PETUNJUK KONSTRUKSI
BANGUNAN RUMAH BSPS
TAHUN 2021
ii DAFTAR ISI
DASAR HUKUM
02
MAKSUD TUJUAN DAN RUANG
03 LINGKUP
ii
GAMBARAN BUKU SAKU
GAMBARAN BUKU SAKU
01
DASAR HUKUM
02
Pedoman bagi pemangku kepentingan dan masyarakat
yang akan memanfaatkan program BSPS, khususnya
Tenaga Fasilitator Lapangan dan KorKab.
03
I. DASAR – DASAR RUMAH SEHAT
04
ELEMEN BANGUNAN
RUMAH
Kepala (Atap) A
B Badan
Kaki C
05
PRINSIP RUMAH SEHAT
06
2) Ventilasi/jendela yang cukup agar udara dalam ruangan dapat
selalu mengalir.
Luas bukaan jendela minima 1/9 luas ruang lantai
Alur Udara
07
2) Lubang bukaan/jendela harus dapat
ditembus sinar matahari.
3) Letak rumah yang baik adalah sesuai
dengan arah matahari (timur-barat) agar
penyinaran sinar matahari dapat merata dari
jam 08.00 – 16.00.
Letak dan Arah
Rumah
08
b. Rumah harus memenuhi rasa nyaman
1) Pengaturan ruang-ruang:
a) Penyediaan macam ruangan dalam rumah harus
mencukupi, sesuai dengan
b) kebutuhan. Sebuah rumah tinggal harus mempunyai
ruangan sebagai berikut:
- Ruang tidur
- Ruang makan
- Ruang tamu
- Dapur
- Kamar mandi dan kakus
c) Ruang-ruang diatur sesuai dengan fungsinya. Ruang
dengan fungsi yang berhubungan erat diletakan
berdekatan agar pencapaiannya lebih mudah dan
kegiatan dapat berjalan lancar
c) ika ruangan terbatas, suatu ruangan dapat dimanfaatkan
untuk beberapa fungsi. Misalnya ruang makan dapat juga
dimanfaatkan sebagai ruang keluarga dan ruang belajar.
09
2) Penataan ruang
a) Kamar tidur
Sinar matahari pagi bisa masuk, maka luas jendela minimal 1/9 luas
ruangan. Jangan terlalu banyak perabot dalam ruangan tidur, agar udara
dapat mengalir dengan baik.
Cukup sebuah lemari, tempat tidur, dan meja bila diperlukan atau
mengefisiensikan dinding menjadi bagian elemen perabot rumah tangga,
seperti lemari pakaian yang disatukan fungsinya dengan meja belajar dan
lain-lain.
10
b) Ruang makan
Selain digunakan untuk kegiatan makan, biasanya juga
berfungsi sebagai tempat dan ruang keluarga. Harus
mempunyai penerangan alami dan penerangan buatan
yang cukup dengan memberi bukaan jendela yang
menghadap ke arah luar.
c) Dapur
Dapur berhubungan dengan api, maka harus:
➢Mempunyai lubang bukaan/jendeka yang cukup.
➢Dinding sekitar kompor/tungku dilapisi seng atau bahan tahan api,
terutama untuk dinding kay atau bambu.
➢Sediakan karung yang mudah dibasahi dan ember berisi air didekat
kompor/tungku sebagai salah satu upaya penanggulangan pertama
bila kompor/tungku terbakar.
11
d) Kamar mandi, cuci dan kakus.
- Harus mempunyai lubang
angin dan penerangan yang
cukup, agar sinar matahari
dapat masuk dan peredaran
udara dapat terjadi dengan
baik. - Dinding kamar
mandi/kakus harus apat
kedap air agar percikan air
tidak merusak komponen
bangunan.
Letak sumur
pengotor (cubluk,
sumur resapan
dan lain-lain)
minimal berjarak
horisontal 11 meter
dari sumber air
bersih
12
➢Contoh lubang untuk
menampung dan meresapkan
limbah dari kakus adalah
tangki septic. Tangki septic
adalah ruangan kedap air
yang berfungsi untuk
menampung dan mengolah air
limbah dari kakus.
