Anda di halaman 1dari 92

BUKU SAKU

PETUNJUK KONSTRUKSI
BANGUNAN RUMAH BSPS
TAHUN 2021

Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Perumahan
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan berkah, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga Buku Saku Petunjuk Konstruksi Bangunan Rumah
BSPS 2021 dapat terselesaikan. Buku Saku ini disusun sebagai
salah satu instrumen pendukung untuk memberikan kemudahan
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) mendampingi penerima
bantuan dan tukang bangunan dalam proses pembangunan
rumah BSPS. Dengan adanya buku saku ini di harapkan dapat
memberikan kemudahan terutama jika menemukan kendala
teknis terkait dengan konstruksi bangunan rumah. Buku ini
disusun dengan prinsip memberikan beberapa prasyarat dasar
bagaimana mengerjakan bangunan rumah BSPS dengan baik
dan benar.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua tim yang
telah membantu dalam penyelesaian Buku saku ini. Buku Saku
ini di harapkan dapat memberi manfaat kepada semua pihak
yang terlibat dapat pelaksanaan kegiatan BSPS.

Jakarta, Maret 2021


Direktur Rumah Swadaya

Ir. K.M. Arsyad, M.Sc.


NIP. 19670908 199103 1006
i
DAFTAR ISI
i KATA PENGANTAR

ii DAFTAR ISI

01 GAMBARAN BUKU SAKU

DASAR HUKUM
02
MAKSUD TUJUAN DAN RUANG
03 LINGKUP

DASAR – DASAR RUMAH SEHAT


04
RUMAH SEDERHANA TAHAN
19 GEMPA
MODUL TEKNIS RUMAH LAYAK
45 HUNI

ii
GAMBARAN BUKU SAKU
GAMBARAN BUKU SAKU

Dalam pelaksanaan kegiatan BSPS


dilakukan beberapa tahap, antara lain
yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Saat memasuki tahap
pelaksanaan konstruksi Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) mendampingi
penerima bantuan dan tukang bangunan
dalam proses pembangunan rumah
BSPS.

Pada saat melaksanakan pendampingan TFL


perlu dibekali pemahaman cara membangun
rumah sehat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, saat pelaksanaan konstruksi mulai dari
pondasi, sloff, kolom, dinding dan rangka atap.
Agar Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dapat
melakukan pendampingan yang benar maka perlu
disusun Buku Saku Petunjuk Konstruksi Bangunan
Rumah BSPS 2021.

01
DASAR HUKUM

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan


Rakyat Republik Indonesia Nomor 07/PRT/M/2018
2018 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan


Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah


Nomor 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat);
atau batasan lebar kaveling paling rendah 5 (lima) meter
untuk siteplan yang telah di setujui pemerintah daerah
paling lambat 1 Oktober 2019

Surat Edaran Nomor: 3/SE/Dr/2021


Tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Kegiatan Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya

02
Pedoman bagi pemangku kepentingan dan masyarakat
yang akan memanfaatkan program BSPS, khususnya
Tenaga Fasilitator Lapangan dan KorKab.

Memudahkan pemangku kepentingan dan masyarakat


dalam memahami prosedur program BSPS, khususnya
Tenaga Fasilitator Lapangan dan KorKab.

Dasar-dasar Rumah Sehat, Rumah Sederhana Tahan


Gempa, Modul Teknis Rumah Layak Huni

03
I. DASAR – DASAR RUMAH SEHAT

Sumber : Dasar-Dasar Rumah Sehat, Pusat Penelitian dan


Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum, Oktober
2016, Jakarta
Kebutuhan akan rumah dapat dikategorikan sebagai salah satu
kebutuhan pokok atau sebagai persyaratan minimal yang harus
dipenuhi suatu keluarga selain pangan dan sandang. Konsep
rumah tidak sebatas bentuk bangunan fisik saja. Fungsi rumah
adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang
seharusnya dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang
diperlukan manusia untuk memasyarakatkan dirinya.
Dalam pengertian diatas maka dapat dikatakan rumah sehat
adalah rumah yang memungkinkan para penghuninya dapat
mengembangkan dan membina fisik mental maupun sosial
keluarga.

Prasarana lingkungan meliputi: Sarana Lingkungan


Meliputi:
Jalan-jalan dan jembatan
a. Pelayanan sosial, yang
Air Bersih terdiri dari sekolah,
puskesmas/rumah sakit
Listrik dan pemerintahan.
b. Fasilitas sosial, yang
Telepon terdiri dari tempat
peribadatan, tempat
Jaringan Air Kotor pertemuan, lapangan
olahraga/ruang
Drainase terbuka/tempat
bermain, dan
Persampahan perbelanjaan.

04
ELEMEN BANGUNAN
RUMAH

Kepala (Atap) A

B Badan

Kaki C

05
PRINSIP RUMAH SEHAT

Cukup memenuhi syarat kesehatan, yaitu:


1) Lantai dan dinding harus kering (tidak lembab) dan mudah
dibersihkan. Agar tetap kering, maka lantai harus:
a. Terbuat dari bahan bangunan yang tidak menghantar air
tanah ke permukaan lantai (kedap air).
b. Berada lebih tinggi dari halaman luar dengan ketinggian
lantai minimal sebagai berikut: - 10 cm dari pekarangan - 25
cm dari permukaan jalan

06
2) Ventilasi/jendela yang cukup agar udara dalam ruangan dapat
selalu mengalir.
Luas bukaan jendela minima 1/9 luas ruang lantai

Alur Udara

07
2) Lubang bukaan/jendela harus dapat
ditembus sinar matahari.
3) Letak rumah yang baik adalah sesuai
dengan arah matahari (timur-barat) agar
penyinaran sinar matahari dapat merata dari
jam 08.00 – 16.00.
Letak dan Arah
Rumah

