Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pengendalian proses dengan menggunakan

HEAT EXCHANGER

Nama kelompok : M. hatimul asom

Farid firdaus ridwan

Ahwal isnaini soemantri


Apa itu heat exchanger

Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat


exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas
dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara
fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu
saja. Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik
kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
1. Karakteristik proses

 Proses sebagai penyimpan energi yang dimana shell outlet dan tube inlet sebagai
effort dan tubes sebagai through.

Karakteristik pada heat exchanger berada pada proses orde nol karna komponen yang ada
di dalam heat exchanger ini hanya bisa membuang energi dan tidak menyimpan energi.

2. Dinamika proses

Dinamika proses dinyatakan dalam bentuk transfer function yang kemudian ada dalam
bentuk persamaan differensial. Karena jenis kelambatan yang dikandung oleh proses,
bentuk persamaan differensial itu ada yang berpangkat satu, ada yang berpangkat dua, ada
pula yang berpangkat banyak. Klasifikasi jenis proses kemudian dikelompokkan
berdasarkan banyaknya pangkat persamaan differensial yang dalam tranfer function. Kalau
dikaji ulang, pengelompokkan ini mirip dengan pengelompokkan yang dilakukan untuk
jenis surat izin mengemudi kenderaan. Semankin banyak persamaan diferensial, semangkin
lambat dinamika proses. Sebuah elemen proses kemudian dinamai proses orde satu ( first
order process ) karena persamaan diferensialnya berpangkat satu. Dinamai proses orde dua
( second order process ) karena persamaan diferensialnya berpangkat dua. Dinamai proses
orde banyak ( higher order process ) karena persamaan diferensialnya berpangkat banyak.
Pangkat persamaan dalam diferensial juga mencerminkan jumlah kapasitas yang ada di
elemen proses. Suatu proses orde satu juga disebut one capacity process atau single
capacity process. Proses orde dua juga disebut two capacity process. Proses orde banyak
disebut multi capacity process.

Berikutdi gambar system pengendalian heat exchanger ini yang menggambarkan jumlah
dan fungsi transfernya.

Didalam ilmu sistem pengendalian, dikenal sebuah elemen proses yang mampu
mengendalikan dirinya sendiri, walaupun padanya tidak dipasang instrumentasi
pengendalian otomatis. Elemen proses yang mempunyai tipe begitu disebut elemen proses
self regulation.

Contoh didalam gambar ini merupakan contoh paling spesifik yang selalu dipakai sebagai
bahan untuk menerangkan proses orde satu self regulation. Bagaimana elemen proses ini
dapat mengendalikan dirinya sendiri, ikutilah proses itu sebagai berikut. Input proses pada
contoh ini adalah flow ke tangki heat exchanger (Q) dan outputnya adalah temperature
fluida,

yang dalam hal ini dapat dibaca sebagai sinyal output dari LT ( level teansmiller ). Pada
keadaan awal, diandaikan level ada di 50% tangki Q dan Qo juga sama dengan 50% skala
flow. Pada keadaan awal ini semua parameter seimbang, sehingga level tetap di 50%
sampai terjadi perubahan pada Qo sebesar qo.

Andai kata keadaan setimbang terganggu karena Q naik secara mendadak sebanyak q 100%
dan dibiarkan tetap selama proses berlangsung. Dalam ilmu pengendalian proses disebut
step input. Dengan bertambah Q, level sebesar h akan secara alami akan ikuti oleh kenaikan
Qo sebesar qo sehingga akan dicapai keseimbangan yang baru dimana Q sama dengan Qo.
Level akan berhenti dikeseimbangan yang baru itu selama tidak terjadi perubahan Q
maupun Qo. Keseimbangan baru ini pasti ada diatas 50% dan Q maupun Qo juga ada diatas
50% skala flow. Keadaan mencapai keseimbangan sendiri inilah yang disebut self
regulation.

