Anda di halaman 1dari 4

Nama : Jujun Jaelani

CGP Angkatan 9 Kabupaten Pandeglang


Saya Jujun Jaelani Calon Guru Penggerak angkatan 9, Kabupaten Pandeglang, kali ini saya akan berbagi
artikel materi tentang modul 1.4 Budaya Positif. Dalam artikel ini, kita akan mengikuti jejak perjalanan
melalui model DEAL (Description, Examination, and Articulation of Learning), yang dikembangkan oleh
Ashton dan Clay pada tahun 2009.
Deskripsi
Deskripsi merupakan proses menceritakan pengalaman dengan melibatkan 5W 1H, yaitu Apa yang terjadi,
Siapa yang terlibat, Kapan kejadian itu terjadi, Mengapa kejadian tersebut relevan, Dimana lokasi kejadian,
dan Bagaimana hal itu terjadi. Proses ini membantu dalam memahami dan berbagi pengalaman dengan
rinci dan jelas.
1. Pengalaman apa yang saya dapatkan?
Saya memulai pengerjaan modul 1.4 dengan
alur MERDEKA, yang mengikuti tahapan dari
Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang
Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual,
Elaborasi, Koneksi Antar Materi, hingga Aksi
Nyata. Selama proses pembelajaran di modul
ini, saya mendalami topik seputar Disiplin
positif, Teori kontrol, Hukuman dan
konsekuensi, Keyakinan kelas, 5 Kebutuhan
dasar manusia, 5 Posisi Kontrol Guru, dan
Segitiga Restitusi. Pengalaman ini telah
memberikan pemahaman pada diri saya tentang budaya positif yang harus diterapkan lingkungan sekolah.
2. Siapa yang Terlibat dalam Pengalaman Ini?
Berbagai pihak yang terlibat dalam modul 1.4 mencakup
diri saya pribadi sebagai Calon Guru Penggerak
angkatan -9 , rekan-rekan CGP dari kelompok A-09-21,
serta pemangku kepentingan dari BBGP Banten,
Pengajar Praktik, Fasilitator. Selain itu, Kepala Sekolah,
dan rekan guru lainnya, dan para peserta didik di SDN
Tarumanegara 3 juga terlibat dalam mendukung proses
pembelajaran dan pengembangan budaya positif di sekolah.

3. Dimana dan Kapan Kegiatan Dilaksanakan?


Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua mode yang berbeda. Pertama, secara sinkronus, kami
menggunakan platform daring seperti Google Meet (gmeet) untuk mengadakan dua kali pertemuan dalam
ruang kolaborasi bersama rekan kelompok, pengajar praktik, dan
fasilitator kami. Selanjutnya, kami melanjutkan proses elaborasi
bersama kelompok, instruktur, fasilitator, dan pengajar praktik
melalui platform gmeet. Kedua, dalam mode asinkronus, kami
mengakses materi dan sumber daya melalui Web Learning
Management System (LMS) selama 21 hari, dengan beberapa
hari di antaranya dihabiskan untuk menjalani aksi nyata dalam
mempraktikkan budaya positif di SDN Tarumanegara 3.
Kegiatan ini dijalani mengikuti alur MERDEKA, yang memiliki tahap-tahap penting. Dimulai dari tahap
"M" (Mulai dari Diri) pada 1 Oktober 2023, lalu dilanjutkan dengan tahap "E" (Eksplorasi Konsep) pada
tanggal 2-3 Oktober 2023. Selanjutnya, pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2023, kami mencapai tahap "R"
(Ruang Kolaborasi). Kemudian, tahap "D" (Demonstrasi Kontekstual) dengan batas waktu hingga 16
Oktober 2023. Pada 13 Oktober 2023, tahap "E" (Elaborasi) dilaksanakan, dan berlanjut dengan tahap "K"
(Koneksi antar materi) yang harus selesai hingga 19 Oktober 2023. Terakhir, tahap "A" (Aksi Nyata) dengan
batas waktu 30 Oktober 2023, dan seluruh proses ini mengarah pada Lokakarya 2 PGP pada tanggal 14
Oktober 2023.

4. Mengapa Kegiatan Ini Dilakukan?


Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas
pendidikan calon guru penggerak (CGP) yang
diintegrasikan ke dalam modul 1.4 tentang
Budaya Positif di sekolah. Ini mengharuskan CGP
untuk mengeksplorasi sejumlah materi terkait
budaya positif, termasuk nilai-nilai kebajikan, disiplin positif, keyakinan kelas, teori
kontrol, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 Posisi Kontrol Guru, dan Segitiga Restitusi.
Dengan menerapkan pemahaman ini, tujuannya adalah mewujudkan budaya positif
dilingkungan sekolah, yang dapat membentuk karakteristik siswa sesuai dengan
profil pelajar Pancasila. Sehingga, CGP berperan dalam upaya mewujudkan lingkungan belajar yang positif
serta mendukung perkembangan siswa secara holistik.

