Anda di halaman 1dari 2

Proses mediasi dalam sidang lanjutan kasus gugatan Fara Luwia selaku pendiri PT.

Lumbung Padi
Indonesia (LPI) terhadap dua anak usaha Wilmar Group, belum mencapai titik temu. Pasalnya,
perwakilan dari pihak tergugat tidak memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan terkait dengan
tuntutan ganti rugi yang diajukan Fara Luwia sebesar Rp939miliar. Fara Luwia selaku penggugat, tampak
hadir langsung dalam mediasi. Sementara itu, pihak tergugat diwakili oleh Erick Tjia, selaku Direktur PT
Sentratama Niaga Indonesia (SNI) dan PT Natura Wahana Gemilang (NWG) serta Saronto Soebagio
selaku Direktur PT LPI. Dalam mediasi yang berlangsung tertutup tersebut, Erick Tjia maupun Saronto
Soebagyo belum dapat mengambil keputusan apapun terkait dengan tuntutan Fara Luwia karena
keduanya tidak mengetahui secara langsung duduk perkara yang menjadi pokok sengketa.

Dari cerita di atas, jelaskan beberapa hal sbb:

1. Jenis Mediasi apakah yang dilakukan pada cerita di atas?

2. Jika “Mediasi dalam Pengadilan” tidak tercapai, apakah para pihak pada perkaradi atas masih bisa
melakukan perdamaian?

Jawaban:

1. Secara umum, mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa. Ada 2 jenis mediasi,
yaitu di dalam pengadilan dan di luar pengadilan. Mediasi di luar pengadilan ditangani oleh
mediator swasta, perorangan, maupun sebuah lembaga independen alternatif penyelesaian
sengketa yang dikenal sebagai Pusat Mediasi Nasional (PMN). Mediasi yang berada di dalam
pengadilan diatur oleh Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 1 Tahun 2016 yang
mewajibkan ditempuhnya proses mediasi sebelum pemeriksaan pokok perkara perdata dengan
mediator terdiri dari hakim-hakim Pengadilan Negeri tersebut yang tidak menangani
perkaranya. Penggunaan mediator hakim dan penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang
pengadilan tingkat pertama tidak dikenakan biaya. Proses mediasi pada dasarnya tidak terbuka
untuk umum, kecuali para pihak menghendaki lain.

Dalam kasus diatas mediasi yang digunakan adalah mediasi di dalam pengadilan.

2. Tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Proses Mediasi
di Pengadilan Bab III Pasal 18 Tidak Mencapai Kesepakatan
1. Jika setelah batas waktu maksimal 40 (empat puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 ayat (3), para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan atau karena sebab-sebab
yang terkandung dalam Pasal 15, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses
mediasi telah gagal dan memberitahukan kegagalan kepada hakim
2. Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara
sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku.
3. Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk
mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan.
4. Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlangsung paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak hari para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada hakim
pemeriksa perkara yang bersangkutan.
Para pihak masih bisa berdamai tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Proses Mediasi di Pengadilan Bab IV Pasal 21 dan 22 yaitu perdamaian di tingkat
banding dan kasasi
Pasal 21
(1) Para pihak, atas dasar kesepakatan mereka, dapat menempuh upaya perdamaian terhadap
perkara yang sedang dalam proses banding, kasasi, atau peninjauan kembali atau terhadap perkara
yang sedang diperiksa pada tingkat banding, kasasi, dan peninjauan kembali sepanjang perkara itu
belum diputus.
(2) Kesepakatan para pihak untuk menempuh perdamaian wajib disampaikan secara tertulis kepada
Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang mengadili.
(3) Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang mengadili segera memberitahukan kepada Ketua
Pengadilan Tingkat Banding yang berwenang atau Ketua Mahkamah Agung tentang kehendak para
pihak untuk menempuh perdamaian.
(4) Jika perkara yang bersangkutan sedang diperiksa di tingkat banding, kasasi, dan peninjauan
kembali majelis hakim pemeriksa di tingkat banding, kasasi, dan peninjauan kembali wajib
menunda pemeriksaan perkara yang bersangkutan selama 14 (empat belas) hari kerja sejak
menerima pemberitahuan tentang kehendak para pihak menempuh perdamaian. (5) Jika berkas
atau memori banding, kasasi, dan peninjauan kembali belum dikirimkan, Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama yang bersangkutan wajib menunda pengiriman berkas atau memori banding, kasasi, dan
peninjauan kembali untuk memberi kesempatan para pihak mengupayakan perdamaian.

Anda mungkin juga menyukai