Anda di halaman 1dari 17

e-ISSN : 2774-1729

Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022


https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) PADA SISWA KELAS XI
IPS 2 SMA KRISTEN DIAN HALMAHERA

Nurlaila H Tasanif & Adrian M. Djababu


STKIP Kie Raha
Email : nurlailatasanif@gmail.com1 adrianernescoc@gmail.com2

Info Artikel ABSTRAK

Kirim: 22 Oktober
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan proses
2022 pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar matematika
Terima: 29 November materi sistem persamaan linear dua variabel pada siswa kelas XI
2022
IPS 2 SMA Kristen Dian Halmahera, (2) Mendeskripsikan
Terbit Online peningkatan hasil pembelajaran matematika materi sistem
Desember 2022 persamaan linear dua variable pada siswa kelas XI IPS 2 SMA
Kata-kata kunci: Kristen Dian Halmahera melalui model Problem Based Learning
(PBL).
Problem base Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
learning, Hasil bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika sistem
Belajar, Sistem persamaan linear dua variabel siswa melalui model Problem
Persamaan Linear Based Learning (PBL). Subjek penelitian ini terdiri dari 33 peserta
Dua Variabel. didik, Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu perancangan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi (evaluasi) hasil belajar.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada peningkatan hasil
belajar matematika siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian
Halmahera. Pada proses pembelajaran hasil peneliti
mengungkapkan adanya peningkaan hasil belajar matematika
siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL). Skor rata-rata yaitu 60% pada tindakan siklus I dan
mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 82%. menunjukkan
bahwa perbandingan nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami
peningkatan sebesar 22% yaitu dari Tindakan siklus I nilai rata-
rata sebesar 60 menjadi 82 pada siklus II dengan total peningkatan
sebesar 22%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi sistem
persamaan linear dua variabel meningkat dari kategori rendah
menjadi tinggi disamping itu siswajuga lebih disiplin aktif dan
bertanggung jawab dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ujung tombak dari keberhasilan. Maka, pendidikan pun
harus terencana sebelum dilaksanakan agar memperoleh hasil sesuai apa yang
diharapkan. Untuk meraih keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari

Page | 49
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

perencanaan, karena dalam perencanaan-perencanaan itulah disusun target-target atau


harapan-harapan dan juga metode-metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu agar menghasilkan produk yang maksimal (Aisyah, 2018).
Undang-Undang No. 20 tahun 2003, bab 1 pasal 1 Pendidikan adalah upaya sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pembelajaran matematika saat ini mengalami perubahan-perubahan dalam upaya
untuk memperbaiki mutu pendidikan sesuai perkembangan yang terjadi di dunia yang
mulai dilakukan sekalipun masih bersifat terbatas. Upaya yang dilakukan guru berupa
pendekatan realistis (bersifat nyata), realistik (menghadapi masalah sehari-hari),
kontekstual (konteks uraian kalimat yang mendukung) (Aqib & Amrullah, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti di kelas XI IPS 2
SMA Kristen Dian Halmahera, ditemukan fakta bahwa pembelajaran matematika pada
siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian Halmahera. masih belum optimal. dikarenakan
saat proses pembelajaran guru belum menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan kurang menekankan
pada aktivitas siswa, sehingga sebagian besar siswa bosan, kurang tertarik dalam
mengikuti pembelajaran dan tidak memahami apa yang dijelaskan oleh guru tersebut.
Siswa mengganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga siswa
merasa butuh waktu yang cukup lama untuk belajar. Kondisi ini mengakibatkan
rendahnya hasil belajar matematika siswa pada mata pelajaran matematika. yaitu dari 33
siswa hanya 21 dari 12 siswa yang hasil belajar matematika di atas rata-rata sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang mencapai 65, sehingga diindikasikan
bahwa hasil belajar matematika pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian
Halmahera belum maksimal.
Sebagaimana telah diketahui masalah di atas, membutuhkan perbaikan-perbaikan.
dalam suatu proses pembelajaran akan berlangsung efektif jika siswa memiliki
keterlibatan aktif dalam tugas-tugas yang bermakna dan siswa melakukan interaksi pada
materi secara intensif. Maka salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran adalah model Problem Based Learning (Tanjung &
Nababan, 2018).
Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam proses belajar. Pengembangan atau perpaduan model pembelajaran
bisa dicocokan dan diterapkan, karena Model pembelajaran merupakan suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran untuk mencantumkan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk di
dalamnya buku, film, computer, kurikulun, dan lain-lain (Aqib & Amrullah, 2017).