08
b. Rumah harus memenuhi rasa nyaman
1) Pengaturan ruang-ruang:
a) Penyediaan macam ruangan dalam rumah harus
mencukupi, sesuai dengan
b) kebutuhan. Sebuah rumah tinggal harus mempunyai
ruangan sebagai berikut:
- Ruang tidur
- Ruang makan
- Ruang tamu
- Dapur
- Kamar mandi dan kakus
c) Ruang-ruang diatur sesuai dengan fungsinya. Ruang
dengan fungsi yang berhubungan erat diletakan
berdekatan agar pencapaiannya lebih mudah dan
kegiatan dapat berjalan lancar
c) ika ruangan terbatas, suatu ruangan dapat dimanfaatkan
untuk beberapa fungsi. Misalnya ruang makan dapat juga
dimanfaatkan sebagai ruang keluarga dan ruang belajar.

09
2) Penataan ruang
a) Kamar tidur
Sinar matahari pagi bisa masuk, maka luas jendela minimal 1/9 luas
ruangan. Jangan terlalu banyak perabot dalam ruangan tidur, agar udara
dapat mengalir dengan baik.
Cukup sebuah lemari, tempat tidur, dan meja bila diperlukan atau
mengefisiensikan dinding menjadi bagian elemen perabot rumah tangga,
seperti lemari pakaian yang disatukan fungsinya dengan meja belajar dan
lain-lain.

Pengaturan Ruangan Kamar Tidur

Pengaturan Ruangan di Rumah

10
b) Ruang makan
Selain digunakan untuk kegiatan makan, biasanya juga
berfungsi sebagai tempat dan ruang keluarga. Harus
mempunyai penerangan alami dan penerangan buatan
yang cukup dengan memberi bukaan jendela yang
menghadap ke arah luar.

c) Dapur
Dapur berhubungan dengan api, maka harus:
➢Mempunyai lubang bukaan/jendeka yang cukup.
➢Dinding sekitar kompor/tungku dilapisi seng atau bahan tahan api,
terutama untuk dinding kay atau bambu.
➢Sediakan karung yang mudah dibasahi dan ember berisi air didekat
kompor/tungku sebagai salah satu upaya penanggulangan pertama
bila kompor/tungku terbakar.

11
d) Kamar mandi, cuci dan kakus.
- Harus mempunyai lubang
angin dan penerangan yang
cukup, agar sinar matahari
dapat masuk dan peredaran
udara dapat terjadi dengan
baik. - Dinding kamar
mandi/kakus harus apat
kedap air agar percikan air
tidak merusak komponen
bangunan.

Letak sumur
pengotor (cubluk,
sumur resapan
dan lain-lain)
minimal berjarak
horisontal 11 meter
dari sumber air
bersih

12
➢Contoh lubang untuk
menampung dan meresapkan
limbah dari kakus adalah
tangki septic. Tangki septic
adalah ruangan kedap air
yang berfungsi untuk
menampung dan mengolah air
limbah dari kakus.

Ukuran Tangki Septic Tank

13
PRINSIP LINGKUNGAN
SEHAT

a. Pengaturan luas
bangunan dan
luas lahan
adalah 40%
luas bangunan
berbanding
minimal 60%
luas lahan

b. Pengaturan Sanitasi
1) Air bersih
Harus tersedia sumber air bersih yang menjadi sumber air minum bagi
masyarakat di lingkungan permukiman. Jika sumber air di sekitar
lingkungan permukiman tidak memenuhi syarat untuk diminum, harus
dilakukan penjernihan air terlebih dahulu

14
Salah satu contoh penjernihan air, yaitu penjernihan air dengan
menggunakan biji kelor dengan tahapan sebagai berikut:
a) Air baku dimasukan ke dalam tong sebanyak 25 liter;
b) Biji kelor yang telah tua dan kering di pohon sebanyak 10-25
butir kemudian digerus sampai halus seta dilarutkan kedalam
sedikit air dan dikocok-kocok;
c) Masukan larutan tepung biji kelor tadi ke dalam tong
pengaduk/pengendap, yang telah diisi air baku, kemudian diaduk
dengan memutar batang pengaduk selama 5-10 menit bertahap
mulai cepat kemudian perlahan-lahan;
d) Biarkan air tersebut selama 1-2 jam.

15
2) Air Kotor
Saluran untuk air buangan
dibedakan menjadi:
a) Saluran air hujan: terbuka,
terletak dibawah saluran
atap dan harus dapat
mengalirkan air hujan ke
saluran air hujan
lingkungan dengan
kemiringan minimal 2%
b) Saluran air bekas mandi
dan cuci : Terbuka dan
dialirkan menuju ke saluran
lingkungan
c) Saluran air koto dari kakus
Tertutup, disalurkan
menuju cubluk atau tangki
septic untuk kemudian
cairannya dialirkan ke
sumur peresapan atau
penyaringan yang
elanjutnya dapat dibuang
ke badan air yang ada
(sungai dan lain-lain)

16
c. Penanganan Sampah
Sampah harus dibuang pada tempatnya
karena jika dibuang sembarangan dapat
merusak lingkungan, menyumbat
saluran air yang dapat menyebabkan
banjir.
Contoh pengolahan sampah dapur Sampah dimasukkan ke dalam lubang
adalah Komposter. Komposter rumah
tangga adalah alat yang digunakan
untuk pengomposan sampah dapur
menjadi kompos. Komposter rumah
tangga ini merupakan teknologi
pengolahan sampah rumah tangga
dengan sistem daur ulang sampah
dapur yang ditanam dalam tanah,
dengan dasar tabung diletakan minimal
Jika sampah kering dapat dibakar
30 cm dari muka air tanah.