13
PRINSIP LINGKUNGAN
SEHAT
a. Pengaturan luas
bangunan dan
luas lahan
adalah 40%
luas bangunan
berbanding
minimal 60%
luas lahan
b. Pengaturan Sanitasi
1) Air bersih
Harus tersedia sumber air bersih yang menjadi sumber air minum bagi
masyarakat di lingkungan permukiman. Jika sumber air di sekitar
lingkungan permukiman tidak memenuhi syarat untuk diminum, harus
dilakukan penjernihan air terlebih dahulu
14
Salah satu contoh penjernihan air, yaitu penjernihan air dengan
menggunakan biji kelor dengan tahapan sebagai berikut:
a) Air baku dimasukan ke dalam tong sebanyak 25 liter;
b) Biji kelor yang telah tua dan kering di pohon sebanyak 10-25
butir kemudian digerus sampai halus seta dilarutkan kedalam
sedikit air dan dikocok-kocok;
c) Masukan larutan tepung biji kelor tadi ke dalam tong
pengaduk/pengendap, yang telah diisi air baku, kemudian diaduk
dengan memutar batang pengaduk selama 5-10 menit bertahap
mulai cepat kemudian perlahan-lahan;
d) Biarkan air tersebut selama 1-2 jam.
15
2) Air Kotor
Saluran untuk air buangan
dibedakan menjadi:
a) Saluran air hujan: terbuka,
terletak dibawah saluran
atap dan harus dapat
mengalirkan air hujan ke
saluran air hujan
lingkungan dengan
kemiringan minimal 2%
b) Saluran air bekas mandi
dan cuci : Terbuka dan
dialirkan menuju ke saluran
lingkungan
c) Saluran air koto dari kakus
Tertutup, disalurkan
menuju cubluk atau tangki
septic untuk kemudian
cairannya dialirkan ke
sumur peresapan atau
penyaringan yang
elanjutnya dapat dibuang
ke badan air yang ada
(sungai dan lain-lain)
16
c. Penanganan Sampah
Sampah harus dibuang pada tempatnya
karena jika dibuang sembarangan dapat
merusak lingkungan, menyumbat
saluran air yang dapat menyebabkan
banjir.
Contoh pengolahan sampah dapur Sampah dimasukkan ke dalam lubang
adalah Komposter. Komposter rumah
tangga adalah alat yang digunakan
untuk pengomposan sampah dapur
menjadi kompos. Komposter rumah
tangga ini merupakan teknologi
pengolahan sampah rumah tangga
dengan sistem daur ulang sampah
dapur yang ditanam dalam tanah,
dengan dasar tabung diletakan minimal
Jika sampah kering dapat dibakar
30 cm dari muka air tanah.
Komposter 1
Komposter 2
Komposter 3
17
d. Manfaat pekarangan
Halaman rumah sebaiknya ditanami
tanaman yang bermanfaat, seperti
sayur sayuran, tanaman untuk obat-
obatan (apotik hidup), pohon rindang
sebagai peneduh, dan lain-lain
18
II. RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA
19
1. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang dipergunakan dalam pembangunan bangunan tahan
gempa harus berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar.
a. beton
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat campuran beton adalah:
1) Campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : 0,5 air. Perlu
diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan
agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu
kental).
Pencampuran Beton
20
2) Ukuran kerikil yang baik maksimum
20 mm dengan gradasi yang baik
21
b. Mortar
Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir
bersih: air secukupnya. Pasir yang dipergunakan sebaiknya tidak
mengandung lumpur kaena lumpur dapat mengganggu ikatan dengan
semen.
23
b. Batu bata
Batu bata yang digunakan harus memenuhi syarat:
1) bagian tepi lurus dan tajam;
2) tidak banyak retakan;
3) tidak mudah patah; dan
4) dimensi tidak terlalu kecil dan seragam.
Selain itu, batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika dipukulkan satu
sama lain.
24
Dimensi Batu Bata Yang Baik Digunakan Dalam Pembangunan
25
Sebelum batu bata dipasang lakukan perendaman bata sekitar 510
menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, kemudian
dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini dilakukan agar
tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu
cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan
menjadi kurang kuat.
Batu bata yang baik pada saat direndam tidak mengeluarkan banyak
gelembung dan tidak hancur.