Page | 50
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK), Peneltian ini direncakan akan dilaksanakan dengan dua siklus. Dari
uraian di atas peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang membutuhkan empat
tahapan secara berurutan mulai dengan tindakan (planing), (acting), (observing), dan
(reflecting).
Dalam proses pelaksanaannya sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah
ini: Perencanaan

Refleksi
Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi
Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 2.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Indriani, 2022)

1) Perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahap dimana peneliti menyiapkan segala sesuatu yang
mendukung penelitian agar dapat berjalan dengan lancar. Pelaksanaan siklus penelitian
ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan
dalam satu siklus. Proses pembelajaran berbasis masalah (PBL) dimana tujuan
penelitian tercapai pada siklus pertama yaitu meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa, kemudian sampai satu siklus di luar siklus, hanya berhenti. Sebaliknya siklus
berikutnya dilakukan dengan mengoptimalkan kerja tim peneliti untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Siklus penelitian ini bersifat fleksibel dan tidak terbatas. Artinya,
siklus implementasi berakhir ketika tujuan tercapai, dan siklus kedua dan ketiga
berlaku jika tidak.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), atas materi yang akan
diajarkan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
2. Menyiapkan materi pembelajaran dan hal yang berhubungan dengan tugas yang
harus dilakukan oleh siswa

Page | 51
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

3. Menyusun lembaran kerja siswa


4. Lembaran observasi model Problem Based Learning (PBL)
Menyusun soal-soal tes deskriptif yang diberikan secara individual kepada siswa di
akhir kegiatan untuk memberikan data kemahiran siswa dalam materi. Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) yang di pelajari.

2) Pelaksanaan
Implementasi atau tindakan (perilaku) untuk melaksanakan tindakan ini dimulai
dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan membuat indikator hasil belajar
yang memotivasi siswa untuk mempelajari materi dalam LKS yang diberikan. Pada
kegiatan selanjutnya, guru menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Pada
kegiatan ini peneliti menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian
Halmahera Ikuti langkah-langkah di bawah ini:
Mulai mempraktikkan model Problem Based Learning (PBL) selama proses
pembelajaran berlangsung sebagai berikut :
Tahap 1 Orientasi Kepada Masalah.
1) Memberikan penjelasan terkait tujuan pembelajaran.
2) Memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bisa terlibat aktif selama proses
pembelajaran dalam menyelasaikan sebuah masalah.
3) memberikan rancangan dasar, referensi, dan keterampilan dalam menyelasaikan
masalah.
4) siswa diminta untuk melakukan pengamatan terhadap sebuah kejadian yang
berkaitan dengan materi.
Tahap 2 Mengorganisasikan Siswa Mendefinisikan Masalah
1) guru menyempaikan permasalahan kemudian siswa melakukan teknik
mengumpulkan ide untuk mencari solusi dengan mengungkapkan ide, pendapat,
dan gagasan
2) meningkatkan perasaan siswa untuk berpikir menguraikan suatu peristiwa dalam
memecahkan masalah
3) guru membantu siswa mendefinisikan mengatur dan menyusun bagian tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah.
Tahap 3 Membimbing Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
1) guru menyarankan siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas
masalah yang sedang dipelajari. Bisa dalam bentuk buku, jurnal, artikel, dan
halaman website.
2) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dengan masalah yang
sedang dipelajari.
3) guru memberikan tugas yang dapat dilakukan dalam situasi yang berbeda diantara
siswa, sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar.