Komposter 1

Setelah lubang hamper penuh, timbun


dengan tanah

Komposter 2

Komposter 3
17
d. Manfaat pekarangan
Halaman rumah sebaiknya ditanami
tanaman yang bermanfaat, seperti
sayur sayuran, tanaman untuk obat-
obatan (apotik hidup), pohon rindang
sebagai peneduh, dan lain-lain

18
II. RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

Sumber : Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan
Gedung Persyaratan Pokok Tahan Gempa Dan Desain
Prototipe Bangunan Gedung Sederhana 1 (Satu) Lantai
Persyaratan Pokok Tahan Gempa Dan Desain Prototipe
Bangunan Gedung Sederhana 1 (Satu) Lantai :
A. Persyarata pokok tahan gempa
Persyaratan pokok tahan gempa merupakan panduan praktis dalam
pembangunan bangunan gedung sederhana 1 (satu) lantai dengan
fungsi hunian. Pemenuhan persyaratan pokok tahan gempa ini
bertujuan untuk mewujudkan bangunan rumah tinggal tunggal yang
lebih aman terhadap dampak kerusakan yang diakibatkan oleh
bencana gempa bumi. Persyaratan pokok tahan gempa meliputi:
1. Kualitas bahan bangunan yang baik;
2. Keberadaan dan dimensi struktur yang sesuai;
3. Seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik; dan
4. Mutu pengerjaan yang baik.

19
1. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang dipergunakan dalam pembangunan bangunan tahan
gempa harus berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar.
a. beton
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat campuran beton adalah:
1) Campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : 0,5 air. Perlu
diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan
agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu
kental).

Pencampuran Beton

Pengujian Sederhana Dengan Meletakkan


Campuran Beton di Tangan

Pengujian Sederhana Dengan Menggunakan Cetakan dan


Mengukur Selisih Ketinggian dengan Cetakan

20
2) Ukuran kerikil yang baik maksimum
20 mm dengan gradasi yang baik

3) Semen yang digunakan adalah semen tipe 1 yang


berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

21
b. Mortar
Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir
bersih: air secukupnya. Pasir yang dipergunakan sebaiknya tidak
mengandung lumpur kaena lumpur dapat mengganggu ikatan dengan
semen.

Bahan Campuran Mortar

Proses Pencampuran Mortar

Hasil Pencampuran Mortar yang Baik 22


b. Batu pondasi
Pondasi terbuat dari batu kali atau batu gunung yang keras dan
memiliki banyak sudut agar ikatan dengan mortar menjadi kuat.

Kualitas Batu Kali/Gunung yang Baik Digunakan Sebagai Pondasi

Pondasi Dari Batu Kali/Gunung

23
b. Batu bata
Batu bata yang digunakan harus memenuhi syarat:
1) bagian tepi lurus dan tajam;
2) tidak banyak retakan;
3) tidak mudah patah; dan
4) dimensi tidak terlalu kecil dan seragam.
Selain itu, batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika dipukulkan satu
sama lain.

Kualitas Batu Bata Yang Baik

Pengujian Sederhana Kekuatan Batu Bata

24
Dimensi Batu Bata Yang Baik Digunakan Dalam Pembangunan

25
Sebelum batu bata dipasang lakukan perendaman bata sekitar 510
menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, kemudian
dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini dilakukan agar
tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu
cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan
menjadi kurang kuat.
Batu bata yang baik pada saat direndam tidak mengeluarkan banyak
gelembung dan tidak hancur.
Perendaman Batu Bata Sebelum Dipasang

Kayu Yang Baik Digunakan Dalam e. Kayu


Pembangunan Kayu yang digunakan harus
berkualitas baik dengan ciri-ciri:
1) keras;
2) kering;
3) berwarna gelap;
4) tidak ada retak; dan
5) lurus.

26
2. Struktur Utama
Struktur utama bangunan rumah tinggal tunggal terdiri dari:
a. pondasi;
b. balok pengikat/sloof;
c. kolom;
d. balok keliling/ring; dan
e. struktur atap.
Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan
dimensi dan melalui metode yang benar.

a. Pondasi
Pada kondisi tanah yang cukup keras, pondasi yang terbuat dari
batu kali dapat dibuat dengan ukuran sebagai berikut:

27
b. Balok Pengikat/Sloof

Balok pengikat/sloof memiliki spesifikasi sebagai berikut:


1) ukuran balok pengikat/sloof 15 x 20 cm;
2) diameter tulangan utama 10 mm;
3) diameter tulangan begel 8 mm;
4) jarak antar tulangan begel 15 cm; dan
5) tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm

Dimensi Tulangan Balok Pengikat/Sloof

Balok Pengikat/Sloof

28
c. Kolom

Kolom memiliki spesifikasi sebagai


berikut:
1) ukuran kolom 15 x 15 cm;
2) diameter tulangan utama baja
10 mm;
3) diameter tulangan begel baja 8
mm;
4) jarak antar tulangan begel 15
cm; dan
5) tebal selimut beton dari sisi
terluar begel 15 mm

d. Balok Keliling/Ring
Balok keliling/ring memiliki spesifikasi Balok Keliling/Ring
sebagai berikut:
1) ukuran balok keliling/ring 12 x 15 cm;
2) diameter tulangan utama baja 10
mm;
3) diameter tulangan begel baja 8 mm;
4) jarak antar tulangan begel 15 cm;
dan
5) tebal selimut beton dari sisi terluar
begel 15 mm.

