYA ANTIBODI terukur

Respon sel secara seluler tidak terukur


INAKTIVASI
(mati) LIVE ATTENUATED
(dilemahkan)
LIVE ATTENUATED (dilemahkan)

Dihilangkan virulens nya:


Kapsules, enzim fosfates
lipopolisakarida, cholera toxin,
botulinum toxin, streptolysin,
fosfolipase, and coagulase
VAKSIN dari MIKROORGANISME yang
dilemahkan akan memberikan respon
IMUN YANG LEBIH KONSISTEN.
Biasanya pemberian sekali sudah
akan dapat menyebabkan IMUNITAS
JANGKA PANAJNG.
Booster

VAKSIN inaktivasi BIASANYA AKAN


MEMERLUKAN BEBERAPA kali injeksi
VAKSIN (BOOSTER) untuk dapat memperkuat
memberikan pertahanan yang lebih mempertajam
PERSISEN. pendorong
penggerak
DOSIS booster akan
merangsang MEMORI yang akan
dikeluarkan oleh LIMFOSIT B
Kemampuan VAKSIN inactivated
MEMBENTUK SISTEM IMUN

POLISAKARIDA-
POLISAKARIDA
PROTEIN
Kemampuan VAKSIN inactivated
MEMBENTUK SISTEM IMUN

LIMFOSIT T

POLISAKARIDA-
PROTEIN
TOKSOID adalah toksin (racun) bakteri
yang diinaktivasi biasanya
dikombinasikan dengan garam
ALUMINIUM untuk meningkatkan
antigenIsiTASnya.

TOKSOID
IMMUNOGLOBULIN

ANTIBODI yang terbentuk pada tubuh


manusia, biasanya diambil dari plasma darah
pendonor dan dibuat menggunakan fraksinasi
menggunakan etanol DINGIN untuk
MENGINKATIVASI PATOGEN.
ZAT TAMABAHN VAKSIN
SUSPENDING AGENTS
AIR
GARAM (salin)
ALBUMIN
PENGAWET
STABILIZER
ANTIBIOTIK
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RESPON
IMUN
Interval antara dua administrasi vaksin, jumlah
dosis yang diberikan akan mempengaruhi
respon imun. Umumnya, inteval yang lebih
lama akan menyebbakan gagal nya terbentuk
respon imun.
AUTO IMUN
Self-antigen, atau ANTIGEN
DIRI SENDIRI. Senyawa INI
TIDAK MEMIIKI STRUKTUR,
DISTRIBUSI dan fungsi yg
sama di dalam SEL
NORMAL.
Cox-2 Insulin
Enzim Peptida

Basic A | Farma Masterclass


Transkripsi

Translasi

Diferensiasi

Basic A | Farma Masterclass


Transkripsi

Translasi

Diferensiasi

Basic A | Farma Masterclass


Basic A | Farma Masterclass
AUTO IMUN
SENYAWA INI, AUTOANTIGEN, menumpuk di
dalam SEL yang siap mengalami APOPTOSIS,
kematian. TERJADInya perubahan pada protein
endogen di dalam tubuh INI disebebkan oleh:
AUTO IMUN

INFEKSI VIRUS (eipsten barr), PAPARAN CAHAYA


matahari, dan OBAT2 tertentu. Senyawa, peptida
atau protein itu diantaranya:
NASIB SEL APOPTOSIS YANG
MENGANDUNG AUTOANTIGEN

UMUMNYA, sel apoptosis AKAN dicerna oleh


makrofag dan dengan cepat dihancurkan,
termasuk semua komponen yang ada didalamnya.
NASIB SEL APOPTOSIS YANG
MENGANDUNG AUTOANTIGEN

Namun,mendapati ada senyawa yang dianggap asing,


maka APOPTOSIS ditunda, dan akan dipersembahkan
kepada APC sehingga dibentuk AUTOANTIBODI yg
merangsang AKTIVASI SISTEM IMUN.
Contoh: LUPUS
Ini adalah organ yang
dapat terdampak oleh
LUPUS. OLeh karena itu,
ia disebut sebagai
SISTEMIC LUPUS
ERITEMATOUS.
PEMBERIAN VAKSIN
Injeksi SUBKUTAN,
seharusnya diberikan melalui
paha anak atau di lengan
bagian atas anak atau orang
dewasa:
PEMBERIAN
VAKSIN

