Anda di halaman 1dari 21

MODUL PRAKTIKUM

TKK622314. PRAKTIKUM PENGENDALIAN PROSES


PENGONTROLAN LEVEL DAN TEMPERATUR

Dr. Nuryoto, S.T., M.Eng. Dr.


Dr. Heri Heriyanto, ST, M.Eng
Hafizd Alwan, ST., MT.

JURUSAN TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
Modul Pengendalian Level

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pengendalian merupakan susunan komponen-komponen fisik yang akan terkait
sedemikian rupa sehingga mampu mengatur sistemnya sendiri ataupun sistem diluarnya.
Sedangkan, sistem kontrol adalah proses pengaturan dan pengendalian terhadap satu atau
beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau range tertentu
yang diinginkan.
Dalam bidang Teknik Kimia sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk
mengkuantifikasikan dari kelakuan suatu elemen proses atau proses itu sendiri. Kemampuan
tersebut dikenal dengan pemodelan. Pemodelan di dalam pengendalian proses mempunyai arti
yang besar, karena dapat digunakan untuk memperkirakan fenomena yang terjadi atau
membuat proses transfer suatu sistem control. Untuk melakukan pemodelan digunakan prinsip
proses kimia dan proses fisika, yang mana seringkali melibatkan neraca massa dan neraca
energi. Persamaan yang terbentuk dari permodelan yang dilakukan dapat digunakan untuk
diperkirakan suatu kejadian diantaranya perubahan komposisi, tekanan, dan suhu suatu sistem.
Tahap awal dari pembuatan model suatu proses adalah dengan melakukan analisa dari
proses tersebut. Tujuan analisa adalah mendapatkan gambaran dari kejadian secara fisik,
memprediksi kelakuan proses, membandingkan dengan kelakuan sebenarnya mengevaluasi
terhadap keterbatasan dari model yang telah dibentuk, dan jika diperlukan dapat diteruskan
dengan perancangan alat atau unit proses yang diperlukan.
Dalam sistem pengendalian proses, parameter yang dapat dikendalikan adalah tekanan
fluida dalam pipa, laju aliran dalam pipa, temperatur pada unit proses penukar kalor, dan level
permukaan cairan disebuah tangki. Parameter yang digunakan pada praktikum ini yaitu level
permukaan cairan pada sebuah tangki.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam sistem pengendalian proses ada variabel proses yang cepat berubah dengan
berubahnya suatu kondisi sistem dan dapat dilakukan manipulasi atau tindakan sesuai
kebutuhan berupa manipulated variable yaitu berupa control valve. Tindakan yang tepat akan
berdampak baik pada sistem yang menjadi pusat pengontrolan, dan sebaliknya, sehingga
diperlukan pemahaman konsep dasar terhadap sistem kontrol, agar kejadian yang tidak
diinginkan dapat dihindari. Oleh karena itu, pemahaman akan fenomena yang terjadi pada
sistem kontrol level secara riil, dan apa saja yang mempengaruhi didalamnya sangat diperlukan.

1.3 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan praktikum pengendalian level adalah:
a. Mempelajari pengaruh perubahan aliran masuk dan keluar terhadap ketinggian level
b. Menyusun model matematikan untuk sistem response terhadap perubahan aliran yang
terjadi
c. Memahami perubahan sistem response yang dilakukan (Step, impulse, atau lainnya) secara
sederhana

1.4 Ruang Lingkup


Fokus dari praktikum ini dilakukan pada tangki tunggal dan seri, dengan bahan yang
digunakan untuk praktikum adalah berupa air. Pengamatan yang akan dilakukan adalah
response ketinggian cairan di dalam tangki terhadap gangguan yang dilakukan. Untuk
percobaan pada single tank dengan menaikan laju input pada waktu tertentu, untuk double tank
series non interaksi dengan menaikan laju input pada tangki 1 pada waktu tertentu. Response
yang akan diuji terdapat step change dan impulse. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Sistem Pengendalian


Sistem pengendalian adalah susunan beberapa komponen fisik yang dirangkai sedemikian
rupa sehingga mampu mengatur sistemnya sendiri atau sistem diluarnya. Suatu proses
pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter)
sehingga berada pada suatu harga atau range tertentu disebut sistem kontrol. Istilah lain sistem
kontrol atau teknik kendali adalah teknik pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem
pengontrolan (Pakpahan, 1988).
Sistem pengendalian atau teknik pengaturan juga dapat didefinisikan suatu usaha atau
perlakuan terhadap suatu sistem guna mendapatkan keluaran sesuai yang diinginkan. Sistem
pengaturan merupakan hubungan timbal balik antara komponen-komponen yang membentuk
suatu konfigurasi sistem yang memberikan suatu hasil yang dikehendaki berupa respon (Dorf,
1983).