Dimensi Tulangan
Balok Keliling/Ring

29
Pemasangan bagian ujung tulangan begel pada balok pengikat/sloof,
kolom, dan balok keliling/ring harus ditekuk paling sedikit 5 cm
dengan sudut 135 untuk memperkuat ikatan dengan tulangan
utama.
Tekukan Ujung Tulangan Begel

e. Struktur Atap
Struktur atap berfungsi untuk menopang seluruh sistem penutup atap
yang ada di atasnya. Struktur atap terdiri dari:
1) kuda-kuda kayu;
2) gunung-gunung/ampig; dan
3) ikatan angin.
Struktur Atap

30
1) Kuda-kuda Kayu
Kuda-kuda kayu digunakan sebagai
pendukung atap dengan bentang
paling panjang sekitar 12 m.
Konstruksi kuda-kuda kayu harus
merupakan satu kesatuan bentuk
yang kokoh sehingga mampu
memikul beban tanpa mengalami
perubahan. Kuda-kuda kayu
diletakkan di atas dua kolom
berseberangan selaku tumpuan.

31
Ikatan antar batang pada kuda-
kuda kayu diperkuat dengan plat
baja dengan ketebalan 4 mm dan
lebar 40 mm atau papan dengan
ketebalan 20 mm dan lebar 100
mm.

32
2) Gunung-gunung/Ampig
Bingkai gunung-gunung/ampig terbuat dari beton bertulang dengan
spesifikasi sebagai berikut:
a) ukuran bingkai 15 x 12 cm;
b) tulangan utama dengan diameter 10 mm;
c) tulangan begel dengan diameter 8 mm; dan
d) tebal selimut beton 10 mm.
Gunung-gunung/ampig terbuat dari susunan bata yang direkatkan
dengan campuran mortar (perbandingan 1 semen : 4 pasir : air
secukupnya) dan diplaster.
Penggunaan bahan yang ringan seperti papan dan Glassfibre
Reinforced Cement (GRC) juga dianjurkan untuk meminimalkan dampak
apabila gunung-gunung/ampig roboh pada saat terjadi gempa

Bingkai beton
bertulang

Gungung –
gungung dari
pasangan
bata

Tebal selimut beton 1 cm

Tulangan Pada Bingkai Gunung-


33 Gunung/Ampig
f. Dinding
Dinding berfungsi sebagai
pembatas dan tidak menopang
beban. Dinding terbuat dari
pasangan batu bata yang
direkatkan oleh spesi/siar dengan
perbandingan campuran 1 semen
: 4 pasir : air secukupnya. Luas
dinding maksimal adalah 9 m2
sehingga jarak palling jauh antar
kolom adalah 3 m

Untuk menambah kekuatan, dinding


diplaster dengan campuran mortar
(perbandingan campuran 1 semen : 4
pasir : air secukupnya) ketebalan 2 cm.

34
3. Hubungan Antar Elemen Struktur
Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi satu kesatuan
sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara proporsional. Struktur
bangunan juga harus bersifat daktail/elastis sehingga dapat bertahan apabila
mengalami perubahan bentuk pada saat terjadi bencana gempa.
Hubungan antar elemen struktur bangunan rumah tinggal tunggal tahan gempa
terdiri dari:
a. hubungan antara pondasi dengan balok pengikat/sloof;
b. hubungan antara balok pengikat/sloof dengan kolom;
c. hubungan antara kolom dengan dinding;
d. hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring;
e. hubungan antara balok keliling/ring dengan kuda-kuda kayu; dan
f. angkur gunung-gunung.

a. Hubungan Antara Pondasi dengan Balok Pengikat/Sloof


Untuk menghubungkan pondasi ke balok pengikat/sloof ditanam angkur
besi dengan jarak paling jauh tiap angkur adalah 1 m.

35
b. Hubungan Antara Balok Pengikat/Sloof dengan
Kolom
Pada hubungan antara balok
pengikat/sloof dengan kolom, tulangan
kolom diteruskan dan dibengkokkan ke
dalam balok pengikat/sloof dengan
‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x
diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali
10 mm).

c. Hubungan Antara Kolom dengan


Dinding

Antara kolom dan dinding dihubungkan


dengan pemberian angkur setiap 6 lapis
bata. Penggunaan angkur dengan
diameter 10 mm dan panjang minimal 40
cm.

36
d. Hubungan Antara Kolom dengan Balok Keliling/Ring

Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan
dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling
pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).

e. Hubungan Antara Balok Keliling/Ring dengan Kuda-Kuda

Kayu Pengikatan kuda-kuda pada balok keliling/ring dilakukan dengan menanam


angkur atau baut dengan diameter paling kecil 10 mm
Angkur/Baut Tanam min Diameter 10mm
Menyambung Kuda-kuda dengan blok ring

Angkur Menggunakan Besi diameter 10mm


yang ditanam kedalam balok keliling/ring

37
Pengikatan kuda-kuda pada
balok keliling/ring dapat juga
dapat dilakukan dengan cara
menanam angkur besi ke dalam
balok keliling/ring kemudian
angkur diputar menggunakan
pipa besi

f. Angkur Gunung-Gunung
Dalam pasangan bata pada gunung-
gunung diberi angkur setiap 6 lapis
bata. Penggunaan angkur dengan
diameter paling kecil 10 mm dan
panjang minimal 40 cm.

38
4. Pengecoran Beton
Pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. pastikan cetakan/bekisting benar-benar rapat dan kuat/kokoh;
b. pada pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m;
c. pada saat pengecoran harus dipastikan adukan di dalam cetakan
padat dan tidak berongga untuk menghindari ada bagian yang
keropos;
d. pelepasan cetakan/bekisting paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.
Untuk mempermudah pelepasan cetakan/bekisting dapat menggunakan
minyak yang dilumurkan ke permukaan cetakan/bekisting.

