3.7 Menganalisis pencatatan transaksi sumber dana wadi’ah
4.7 Mencatat transaksi sumber dana wadi’ah
A. Pengertian dan landasan hukum wadi’ah
1. Pengertian wadi’ah Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, barang, dokumen, surat berharga, barang lain yang berharga disisi Islam. Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah adalah: a. Barang yang dititipkan b. Orang yang menitipkan/penitip c. Orang yan menerima titipan/penerima titipan d. Ijab Qabul sumber dana wadi’ah (titipan) adalah berasal dari giro dan tabungan. Giro wadi’ah merupakan bentuk titipan dana oleh nasabah kepada bank syariah dengan ketentuan pengambilannya harus menggunakan media berupa cek atau bilyet giro. Sementara itu, tabungan merupakan titipan dana nasabah kepada bank dengan ketentuan dalam pengambilsnnya tidak menggunakan cek atau bilyet giro melainkan dengan menggunakan buku tabungan atau kartu ATM. Pada giro wadi’ah, pertama kali nasabah harus membuka rekening di bank syariah dengan akad titipan atau wadi’ah dan nasabah harus menyetor sejumlah dana, kemudian nasabah akan diberikan cek atau bilyet giro sebagai sarana penarikan dana atau untuk pembayaran kepada pihak terbayar. Sementara tabungan wadi’ah, pertama kali nasabah akan menandatangani akad tabungan dengan menyetorkan sejumlah dana, kemudian bank syariah akan meberikan buku tabungan kepada nasabah. Apabila nasabah ingin mengambil uangnya, dapat menggunakan buku tabungan atau ATM yang diberikan bank syariah. Jenis tabungan ini sama seperti tabungan umum yang kita punya pada bank konvensional, hanya berbeda di akadnya saja. Sumber dana wadi’ah: 1. Giro wadi’ah 2. Tabungan wadi’ah PSAK Nomor 59 tetntang Akuntansi Perbankan Syariah paragraf 134-136 menjelaskkan karakteristik wadi’ah sebagai berikut : a. Wadi’ah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan. b. Wadi’ah dibagi atas wadi’ah yad dhamanah dan wadi’ah yad amanah. c. Penerima titipan (bank syariah) dalam transaksi wadi’ah dapat : 1. Meminta Ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut. 2. Memberikan bonus kepada penitip dari hasil pemanfaatan barang/uang titipan (wadi’ah yad dhamanah), tetapi tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan besarnya tergantung pada kebijakan penerima titipan. Berdasarkan PSAK Nomor 59 tersebut, wadi’ah dibagi menjadi dua jenis, yaitu wadi’ah yad dhamanah dan wadi’ah yad amanah. a. Wadi’ah yad dhamanah Wadi’ah yad dhamanah merupakan jenis wadi’ah dimana penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan atau tanpa seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap kali pemilik menghendakinya dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut. b. Wadi’ah yad amanah Wadi’ah yad amanah merupakan jenis wadi’ah dimana penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan yang terjadi terhadap barang titipan, selama hal tersebut bukan akibat dari kalalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut. B. Landasan hukum wadi’ah a. Q.S. An-Nisa’/4:29 “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...” b. Q.S Al-Baqarah/2: 283 “...Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya...” c. Fatwa DSN MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menetapkan hal-hal berikut : Pertama: Giro ada dua jenis 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Ketiga: Ketentuan umum giro berdasarkan wadi’ah 1. Bersifat titipan 2. Titipan bisa diambil kapan saja (On call) 3. Tidak ada imbalan yang diisyaratkan. Kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. d. Fatwa DSN MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menetapkan hal-hal berikut. Pertama: Tabungan ada dua jenis: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Tabungan yang dibenarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Ketiga: Ketentuan umum tabungan berdasarkan wadi’ah 1. Bersifat simpanan. 2. Simpanan bisa diambil kapan saja (On call) atau berdasarkan kesepakatan. 3. Tidak ada imbalan yang diisyaratkan. Kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. C. Analisis transakasi wadi’ah Pada transaksi giro dan tabungan wadi’ah nasabah mengikat akad dengan bank syariah dengan akad wadi’ah yad dhamanah. Transaksi giro wadi’ah a. 1 Agustus 2019 Ibu Alawiyah membuka rekening girowadi’ah pada Bank Syariah Mutiara dan menyetorkan dana Rp 30.000.000,- b. 5 Agustus 2019 Ibu Alawiyah melakukan penarikan giro wadi’ahnya sebesar Rp 2.000.000,- c. 7 Agustus 2019 Ibu Alawiyah menyerahkan aplikasi transfer untuk dilakukan pemindahbukuan dar rekening gironya untuk dibuatkan giro mudharabah sebesar Rp 10.000.000,- d. 15 Agustus 2019 Ibu Awaliyah melakukan transfer ke rekening Tuan Adhan di Bank Syariah Mutiara cabang solo sebesar Rp 5.000.000,- e. 31 Agustus 2019 Ibu Alawiyah behak atas bonus dari Bank Syariah Mutiara sebesar Rp 25.000,- dan atas bonus tersebut dipotong pajak 10% f. 31 Agustus 2019 Bank Syariah Mutiara membagikan bagi hasil atas giro mudharabah Ibu Alawiyah sebesar Rp 100.000,- Jurnalnya adalah: Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp) 1 Agustus Kas 30.000.000,- - 2019 Kewajiban giro wadi’ah-Ibu Alawiyah - 30.000.000,- 5 Agustus Kewajiban giro wadi’ah-Ibu Alawiyah 20.000.000,- - 2019 Kas - 20.000.000,- 15 Agustus Kewajiban giro wadi’ah-Ibu Alawiyah 5.000.000,- - 2019 Bank Indonesia - 5.000.000,- 31 Agustus Beban administrasi-bonus wadi’ah 25..000,- - 2019 Kewajiban giro wadi’ah-Ibu Alawiyah - 22.500,- Bank Indonesia - 500 31 Agustus Distribusi bagi hasil giro mudharabah 100.000,- - 2019 Kas - 100.000,-
Transaksi tabungan wadi’ah
a. 1 Maret 2019 Ibu Tyas membuka rekening tabungan wadi’ah dan menyetorkan dana Rp 20.000.000,- b. 10 Maret 2019 Ibu Tyas mengambil uang tabungannya Rp 3.000.000,- c. 15 Maret 2019 Ibu Tyas mengambil uang tabungannya Rp 4.000.000,- d. 25 Maret 2019 Ibu Tyas menyetorkan uang tabungannya Rp 10.000.000,- e. 31 Maret 2019 Biaya administrasi bank Rp 25.000,- f. 31 Maret 2019 pembayaran bonus wadi’ah Rp 50.000,- Jurnalnya adalah Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp) 1 Maret 2019 Kas 20.000.000,- - Kewajiban tabungan wadi’ah-Ibu Tyas - 20.000.000,- 10 Maret 2019 Kewajiban tabungan wadi’ah-Ibu Tyas 3.000.000,- - Kas - 3.000.000,- 15 Maret 2019 Kewajiban tabungan wadi’ah-Ibu Tyas 4.000.000,- - Kas - 4.000.000,- 25 Maret 2019 Kas 10.000.000,- - Kewajiban tabungan wadi’ah-Ibu Tyas - 10.000.000,- 31 Maret 2019 Kewajiban tabungan wadi’ah-Ibu Tyas 25.000,- - Pendapatan lain-lain - 25.000,- 31 Maret 2019 Beban administrasi-bonus wadi’ah 50.000,- - Kas - 50.000,-