VAKSIN rotavirus diberikan secara


oral diharapakan memberikan
ketahan pada usus: msialnya
vaksin POLIO.
NOTED...

secara umum vaksin yang dilemahkan


dan vaksin yang inaktif dapat diberikan
secara bersamaan, asalkan di lokasi
yang berbeda.
PENYIMPANAN VAKSIN
PENYIMPANAN VAKSIN sangat PENTING untuk menjaga
INTEGRITAS VAKSIN karena gagalnya penyimpanan akan
menyebbakan kegagalan IMUNISASI.
PENYIMPANAN VAKSIN

Suhu lemari es diartikan sebagai 2-8


derajat celsius, sedangkan suhu
FREEZER diartikan sebagai -50 s/d -15
C. VAKSIN inaktív disimpan di suhu
lemari es.
Pada bulan pertama kehidupan,
ANTIBODI YANG DIPEROLEH DARI
IBUyang bersifat apsif diperoleh
anak selama menyusui
melindunginya. NAMUN,
ANTIBODI ini juga akan
menghambat RESPON IMUN anak
terhadap vaksin.
OLEH KARENA ITU, pemberian vaksin
CAMPAK, GONDOGAN ,RUBELLA DAN
VARCELLA belum akan diberikan sampai
antibodi MATERNAL ini berkurang, pada
umumnya di usia 12 bulan.
PASIEN DG GANGGUAN IMUN
Individu dengan gangguan IMUN
sepeti HIV,infeksi virus yang
menyebabkan lemahnya sistem
IMUN KARENA RUSAKNYA
LIMFOSIT T harus disesuaikan dg
tingkat penyakitnya.
MENGONSUMSI
IMUNOSUPRESAN
perlindungan akan dapat terbentuk, hanysa
saja realtif lebih lambat dibanding dg
individu non HIV. Ini juga berlaku untuk
individu yang mengonsumsi obat
IMUNOSUPRESSSAN
KORTIKOSTEROID
KENAPA BELUM ADA
VAKSIN UNTUK HIV

Virus ini memiliki SETIDAKNYA


23 JENIS protein, dibandingkan
SARSCOV2 punya 1 jenis saja.
BAGAIMANA DG DBD
Kenapa vaksin DBD belum
tersedia?
Karena proses pengembangannya yang
kompleks: BELUM ada model hewan yang cocok
dalam melakukan pengujian:
PRIMATA tidak sakit karena virus DBD,
MENCIT memerlukan perubahan sistem imun
yang berat untuk menunjukkan gpejala .
URGENSI VAKSIN
HEPATITIS

apt. Rahmat Hidayat


HEPATITIS
INFEKSI virus hepatitis B merupakan penyebab utama
1 terjadinya HEPATITIS KRONIK SIROSI DAN KARSINOMA SEL
HATI.

Penularannya dapat terjadi secara SEKSUAL, IBU Ke ANAK


2
DAN parenteral (Injeksi jarum suntik)

Aktivitas seksual merupakan yang paling besar


3
menyumbang kejadiannya.
HEPATITIS A dan C
hepatitis A diperoleh dari proses masuknya virus ke
1 dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit mungkin melalui
makanan, kontak langsung dengan penderita.

Hepatitis C dapat terjadi melalui darah individu yang


2
terinfeksi sebelumnya.

Bedanya HEPATITIS B ditularkan melalui seks (PMS)