39
a. Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan secara
bertahap setiap 1 m

40
b. Pengecoran Balok
Pada pengecoran balok keliling/ring,
tulangan dirangkai di atas dinding.
Cetakan/bekisting pada balok yang
menggantung harus diberi penyangga di
bawahnya menggunakan kayu atau
bamboo yang kuat menahan beban
campuran beton

Untuk balok yang menumpuk pada


dinding, cetakan/bekisting dapat
dilepas setelah 3 hari, sedangkan
untuk balok yang menggantung
baru dapat dilepas setelah 14 hari.

41
B. Desain Prototipe Bangunan
Gedung 1 (Satu) Lantai …1

42
B. Desain Prototipe Bangunan
Gedung 1 (Satu) Lantai …2

43
B. Desain Prototipe Bangunan
Gedung 1 (Satu) Lantai …3

44
III. MODUL TEKNIS RUMAH LAYAK HUNI

Sumber : MODUL TEKNIS RUMAH LAYAK HUNI,


Direktorat Rumah Swadaya, Direktorat Jenderal
Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan, Maret 2021
Sumber : Keria Rumah Layak Huni – Akses Sanitasi Layak | NAWASIS –
National Water and Sanitation Information Services

4
1. Kriteria Rumah Layak Huni

INDIKATOR UTAMA

*) jika salah satu


indikator komponen
tidak memenuhi
standar, maka hunian
dianggap tidak layak
Ketahanan Luas Lantai Akses Akses
konstruksi per Kapita Air Minum Sanitasi

KRITERIA RUMAH LAYAK HUNI DALAM SDG’S


1. Ketahanan Bangunan
a. Keandalan Komponen Struktur (Pondasi; Sloof/balok kayu
bawah; kolom beton/kayu; ring balok beton/kayu; rangka atap
kayu/baja ringan/beton) dan
b. Peningkatan Kualitas Bahan Komponen Non Struktur
( Penutup Atap, Lantai dan Dinding )

2. Kecukupan Luas tempat tinggal


Luas lantai per kapita > 7,2 m2

3. Akses terhadap Air Minum


Akses terhadap akses air minum yang layak

4. Akses terhadap Sanitasi


Akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak

46
SYARAT POKOK RUMAH SEDERHANA AMAN

Kualitas Bahan Bangunan Yang Baik

Keberadaaan Dan Dimensi Struktur Yang Sesuai

Seluruh Elemen Struktur Utama Tersambung Dengan Baik

Mutu Pengerjaan Yang Baik

47
Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Aman Sumber air layak, lokasi sumber ada di dalam atau di halaman
rumah, tersedia setiap saat dibutuhkan, dan memenuhi
kualitas air minum

Akses Layak Dasar Sumber air minum layak dan waktu tempuh mengumpulkan air
≤ 30 menit untuk pulang pergi termasuk antri

Akses Layak Terbatas Sumber air minum layak, namun waktu tempuh
mengumpulkan air >30 menit untuk pulang pergi termasuk
antri

Akses Tidak Layak sumber air minum tidak layak berasal dari sumur tidak
terlindungi dan mata air tidak terlindungi

Tidak Ada Akses sumber air berasal dari air permukaan seperti;
sungai/waduk/kolam/ danau/irigasi

Kriteria Definisi yang digunakan


Akses Aman Akses Aman Sistem Terpusat:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) / Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL).

Akses Aman Sistem Setempat:


a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tangki septik yang pernah disedot
setidaknya sekali dalam 5 tahun terakhir*

48
Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Layak Sendiri Perkotaan dan Perdesaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tangki septik tidak disedot/ disedot
kurang dari 1x dalam 5 tahun.
Akses Layak Perkotaan dan Perdesaan:
Bersama a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga bersama
dengan rumah tangga lain tertentu;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah:
d. Tangki septik yang pernah disedot setidaknya sekali
dalam 5 tahun terakhir*; atau
e. Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL/ SPAL).
Akses Belum Layak Fasilitas Sanitasi dengan Lubang Tanah di Perkotaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: sendiri atau bersama
dengan rumah tangga lain tertentu;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir tinja
mengggunakan lubang tanah.
Fasilitas Sanitasi Non Leher Angsa (Perkotaan dan Perdesaan):
a. Pengguna fasilitas sanitasi: sendiri atau digunakan
bersama;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan plengsengan
dengan dan tanpa tutup dan cubluk/cemplung;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir tinja
menggunakan tangki septik, IPAL/SPAL dan/atau
lubang tanah.
Fasilitas Umum:
Pengguna Fasilitas sanitasi: di MCK umum/siapapun
menggunakan.

49
PENGENALAN BAHAN BANGUNAN
Kerikil
▪ Maksimal berukuran D 20 mm
▪ Memiliki banyak sudut agar dapat
mengunci ketika beton mengeras

Semen
▪ Gunakan semen biasa atau tipe 1 ber SNI
(tertera pada bungkusnya)
▪ Pastikan semen kering dan kemasan tidak
rusak

Batu Belah
▪ Keras dan tidak mudah pecah
▪ Dapat diperoleh dari batu kali atau batu
gunung yang dipecah
▪ Memiliki banyak sudut untuk mengunci
60
spesi pasangan fondasi

Besi Tulangan
▪ Gunakan jenis besi tulangan yang tepat
sesuai kegunaan
▪ Besi berstandar SNI
▪ Tidak berkarat dan tidak bengkok
permanen
Kayu
▪ Gunakan kayu dengan kelas yang sesuai
▪ Pilihlah kayu yang keras, padat, kering,
berwarna gelap, tidak ada retak, lurus

Kawat Beton
▪ Gunakan kawat beton baru tanpa karat
yang berlebihan

50
Pasir
▪ Gunakan pasir yang bersih dari lumpur,
potongan kayu, maupun sampah

Air
▪ Gunakan air bersih yang bebas dari lumpur
dan tanah
▪ Jangan gunakan air payau atau air laut