Perendaman Batu Bata Sebelum Dipasang
26
2. Struktur Utama
Struktur utama bangunan rumah tinggal tunggal terdiri dari:
a. pondasi;
b. balok pengikat/sloof;
c. kolom;
d. balok keliling/ring; dan
e. struktur atap.
Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan
dimensi dan melalui metode yang benar.
a. Pondasi
Pada kondisi tanah yang cukup keras, pondasi yang terbuat dari
batu kali dapat dibuat dengan ukuran sebagai berikut:
27
b. Balok Pengikat/Sloof
Balok Pengikat/Sloof
28
c. Kolom
d. Balok Keliling/Ring
Balok keliling/ring memiliki spesifikasi Balok Keliling/Ring
sebagai berikut:
1) ukuran balok keliling/ring 12 x 15 cm;
2) diameter tulangan utama baja 10
mm;
3) diameter tulangan begel baja 8 mm;
4) jarak antar tulangan begel 15 cm;
dan
5) tebal selimut beton dari sisi terluar
begel 15 mm.
Dimensi Tulangan
Balok Keliling/Ring
29
Pemasangan bagian ujung tulangan begel pada balok pengikat/sloof,
kolom, dan balok keliling/ring harus ditekuk paling sedikit 5 cm
dengan sudut 135 untuk memperkuat ikatan dengan tulangan
utama.
Tekukan Ujung Tulangan Begel
e. Struktur Atap
Struktur atap berfungsi untuk menopang seluruh sistem penutup atap
yang ada di atasnya. Struktur atap terdiri dari:
1) kuda-kuda kayu;
2) gunung-gunung/ampig; dan
3) ikatan angin.
Struktur Atap
30
1) Kuda-kuda Kayu
Kuda-kuda kayu digunakan sebagai
pendukung atap dengan bentang
paling panjang sekitar 12 m.
Konstruksi kuda-kuda kayu harus
merupakan satu kesatuan bentuk
yang kokoh sehingga mampu
memikul beban tanpa mengalami
perubahan. Kuda-kuda kayu
diletakkan di atas dua kolom
berseberangan selaku tumpuan.
31
Ikatan antar batang pada kuda-
kuda kayu diperkuat dengan plat
baja dengan ketebalan 4 mm dan
lebar 40 mm atau papan dengan
ketebalan 20 mm dan lebar 100
mm.
32
2) Gunung-gunung/Ampig
Bingkai gunung-gunung/ampig terbuat dari beton bertulang dengan
spesifikasi sebagai berikut:
a) ukuran bingkai 15 x 12 cm;
b) tulangan utama dengan diameter 10 mm;
c) tulangan begel dengan diameter 8 mm; dan
d) tebal selimut beton 10 mm.
Gunung-gunung/ampig terbuat dari susunan bata yang direkatkan
dengan campuran mortar (perbandingan 1 semen : 4 pasir : air
secukupnya) dan diplaster.
Penggunaan bahan yang ringan seperti papan dan Glassfibre
Reinforced Cement (GRC) juga dianjurkan untuk meminimalkan dampak
apabila gunung-gunung/ampig roboh pada saat terjadi gempa
Bingkai beton
bertulang
Gungung –
gungung dari
pasangan
bata
34
3. Hubungan Antar Elemen Struktur
Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi satu kesatuan
sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara proporsional. Struktur
bangunan juga harus bersifat daktail/elastis sehingga dapat bertahan apabila
mengalami perubahan bentuk pada saat terjadi bencana gempa.
Hubungan antar elemen struktur bangunan rumah tinggal tunggal tahan gempa
terdiri dari:
a. hubungan antara pondasi dengan balok pengikat/sloof;
b. hubungan antara balok pengikat/sloof dengan kolom;
c. hubungan antara kolom dengan dinding;
d. hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring;
e. hubungan antara balok keliling/ring dengan kuda-kuda kayu; dan
f. angkur gunung-gunung.
35
b. Hubungan Antara Balok Pengikat/Sloof dengan
Kolom
Pada hubungan antara balok
pengikat/sloof dengan kolom, tulangan
kolom diteruskan dan dibengkokkan ke
dalam balok pengikat/sloof dengan
‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x
diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali
10 mm).