Page | 52
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Tahap 4 Mengembangkan Karya dan Memamerkannya


Dalam pertemuan berikut siswa dipersiapkan dan dipersilahkan
merepresentasikan tugas secara individu atau kelompok di depan kelas berdasarkan
hasil yang dipelajari untuk dapat dikembangkan.
Tahap 5 Menganalisis dan Mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa menjelaskan dan mengevaluasi rangkaian tindakan mereka
sendiri dan keterampilam penyelidikan dan kecerdasan yang siswa gunakan untuk
membentuk pemikiran aktivitas yang telah dilakukan siswa selama ini lewat rangkian
tindakan belajar.
Penutup dan kesimpulan, guru dan pesrta didik bersama memberikan
kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari dengan menerapkan model Problem
Based Learning (PBL).

3) Observasi/ pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, aktivitas guru, peneliti dan
siswa diamati selama proses pembelajaran. Dalam kegiatan observasi penelitian, ada
dua observasi yaitu observasi guru dan peneliti di lapangan. Kegiatan ini banyak
dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.

4) Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami, menjelaskan, dan
menyimpulkan hasil kegiatan ini, memahami dan menggunakan proses serta hasil
tindakan yang dilakukan. Hasil dari kegiatan retrospektif ini adalah informasi tentang
apa yang telah terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya, serta dapat
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Hasil review akan digunakan oleh peneliti sebagai bahan diskusi umpan balik untuk
merencanakan perbaikan dalam pelaksanaan langkah-langkah berikut. Kegiatan yang
dilakukan dalam fase retrospektif ini adalah analisis, penjelasan, dan pengumpulan
hasil observasi dan nilai tes siswa yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
model pembelajaran sedang digunakan. Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada siklus I.
Berdasarkan hasil perilaku yang melibatkan observasi dan refleksi, peneliti
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang
dapat digunakan untuk menentukan tindakan korektif siklus II. Tindakan siklus II
dilaksanakan ketika aktivitas siswa yang diharapkan dan hasil belajar pada siklus I
tidak meningkat. Tindakan siklus kedua ini merupakan upaya perbaikan pada siklus
pertama.

Page | 53
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Kristen Dian Halmahera kabupaten


Halmahera Barat pada siswa kelas XI. Bagian bab ini akan dipaparkan data hasil
penelitian tentang meningkatkan hasil belajar melalui model Problem Based
Learning (PBL). Hasil penelitian ini disajikan berdasarkan siklus yang dimulai dari
tindakan siklus I (satu), dan dilanjutkan pada siklus II (dua). Setiap siklus dilakukan
berdasarkan pada tahapan berikut: (1) planning (perencanaan); (2) acting
(pelaksanaan/tindakan); (3) observing (pengamatan); dan (4) reflecting (refleksi).

Siklus I

Pada tahap ini peneliti merencanakan pembelajaran untuk menerapkan model


problem based learning. Dalam setiap proses dan setiap siklusnya terdiri dari 1 kali
pertemuan berdasarkan tahapan yang sama. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam
perencanaan pelaksanaan siklus I. Pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 15
Maret 2022 selama 1 jam pelajaran (2 x 45 menit). dimana proses pembelajaran
menggunakan model Problem based learning (PBL). Adapun kegiatan pelaksanaan
pembelajaran sebagai berikut :

Tahapan Perencanaan

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mempersiapkan


materi membaca pemahaman untuk menentukan gagasan dan membuat bahan
evaluasi setiap siklus yang menggambarkan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Tahap Pelaksanaan

1. Kegiatan Awal
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Langkah yang ditempu dalam
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Menyiapkan sarana pembelajaran. Membuka pelajaran dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran. Memeriksa kehadiran siswa
sebagai sikap disiplin. Mempersiapkan fisik dan pikiran siswa dalam mengawali
pembelajaran. Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran
yang dipelajari. Mulai menyampaikan tujuan pembelajaran selama pertemuan
berlangsung. Mengaitkan materi pembelajaran yang dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi sebelumnya.