2.2 Prinsip Sistem Pengendalian


Persyaratan umum dari sistem pengendalian adalah setiap elemennya harus stabil. Selain
itu juga suatu sistem pengendalian proses harus mempunyai kestabilan relative yang layak,
jadi kecepatan respon harus cepat dan menuju peredaman yang layak serta mampu
memperkecil kesalahan hingga nol atau sampai pada suatu harga yang dapat ditoleransi.
Dalam pengendalian suatu sistem terdiri dari beberapa langkah yaitu mengukur proses
variabel, seperti variabel level tangki, kemudian membandingkan apakah hasil pengukuran
telah sesuai dengan apa yang ditargetkan yaitu sesuai besar proses variabel yang disebut
dengan set point.
Sebagai contoh pada saat set point level di dalam sistem pengendalian ini disetting 50%,
maka sistem akan mengkondisikan pada level selalu 50%. Perbedaan antara proses variabel
dan set point disebut dengan error. Berdasarkan error itu nantinya seorang sistem control akan
bekerja dengan proses transfer yang telah dibuat, dengan eksekusi akhir dilakukan oleh control
valve sebagai final control (Fahrina, 2012).
2.3 Jenis-Jenis Sistem Kendali
2.3.1 Sistem Kendali Loop Terbuka (Open Loop)
Sistem kendali loop terbuka (open loop) merupakan sistem kendali yang sinyal
keluarannya tidak mempengaruhi aksi pengendalian sehingga sinyal keluarannya tidak
diukur atau diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan sinyal masukkan. Pada
sistem kendali loop terbuka, faktor manuasia menjadi penentu guna melakukan
perintah koreksian (Kusmara, T., 2008).
2.3.2 Sistem Kendali Loop Tertutup (Close Loop)
Sistem kendali loop tertutup (close loop) merupakan sistem kendali yang sinyal
keluarannya berpengaruh langsung terhadap aksi pengendalian. Dengan kata lain
sistem kendali loop tertutup adalah sistem kendali berumpan balik, yanag mana selisih
antara sinyal yang masuk dan sinyal umpan balik diumpankan ke elemen kendali untuk
memperkecil kesalahan dan membuat keluaran sistem mendekati harga yang
diinginkan. Hal ini menunjukkan adanya aksi umpan balik pada loop tertutup untuk
memperkecil kesalahan sistem. Jadi suatu sistem dapat dikatakan close loop apabila
perintah koreksi dilakukan oleh sebuah controller (instrumentasi) (Harriot, P., 1992).
2.4 Kondisi Operasi
- Steady state
Kondisi steady state adalah suatu kondisi dimana suatu sistem tidak berubah dengan
berjalannya waktu atau dengan kata lain adalah konstan. Pada kebanyakan sistem,
kondisi tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai.
- Unsteady state
Keadaan unsteady state adalah kondisi suatu sistem yang mengalami perubahan
terhadap waktu. Kondisi ini terjadi pada keadaan penting diantara ketika start-up atau
shut downs.
2.5 Liquid Level Control
Liquid level control merupakan proses pengendalian ketinggian cairan yang ada dalam
suatu tangki sesuai dengan ketinggian yang dikehandaki. Pengendalian level liquid (h)
dilakukan agar ketinggian level yang diinginkan sama dengan setpoint (SP) yang
dikehendaki.
Seringkali di alam suatu perpipaan baik pada aliran masuk dan keluar, terdapat valve, atau
fitting yang merupakan suatu hambatan dalam suatu aliran. Korelasi secara umum antara
hambatan dalam aliran (debit) adalah:
𝑑𝑚
= −𝜌𝑞1 (1)
𝑑𝑡
𝑑(𝜌𝐴ℎ)
= −𝜌𝑞1 (2)
𝑑𝑡
𝑑ℎ 𝑞1
=− (3)
𝑑𝑡 𝐴
𝑑ℎ 𝑘
− 𝑑𝑡 = 𝐴 ℎ𝑛 (4)
𝑑ℎ 𝑘
𝑙𝑛 [− 𝑑𝑡 ] = 𝑙𝑛 + 𝑛 ln ℎ (5)
𝐴

Nilai k dan n, dapat dicari dengan melakukan trendline menggunakan excel, dengan
𝑑ℎ
membuat grafik hubungan 𝑙𝑛 [−𝐴 𝑑𝑡 ] versus ln ℎ.