Transkripsi

Kromosom DNA RNA

Farma MasterClass | apt. rahmat hidayat, s.farm, m.sc


Transkripsi
terbalik

RNA DNA Kromosom

Farma MasterClass | apt. rahmat hidayat, s.farm, m.sc


Virus RNA
Virus DNA
HEPATITIS
20% pasien yang terinfeksi
VIRUS HEPATITIS B akan
berkembang menjadi SIROSIS dan
hipertensi PORTAL yang dpat
terjadi dalam waktu 5 tahun.
HEPATITIS
Belum ada obat untuk mengobati
Hepatitis.Namun pengobatan
penting untuk dilakukan agar
tidak terjadi DEKOMPENSASI
hati. APA ITU MAKSUDNYA?
Masalah hati
HEPATITIS
Peradangan sel hati oleh
HEPATITIS B mengakibatkan
peningkatan kadar BILIRUBIN.
Bilirubin ini gagal tereksresi
ke dalam ASAM EMPEDU, sehingga
menumpuk di dalam aliran
darah, mengakibatkan
penderitanya kuning (Jaundice)
HEPATOSIT
Di dalam hati terdapat sel2 yang berperan
menyebabkan sirrosis, diantaranya
hepatocytes and dan sinusoidal. Sel Sinusoid
ini berfungsi untuk menyimpan Vitamin A.
Jika sel ini mengalami infeksi, misalnya karena
HEPATITiS, maka ia akan mengundang REAKSI
SISTEM immun yang akan melepaskan sitokin, dan
membentuk myofibroblasts, mengumpulkan
kolagen dan memebntuk jaringan FIBROSIS.
Disamping itu, kerusakan ini diperburuk oleh
adanya ROS yang dihasilkan di hati;
REACTIVE OXYGEN Species; MENINGKATKAN
PERADANGAN dan pembentukan
MIKROFIBROBLAS.
Jika hal ini terjadi maka akan terjadi
sumbatan aliran darah yang mengakibatkan
terganggunya aliran darah; meningkatkan
tekanan darah.
Peningaktan tekanan darah
pda pembuluh darah hati ini
akan beresiko meningkatkan
tahanan pembuluh darah,
yang mengakibatkan
TERJADINYA ascites.
HEPATITIS
Hepatitis B menyebabkan
peradangan, yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan sel
hati (HEPATOMEGALY) YANG
KEMUDIAN dalam jangka waktu
yang panjang membentuk
jaringan parut (SIRROSIS),
YANG DPAT MENGHMABT ALIRan
darah ke empedu.
HEPATITIS
Menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), anjuran
pemberian vaksin hepatitis B
adalah sebagai berikut: Dosis
1: segera setelah lahir
sebelum berusia 24 jam. Dosis
2: usia 2 bulan. Dosis 3: usia
3 bulan.
POLIO
Poliomyelitis adalah INFEKSI VIRUS
menular yang biasanya tidak menunjukkan
gejala namun dalam keadaan berat dapat
menyebabkan flaccid paralysis akut
(lemah otot). Dia menyebar secara fecal
oral.
POLIO
Virus ini memperbanyak diri di

POLIO
saluran nafas bagian atas, saluran
cerna dan LIMFA. The virus
replicates in the upper respiratory
tract, GI tract, and local lymphatics.
POLIO
Vaksin polio 0 (nol) : sebaiknya
diberikan segera setelah lahir. Apabila
lahir di fasilitas kesehatan berikan
bOPV-0 saat bayi pulang atau pada
kunjungan pertama.
POLIO
Selanjutnya berikan bOPV atau IPV
bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV
minimal diberikan 2 kali sebelum
berumur 1 tahun bersama DTwP atau
DTaP.
TUBERKULOSIS
TB adalah penyakit lawas, bahkan sudah
ditemukan di era MESIR kuno dan pra
KOLUMBIA.

Namun baru di tahun 1882, dia dikenal


sebagai MICOBACTERIUM TUBERCULOSIS.

You see? it's a MICO---BACTETRIA.


Pengobatan efektifnya juga baru
dimulai pada tahun 1944.
MICO = JAMUR,
menempel tebal
micolat
STRUKTURDINDING
SEL MICOBAKTERIA
WASTING DISEASE
CONSUMPTION
WHITE PLAGUE
Vaksin BCG : sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau
segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan.

Bila berumur 3 bulan atau lebih,BCG diberikan bila uji


tuberculin negative. Bila uji tuberculin tidak tersedia, BCG
dapat diberikan.

Bila timbul reaksi local cepat pada minggu pertama


dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis
tuberculosis.
DPT
(DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS)
TETANUS
DISEBABKAN oleh ENDOTOKSIN Clostridium
tetani. Vaksin tetanus ialah satu2nya vaksin vaksin
pencegah penyakit yg tidak MENULAR.