Page | 54
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

2. Kegiatan Inti
Mulai mempraktikkan model Problem Based Learning (PBL) selama proses
pembelajaran berlangsung sebagai berikut :
Tahap 1 Orientasi Kepada Masalah.
1) Memberikan penjelasan terkait tujuan pembelajaran.
2) Memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bisa terlibat aktif selama proses
pembelajaran dalam menyelasaikan sebuah masalah.
3) memberikan rancangan dasar, referensi, dan keterampilan dalam
menyelasaikan masalah.
4) siswa diminta untuk melakukan pengamatan terhadap sebuah kejadian yang
berkaitan dengan materi.
Tahap 2 Mengorganisasikan Siswa Mendefinisikan Masalah
1) guru menyempaikan permasalahan kemudian siswa melakukan teknik
mengumpulkan ide untuk mencari solusi dengan mengungkapkan ide,
pendapat, dan gagasan
2) meningkatkan perasaan siswa untuk berpikir menguraikan suatu peristiwa
dalam memecahkan masalah
3) guru membantu siswa mendefinisikan mengatur dan menyusun bagian tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah.
Tahap 3 Membimbing Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
1) guru menyarankan siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas masalah yang sedang dipelajari. Bisa dalam bentuk buku, jurnal,
artikel, dan halaman website.
2) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dengan masalah yang
sedang dipelajari.
3) guru memberikan tugas yang dapat dilakukan dalam situasi yang berbeda
diantara siswa, sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar.
Tahap 4 Mengembangkan Karya dan Memamerkannya
Dalam pertemuan berikut siswa dipersiapkan dan dipersilahkan
merepresentasikan tugas secara individu atau kelompok di depan kelas
berdasarkan hasil yang dipelajari untuk dapat dikembangkan.
Tahap 5 Menganalisis dan Mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa menjelaskan dan mengevaluasi rangkaian tindakan mereka
sendiri dan keterampilam penyelidikan dan kecerdasan yang siswa gunakan untuk
membentuk pemikiran aktivitas yang telah dilakukan siswa selama ini lewat
rangkian tindakan belajar.
3. Kegiatan Penutup

Page | 55
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Guru membuat kesimpulan pelajaran yang sudah dibahas. Guru


melaksanakan penilaian melalui tes tertulis. Siswa melakukan pembersihan
peralatan, media dan ruangan. Guru mengarahkan siswa untuk berdo’a sebelum
menutup pembelajaran.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan Selama proses pembelajaran untuk mengetahui
aktivitas siswa dalam pelaksanakan pembelajaran.
Refleksi
Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil belajar pelaksanaan siklus
I. terjadi peningkatan akan tetapi belum semaksimal yang diharapkan, hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada Siklus I (setelah diterapkannya model
Problem Based Learning). Hasil belajar dalam pelaksanaan siklus I didapat terjadi
peningkatan yang belum cukup maksimal karena rata-rata nilai siswa masih di
bawah KKM.
Peningkatan tersebut tidak lepas dari keseriusan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Terutama kerjasamanya dengan teman lain dalam kelompok
untuk mengkonstruksi pengetahuannya untuk menemukan penyelesaian yang harus
mereka selesaikan. Dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi, siswa
mengeluarkan segala pengetahuannya untuk sharing antar teman dalam kelompok.
Walaupun dalam siklus I ini siswa masih belum bisa secara maksimal dalam proses
pembelajaran, terutama dalam hal mengeluarkan pendapatnya untuk menjawab
pertanyaan dari guru maupun mengerjakan soal di depan (mendemonstrasikan hasil
diskusi) karena masih takut salah atas penyelesaian yang mereka selesaikan.
Pelaksanaan siklus I hasil belajar belum mencapai indikator, serta aktivitas
berbicara siswa masih belum mencapai indikator yang diinginkan oleh peneliti
yaitu sekurang-kurangnya 65%. Guru berusaha dengan pendekatan memotivasi
agar siswa lebih bisa percaya diri dalam mengeluarkan pendapatnya dan
kemampuannya.
Pada pelaksanaan siklus I, hasil belajar matematika dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 3.1 Hasil Belajar Matematika Siklus I
Frekuen Persentas Keterangan
No Kategori Skor
si e
1 Sangat Baik 85 – 100 - - Rata-rata
2 Baik 75 – 85 5 15% 2010 : 33 = 60
3 Cukup 65 – 75 8 24% Hasil belajar
4 Kurang 55 – 65 14 42% secara klasikal
5 Sangat Kurang 0 – 55 6 18% kategori Cukup
Jumlah 33 100%

