Abstrak -- Plant level coupled tank digunakan pada Pada pengaturan level air di coupled tanks, level pada
kebutuhan industri yang melibatkan fluida sebagai penampung tangki kedua akan dipengaruhi oleh aliran cairan dari tangki
minyak atau cairan kimia. Coupled tank merupakan plant pertama. Pemindahan cairan dari satu tangki ke tangki yang
nonlinier yang tersusun dari dua buah tangki yang dihubungkan lain meyebabkan berubahnya level cairan dalam tangki.
oleh sebuah pipa atau lubang saluran. Cara kerja dari tank ini
dengan mengendalikan aliran dan laju air salah satu tangki
Dalam pengaturan level, pemindahan cairan biasa disebut
sesuai kebutuhan. Kontrol level digunakan untuk menjaga titik sebagai pembebanan pada level. Perubahan beban ini dapat
set level terhadap nilai yang diberikan sehingga mampu mempengaruhi dari kinerja kontroler.
menerima nilai-nilai set point secara dinamis.
Pada tugas akhir ini, digunakan metode Model Predictive Control II. TINJAUAN PUSTAKA
untuk mengendalikan aliran dan laju air. Untuk A. Coupled Tank [2]
mengaplikasikan Model Predictive Control, perumusan plant Coupled Tank tersusun dari dua buah tangki yang
akan diubah menjadi plant linear. Penelitian tugas akhir ini dihubungkan oleh sebuah pipa atau lubang saluran. Level
bertujuan untuk mendesain sistem pengendalian level dan flow cairan pada tangki pertama ditunjukkan sebagai H1 dan H2
pada coupled-tank process menggunakan kontroler Model
Predictive Control yang dapat bekerja memprediksi perilaku
adalah level tangki kedua. Bila input kontrol adalah flow Q1,
sistem pada masa depan yang bergantung pada informasi sistem maka variabel yang akan dikontrol adalah kedua level H1 dan
saat ini. H2, dengan disturbance yang disebabkan oleh variasi flow
Pada pengujian didapatkan nilai Np sebesar 10, nilai Nc sebesar pada valve A, valve B. Disini akan timbul suatu sistem dengan
1, dan nilai tuning parameter sebesar 0,2. Sistem mengalami dua tangki saling berinteraksi.
settling time pada detik ke-39,1002 pada tangki 1 dan detik ke- Sistem Coupled Tank dapat dikonfigurasi sebagai sestem
40,1051 pada tangki 2. Sistem mempunyai error steady state SISO atau sebagai Sistem MIMO melalui manpulasi input dan