36
d. Hubungan Antara Kolom dengan Balok Keliling/Ring
Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan
dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling
pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
37
Pengikatan kuda-kuda pada
balok keliling/ring dapat juga
dapat dilakukan dengan cara
menanam angkur besi ke dalam
balok keliling/ring kemudian
angkur diputar menggunakan
pipa besi
f. Angkur Gunung-Gunung
Dalam pasangan bata pada gunung-
gunung diberi angkur setiap 6 lapis
bata. Penggunaan angkur dengan
diameter paling kecil 10 mm dan
panjang minimal 40 cm.
38
4. Pengecoran Beton
Pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. pastikan cetakan/bekisting benar-benar rapat dan kuat/kokoh;
b. pada pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m;
c. pada saat pengecoran harus dipastikan adukan di dalam cetakan
padat dan tidak berongga untuk menghindari ada bagian yang
keropos;
d. pelepasan cetakan/bekisting paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.
Untuk mempermudah pelepasan cetakan/bekisting dapat menggunakan
minyak yang dilumurkan ke permukaan cetakan/bekisting.
39
a. Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan secara
bertahap setiap 1 m
40
b. Pengecoran Balok
Pada pengecoran balok keliling/ring,
tulangan dirangkai di atas dinding.
Cetakan/bekisting pada balok yang
menggantung harus diberi penyangga di
bawahnya menggunakan kayu atau
bamboo yang kuat menahan beban
campuran beton
41
B. Desain Prototipe Bangunan
Gedung 1 (Satu) Lantai …1
42
B. Desain Prototipe Bangunan
Gedung 1 (Satu) Lantai …2
43
B. Desain Prototipe Bangunan
Gedung 1 (Satu) Lantai …3
44
III. MODUL TEKNIS RUMAH LAYAK HUNI
4
1. Kriteria Rumah Layak Huni
INDIKATOR UTAMA
46
SYARAT POKOK RUMAH SEDERHANA AMAN
47
Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Aman Sumber air layak, lokasi sumber ada di dalam atau di halaman
rumah, tersedia setiap saat dibutuhkan, dan memenuhi
kualitas air minum
Akses Layak Dasar Sumber air minum layak dan waktu tempuh mengumpulkan air
≤ 30 menit untuk pulang pergi termasuk antri
Akses Layak Terbatas Sumber air minum layak, namun waktu tempuh
mengumpulkan air >30 menit untuk pulang pergi termasuk
antri
Akses Tidak Layak sumber air minum tidak layak berasal dari sumur tidak
terlindungi dan mata air tidak terlindungi
Tidak Ada Akses sumber air berasal dari air permukaan seperti;
sungai/waduk/kolam/ danau/irigasi
48
Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Layak Sendiri Perkotaan dan Perdesaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tangki septik tidak disedot/ disedot
kurang dari 1x dalam 5 tahun.
Akses Layak Perkotaan dan Perdesaan:
Bersama a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga bersama
dengan rumah tangga lain tertentu;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah:
d. Tangki septik yang pernah disedot setidaknya sekali
dalam 5 tahun terakhir*; atau
e. Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL/ SPAL).
Akses Belum Layak Fasilitas Sanitasi dengan Lubang Tanah di Perkotaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: sendiri atau bersama
dengan rumah tangga lain tertentu;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir tinja
mengggunakan lubang tanah.
Fasilitas Sanitasi Non Leher Angsa (Perkotaan dan Perdesaan):
a. Pengguna fasilitas sanitasi: sendiri atau digunakan
bersama;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan plengsengan
dengan dan tanpa tutup dan cubluk/cemplung;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir tinja
menggunakan tangki septik, IPAL/SPAL dan/atau
lubang tanah.
Fasilitas Umum:
Pengguna Fasilitas sanitasi: di MCK umum/siapapun
menggunakan.