Page | 56
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa skor perolehan hasil belajar terlihat siswa
yang mencapai kategori baik 5 siswa atau sebesar 15%, kategori cukup dicapai oleh
8 siswa atau sebesar 24%, siswa mencapai kategori kurang yaitu sebanyak 14 siswa
atau 42%, siswa yang mencapai kategori sangat kurang yaitu sebanyak 6 siswa atau
18%. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa adalah 60 dan
termasuk kategori Kurang: Nilai total hasil belajar matematika tersebut diperoleh
dari aspek (1) mengidentifikasi sebuah masalah; (2) menentukan penyelesaian dari
masalah; (3) merancang masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja sama.
Skor perolehan nilai rata-rata kelas yang telah diuraikan, dapat dinyatakan belum
memenuhi target ketuntasan dalam pembelajaran, masih terdapat beberapa siswa
yang gagal dalam pembelajaran siklus I. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran ini sampai pada siklus II.

Siklus II

Setelah diadakan refleksi maka dilaksanakan siklus II. Adapun Tahap-tahap


pelaksanaan dalam siklus II sama dengan siklus I yaitu terdiri dari : Perencanaan,
Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi. Pertemuan pada siklus II dilaksanakan
pada hari Senin, 4 April 2022 selama 1 jam lebih pelajaran (2 x 45 menit) dengan
model yang digunakan masih sama seperti sebelumnya yaitu model problem
based learning (PBL) adapun tahapan pembelajaran sebagai berikut :

Tahapan Perencanaan
Pemeriksaan kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap siklus
yang disiapkan untuk siklus II sesuai hasil siklus I.

Tahapan Pelaksanaan

1. Kegiatan Awal
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Langkah yang ditempu dalam
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Menyiapkan sarana pembelajaran. Membuka pelajaran dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran. Memeriksa kehadiran siswa
sebagai sikap disiplin. Mempersiapkan fisik dan pikiran siswa dalam mengawali
pembelajaran. Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran
yang dipelajari. Mulai menyampaikan tujuan pembelajaran selama pertemuan

Page | 57
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

berlangsung. Mengaitkan materi pembelajaran yang dilakukan dengan


pengalaman peserta didik dengan materi sebelumnya.

2. Kegiatan Inti
Mulai mempraktikkan model Problem Based Learning (PBL) selama
proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut :
Tahap 1 Orientasi Kepada Masalah.
1) Memberikan penjelasan terkait tujuan pembelajaran.
2) Memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bisa terlibat aktif selama
proses pembelajaran dalam menyelasaikan sebuah masalah.
3) memberikan rancangan dasar, referensi, dan keterampilan dalam
menyelasaikan masalah.
4) siswa diminta untuk melakukan pengamatan terhadap sebuah kejadian yang
berkaitan dengan materi.
Tahap 2 Mengorganisasikan Siswa Mendefinisikan Masalah
1) guru menyempaikan permasalahan kemudian siswa melakukan teknik
mengumpulkan ide untuk mencari solusi dengan mengungkapkan ide,
pendapat, dan gagasan
2) meningkatkan perasaan siswa untuk berpikir menguraikan suatu peristiwa
dalam memecahkan masalah
3) guru membantu siswa mendefinisikan mengatur dan menyusun bagian tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah.
Tahap 3 Membimbing Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
1) guru menyarankan siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas masalah yang sedang dipelajari. Bisa dalam bentuk buku, jurnal,
artikel, dan halaman website.
2) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dengan masalah yang
sedang dipelajari.
3) guru memberikan tugas yang dapat dilakukan dalam situasi yang berbeda
diantara siswa, sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar.
Tahap 4 Mengembangkan Karya dan Memamerkannya
Dalam pertemuan berikut siswa dipersiapkan dan dipersilahkan
merepresentasikan tugas secara individu atau kelompok di depan kelas
berdasarkan hasil yang dipelajari untuk dapat dikembangkan.
Tahap 5 Menganalisis dan Mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa menjelaskan dan mengevaluasi rangkaian tindakan mereka
sendiri dan keterampilam penyelidikan dan kecerdasan yang siswa gunakan untuk
membentuk pemikiran aktivitas yang telah dilakukan siswa selama ini lewat
rangkian tindakan belajar.
3. Kegiatan Penutup