Andaikata keseimbangan baru terjadi pada level 70%, steady state gain dari proses itu
dikatakan sama dengan dua (Gp = 2). Mengapa demikian ? Karena untuk 10% pertambahan
input (q) akhirnya dihasilkan 20% pertambahan output (h) . Tentu saja keadaan self
regulation ini hanya terjadi untuk batas-batas tertentu. Yang jelas, kalau diandaikan Gp =
2 , Q tidak pernah boleh ditambah lebih dari 25%. Kalau Q ditambah lebih besar dari 25%,
air akan tumpah keluar dari tangki.
Lalu, apakah keadaan proses diatas bisa disebut self regulation ? Keadaan tumpahnya air
memang bisa terjadi, bahkan juga pada sistem yang dilengkapi pengendalian otomatis
sekalipun. Hal ini disebabkan karena sistem pengendalian hanya mampu mengatasi load
atau disturbance sampai batas-batas tertentu saja.

Selain itu, istilah self regulation hanyalah suatu cara untuk menggambarkan dinamika suatu
elemen proses. Istilah ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan cara
pengendalian proses. Istilah self regulation kekal menjadi sangat penting, dan akan dipakai
berulang kali karena kelak akan dilihat bahwa elemen proses self regulation akan sangat
berbeda dengan elemen proses non self regulation.

Dari semua penjelasan tentang kerja proses self regulation di atas, sangat jelas bahwa
proses pada Gambar 2 memerlukan waktu untuk mencapai keseimbangan baru. Jadi,
transfer function proses itu pasti merupakan persamaan fungsi waktu. Dari gambar jelas
terlihat bahwa proses hanya mempunyai satu unit kapasitas (tangki). Dari situ dapat ditarik
kesimpulan bahwa proses ini pasti proses orde satu self regulation.

3. Stabilitas proses

Stabilitas merupakan karakteristik sangat pentong dari sistem control dan di


definisikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk mencapai keadaan mantap atau
kesimbangan saat mendapat masukan atau gangguan.

 Feedback negative

Kerja setiap control system pengendalian dapat bersifat increase-increase (i/i) dapat pula
bersifat increase-decrease (i/d). Sifat kerja controller yang bisa increase-increase atau
increase-decrease disebut control action.Istilah increase-increase di sebut juga direct
acting dan increase-decrease juga disebut reserve acting.

Untuk mengetahui increase-decrease dan increase-increase?dan dimana letak perbedaanya?


Kita perhatikan gambar berikut.
sistem diatas dikendalikan oleh tiga ekemen instrumentasi, yaitu thermocouple (TC) yang
berfungsi sebagai sistem pengukuran, indicator controller (IC) berfungsi sebagai
pembanding dan penghitung, serta control valve (lv : level valve) berfungsi sebagai
pengoreksi.

Sistem pengendalian increase-increase pada gambar sistem pengendalian heat exchanger di


atas , pada saat sinyal input ke control valve naik (increase), maka outpout control valve
juga ikut naik. Juga sebaliknya seharusnya kalau control valve menutup fluida air ke heat
exchanger berkurang. Jadi, kalau panas naik sinyal ke control valve harus turun.

Untuk itu controller harus bekerja increase-decrease artinya kalau measurement variable
naik, outpout controller juga harus turun.
4. Sistem pengukuran heat exchanger

Sistem pengukuran adalah bagian yang paling utama dan pertama dari suatu system, bagian
pengukuran adalah sa;ah satu bagian yang menentukan hasil akhir dari kerja system.

Elemen sensing dan transmitter, elemen sensing adalah bagian paling ujung suatu
pengukuran (measuring sistem).

Contoh sensing elemen yang dipakai dalam pengendalian heat exchanger ini adalah
thermocouple, bagian ini juga di sebut element primer.

Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing elemen dan
mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controller.

Ada dua sistem konversi sinyal :

 Sistem pneumatik
 Sistem elektrik/elektronik

Untuk mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal pneumatik dibutuhkan converter yang
seringkali disebut transducer

Anda mungkin juga menyukai