Seng
▪ Gunakan seng berstandar SNI
▪ Pilihlah seng yang tidak mudah berkarat
▪ Saat menghitung RAB, perhitungkan lebihan
(sambungan) antar lembar seng

Batako
▪ Gunakan batako dengan permukaan mulus dan
rata
▪ Batako berusia minimal 1 bulan
▪ Batako mempunyai kuat tekan tinggi

Kawat Ayam
▪ Untuk dinding simpai, pilihlah kawat ayam
minimal D 2 mm dengan rongga kawat
berukuran maksimal 5 cm

51
Bata
▪ Berbentuk persegi, pinggiran lurus dan tajam,
ukuran relatif sama
▪ Tidak terlalu banyak retak, tidak mudah patah
▪ Bersuara denting apabila dipukulkan satu sama
lain

Fiber Cement
▪ Gunakan fiber cement berstandar SNI
▪ Pilihlah fiber cement dengan ketebalan yang
sesuai
▪ Perhatikan panjang yang diperlukan

Spandek
▪ Gunakan atap spandek berstandar SNI
▪ Pilihlah fiber cement dengan ketebalan yang
sesuai
▪ Perhatikan panjang yang diperlukan

Genteng Tanah Liat


▪ Pilih genteng yang terbuat dari tanah liat murni,
kuat, dan kokoh
▪ Ukuran seragam antar genteng
▪ Mengeluarkan suara nyaring bila diketuk
▪ Permukaan rata dan halus (tidak banyak pori)

52
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI RUMAH RUMAH KAYU
TEMBOK NON PANGGUNG

KONSTRUKSI
RUMAH KAYU
PANGGUNG
KONSTRUKSI RUMAH
SETENGAH TEMBOK

53
JENIS
NO KLASIFIKASI KRITERIA
KEGIATAN
Peningkatan kualitas beberapa
komponen Struktur seperti fondasi,
sloof, kolom, balok, kerangka atap
dan peningkatan kualitas bahan
Peningkatan beberapa komponen Non-Struktur
Tidak Layak
1 Kualitas meliputi pengisi/penutup bagian
Huni
(PKRS) ruang yang tidak menahan beban
agar rumah menjadi layak fungsi
seperti; lantai, dinding, kusen,
penutup atap, langit-langit, daun
pintu, dan daun jendela

No Indikator Daftar Larangan

❑ Tidak punya legalitas tanah.


❑ Dalam sengketa/ rawan sengketa.
❑ Tidak sesuai tata ruang wilayah.
❑ Tidak berada di area/ lokasi liquifikasi
Kepemilikan ❑ Tanah sewa/kontrak.
1
Lahan/Lokasi Rumah ❑ Lahan milik negara
❑ Berada di daerah potensi banjir
❑ Berada pada daerah sepadan sungai
❑ Berada pada jalur SUTT dan SUTET
❑ Berada pada daerah potensi longsor

❑ Objek tidak tepat (Bangunan Layak Huni)


2 Bangunan ❑ Bangunan komersil
❑ Bukan tempat tinggal

3 Penerima Bantuan ❑ Tidak memenuhi kriteria dan persyaratan BSPS.

❑ Dinding Luar : GRC interior


Rencana Penggunaan ❑ Atap : Daun Rumbia, Ijuk, Asbes, bahan non SNI
4
Material Bangunan ❑ Kayu : Kayu Kelas IV : Albasia, Terentang untuk
Kusen/Struktur

54
❑ Kualitas bahan bangunan yang kurang baik
❑ Kualitas beton tidak sesuai perbandingan 1:2:3 (kepadatan beton kurang)
❑ Dimensi besi kurang dari standar untuk Ø-10 Utama Ø-8 Begel
❑ Tidak ada penyambungan pembesian antar komponen sebesar 40D
❑ Dimensi Sloof, Kolom, dan Ring Balok tidak sesuai ketentuan
❑ Keberadaaan dan dimensi komponen struktur yang tidak sesuai
❑ Seluruh elemen struktur utama tidak tersambung dengan baik atau tidak ada
❑ Mutu pengerjaan yang kurang baik
❑ Pada dinding Sopi-sopi/ ampig tidak terdapat gewel/ beton pada bidang miring
❑ Tidak ada ikatan angin
❑ Harga satuan RAB berbeda dengan hasil survei
❑ Jarak sengkang > 15 cm
❑ Tidak terbentuk Kekokohan sudut sambungan
❑ Tidak tersedia kamar mandi
❑ Tidak ada tanki septik yang kedap air (hanya cubluk)
❑ Tidak tersedia akses air untuk minum
❑ BUKAAN tidak memenuhi aspek kesehatan
❑ PENGHAWAAN → 5 % dari luas lantai
❑ Jumlah penghuni yang tinggal tidak sesuai dengan standar luas minimal
bangunan
❑ Masyarakat terpaku pada luasan bangunan dahulu dibandingkan aspek
keselamatan bangunan

55
PENILAIAN KUALITAS RUMAH
01 Penilaian Komponen Struktur Bangunan

RUSAK RINGAN

< 30 %
FONDASI

RUSAK SEDANG

31 – 45 %

RUSAK BERAT
SLOOF
46 – 65 %

RUSAK TOTAL

66 – 100 %

56
02 Penilaian Komponen Struktur Bangunan

RUSAK RINGAN KOLOM


< 30 %

RUSAK SEDANG
31 – 45 %

RUSAK BERAT
46 – 65 % BALOK RING

RUSAK TOTAL
66 – 100 %

RUSAK RINGAN
RANGKA ATAP
< 30 %

RUSAK SEDANG

31 – 45 %

RUSAK BERAT

46 – 65 %

RUSAK TOTAL

66 – 100 %

57
03 Penilaian Komponen Non Struktur Bangunan

LANTAI
RUSAK RINGAN

< 30 %

RUSAK SEDANG

31 – 45 %

RUSAK BERAT
DINDING

46 – 65 %

RUSAK TOTAL

66 – 100 %

RUSAK RINGAN
PENUTUP ATAP
< 30 %

RUSAK SEDANG

31 – 45 %

RUSAK BERAT
KESIMPULAN

1 2
46 – 65 % ❑ FONDASI ❑ PENUTUP ATAP
❑ SLOOF ❑ DINDING
❑ KOLOM ❑ LANTAI
RUSAK TOTAL ❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP Beri tanda pada
66 – 100 % komponen dengan minimal
penilaian rusak berat