sebesar 0,015% pada tangki 1 dan 0,005% pada tangki 2. sectional daerah valve.
Kata Kunci – Coupled Tank, Dekopling, Model Predictive
Control, Observer
I. PENDAHULUAN
𝐶𝐴
𝐶𝐴2 (3.11)
𝐹 = 𝐶𝐴3
⋮
[𝐶𝐴𝑁𝑝 ] 𝐺21 (𝑠) =
𝐶𝐵 0 0 ⋯ 0 𝑘1 1
( )
𝐴 𝑇𝑥
𝐶𝐴𝐵 𝐶𝐵 0 ⋯ 0
(𝑇 𝑇 +𝑇 𝑇 +2𝑇1 𝑇2 ) 1 1 1
𝛷 = 𝐶𝐴2 𝐵 𝐶𝐴𝐵 𝐶𝐵 ⋯ 0 𝑠2+ 1 𝑥 2 𝑥 𝑠+( + + )
𝑇1 𝑇 2 𝑇 𝑥 𝑇1 𝑇2 𝑇 1 𝑇𝑥 𝑇2 𝑇𝑥
⋮
[𝐶𝐴𝑁𝑝−1 𝐶𝐴𝑁𝑝−2 𝐶𝐴𝑁𝑝−3 𝐶𝐴𝑁𝑝 −𝑁𝑐 ]
⋯ (3.12)
(4)
Nc merupakan nilai control horizon, yaitu jumlah langkah
kontrol berkelanjutan yang diterapkan dan diprediksi oleh 𝐺22 (𝑠) =
𝑘2 𝑇 +𝑇
kontroler MPC dalam sebuah sampling time. Selain itu, (𝑠+ 𝑥 1)
𝐴 𝑇1 𝑇 𝑥
variabel output terprediksi dapat diperkirakan dan diprediksi (𝑇 𝑇 +𝑇 𝑇 +2𝑇1 𝑇2 ) 1 1 1
dalam jumlah sampel Np, dimana Np merupakan nilai 𝑠2+ 1 𝑥 2 𝑥 𝑠+( + + )
𝑇1 𝑇 2 𝑇 𝑥 𝑇1 𝑇2 𝑇 1 𝑇𝑥 𝑇2 𝑇𝑥
prediction horizon. Sebagai catatan, nilai Nc harus lebih kecil
atau sama dengan nilai Np. (3.13)
𝐴 ̅̅̅̅
2ℎ 1 𝐴 ̅̅̅̅
2ℎ 2 𝐴 ̅̅̅̅
2|ℎ ̅̅̅̅
1 −ℎ 2|
III. PERANCANGAN SISTEM 𝑇1 = √ , 𝑇2 = √ ,𝑇1 = √
𝛽1 𝑎 𝑔 𝛽2 𝑎 𝑔 𝛽1 𝑎 𝑔
A. Pemodelan Sistem [4]
Identifikasi Sistem Persamaan plant dapat diperoleh dari
persamaan kesetimbangan massa dan hukum Bernoulli. (3.14)
Dinamika plant ini dapat dimodelkan dengan persamaan
diferensial sebagai berikut. Lalu ditentukan parameter dan titik kerja untuk plant
yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.
𝑑𝐻1 (𝑡) k1 𝛽1 𝑎 𝑔 Tabel 3. 1 Parameter Sistem
= 𝑈1 (𝑡) − √ 𝐻 (𝑡 )
𝑑𝑡 𝐴 𝐴 2ℎ1 1
𝐴 (𝑐𝑚2 ) 66,25
𝛽𝑥 𝑎 𝑔 𝑎 (𝑐𝑚2 ) 0,1963
+ √ [𝐻2 (𝑡) − 𝐻1 (𝑡)) 𝛽1 0,35903
𝐴 2|ℎ2 − ̅̅̅
̅̅̅ ℎ1 |
𝛽2 0,45848
𝛽𝑥 0,38705
(3.1) Tabel 3. 2 Titik Kerja Plant
𝑑𝐻2 (𝑡) k 2 𝛽2 𝑎 𝑔
= 𝑈2 (𝑡) − √ 𝐻 (𝑡 ) 𝑢1 (𝑉) 2,5
𝑑𝑡 𝐴 𝐴 2ℎ2 2 𝑢2 (𝑉) 2
̅̅̅
ℎ1 (𝑥 10% 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒) 2,749
𝛽𝑥 𝑎 𝑔
− [𝐻2 (𝑡) − 𝐻1 (𝑡)) ̅̅̅
ℎ2 (𝑥 10% 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒) 3,262
𝐴 √2|ℎ
̅̅̅2 − ̅̅̅
ℎ1 | 𝑘1 (𝑐𝑚3 /𝑉. 𝑠) 2,88
(5) 𝑘2 (𝑐𝑚3 /𝑉. 𝑠) 2,588
Bentuk transfer function Coupled Tank didapat dari hasil
identifikasi sistem sebelumnya, yaitu: Dengan masukannnya berupa tegangan ke pompa yang
ditunjukkan dalam lambang 𝑢1 (𝑡), 𝑢2 (𝑡). Keluarannya
𝐻1 (𝑠) 𝐺 (𝑠) 𝐺12 (𝑠) 𝑢1 (𝑠) berupa ketinggian air pada tangki 1 dan 2 yang ditunjukkan
[ ] = [ 11 ][ ]
𝐻2 (𝑠) 𝐺21 (𝑠) 𝐺22 (𝑠) 𝑢2 (𝑠) dalam ℎ1 (𝑡), ℎ2 (𝑡).
