Anda di halaman 1dari 5

Belajar Jaga Lisan

Khutbah Pertama
‫ص ْحبِ ِه َوََتبِ ِع ْي ِه َعلَى‬ ِِ ِ ِ َّ ‫ َو‬،‫ََّّي ِن‬ ِ ‫احلم حد‬
ِ ِ‫لل الْمل‬
َ ‫ َو َعلَى آله َو‬،‫الس ََل حم َعلَى حُمَ َّمد َسيِِّد َولَد َع ْد ََن َن‬ َّ ‫الص ََلةح َو‬ َّ ‫ك الد‬ َ َْ
ِ ‫الزم‬
‫ان‬ َ َّ ‫م ِِّر‬.
َ
‫َن حُمَ َّم ًدا َع ْب حدهح َوَر حس ْولحهح الَّ ِذ ْي َكا َن حخلح حقهح الْ حق ْرآ َن‬ َّ ‫ َوأَ ْش َه حد أ‬، ‫ك لَهح‬ َ ْ‫َوأَ ْش َه حد أَ ْن َّل إِلهَ إَِّل للاح َو ْح َدهح َل َش ِري‬
‫ اِتَّ حقوا للاَ َح َّق تح َقاتِِه َوَل َتَحْوتح َّن اَِّل َوأَنْ تح ْم حم ْسلِ حم ْو َن‬،‫اض حرْو َن‬ ِ ‫ فَ يا أَيُّ َها ا ْحل‬،‫اَ َّما ب ْع حد‬.
َ َ َ
‫الرِج ْي ِم‬
َّ ‫ان‬ َّ ‫لل ِم َن‬
ِ َ‫الش ْيط‬ ِ ‫ أَعحوذح ِب‬.‫ال للا تَع َال ِف الْ حقرٰا ِن الْع ِظي ِم‬
ْ ْ َ ْ َ ‫قَ َ ح‬:
ِ ِ َّ ‫اح َدة و َخلَ َق ِم ْن ها َزوجها وب‬ ِ ‫َّي أَيُّها النَّاس اتَّ حقوا ربَّ حكم الَّ ِذي َخلَ َق حكم ِمن نَ ْفس و‬
ً ‫ث م ْن حه َما ِر َج ًال َكث‬
‫ريا‬ ََ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ ‫َ ح‬ ‫ح‬ َ َ
‫اَللَ َكا َن َعلَ ْي حك ْم َرقِيبًا‬
َّ ‫اءلحو َن بِ ِه َو ْاْل َْر َح َام إِ َّن‬
َ‫س‬
ِ َّ َّ ‫ونِساء واتَّ حقوا‬
َ َ‫اَللَ الذي ت‬ ًََ َ
Amma ba’du.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan
kita Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita diperintahkan untuk menjaga lisan. Di antara ayat yang menganjurkan hal ini adalah firman
Allah Ta’ala,

‫ظ ِم ْن قَ ْول إَِّل لَ َديْ ِه َرقِيب َعتِيد‬


‫) َما يَل ِْف ح‬17( ‫ال قَ ِعيد‬
ِ ‫الشم‬ِ ِ ‫( إِ ْذ ي تَ لَ َّقى الْمتَ لَ ِِّقي‬18)
ِ ‫ان َع ِن الْيَ ِم‬
َ ِّ ‫ي َو َع ِن‬ َ ‫ح‬ َ
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18). Ingat,
semuanya akan dicatat, termasuk ucapan lisan kita.

Ketika berpuasa, kita diperintahkan menjaga lisan. Dalam hadits disebutkan,

َ ‫اجة ِف أَ ْن يَ َد‬ ِ ِ ‫الزوِر والْعمل بِ ِه فَ لَي‬


‫ع طَ َع َامهح َو َش َرابَهح‬ َ ‫س ََّلل َح‬
َ ْ َ َ َ َ ُّ ‫ع قَ ْو َل‬
ْ ‫َم ْن َلْ يَ َد‬
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah
tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari, no. 1903).

As-Suyuthi mengatakan bahwa az-zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan).
Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan
konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1:121, Maktabah Syamilah)

Apa saja dosa yang dikarenakan oleh lisan?

Pertama: Berdusta
Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ص حد حق َويَتَ َح َّرى‬ ْ َ‫الر حج حل ي‬


َّ ‫ال‬‫ْبِّ َوإِ َّن الِْبَّ يَ ْه ِدى إِ َل ا ْْلَن َِّة َوَما يَ َز ح‬
ِ ِ‫الص ْد َق يَ ْه ِدى إِ َل ال‬
ِِّ ‫لص ْد ِق فَِإ َّن‬
ِِّ ‫َعلَ ْي حك ْم ِب‬
ِ ِ ِ ِ ِ َِّ ‫الص ْد َق ح َّّت يكْتَب ِعنْ َد‬ ِ
َ ‫ب يَ ْهدى إِ َل الْ حف حجوِر َوإِ َّن الْ حف حج‬
‫ور‬ َ ‫ب فَِإ َّن الْ َكذ‬ َ ‫اَلل ص ِّدي ًقا َوإِ ََّّي حك ْم َوالْ َكذ‬ َ ‫ِّ َ ح‬
َِّ ‫ْذب وي تح َّرى الْ َك ِذب ح َّّت يكْتب ِع ْن َد‬
‫اَلل َك َّذ ًاب‬ ِ ‫يَ ْه ِدى إِ َل النَّا ِر َوَما يَ َز ح‬
ََ ‫َ َ ح‬ َ َ َ َ ‫الر حج حل يَك ح‬ َّ ‫ال‬
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan
mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika
seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta
akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika
seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta.” (HR. Muslim, no. 2607)

Kedua: Ghibah
Ghibah kata Imam Nawawi adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat
pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16: 129).
Dalam Al-Adzkar (hlm. 597), Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah
sesuatu yang amat jelek, tetapi tersebar di khalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya
lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang
lain, tetapi yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang
lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik,
harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri,
kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya.
Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan,
kepala atau semisal itu.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« ‫ت إِ ْن َكا َن ِف‬
َ ْ‫يل أَفَ َرأَي‬ِ ِ َ ‫ال « ِذ ْكر َك أَ َخ‬ َّ ‫ قَالحوا‬.» ‫أَتَ ْد حرو َن َما ال ِْغيبَةح‬
َ َ‫ ق‬.‫اَللح َوَر حسولحهح أَ ْعلَ حم‬
َ ‫ ق‬.» ‫اك ِبَا يَك َْرهح‬ ‫ح‬
ِ‫» أ‬
‫ول فَ َق ِد اغْتَ ْب تَهح َوإِ ْن َلْ يَ حك ْن فِ ِيه فَ َق ْد ََبَتَّهح‬
‫ال « إِ ْن َكا َن فِ ِيه َما تَ حق ح‬ ‫َخى َما أَقح ح‬
َ َ‫ول ق‬
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan
orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika
tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim, no. 2589)

Ketiga: Namimah (Suka Mengadu Domba)


Imam Nawawi berkata, “Namimah adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk
membuat kerusakan. Namimah inilah sejelek-jelek perbuatan.”

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar
suara dua orang yang sedang diazab di kubur. Beliau pun bersabda,
‫يم ِة‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ َكا َن أ‬،‫ بَلَى‬،‫ َوَما يح َع َّذ َبن ِف َكبِري‬،‫يح َع َّذ َبن‬
َ ‫ َوَكا َن اآل َخ حر َيَْشي ِبلنَّم‬،‫َح حد حُهَا لَ يَ ْستَتح م ْن بَ ْوله‬
“Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, tetapi
sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika
kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR.
Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).

Keempat: Mengejek Orang Lain (Istihza’)


Allah Ta’ala berfirman,

‫سى أَ ْن‬ ِ ِ ِ‫َّي أَيُّ َها الَّ ِذين آَمنحوا َل يس َخر قَ وم ِمن قَ وم َعسى أَ ْن ي حكونحوا َخ ْريا ِمنْ حهم وَل ن‬
َ ‫ساء َع‬
َ ‫ساء م ْن ن‬
َ َْ ً َ َ ْ ْ ْ ْ َْ َ َ َ
‫ريا ِم ْن حه َّن‬
ً ْ ‫يَ حك َّن َخ‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS.
Al-Hujurat: 11)
Sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ‫ط الن‬
‫َّاس‬ ِ ‫ال‬
‫ْك ْبح بَطَ حر ا ْحلَ ِِّق َوغَ ْم ح‬
“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim, no. 91).
Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih
mulia di sisi Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.” (Tafsir Al-Qur’an Al-
‘Azhim, 6:713).

Kelima: Niyahah (Meratapi Orang Mati)


Niyahah adalah jika seseorang bersedih dan menangisi mayit serta menghitung-hitung berbagai
kebaikannya. Ada yang mengartikan pula bahwa niyahah adalah menangis dengan suara keras
dalam rangka meratapi kepergian mayit atau meratap karena di antara kemewahan dunia yang
ia miliki lenyap. Niyahah adalah perbuatan terlarang. Demikian penjelasan penulis ‘Aunul
Ma’bud ketika menjelaskan maksud niyahah. Lihat ‘Aunul Ma’bud, 8: 277.

Niyahah termasuk larangan bahkan dosa besar karena diancam dengan hukuman (siksaan) di
akhirat kelak. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Empat hal yang terdapat pada umatku yang
termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan
kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang
tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah).” Lalu beliau bersabda, “Orang yang melakukan
niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia
dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur
dengan penyakit gatal” (HR. Muslim, no. 934)

Keenam: Suka Berdebat


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ َ‫اْل‬
‫ص حم‬ ْ ‫َد‬ َِّ ‫ال إِ َل‬
ُّ ‫اَلل اْلَل‬ ِ ‫الر َج‬
ِِّ ‫ض‬
‫أَبْ غَ ح‬
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari,
no. 4523; Muslim, no. 2668). Yang dimaksud orang yang paling dibenci di sini adalah orang yang
berdebat dengan cara yang keras.

Ketujuh: Suka Memuji Berlebihan


Dari Abu Ma’mar, ia berkata, “Ada seorang pria berdiri memuji salah seorang gubernur. Miqdad
(Ibnul Aswad) lalu menyiramkan pasir ke wajahnya dan berkata,

ِ ِ َِّ ‫ول‬
‫اب‬
َ ‫الت‬ َ ‫ أَ ْن ََْنثِ َى ِف حو حجوه ال َْمدَّاح‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫اَلل‬
َُّ ‫ي‬ ‫أ ََم َرََن َر حس ح‬.

“Kami diperintahkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menyiramkan pasir
ke wajah orang-orang yang memuji.” (HR. Muslim no. 3002). Imam Nawawi membuat judul Bab
‘Larangan memuji orang lain secara berlebihan dan dikhawatirkan menimbulkan fitnah bagi
yang dipuji’.

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Sebagian ulama ada yang mengamalkan demikian. Jika
ada yang memuji di depan wajahnya, maka mereka melemparkan debu di wajahnya sesuai
hakikat hadits tersebut. Sedangkan ulama lainnya memaknakan hadits ‘menyiramkan pasir’
bahwa pujian mereka itu ditolak mentah-mentah dan tidak kita terima. Ada pula pendapat lain
yang mengatakan bahwa jika kalian dipuji, maka ingatlah bahwa kalian itu berasal dari tanah,
maka bersikaplah tawadhu’ (rendah diri) dan janganlah merasa ujub (bangga diri). Namun
tafsiran terakhir ini lemah.” (Syarh Shahih Muslim, 18: 106-107)

Cara lepas dari dosa karena lisan


1. Taubat kepada Allah: (1) menyesal, (2) berhenti dan kembali taat, (3) bertekad tidak mau
mengulangi lagi, (4) minta kehalalan dari orang yang dizalimi, menyebut kebaikan orang
yang dicela, dan bertaubat kepada Allah.
2. Mengetahui jeleknya dosa karena lisan.
3. Mengetahui dosa lisan akan menghapus kebaikannya pada hari kiamat.
4. Menghindari majelis yang di dalamnya ada dosa lisan seperti ghibah, namimah, dusta,
mencela, mengejek, sehingga tidak disebut tolong menolong dalam dosa dan
melampaui batas.
Semoga Allah memberikan taufik pada kita semua untuk menjaga lisan. Moga Allah ampuni
kesalahan kita karena sebab lisan.

‫الرِح ْي حم‬
َّ ‫ إِنَّهح حه َو الْغَ حف ْوحر‬،‫استَ غْ ِف حرْوهح‬ ِ ‫أَقحو حل قَ وِل ٰه َذا وأ‬
ْ َ‫ ف‬،‫َستَ غْف حر للاَ ِ ْل َولَ حك ْم‬
ْ َ ْ ْ ْ
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫َص َحابِ ِه أ َْه ِل ال َْوفَا‪ .‬أَ ْش َه حد أَ ْن‬ ‫ِِ‬ ‫َلل وَك َفى‪ ،‬وأحصلِِّي وأ ِ‬ ‫ِِٰ‬
‫صطََفى‪َ ،‬و َعلَى آله َوأ ْ‬ ‫ِّم َعلَى َسيِِّ ِد ََن حُمَ َّمد ال حْم ْ‬ ‫حسل ح‬
‫َ َ ْ َ َ‬ ‫اَ ْحلَ ْم حد ِّ َ‬
‫َن َسيِِّ َد ََن حُمَ َّم ًدا َع ْب حدهح َوَر حس ْولحهح أ ََّما بَ ْع حد‪،‬‬ ‫ك لَهح‪َ ،‬وأَ ْش َه حد أ َّ‬ ‫َّل إلهَ إَِّل للاح َو ْح َدهح َل َش ِريْ َ‬
‫َن للاَ أ ََم َرحك ْم ِِب َْمر َع ِظ ْيم‪ ،‬أ ََم َرحك ْم‬ ‫صي حكم ونَ ْف ِسي بِت ْقوى ِ‬
‫للا ال َْعلِ ِي ال َْع ِظ ْي ِم َوا ْعلَ حم ْوا أ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِّ‬ ‫فَ يَا أَيُّ َها ال حْم ْسل حم ْو َن‪ ،‬أ ْحو ْ ْ َ ْ َ َ‬
‫صلُّوا‬‫آمنحوا َ‬ ‫ين َ‬
‫َّ ِ‬
‫َّب‪ََّ ،‬ي أَيُّ َها الذ َ‬ ‫صلو َن َعلَى النِ ِِّ‬
‫ال‪ :‬إِ َّن للاَ َوَم ََلئِ َكتَهح يح َ ُّ‬ ‫الس ََلِم َعلَى نَبِيِِّ ِه الْ َك ِرِْي فَ َق َ‬‫لص ََل ِة َو َّ‬ ‫ِب َّ‬
‫يما‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ِّموا تَ ْسل ً‬ ‫َعلَ ْيه َو َسل ح‬
‫َح ْيد ََِم ْيد‪.‬‬ ‫ك َِ‬ ‫آل إِبْ َر ِاه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫ت َعلَى إِبْ ر ِاه ْيم و َعلَى ِ‬
‫َ ََ‬ ‫صلَّْي َ‬‫آل حُمَ َّمد َك َما َ‬ ‫ص ِل َعلَى حُمَ َّمد و َعلَى ِ‬
‫َ‬ ‫اَلل حه َّم َ ِّ‬
‫َّ‬
‫َح ْيد ََِم ْيد‬ ‫ك َِ‬ ‫آل إِبْ َر ِاه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫ت َعلَى إِبْ ر ِاه ْيم و َعلَى ِ‬
‫َ ََ‬ ‫آل حُمَ َّمد َك َما َب َرْك َ‬ ‫وَب ِر ْك َعلَى حُمَ َّمد و َعلَى ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫َحي ِاء ِم ْن حهم و ْاْل َْمو ِ‬
‫ات‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ات وال حْم ْؤمنِ َْ‬ ‫ي والْمسلِم ِ‬ ‫اَل ٰلِّ حه َّم اغْ ِفر لِل ِ ِ‬
‫َْ َ‬ ‫ي َوال حْم ْؤمنَات ْاْل ْ َ‬ ‫ْم ْسلم َْ َ ح ْ َ‬ ‫ْ ح‬
‫ِ‬ ‫ِِإِنَّ َ ِ‬
‫ب َّ‬
‫الد ْع َوة‬ ‫ك ََس ْيع قَ ِريْب حَم ْي ح‬
‫ِّذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِنَا َربِّنَا َولَ‬ ‫صرا َكما ََحَلْتَهح َعلَى ال ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َربِّنَا لَتح َؤاخ ْذ ََن إِ ْن نَس ْي نَا أ َْو أَ ْخطَأ ََْن َربِّنَا َولَ ََتْم ْل َعلَ ْي نَا إِ ْ ً َ‬
‫ص ْرََن َعلَى الْ َق ْوِم الْ َكافِ ِريْ َن‬ ‫ت َم ْولَ ََن فَانْ ح‬ ‫ف َعنِّا َواغْ ِف ْر لَنَا َو ْار ََحْنَا أَنْ َ‬ ‫‪َ.‬تَ ِّملْنَا َمالَ طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َوا ْع ح‬ ‫ً‬
‫اف ‪ِ ،‬‬
‫والغ َن‬ ‫والع َف َ‬ ‫اللَّ حه َّم َّإَن نَ ْسأَل َ‬
‫حك اهلحَدى ‪ ،‬والتُّ َقى ‪َ ،‬‬
‫ك َع َّم ْن ِس َو َ‬
‫اك‬ ‫ضلِ َ‬ ‫ك َوأَغْنِنَا بَِف ْ‬ ‫ك َع ْن َح َر ِام َ‬ ‫اللَّ حه َّم ا ْك ِفنَا ِِبََلَلِ َ‬
‫ك‬ ‫َجي ِع َس َخ ِط َ‬ ‫ك و َِ‬ ‫ك وفحج ِ ِ ِ‬
‫اءة ن ْق َمت َ َ‬
‫ِ ِِ‬
‫ك َوََتَ ُّول َعافيَت َ َ َ َ‬ ‫ك ِم ْن َزَو ِال نِ ْع َمتِ َ‬ ‫اللَّ حه َّم َّإَن نَعح ْوذح بِ َ‬
‫ْسنَتِنَا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِِّر قحلح ْوبِنَا‬ ‫ََسَ ِعنَا ‪ ،‬وِمن َش ِر أَبصا ِرََن ‪ ،‬وِمن َش ِر أَل ِ‬
‫َ ْ ِّ‬ ‫َ ْ ِّ ْ َ‬ ‫ك ِم ْن َش ِِّر أ ْ‬ ‫اللَّ حه َّم َّإَن نَعح ْوذح بِ َ‬

‫ِ‬ ‫ص وا ْْلنح ِ‬ ‫اللَّه َّم َّإَن نَعوذح بِ َ ِ‬


‫ون َوا ْْلح َذ ِام َوم ْن َسيِِّ ِئ اْْل ْ‬
‫َس َق ِام‬ ‫ْب ِ َ ح‬ ‫ك م َن ال ََ‬ ‫حْ‬ ‫ح‬
‫اب ِ‬
‫اآلخ َرِة‬ ‫أج ْرََن ِم ْن ِخ ْز ِي الدُّنْ يَا َو َع َذ ِ‬ ‫أح ِسن َعاقِب تَ نَا ِف اْلحموِر حكلِ َِّها‪ ،‬و ِ‬
‫َ‬ ‫ح‬ ‫اللهم ْ ْ َ‬ ‫ِّ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫‪.‬ربَنَا َءاتِنَا ِف ِّ‬
‫اب النِّا ِر‬
‫سنَةً َوقنَا َع َذ َ‬ ‫سنَةً َوِف اْْلَخ َرة َح َ‬ ‫الدنْ يَا َح َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫ي‬‫العال َِم َْ‬
‫ب َ‬ ‫َوا ْحلَ ْم حد لل َر ِِّ‬
‫ش ِاء َوال حْم ْن َك ِر َوالبَ غْيِ‪،‬‬ ‫ان َوإِيْ تَ ِاء ِذي الْ حق ْرَب ويَ ْن َهى َع ِن ال َف ْح َ‬ ‫إن للا َيْمر ِبلْع ْد ِل و ْاْل ْحس ِ‬
‫اد للا‪ َ َ َّ ،‬ح ح َ َ َ‬
‫ِعب َ ِ‬
‫َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫يَعظح حك ْم ل ََعل حك ْم تَ َذ َّك حرْو َن‪ .‬فَاذ حك حروا للاَ ال َْعظ ْي َم يَ ْذ حك ْرحك ْم َولَذ ْك حر للا أَ ْك َبح‬

Anda mungkin juga menyukai