49
PENGENALAN BAHAN BANGUNAN
Kerikil
▪ Maksimal berukuran D 20 mm
▪ Memiliki banyak sudut agar dapat
mengunci ketika beton mengeras
Semen
▪ Gunakan semen biasa atau tipe 1 ber SNI
(tertera pada bungkusnya)
▪ Pastikan semen kering dan kemasan tidak
rusak
Batu Belah
▪ Keras dan tidak mudah pecah
▪ Dapat diperoleh dari batu kali atau batu
gunung yang dipecah
▪ Memiliki banyak sudut untuk mengunci
60
spesi pasangan fondasi
Besi Tulangan
▪ Gunakan jenis besi tulangan yang tepat
sesuai kegunaan
▪ Besi berstandar SNI
▪ Tidak berkarat dan tidak bengkok
permanen
Kayu
▪ Gunakan kayu dengan kelas yang sesuai
▪ Pilihlah kayu yang keras, padat, kering,
berwarna gelap, tidak ada retak, lurus
Kawat Beton
▪ Gunakan kawat beton baru tanpa karat
yang berlebihan
50
Pasir
▪ Gunakan pasir yang bersih dari lumpur,
potongan kayu, maupun sampah
Air
▪ Gunakan air bersih yang bebas dari lumpur
dan tanah
▪ Jangan gunakan air payau atau air laut
Seng
▪ Gunakan seng berstandar SNI
▪ Pilihlah seng yang tidak mudah berkarat
▪ Saat menghitung RAB, perhitungkan lebihan
(sambungan) antar lembar seng
Batako
▪ Gunakan batako dengan permukaan mulus dan
rata
▪ Batako berusia minimal 1 bulan
▪ Batako mempunyai kuat tekan tinggi
Kawat Ayam
▪ Untuk dinding simpai, pilihlah kawat ayam
minimal D 2 mm dengan rongga kawat
berukuran maksimal 5 cm
51
Bata
▪ Berbentuk persegi, pinggiran lurus dan tajam,
ukuran relatif sama
▪ Tidak terlalu banyak retak, tidak mudah patah
▪ Bersuara denting apabila dipukulkan satu sama
lain
Fiber Cement
▪ Gunakan fiber cement berstandar SNI
▪ Pilihlah fiber cement dengan ketebalan yang
sesuai
▪ Perhatikan panjang yang diperlukan
Spandek
▪ Gunakan atap spandek berstandar SNI
▪ Pilihlah fiber cement dengan ketebalan yang
sesuai
▪ Perhatikan panjang yang diperlukan
52
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI RUMAH RUMAH KAYU
TEMBOK NON PANGGUNG
KONSTRUKSI
RUMAH KAYU
PANGGUNG
KONSTRUKSI RUMAH
SETENGAH TEMBOK
53
JENIS
NO KLASIFIKASI KRITERIA
KEGIATAN
Peningkatan kualitas beberapa
komponen Struktur seperti fondasi,
sloof, kolom, balok, kerangka atap
dan peningkatan kualitas bahan
Peningkatan beberapa komponen Non-Struktur
Tidak Layak
1 Kualitas meliputi pengisi/penutup bagian
Huni
(PKRS) ruang yang tidak menahan beban
agar rumah menjadi layak fungsi
seperti; lantai, dinding, kusen,
penutup atap, langit-langit, daun
pintu, dan daun jendela
54
❑ Kualitas bahan bangunan yang kurang baik
❑ Kualitas beton tidak sesuai perbandingan 1:2:3 (kepadatan beton kurang)
❑ Dimensi besi kurang dari standar untuk Ø-10 Utama Ø-8 Begel
❑ Tidak ada penyambungan pembesian antar komponen sebesar 40D
❑ Dimensi Sloof, Kolom, dan Ring Balok tidak sesuai ketentuan
❑ Keberadaaan dan dimensi komponen struktur yang tidak sesuai
❑ Seluruh elemen struktur utama tidak tersambung dengan baik atau tidak ada
❑ Mutu pengerjaan yang kurang baik
❑ Pada dinding Sopi-sopi/ ampig tidak terdapat gewel/ beton pada bidang miring
❑ Tidak ada ikatan angin
❑ Harga satuan RAB berbeda dengan hasil survei
❑ Jarak sengkang > 15 cm
❑ Tidak terbentuk Kekokohan sudut sambungan
❑ Tidak tersedia kamar mandi
❑ Tidak ada tanki septik yang kedap air (hanya cubluk)
❑ Tidak tersedia akses air untuk minum
❑ BUKAAN tidak memenuhi aspek kesehatan