Ketika n=1, maka harga q dapat didekati dengan q = k h, dan k =1/R, pada kondisi ini
maka dikatakan debit berubah secara linear, yang mana besarnya berbanding lurus dengan
perubahan h, dan berbanding terbalik dengan harga hambatan berupa R. Tetapi ketika harga
n tertentu maka 0>n>1 maka menjadi tidak linear.
Pada praktikum ini akan dilakukan pada single tank dan double tank yang disusun seri.
Penjabaran permodelan/persamaan matematika tersaji pada persamaan berikut:
2.5.1 Single Tank

q (t )

h(t) Hambatan
linear, R
q1

• Luas penampang tangki A uniform


• Aliran keluar dilengkapi hambatan k, seperti valve
• Pada kondisi linear maka berlaku anggapan q1 = h/R
• Dengan,
h : tinggi cairan di dalam tangki
R : tahanan valve
A : luas peampang tangki
• ρ diasumsi konstan

# Model matematika
Neraca Massa:
Input - Output = Accumulation
Unsteady State
𝑑(𝜌𝐴ℎ)
𝜌 . 𝑞(𝑡) − 𝜌 . 𝑞1 = 𝑑𝑡
(5)
𝐴𝑑(ℎ)
𝑞 (𝑡) − 𝑞1 = (6)
𝑑𝑡

Steady State
𝐴𝑑 (ℎ)𝑠
𝑞 𝑠 − 𝑞1𝑠 = =0 (7)
𝑑𝑡

Maka, dengan mengurangkan kondisi unsteady state dan steady state (Persamaan (6)
- Persamaan (7)) diperoleh:
𝐴𝑑(ℎ𝑡−ℎ𝑠)
(𝑞 (𝑡) − 𝑞𝑠) − (𝑞1 − 𝑞1𝑠) = (8.a)
𝑑𝑡
𝐴𝑑(𝐻)
(𝑄 ) − (𝑄1) = (8.b)
𝑑𝑡

Dimana 𝑄 = 𝑞 (𝑡) − 𝑞𝑠 dan 𝑄1 = 𝑞1 − 𝑞1𝑠 , serta 𝐻 = ℎ − ℎ𝑠


Jika orde (n=1), maka harga q1= h/R, persamaan (8.b) menjadi:
𝐻 𝐴𝑑(𝐻)
𝑄−𝑅 = (9)
𝑑𝑡

Dilaplacekan:
𝐻(𝑠)
𝑄(𝑠) − = 𝐴. 𝑠𝐻(𝑠) + 𝐻 (0) 0 (10)
𝑅

𝑅. 𝑄(𝑠) − 𝐻 (𝑠) = 𝑅. 𝐴. 𝑠𝐻(𝑠) + 𝐻 (0) (11)


𝐻 (𝑠)(1 + 𝜏𝑠) = 𝑅. 𝑄(𝑠) (12)
Maka:
𝐻(𝑠) 𝑅
= (1+𝜏𝑠) (13)
𝑄(𝑠)
Dengan 𝜏 = 𝐴. 𝑅
Fungsi transfernya menjadi:
𝐻 (𝑠 ) 𝑄 (𝑠 )
𝑅
(1 + 𝜏𝑠)

Jika nilai n = tertentu dimana 0>n>1, maka silahkan turunkan mengacu referensi yang
ada (pada kasus linierisasi) di buku Process Systems Analysis and Control, Donald R.
Coughanowr, 1991.

2.5.2 Double Tank Series – Sistem Non Interaksi

A1 h1 R1
(linear)
q1

A2 h2
R2
(linear) q2

Asumsi :
ρ : konstan
A : seragam
R : linier
H2(s) / Q (s) = ?
Neraca massa tangki 1:
Input – output = accumulation
Unsteady state:
ρ. q – ρ. q1 = d(ρA1h)/dt (14)
q – q1 = A1d (h1)/dt (15)
Steady state:
qs – h1s/R1 = A1d (h1)s/dt = 0 (16)
maka dengan mengurangkan kondisi unsteady state dan steady state didapat
persamaan:
(q – qs) – q1 = A1d (h1-h1s)/dt (17)
Selisih antara steady state dan unsteady sate:
Q – Q1 = A1d (H)/dt (18)
Jika orde (n=1), maka harga q1 = h1/R1 (19)
Maka menjadi:
𝐻1 𝐴𝑑(𝐻1)
𝑄 − 𝑅1 = (20)
𝑑𝑡