(3.9) 0,22623𝑠+1,15898𝑒−3
𝐺11 (𝑠) = (6)
𝑠 2 +0,01755𝑠+6,3009𝑒−7
𝐺11 (𝑠) = −0,00070829
𝑘1 𝑇 +𝑇
(𝑠+ 𝑥 2) 𝐺11 (𝑠) = (7)
𝐴 𝑇2 𝑇𝑥 𝑠 2 +0,01755𝑠+6,3009𝑒−7
(𝑇 𝑇 +𝑇 𝑇 +2𝑇1 𝑇2 ) 1 1 1
𝑠2+ 1 𝑥 2 𝑥 𝑠+( + + ) −0,0017427
𝑇1 𝑇2 𝑇𝑥 𝑇1 𝑇2 𝑇1 𝑇𝑥 𝑇 2 𝑇 𝑥
𝐺11 (𝑠) = (8)
𝑠 2 +0,01755𝑠+6,3009𝑒−7
(3.10)
0,442288𝑠+2,19332𝑒−3
𝐺11 (𝑠) = (9)
𝑠 2 +0,01755𝑠+6,3009𝑒−7
𝐺12 (𝑠) =
𝑘2 1
( )
𝐴 𝑇𝑥
(𝑇
B. Dekopling
𝑇 +𝑇
𝑠2+ 1 𝑥 2 𝑥
𝑇 +2𝑇 1 2 )𝑠+( 1 + 1 + 1 )
𝑇
𝑇1 𝑇2 𝑇𝑥 𝑇1 𝑇2 𝑇1 𝑇𝑥 𝑇 2 𝑇 𝑥 Pada sistem Coupled Tank Plant ini, masing-masing
input mempengaruhi kedua output. Oleh karena itu, dirancang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 44
antara nilai Np yang lain. Akan tetapi, terlihat bahwa respon V. KESIMPULAN
yang dihasilkan lebih lambat daripada nilai Np = 3. Dari hasil simulasi, terlihat bahwa respon ketinggian
fluida tangki terhadap waktu dapat mengikuti sinyal referensi
setelah diberi kontroler MPC. Semakin besar nilai prediction
horizon dan tuning parameter, respon yang dihasilkan akan
semakin lambat dan halus. Sebaliknya, semakin kecil nilai
prediciton horizon dan tuning parameter akan mengakibatkan
respon yang semakin cepat walaupun dapat menimbulkan
overshoot yang semakin tinggi. Jika nilai control horizon dan
tuning parameter semakin besar, maka sistem akan memiliki
waktu respon yang lebih cepat dengan kekurangan overshoot
yang semakin tinggi. Adapun jika nilai control horizon dan
Gambar 8. Respon Tangki 2 tuning parameter semakin kecil, respon yang dihasilkan
sistem akan semakin halus walaupun waktu respon akan
Setelah mendapatkan Prediction Horizon dan Control semakin lambat.
Horizon yang sesuai, Kontroler MPC akan dipasang pada
tangki 1 dan tangki 2 untuk melihat apakah sinyal yang
dibentuk mengikuti sinyal reference. Gambar 8 menunjukkan
respon plant dengan kontroler, terlihat bahwa respon DAFTAR PUSTAKA
pemodelan tangki 1 dan 2 dengan menggunakan MPC [1] Muhammad Sadli, “Disain Kontroler PI dengan
berimpit dengan respon dari model yang diinginkan Decoupling pada Sistem Kendali Level Coupled Tank”,
Pada Gambar 7 dibawah adalah dimana respon input Jurnal ECOTIPE, ISSN 2355-5068, Volume 1, No. 2,
beban berubah untuk membuktikan bahwa kontroler MPC Oktober 2014.
dapat bertahan pada nilai setpoint ketika diberi disturbance
random dengan input yang menunjukan real system bahwa [2] Arjin Numsomran, “Design of-DOF PI Controller with
beban tidak dapat terprediksi. Input disturbance random Decoupling for Coupled-Tank Process,” International
berubah setiap 70 detik, ketika respon kontroler sudah Conference on Control, Pathumwan Institute of
mencapai steady state sesuai pada model yang diinginkan Technology, 2007.
dengan nilai settling sebesar 25,2 detik namun respon asli
plant belum mencapai steady state. [3] E. F. Camacho, “Model Predictive Control (Advanced
Textbooks in Control and Signal Processing)”, Spinger,
Inggris, 2000.