❑ PENGHAWAAN → 5 % dari luas lantai
❑ Jumlah penghuni yang tinggal tidak sesuai dengan standar luas minimal
bangunan
❑ Masyarakat terpaku pada luasan bangunan dahulu dibandingkan aspek
keselamatan bangunan
55
PENILAIAN KUALITAS RUMAH
01 Penilaian Komponen Struktur Bangunan
RUSAK RINGAN
< 30 %
FONDASI
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
SLOOF
46 – 65 %
RUSAK TOTAL
66 – 100 %
56
02 Penilaian Komponen Struktur Bangunan
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
46 – 65 % BALOK RING
RUSAK TOTAL
66 – 100 %
RUSAK RINGAN
RANGKA ATAP
< 30 %
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
46 – 65 %
RUSAK TOTAL
66 – 100 %
57
03 Penilaian Komponen Non Struktur Bangunan
LANTAI
RUSAK RINGAN
< 30 %
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
DINDING
46 – 65 %
RUSAK TOTAL
66 – 100 %
RUSAK RINGAN
PENUTUP ATAP
< 30 %
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
KESIMPULAN
1 2
46 – 65 % ❑ FONDASI ❑ PENUTUP ATAP
❑ SLOOF ❑ DINDING
❑ KOLOM ❑ LANTAI
RUSAK TOTAL ❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP Beri tanda pada
66 – 100 % komponen dengan minimal
penilaian rusak berat
58
03 KESIMPULAN PENILAIAN
1 2
penilaian rumah
❑ FONDASI ❑ PENUTUP ATAP
❑ SLOOF ❑ DINDING ✔ Kesalahan penilaian
❑ KOLOM ❑ LANTAI ✔ Menilai kayu bukan bahan bangunan
❑ RING BALOK permanen
❑ RANGKA ATAP ✔ Kesalahan pengisian format
Rusak Total
1. 5 Komponen Struktur tidak ada / tidak memenuhi
59
METODE PERBAIKAN
RUMAH
KERUSAKAN A
STRUKTUR
Pondasi turun
sebagian
Tanah turun
Cara Perbaikan
1 2 3
60
Cara Perbaikan
4 5 6
61
Kerusakan Struktur
Sloof – Penambahan
Cara Perbaikan
1 2
62
Cara Perbaikan
3 4
5 6
63
Kerusakan Struktur
Kolom – Keropos
Cara Perbaikan
1 2
64
Cara Perbaikan
3 4
65
Kerusakan Struktur
Ring Balok – Keropos
▪ Jika tulangan bengkok atau rusak maka potong tulangan yang rusak
dan rakit dengan tulangan baru
66
Kerusakan Struktur
Atap – Kayu keropos
KAYU KEROPOS
Cara perbaikan/perkuatan
1 2
Perkuatan
Perkuatan
Gording baru
Kaso Baru
▪ Jika kondisi kaso tidak terlalu rusak ▪ Jika kondisi gording tidak terlalu rusak
maka dapat diberikan perkuatan
maka dapat diberikan perkuatan
sepanjang kayu yang rusak
sepanjang kayu yang rusak
67
KERUSAKAN
NON -STRUKTUR
B
Dinding Lantai
Kerusakan Non Struktur
Dinding – Retak rambut
1 2
1 Dinding 2
lembap
Bobok
plesteran
68
Kerusakan Non Struktur
Dinding – Retak rambut
1 Lantai
2 3
mengembul
4 5 6
69
C
KESALAHAN KONSTRUKSI
1 2
70
Sloof
1 2
71
Kolom
1 2
72
Balok
1 2
73
Atap
1 2
3 4
74
D
ALTERNATIF PERBAIKAN
Bagian yang
dikupas
Cara perbaikan
1.Kupas kedua plesteran pada dua sisi 3.Kawat ayam dipasang horizontal dan
yang akan diberikan perkuatan
vertical pada sisi bidang
(vertikal dan horizontal) lebar 40 cm
dan sedalam plesteran
4.Kawat dipasang pada sisi luar dan
2.Buat kawat anyam 1mm – 5 x 5mm dalam bangunan
75
Perkuatan sambungan antar komponen
Kasus pada struktur tulangan yang belum terdapat sambungan
40d
Cara perbaikan
1.bobok selimut beton pada setiap
2.Tambah tulangan lebih sepanjang 40 4.sesuai
sambungan 40 d
Tutup kembali dengan cor beton
dengan syarat yang ditentukan
diameter tulangan utama pada sisi
tulangan utama 5.Lakukan pada setiap sambungan
3.ikatkan dengan menggunakan kawat antar komponen
beton
76