Dilaplacekan:
Q(s) – H1(s)/R1 = A1.sH1(s) + H1(0)
R1.Q(s) – H1(s) = R1.A1.sH1(s)
H1(s) (1 + τ1s) = R.1Q(s) (21)
Maka :
H1(s)/Q(s) = R1 / (1 + τ1s) atau Q1(s)/Q(s) = 1 / (1 + τ1s) (22)

Neraca massa tangki 2 analog dengan tangki 1:


H2(s)/Q1(s) = R2 / (1 + τ2s)
Jadi persamaan total :
H2(s)/Q(s) = H2(s)/Q1(s) x Q1(s)/Q(s)
= R2 / (1 + τ2s) x 1 / (1 + τ1s)
= R2 / [(1 + τ2s) (1 + τ1s)]
Fungsi transfernya menjadi :
𝐻2(𝑠) 𝑄 (𝑠 )
𝑅2
(1 + 𝜏𝑠)

Jika nilai n = tertentu dimana 0>n>1, maka silahkan turunkan mengacu referensi yang
ada (pada kasus linierisasi) di buku Process Systems Analysis and Control, Donald R.
Coughanowr, 1991
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Berikut merupakan alat-alat yang digunakan pada percobaan pengendalian level:
a. Bak penampung
b. Busur
c. Level meter
d. Penggaris
e. Pompa
f. Stopwatch
g. Tangki
h. Ball Valve
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah fluida berupa air.
3.2 Prosedur Percobaan mencari harga k dan n
Pada percobaan pengendalian level terdapat dua prosedur percobaan yaitu percobaan
tangki tunggal dan percobaan tangki seri. Percobaan pertama yaitu percobaan tangki tunggal
dengan membuka valve pada bagian atas tangki dan menutup valve bagian bawah tangki.
Kemudian nyalakan pompa untuk mengisi tangki hingga penuh dan mengatur bukaan valve
sesuai dengan variasi yang ditentukan. Mengamati waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan
setiap 1 cm dengan menggunakan stopwatch. Lalu mencatat data yang didapatkan dan
mengamati tangki hingga kosong.
Percobaan kedua yaitu tangki dipasang seri. Lalu membuka valve pada bagian atas tangki
dan menutup valve bagian bawah tangki. Kemudian nyalakan pompa untuk mengisi tangki
atas dan bawah hingga penuh, dan mengatur bukaan valve bawah sesuai dengan variasi yang
ditentukan. Mengamati waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan setiap 1 cm dengan
menggunakan stopwatch. Lalu mencatat data yang didapatkan dan mengamati tangki hingga
kosong.
3.3 Prosedur Percobaan Uji Response pada Normal Operasi
Mengisi tangki dengan level 50%, dan catat ketinggiannya dalam cm, lalu atur bukaan
valve pada line input dan output, agar level ditangki tetap (tetap 50%), ketika telah stabil
(tunak/steady state) beri tanda dengan spidol bukaan valve tersebut, lakukan hal-hal berikut:
- Perbesar bukaan valve input pada bukaan tertentu selama 1 menit atau waktu tertentu, lalu
catat peningkatan levelnya.
- Kembalikan bukaan valve ke kondisi semula sesuai tanda yang ada, catat waktu penurunan
level setiap 1 cm, sampai level kembali ke 50%
Catatan:
Untuk percobaan tangki double series pada prinsipnya sama.
3.4 Prosedur Percobaan Uji Perubahan Set Point
Mengisi tangki dengan level 50%, dan catat ketinggiannya dalam cm, lalu atur bukaan
valve pada line input dan output, agar level ditangki tetap (tetap 50%), ketika telah stabil
(tunak/steady state) beri tanda dengan spidol bukaan valve tersebut, lakukan hal-hal berikut :
- Perkecil bukaan valve input pada bukaan tertentu untuk mencapai level tertentu misal
ditargetkan 40%. Cacat penurunan level pada tiap waktu tertentu misal setiap 1 cm, sampai
level menuju 40%.
Catatan:
Percobaan ini dilakukan untuk yang single tank saja
3.5 Gambar Alat
Berikut ini adalah gambar rangkaian alat pengontrolan level :