Page | 58
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Guru membuat kesimpulan pelajaran yang sudah dibahas. Guru


melaksanakan penilaian melalui tes tertulis. Siswa melakukan pembersihan
peralatan, media dan ruangan. Guru mengarahkan siswa untuk berdo’a sebelum
menutup pembelajaran
4) Pengamatan
Melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus I, dalam proses
pembelajarannya guru bisa lebih tahu aktivitas siswa karena guru ikut andil dalam
peran diskusi siswa, guru juga melakukan evaluasi di siklus II serta mencatat
keberhasilan dan hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran pada
pelaksanaan siklus II.
5) Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Aktivitas belajar siswa pada siklus II lebih baik dibanding pada siklus I, hal ini
dikarenakan siswa mulai terbiasa mengidentifikasi dan menganalisis dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL).
Disamping itu siswa mulai tumbuh kepercayaan diri dalam dirinya untuk bisa
mengidentifikasi dan analisis guna menyelesaikan masalah. Secara tidak langsung
hal ini bisa membuat siswa tidak takut lagi salah, dan tidak takut lagi untuk
mengeluarkan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah.
Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan yang signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap siklusnya kemampuan siswa
mengalami peningkatan baik dalam hal hasil belajar maupun aktivitas siswa yang
ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dan ketuntasan dalam
pembelajaran materi dan meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Pada pelaksanaan siklus II, hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 3.2 Hasil Belajar Matematika Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Persentase Katerangan
1 Sangat Baik 85 – 100 13 39% Rata-Rata
2 Baik 75 – 85 12 36% 2705 : 33 = 82
3 Cukup 65 – 75 8 24% Hasil Belajar
4 Kurang 55 – 65 - - Secara
5 Sangat Kurang 0 – 55 - - Klasikal
Kategori
Jumlah 33 100%
Sangat Baik
Pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa terlihat
sebagian besar siswa yaitu 13 siswa yang mencapai kategori sangat baik dengan

Page | 59
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

jumlah persentase 39%, Siswa yang mencapai kategori baik 12 siswa atau sebesar
36%, Siswa yang mencapai kategori cukup 8 siswa atau sebesar 24%. dan tidak
ada siswa memiliki nilai kategori kurang maupun sangat kurang. Itu berarti, siswa
secara keseluruhan telah tuntas dalam mengikuti pembelajaran matematika materi
sistem persamaan linear dua variabel dengan sangat baik. Dari tabel di atas, dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 82 yang termasuk kategori sangat
baik. Skor total nilai hasil belajar tersebut diperoleh dari aspek (1)
mengidentifikasi sebuah masalah; (2) menentukan penyelesaian dari masalah; (3)
merancang masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear
dua variabel dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja sama. Skor perolehan nilai
rata-rata kelas yang telah diuraikan, dinyatakan telah memenuhi target ketuntasan
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian dilakukan yang hanya pada dua
siklus yaitu siklus I dan siklus II tanpa melanjutkan pada tindakan pembelajaran
siklus III.

3.2. Pembahasan

Data hasil belajar pada siklus I ditemukan perolehan jumlah skor rata-rata
nilai siswa 60 termasuk taraf kurang: total nilai hasil belajar tersebut diperoleh dari
aspek (1) mengidentifikasi sebuah masalah; (2) menentukan penyelesaian dari
masalah; (3) merancang masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja sama.
Skor nilai hasil belajar matematika terlihat siswa yang mencapai kategori baik 5
siswa atau sebesar 15%, kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 24%,
siswa mencapai kategori kurang yaitu sebanyak 14 siswa atau sebesar 42%, dan
yang mencapai kategori kurang sekali sebanyak 6 siswa yang sebesar 18%. Skor
perolehan nilai rata-rata kelas yang telah diuraikan, dinyatakan belum memenuhi
target ketuntasan dalam pembelajaran, masih terdapat beberapa siswa yang masih
gagal dalam pembelajaran siklus I. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran ini pada siklus II.
Berdasarkan hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa proses belajar
dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) membuat aktivitas
belajar sebagian besar siswa baik, artinya melakukan kegiatan belajar sesuai dengan
petunjuk dan penuh perhatian. Data yang diperoleh dari observasi pada proses
pembelajaran siklus I berdasarkan aspek antusiasme siswa, keaktifan siswa,
kekritisan siswa, perilaku siswa, dan perhatian siswa pada saat pembelajaran
matematika sistem persamaan linear dua variabel berlangsung.
Hasil evaluasi dari obeservasi siklus I menggambarkan bahwa (1) siswa
sering antusias terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru, (2) keaktifan siswa
saat pembelajaran berlangsung berada dalam kategori kadang-kadang, (3) tidak

Page | 60
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

pernah terdapat kekritisan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru, (4) perilaku siswa saat pembelajaran dilaksanakan selalu mengganggu teman,
bergurau, megantuk, acu tak acu dan terganggu lingkungan , dan (5) siswa kadang-
kadang memperhatikan saat teman yang lain melakukan percobaan dalam
kelompok di kelas.
Hasil evaluasi tersebut disebabkan oleh kendalah yang dihadapi 20 siswa
yaitu kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa belum
terbiasa dengan model Problem Based Learning (PBL) yang digunakan sehingga
merasa terganggu pada konsentrasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Anggapan
siswa tentang model Problem Based Learning (PBL) merupakan hal yang baru
(tidak pernah digunakan) sehingga siswa membutuhkan waktu yang lama untuk
menyesuaikan dengan suasana pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil refleksi
siklus I, maka dilakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada tindakan siklus II.
Data hasil belajar pada siklus II ditemukan perolehan jumlah skor rata-rata
nilai 82 yang termasuk berada pada taraf keberhasilan pembelajaran dengan
kategori sangat baik 13 siswa dengan jumlah persentase 39%, Siswa yang mencapai
kategori baik 12 siswa atau sebesar 36%, Siswa yang mencapai kategori cukup 8
siswa atau sebesar 24%. dan tidak ada siswa memiliki nilai kategori kurang maupun
sangat kurang. Skor total hasil belajar matematika sistem persamaan linear dua
variabel tersebut diperoleh dari aspek (1) mengidentifikasi sebuah masalah; (2)
menentukan penyelesaian dari masalah; (3) merancang model dari masalah sehari-
hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dengan disiplin,
tanggung jawab dan kerja sama. Skor perolehan nilai rata-rata kelas yang telah
diuraikan, dinyatakan telah memenuhi target ketuntasan dalam pembelajaran yaitu
sudah melebihi angka 75%.
Berdasarkan hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa proses belajar
dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) membuat aktivitas
belajar sebagian besar siswa sudah sangat baik, artinya melakukan kegiatan belajar
sudah sesuai dengan petunjuk dan penuh perhatian. Data yang diperoleh dari
observasi pada proses pembelajaran siklus II berdasarkan aspek antusiasme siswa,
keaktifan siswa, kekritisan siswa, perilaku siswa, dan perhatian siswa pada saat
pembelajaran menulis berlangsung.
Hasil evaluasi dari obeservasi siklus I menggambarkan bahwa (a) sebagian
besar siswa selalu antusias dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh
guru, (b) siswa selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung, (c) kadang-
kadang terdapat kekritisan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru, (d) tidak pernah terdapat perilaku siswa saat pembelajaran dilaksanakan
selalu mengganggu teman, bergurau, megantuk, acu tak acu dan terganggu