58
03 KESIMPULAN PENILAIAN

KESIMPULAN Kesalahan yang sering terjadi dalam

1 2
penilaian rumah
❑ FONDASI ❑ PENUTUP ATAP
❑ SLOOF ❑ DINDING ✔ Kesalahan penilaian
❑ KOLOM ❑ LANTAI ✔ Menilai kayu bukan bahan bangunan
❑ RING BALOK permanen
❑ RANGKA ATAP ✔ Kesalahan pengisian format

Rumah Layak Huni / Tingkat kerusakan yang tidak mendapat bantuan


1. Tidak ada komponen struktur yang rusak / hanya 1 komponen struktur yang
rusak

Rumah Tidak Layak Huni (dapat diberikan bantuan)


1. Minimal 3 Komponen Struktur Rusak Berat
2. Minimal 2 Komponen Struktur Rusak Berat dan 3 Komponen Non Struktur tidak
memenuhi

Rusak Total
1. 5 Komponen Struktur tidak ada / tidak memenuhi

KOMPONEN STRUKTUR KOMPONEN STRUKTUR KOMPONEN STRUKTUR KOMPONEN STRUKTUR


❑ FONDASI ❑ FONDASI ❑ FONDASI ❑ FONDASI
❑ SLOOF ❑ SLOOF ❑ SLOOF ❑ SLOOF
❑ KOLOM ❑ KOLOM ❑ KOLOM ❑ KOLOM
❑ RING BALOK ❑ RING BALOK ❑ RING BALOK ❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP ❑ RANGKA ATAP ❑ RANGKA ATAP ❑ RANGKA ATAP
Komponen Non Struktur Komponen Non Struktur Komponen Non Struktur Komponen Non Struktur
❑ PENUTUP ATAP ❑ PENUTUP ATAP ❑ PENUTUP ATAP ❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING ❑ DINDING ❑ DINDING ❑ DINDING
❑ LANTAI ❑ LANTAI ❑ LANTAI ❑ LANTAI

RUMAH LAYAK HUNI


RUSAK TOTAL Rumah Tidak Layak Huni (tidak mendapat bantuan)

Kesalahan yang sering terjadi dalam penilaian rumah


✔ Kesalahan penilaian
✔ Menilai kayu bukan bahan bangunan permanen
✔ Kesalahan pengisian format

59
METODE PERBAIKAN
RUMAH
KERUSAKAN A
STRUKTUR

Pondasi Sloof Kolom

Ring Balok Atap


Kerusakan Struktur
Pondasi – Turun Sebagian

Pondasi turun
sebagian

Tanah turun

TANAH KERAS TANAH LEMBEK

Cara Perbaikan
1 2 3

▪ Isi dan padatkan tanah


▪ Bagian pondasi yang turun ▪ Bongkar dinding terlebih
dahulu selebar kerusakan
setiap 15-20 cm sampai
benar-benar padat dan
membuat dinding terbelah
pondasi lurus
▪ Topang ring balok dengan ▪ Bongkar sloof dan pondasi
kayu
selebar pondasi yang turun

60
Cara Perbaikan
4 5 6

▪ Cor kembali sloof beton ▪ Plester dan aci


▪ Pasang kembali pondasi menggunakan
campuran beton
kembali pasangan
dinding bata
batu belah
1PC:2PP:3KR:Air
▪ Rakit dan pasang secukupnya
tulangan untuk balik sloof
▪ Pasang kembali dinding
bata merah

61
Kerusakan Struktur
Sloof – Penambahan

Tidak ada sloof

Cara Perbaikan
1 2

▪ Bongkar dinding tinggi 60 cm dan lebar 1-


1,5 m ▪ Cor beton kembali dengan campuran
beton 1PC : 2PP : 3 KR:Air secukupnya
▪ Pasang penopang kayu untuk menyangga
dinding ▪ Setelah beton kering pasang kembali
dinding
▪ Rakit tulangan utama dan begel
sepanjang yang dibutuhkan

62
Cara Perbaikan
3 4

▪ Bongkar dinding selanjutnya tinggi 60 cm ▪ Cor beton kembali dengan campuran


dan lebar 1-1,5 m
beton 1PC : 2PP : 3 KR:Air secukupnya
▪ Pasang penopang kayu untuk ▪ Setelah beton kering pasang kembali
menyangga dinding
dinding
▪ Rakit tulangan utama dan begel
sepanjang yang dibutuhkan

5 6

▪ Bongkar dinding selanjutnya tinggi 60 cm ▪ Cor beton kembali dengan campuran


dan lebar 1-1,5 m beton 1PC : 2PP : 3 KR:Air secukupnya

▪ Pasang penopang kayu untuk ▪ Setelah beton kering pasang kembali


menyangga dinding dinding

▪ Rakit tulangan utama dan begel


sepanjang yang dibutuhkan

63
Kerusakan Struktur
Kolom – Keropos

BETON KEROPOS TULANGAN UTAMA


BENGKOK

Cara Perbaikan
1 2

▪ Pasang penopang kayu ▪ Bongkar dinding


untuk menyangga ke sekitaran kolom
kuda-kuda atap
▪ Rakit dan pasang
▪ Bongkar beton dan tulangan kolom yang
rusak dengan yang baru
tulangan yang keropos