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Pengendalian Level


3.6 Variabel Percobaan
Adapun variabel percobaan dalam praktikum pengendalian level terbagi menjadi dua, yaitu
variabel bebasnya adalah sudut bukaan valve, dan ketinggian air. Variabel terikatnya adalah
diameter tangki, tinggi tangki, laju alir, dan waktu.
3.7 Pengolahan Data Percobaan
- Membuat trendline untuk menentukan jenis hambatan, liniear atau tidak (harga k dan n)
- Membuat fungsi transfer pada sistem (pengendalian levelnya) (uji respon, uji set point)
- Membuat grafik hubungan antara peningkatan dari kondisi state steady (ketika valve input
dibuka dari kondisi stabil-tunak) dan penurunan level ke kondisi steady state (ketika
dikembalikan ke bukaan valve kearah yang telah diberi tanda semula) menggunakan
fungsi response step change dan impulse. (uji respon)
- Membuat grafik hubungan antara penurunan level dari kondisi state steady (ketika valve
input ditutup) membentuk steady state baru menggunakan fungsi response step change
dan impulse.(uji set point)
DAFTAR PUSTAKA

Aulia,R., dan Marcella. 2019. Efflux Time. Surabaya: Univeritas Pembangunan Nasional Veteran
Jawa Timur.
Coughanowr, D. R., & Koppel, L. B. (1991). Process systems analysis and control (Vol. 2). New
York: McGraw-Hill.
Fahrina, Ummi. 2012. STUDI SISTEM PENGENDALIAN KADAR OKSIGEN DI DALAM AIR
PADA THERMAL DEAERATOR DI PABRIK KELAPA SAWIT MURINI SAM SAM-
I. Skripsi. FMIPA. Universitas Sumatera Utara.
Kusmara, T. 2008. Dinamika Proses. Cilegon: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Harriot, P. 1992. Process Control. New York: Mc Graw Hill Book Inc.
Tiples,P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Alih Bahasa Prasetio, L. Jakarta : Erlangga
Modul Pengendalian Temperatur

I. TUJUAN
1. Memahami fungsi dari setiap alat proses, variabel proses, dan media transmisinya
dalam sistem pengendalian suhu.
2. Memahami konsep umpan-balik (feedback) yang diaplikasikan pada sistem
kendali.
3. Dapat menerapkan konsep sistem pengendalian proses pada alat Heat Exchanger Plate
and Frame

4. Mempelajari pengaruh variabel gangguan proses terhadap waktu respon dan


performance dari alat Heat Exchanger.

II. DASAR TEORI


Sistem proses adalah rangkaian operasi yang melakukan konversi material secara fisika-
kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki “keadaan” yang lebih bermanfaat. Keadaan
itu dapat berupa besaran fisik atau kimia, seperti suhu (T), tekanan (P), laju alir (F), tinggi permukaan
cairan (L), komposisi, pH dan lain sebagainya. Peranan pengendali proses pada dasarnya adalah
usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Jenis-jenis variabel yang berperan dalam sistem pengendalian adalah:
1. Process Variable (PV) adalah besaran fisik atau kimia yang menunjukan keadaan sistem
proses yang dikendalikan agar nilainya tetap atau berubah mengikuti alur tertentu (variabel
terkendali).
2. Manipulated Variable (MV) adalah variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi
atau mengendalikan PV (variabel pengendali).
3. Set Point (SP) adalah nilai variabel proses yang diinginkan (nilai acuan).
4. Gangguan (W) adalah variabel masukan yang dapat mempengaruhi nilai PV tetapi tidak
digunakan untuk mengendalikan.
5. Variabel keluaran tak terkendali adalah variabel yang menunjukan keadaan sistem proses
tetap tidak dikendalikan secara langsung.
Pengendali proses adalah bagian dari pengendali automatik yang diterapkan di bidang
teknologi proses untuk menjaga kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh
komponen yang terlibat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau sistem
kontrol. Langkah- langkah pengendalian proses adalah sebagai berikut :
1. Mengukur, artinya mengamati nilai variabel terukur.
2. Membandingkan, artinya hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai terukur)
dibandingkan dengan nilai acuan (set point).
3. Mengevaluasi, artinya perbedaan antara nilai terukur dengan nilai acuan dievaluasi
untuk menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas kesalahan itu.
4. Mengoreksi, artinya tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses, agar perbedaan
dengan variabel terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin. Sistem
pengendalian memunculkan tiga unsur dasar disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Unsur-unsur sistem pengendali proses