RACUN TETANUS akan mengganggu


NEUROTRANSMITTER yang bertanggungjawab untuk
RELAKSASI OTOT, menyebabkan kejang otot.
KEMATIAN dapt terjadi karena keracunan toksin atau
karena pneumonia, EMBOLISME PARU dll.
TETANUS
Vaksin DPT : dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin
DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2,3,4 bulan atau
2,4,6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan.
TETANUS

Booster berikutnya diberikan pada umur 5-7


tahun atau pada program BIAS kelas 1. Umur 7
tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau
Tdap.

Booster selanjutnya pada umur 10-18 tahun


atau pada program BIAS kelas5. Booster Td
diberikan setiap 10 tahun.
Tetanus toxoid adsorbed (adsorbed onto aluminum hydroxide,
phosphate, or potassium sulfate to increase antigenicity) is a sterile
suspension of the toxoid derived from C. tetani.

A series of three 0.5-mL doses of tetanus toxoid elicits protection in


virtually all individuals. Primary vaccination provides protection for at
least 10 years. Additional doses of tetanus toxoid (combined with
diphtheria toxoid, ie, Td) are recommended as part of wound
management if a patient has not received a dose of tetanus toxoid
within the preceding 5 years.
PNEUMONIA
Pneumonia ialah salah satu bentuk infeksi
pernafasan akut yang mengifeksi PARU2.
Paru2 terdiri dari kantung2 kecil bernama
alveolus, yang terisi udara pada individu
normal.

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Dalam keadaan sehat, tidak terjadi
pertumbuhan mikroorganisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme
pertahanan paru.

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Apabila terjadi ketidak seimbangan antara
daya tahan tubuh, mikroorganisme dan
lingkungan, maka mikroorganisme dapat
berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan saluran
napas
1. Inokulasi langsung
a. Intubasi trakhea
b. Luka tembus yang mengenai paru
2. Penyebaran melalui pembuluh darah dari tempat lain di luar
paru misalnya endokarditis

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


3. Inhalasi dari aerosol yang mengandung kuman 4. Kolonisasi di
permukaan mukosa Aspirasi sekret orofaring yang mengandung
kuman

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Ketika seseorang terinfeksi PNEUMONIA, alveolus terisi cairan dan
pus, sehingga individu tersebut mengalami kesulitan bernafas,
dan mengurangi intake oksigen..

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non-
mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-
obatan dan lain - lain) disebut pneumonitis.

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Saat penyakit TB marak di negara berkembang,
PNEUMONIA dapat terjadi dimana saja.

Terjadi pada semua umur, namun berat kondisinya pada


anak2, lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit kronis.

BASIC A || FARMA MASTER CLASS


Vaksin pneumokokus (PCV) : diberikan pada umur 2,4
dan 6 bulan dengan booster pada umur 12 – 15 bulan.
Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan
PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah
umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis
sebelumnya.
Jika belum diberikan pada umur 1-2 tahun, berikan
PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum
diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali
dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali.
Vaksin rotavirus monovalen : diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur
6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu harus selesai
pada umur 24 minggu.

Vaksin rotavirus pentavalen : diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12


minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu,
harus selesai pada umur 32 minggu.

Vaksin influenza : diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun.


Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu. Umur > 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.
Vaksin MR/MMR : pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bisa sampai umur 12
bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan
berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS
kelas 1) atau MMR.

Vaksin Japanese encephalitis (JE) : diberikan mulai umur 9 bulan di daerah


endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan
jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun kemudian.

Vaksin varisela : diberikan mulai umur 12-18 bulan. Pada umur 1-12 tahun
diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Umur 13 tahun
atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu.
Vaksin hepatitis A : diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan
sampai 12 bulan kemudian.

Vaksin tifoid polisakarida : diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.

Vaksin human papilloma virus (HPV) : diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun
2 kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun
atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,16 bulan (vaksin bivalen) atau 0,2,6 bulan
(vaksin quadrivalent).

Vaksin dengue : diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositive dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan
antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan
pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.

Anda mungkin juga menyukai