64
Cara Perbaikan
3 4

▪ Pasang angkur dinding ▪ Cor kembali beton kolom


Panjang 40 cm sesuai dengan campuran
1PC:2PP:3KR:Air secukupnya
▪ Pasang kembali
dinding bata

▪ Pasang kembali dinding dengan


pasangan bata

65
Kerusakan Struktur
Ring Balok – Keropos

▪ Keropos pada balok sampai memperlihatkan tulangan


▪ Bersihkan dan cor kembali beton dengan adukan 1PC: 2PP:3 KR:Air
secukupnya

▪ Jika tulangan bengkok atau rusak maka potong tulangan yang rusak
dan rakit dengan tulangan baru

▪ Bersihkan dan cor kembali beton dengan adukan 1PC:2PP:3KR:Air


secukupnya

66
Kerusakan Struktur
Atap – Kayu keropos

KAYU KEROPOS

Cara perbaikan/perkuatan
1 2

Perkuatan
Perkuatan
Gording baru
Kaso Baru

▪ Topang kayu gording lama dengan


▪ Buka penutup atap terlebih dahulu menggunakan kayu

▪ Jika kondisi kaso tidak terlalu rusak ▪ Jika kondisi gording tidak terlalu rusak
maka dapat diberikan perkuatan
maka dapat diberikan perkuatan
sepanjang kayu yang rusak
sepanjang kayu yang rusak

67
KERUSAKAN
NON -STRUKTUR
B

Dinding Lantai
Kerusakan Non Struktur
Dinding – Retak rambut

1 2

▪ Retak rambut terlihat ▪ Gunakan acian untuk menutup celah


▪ Bobok retak rambut selebar 5 cm tersebut
▪ Siram terlebih dahulu bagian dinding ▪ Tunggu tambalan kering selama
yang telah dibobok dengan kurang lebih 14 hari
menggunakan selang ▪ Tutup kembali menggunakan cat
Kerusakan non-Struktur
Dinding – Lembap berlumut

1 Dinding 2
lembap
Bobok
plesteran

▪ Dinding lembap akibat meresapnya air ▪ Buat adukan trasram dengan


dari tanah (kapilaritas) dan kualitas
campuran 1PC:3PP:Air secukupnya
acian yang buruk
▪ Bobok plesteran dinding hingga bata ▪ dan tambal bobokan tersebut
Tunggu hingga kering dan selesaikan
terlihat
tahap acian dan finishing cat

68
Kerusakan Non Struktur
Dinding – Retak rambut

1 Lantai
2 3
mengembul

▪ Lepaskan lapisan ▪ Gali tanah secukupnya


▪ Lantai mengembul yang rusak dengan ▪ Lakukan pemadatan
karena kurang padatnya memecahnya secara dengan menimbun
lapisan bawah keramik diagonal dengan tanah baru
atau karena lapisan nat kemudian lapisan pasir
yang terlalu rapat

4 5 6

▪ Bersihkan dari ▪ Pasang dan ▪ Oleskan semen


kotoran dan pengisi nat secara
gunakan semen rekatkan keramik merata
instan perekat untuk baru dengan
memasang kembali menggunakan
lantainya palu dan kayu

69
C
KESALAHAN KONSTRUKSI

Pondasi Sloof Kolom

Ring Balok Atap


Pondasi

1 2

Pondasi menggunakan Pondasi tidak ditanam


pasangan bata merah kedalam tanah

70
Sloof

1 2

Ukuran tulangan utama


Sloof menggunakan
kurang dari 10mm & Jarak
pasangan bata merah
begel sloof lebih dari 15 cm

Tidak ada sambungan 40d pada


Setiap pertemuan sloof

71
Kolom

1 2

Tulangan utama hanya Ukuran tulangan utama


menggunakan 3 buah kurang dari 10mm & Jarak
begel kolom lebih dari 15 cm

Tidak ada sambungan 40d pada


setiap pertemuan kolom dengan sloof dan balok

72
Balok

1 2

Ukuran tulangan utama


Tulangan utama hanya
kurang dari 10mm & Jarak
menggunakan 3 buah
begel balok lebih dari 15 cm

73
Atap

1 2

Tidak terdapat bingkai beton Tidak kolom bertulang pada


dan kolom sopi-sopi ampig
bertulang pada ampig

3 4

Tidak terdapat plat baja Tidak terdapat takikan kayu


pengikat pada setiap pada setiap sambungan
sambungan kayu kayu

74
D
ALTERNATIF PERBAIKAN

Pondasi Sloof Kolom

Ring Balok Atap


Perkuatan menggunakan kawat anyam

Kasus pada rumah tembok tanpa struktur beton bertulang

Bagian yang
dikupas

Cara perbaikan

1.Kupas kedua plesteran pada dua sisi 3.Kawat ayam dipasang horizontal dan
yang akan diberikan perkuatan
vertical pada sisi bidang
(vertikal dan horizontal) lebar 40 cm
dan sedalam plesteran
4.Kawat dipasang pada sisi luar dan
2.Buat kawat anyam 1mm – 5 x 5mm dalam bangunan

75
Perkuatan sambungan antar komponen
Kasus pada struktur tulangan yang belum terdapat sambungan
40d

Cara perbaikan
1.bobok selimut beton pada setiap
2.Tambah tulangan lebih sepanjang 40 4.sesuai
sambungan 40 d
Tutup kembali dengan cor beton
dengan syarat yang ditentukan
diameter tulangan utama pada sisi
tulangan utama 5.Lakukan pada setiap sambungan
3.ikatkan dengan menggunakan kawat antar komponen
beton

76

Anda mungkin juga menyukai