Gambar 2. Skema unsur-unsur pengendali suhu di

HE Tujuan dari pengendalian proses adalah untuk mencapai hal-hal berikut

:
1. Keselamatan (safety)
2. Proteksi lingkungan
3. Proteksi peralatan
4. Operasi yang lancar
5. Kualitas produk
6. Profit
7. Memonitor dan mendiagnosis

Gambar 3. Skema dari Alur Pengendalian Proses

Sistem loop dalam pengendalian proses


Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh
(U)
Overall heat transfer coefficient atau U Adalah merupakan aliran panas menyeluruh
sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi. Koefisien perpindahan panas
menyeluruh dinyatakan dengan W/m2.°C (Btu/h.ft2°F).

Berikut ini merupakan persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan nilai
koefisien perpindahan panas menyeluruh (U).
Q hot > Q cold
Q loss = Q hot - Q cold
Q = m. Cp. dT

III. PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur Percobaan Modul Heat Exchanger Praktikum Pengendalian Proses.


1. Memastikan alat-alat percobaan dalam kondisi baik.
2. Mengisi tangki air sebanyak 1/3 tangki atau setinggi 25 cm.
3. Mengatur bukaan valve sesuai dengan variasi arah aliran yang ditentukan.
4. Melakukan kalibrasi aliran fluida cair panas, dengan menghidupkan pompa fluida
panas
dan mematikan pompa fluida dingin.
5. Melakukan kalibrasi aliran fluida cair dingin, dengan menghidupkan pompa fluida
dingin dan mematikan pompa fluida panas.
6. Menghidupkan Temperature Controller Digital untuk mengatur set point temperatur
fluida panas masuk (Th in).
7. Melakukan percobaan pertama untuk mengetahui kemampuan alat Temperature
Controller Digital dalam meningkatkan temperatur fluida panas menuju set point (Th
in) dengan pengondisian aliran normal dan adanya gangguan (berupa penghentian
heater dalam selang waktu tertentu).
8. Melakukan pencatatan Th in dan waktu kenaikan temperatur yang tertera pada
alat
Temperature Controller Digital.
9. Melakukan percobaan kedua untuk memperoleh data Tc in, Tc out, dan Th out dengan
mengalirkan 2 jenis fluida. Pengambilan data dilakukan setiap 2 menit sebanyak 5 kali.
10. Mematikan seluruh komponen yang terdapat pada rangkaian alat Heat Exchanger.
11. Memastikan air pada tangki sudah berada dalam kondisi kosong.

Prosedur Pengaturan Temperatur Air Panas Masuk Heat Exchanger (Setting Hot
Water
Inlet)

Keterangan & Fungsi :


1. Layar display temperatur aktual (oC), berjumlah 4 digit.
2. Tombol “MODE”, untuk mengubah (1) setting temperatur (set point) dan perubahan
(2) setting controller. Hindari penggunaan fungsi (2) karena dapat menyebabkan eror
pada temperatur controller.
3. Tombol geser kursor digital ke kanan dan kiri.
4. Tombol “Bawah”, untuk menurunkan setting variabel temperatur (oC).
5. Tombol “Atas”, untuk menaikkan setting variabel temperatur (oC).
6. Lampu indikasi posisi kerja controller.

Set Point (Parameter Temperatur Hot Water Inlet)


Langkah-langkah menaikkan set point :
1. Tekan tombol “MODE” (hanya ditekan, tanpa ditahan), tampilan digital akan berkedip.
2. Tekan tombol “Atas” (Gambar 5) beberapa kali untuk menaikkan temperatur
yang diinginkan (set point).
Misalkan temperatur awal 30oC dan akan dinaikkan menjadi 35oC. Tekan tombol
“atas”
sebanyak 5 kali sampai display menunjukkan angka 35oC, lalu tunggu beberapa
detik sampai tampilan angka digital berhenti berkedip.
3. Pengaturan selesai.

Langkah-langkah menurunkan set point :


1. Tekan tombol “MODE” (hanya ditekan, tanpa ditahan).
2. Tekan tombol “Bawah” (Gambar 4) beberapa kali sampai tampilan angka sesuai
dengan temperatur yang diinginkan.
3. Kemudian tunggu beberapa detik sampai angka digital berhenti berkedip.
4. Pengaturan selesai.

Catatan :
Hindari kesalahan pada saat menekan tombol “MODE” agar tidak terjadi
kesalahan pengaturan.

Anda mungkin juga menyukai