5. Bagaimana Kegiatan Ini Dilakukan?


Kegiatan PGP modul 1.4 dilakukan dengan mengikuti alur
MERDEKA, yakni serangkaian langkah yang mencakup Mulai
dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontekstual, Elaborasi, Koneksi Antar Materi, hingga Aksi
Nyata. Dalam proses ini, calon guru penggerak (CGP) bergerak
dari introspeksi diri sebagai bentuk refleksi diri dari apa yang
telah dilakukan hingga kolaborasi yang kontekstual,
mengeksplorasi konsep-konsep penting, melakukan demonstrasi
yang relevan, mengembangkan pemahaman melalui kegiatan
elaborasi bersama instruktur, melakukan aksi baik dengan
berbagai materi, dan akhirnya, menerapkan kegiatan
pembelajaran sebagai tindakan aksi nyata. Alur MERDEKA memberikan kerangka yang terstruktur bagi
CGP dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya dalam mewujudkan lingkungan belajar yang
positif.

Examination
Examination, dalam konteks ini, merujuk pada analisis yang dilakukan terhadap pengalaman belajar pada
modul 1.4 dengan mengaitkannya ke pengalaman dari modul 1.1, modul1.3 dan modul 1.3. Hal ini
mencakup pemahaman tentang bagaimana materi budaya positif yang diterapkan dalam modul 1.4
berhubungan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan
melakukan analisis ini, calon guru penggerak dapat menyadari pentingnya kohesi antara pengalaman belajar
di setiap modul serta bagaimana itu dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan yang
dilakukan oleh calon guru penggerak secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis yang di lakukan, materi budaya
positif yang diajarkan dalam modul 1.4 memiliki
hubungan yang erat dengan modul-modul sebelumnya
dalam program guru penggerak (PGP). Modul 1.1
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan merupakan proses menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak sesuai dengan
kodrat alam dan zamannya supaya mereka mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dalam menuntun guru harus bersikap Among dengan prinsip trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara
“Ingarsa sung tulodo, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani relevan dengan sikap seorang guru
dalam melakukan bimbingan terhadap siswa dikelas, modul 1.2 yang membahas Nilai dan peran guru
penggerak menekankan pentingnya peran guru penggerak dalam menyusun visi dan prakarsa perubahan
berdasarkan pendekatan (IA) Inkuiri Apresiatif melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil
pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi)
Pemahaman tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak yang diperoleh dalam modul 1.2 memberikan
landasan yang kuat untuk modul 1.4 tentang budaya positif. Guru penggerak yang memiliki pemahaman
yang kuat tentang nilai-nilai positif dan peran mereka dalam menginspirasi perubahan pendidikan akan
menjadi ia lebih siap dan semakin termotivasi secara intrinsik dalam upaya mewujudkan pendidikan yang
berpusat pada kepentingan dan kebutuhan belajar siswa, sebagaimana yang telah diajarkan pada materi
modul 1.1, yang mengacu pada refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dengan demikian, ada
kesinambungan logis dalam pembelajaran dan penerapan konsep-konsep ini dalam program PGP.

Articulation of Learning
Artikulasi pembelajaran adalah tahap yang penting dalam proses refleksi dan pengembangan diri. Hal ini
mencakup apa yang telah saya pelajari dan rencana untuk perbaikan di masa yang akan datang. Setelah
memahami konsep-konsep dan pengalaman dalam modul 1.4, saya merumuskan rencana untuk menerapkan
budaya positif, nilai-nilai kebajikan, dan konsep-konsep lainnya ke dalam lingkungan belajar.
Sangat penting untuk memulai perubahan dari diri sendiri, dan hal ini juga berlaku dalam menciptakan
budaya positif di sekolah. Sebagai seorang calon guru penggerak, saya menyadari bahwa saya harus
menjadi teladan dalam menerapkan nilai-
nilai dan budaya positif. Ini dimulai
dengan memahami dan
menginternalisasikan konsep-konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari
disekolah. Setelah mencapai stabilitas
diri, saya bertekad untuk menyebarkan
budaya positif ini kepada peserta didik,
rekan-rekan guru, maupun dengan
beberapa praktisi pendidikan di luar
sekolah sebagai bentuk aksi nyata baik
yang manfaatnya bukan hanya dirasakan
oleh saya pribadi namun dapat
bermanfaat oleh kebanyakan orang secara luas. Hal ini melibatkan upaya dan tekad yang kuat dalam
mengkomunikasikan nilai-nilai kebajikan, prinsip disiplin positif, dan keyakinan kelas.
Selain itu, saya berencana untuk menerapkan posisi kontrol sebagai manajer dengan memanfaatkan segitiga
restitusi saat menghadapi tantangan yang terjadi di kelas maupun di lingkungan sekolah. Pemahaman
tentang posisi kontrol guru sangat relevan dalam memperkuat sebuah interaksi positif antara guru dan siswa
serta dengan orang tua.
Terakhir, kolaborasi dengan seluruh warga sekolah dan pihak-pihak terkait (stakeholder) merupakan hal
yang sangat penting. Saya berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak mulai dari, kepala
sekolah, rekan guru, orang tua, dan komunitas atau praktisi pendidikan lainnya di lingkungan sekitar
sekolah. Dengan kerja sama tersebut, kami dapat bersama-sama membangun dan mengembangkan budaya
positif yang berkelanjutan di sekolah yang dapat berdampak terhadap perkembangan karakteristik siswa
menuju karakter profil pelajar Pancasila serta dapat mendorong suasana belajar yang kondusif aman dan
menyenangkan. Semua ini adalah langkah penting dalam mewujudkan visi yang telah kami buat untuk
pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai