Anda di halaman 1dari 2

BENDUNG KHAYANGAN

Bendungan Kayangan adalah tempat petilasan dari leluhur warga Desa Pendoworejo
yang memiliki garis genealogis raja Brawijaya V (Kerajaan Majapahit) bernama Mbah Bei.
Wacana yang beredar diantara warga, Mbah Bei dipercaya sebagai sosok yang memiliki
kemampuan spiritual tinggi. Kepercayaan dan latar belakang dari bendungan tersebut
secara tidak langsung telah membangun impresi kepada masyarakat sehingga menjadikan
bendungan Kayangan sebagai tempat rujukan untuk melakukan pertapaan, pesugihan
hingga ruwatan. Bendungan Kayangan oleh warga setempat juga digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti; irigasi pertanian, perkebunan, air minum, dan
tempat wisata. Persimpangan antara dunia mitis dan praktis bukan menjadi sebuah
persoalan karena bagi warga keduanya dianggap sebagai hal biasa. Benang merah antara
Mbah Bei, bendungan Kayangan, dan manfaat dari empat tersebut menjadi asal mula
penciptaan upacara Rebo Pungkasan Kembul Sewu Dulur.
Pelaksanaan upacara Rebo Pungkasan Kembul Sewu Dulur dilaksanakan satu kali
dalam setahun yaitu tepat pada hari rabu terakhir di bulan Sapar dan konon upacara ini
sudah bertahun – tahun turun menurun dilakukan oleh masyarakat Desa Pendowoharjo.
Hasil penghitungan waktu pelaksanaan upacara berdasarkan kalender Jawa (saka) yang
memiliki siklus 354 hari. Waktu pelaksanaan upacara hingga sampai dengan saat ini tetap
dipertahankan karena warga masih menjunjung tinggi ketentuan-ketentuan yang
ditinggalkan oleh pendahulunya dalam melaksanakan upacara Rebo Pungkasan Kembul
Sewu Dulur.Upacara adat ini, juga memiliki sebuah karya seni musik berupa tembang yang
berjudul Kembul Sewu Dulur.Tembang tersebut merupakan kebudayaan material seni yang
menjadi satu kesatuan dengan sejarah upacara.
Upacara adat rebo pungkasan kembul sewu dulur bendung kayangan ini memiliki
nilai, makna dan filosofi yang cukup kuat di masyarakat Desa Pendoworejo, pertama ,
upacara ini memiliki nilai penting di masyarakatnya yaitu nilai kerukunan yang ditinjau
melalui doa yang diungkapkan dengan bahasa jawa dan etimologi kembul sewu dulur
merupakan analogi dari warga Desa Pendoworejo yang menganggap bahwa seluruh
pengunjung upacara sebagai saudara.
Tradisi Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan dilakukan dengan warga makan
bersama-sama sajian makanan khas daerah tersebut seperti bothok lele dan ikan mas
panggang tanpa bumbu garam bersama nasi tumpeng dan sayur-sayuran. Kegiatan lainnya
adalah kegiatan ngguyang jaran berupa upacara ritual memandikan kuda kepang di aliran air
Bendung Kayangan. Kegiatan ngguyang jaran berupa upacara ritual memandikan kuda
kepang di aliran air Bendung Kayangan. Selain itu memandikan wayang kuno, memandikan
sepeda kuno, memandikan penganten baru dan penganten baru seniman. Ritual ini diyakini
dapat mendatangkan pelarisan bagi kelompok kuda lumping. Selain ngguyang kuda lumping,
juga topeng pun dicuci. Ini juga sebagai simbol membersihkan diri dengan air, karena air
memiliki makna sebagai tirta marta atau sumber kehidupan.

Tujuan dari kegiatan Kembul Sewu Dulur itu adalah agar masyarakat dapat
memamahi nilai kerukunan. Juga melestarikan adat istiadat yang ada di Desa Turusan .

Anda mungkin juga menyukai