Page | 61
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

lingkungan, dan (e) siswa kadang-kadang memperhatikan saat teman yang lain
melakukan percobaan dalam kelompok di kelas.
Hasil evaluasi tersebut terlihat dari keseriusan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yaitu
siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran tersebut sehingga siswa merasa
berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran. Anggapan siswa tentang model
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menyenangkan
sehingga siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan dengan
suasana pembelajaran tersebut. Oleh sebeb itu, penelitian ini dibatasi pada dua
siklus karena hasil belajar matematika sistem persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI IPS 2
SMA Kristen Dian Halmahera. siklus II dinyatakan tuntas sehingga tidak
dilanjutkan pada siklus III.
Keberhasilan tindakan pembelajaran dalam penelitian perlu suatu evaluasi
baik proses pembelajaran maupun evaluasi hasil belajar siswa pada tindakan siklus
I dan siklus II. Data evaluasi hasil belajar siswa yaitu hasil tes tentang pembelajaran
matematika yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dan evaluasi proses
berupa lembar pengamatan yang telah disiapkan pada tindakan siklus I dan II.
Pelaksanaan proses tindakan pembelajaran dapat dilihat dari proses aktivitas belajar
siswa yang dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Perbandingan Hasil belajar Matematika Siklus I dan Siklus II
Pelaksanaan Jumlah Peningkatan
No Rata-rata
Tindakan nilai (%)
3 Siklus I 2010 60 60%
22%
4 Siklus II 2705 82 82%
Berdasarkan data tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa perbandingan nilai
rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 22% yaitu dari Tindakan
siklus I nilai rata-rata sebesar 60 menjadi 82 pada siklus II dengan total peningkatan
sebesar 22%. Keberhasilan tersebut dapat dikatakan dari perbandingan pada tindakan
siklus I (tingkat kualifikasi kurang) dan dari siklus I ke siklus II (tingkat kualifikasi
sangat baik).
Hasil belajar matematika sistem persamaan linear dua variabel pada siswa kelas
XI IPS 2 SMA Kristen Dian Halmahera sebagaimana di atas, menggambarkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) depat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Lebih jelas dapat diuraikan pada
histogram berikut:
Diagram 2.1Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siswa

Hasil Belajar Siswa Siklus I


Peningkatan
0%
60% Siklus II
82%

Page | 62
22%
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Hasil belajar matematika sistem persamaan linear dua variabel berdasarkan


histogram di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dapat
dinyatakan masih berada dibawah nilai standar minimum yaitu di bawah 65. dan
terjadi Peningkatan sebesar 22% nilai di atas standar minimum yang ditetapkan,
yaitu setelah dilanjutkan pada tindakan siklus II hasil belajar matematika meningkat
dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I dan II.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV meningkatkan
hasil belajar matematika materi sistem persamaan linear dua variabel menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian
Halmahera, sehingga penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran matematika sistem persamaan linear dua variabel melalui
model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian
Halmahera kabupaten Halmahera Barat dilakukan dengan efektif, lancar dan tuntas
yang terlihat dari keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Mula-mula siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran semacam ini karena siswa baru pertama
kalinya mengalami kegiatan pembelajaran yang dimaksud. Ketika perbaikan
pembelajaran dilakukan siklus demi siklus, siswa terbiasa dengan kegiatan
pembelajaran sehingga merasa berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran.
Anggapan siswa pembelajaran semacam ini menyenangkan sehingga siswa tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan dengan suasana pembelajaran
tersebut.
2. Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan Hasil belajar dalam
pembelajaran matematika siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Dian Halmahera
kabupaten Halmahera Barat, hal ini terlihat pada hasil belajar bahwa nilai rata-rata
hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 22% yaitu dari siklus I sebesar 60
dan tindakan siklus II sebesar 82. Dengan persentase Tindakan siklus I sebesar 68%
menjadi 82% pada siklus II dengan total peningkatan sebesar 22%. Keberhasilan
tersebut dapat dikatakan dari perbandingan pada siklus I (tingkat kualifikasi kurang)
dan dari siklus I ke siklus II (tingkat kualifikasi sangat baik).

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2018. Perencanaan dalam Pendidikan. ADAARA: jurnal manajemen pendidikan
islam 7 (1, November): 715–31.
Arsil. 2019. Implementasi Model Problem Based Learning Berbantuan Multimedia di
Sekolah Dasar. jurnal gentala pendidikan dasar 4 (I, June): 1–9.

Page | 63
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Asriningtyas, Firosalia Kristin, Indri Anugraheni. 2018. Penerapan Model Problem


Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD. JKPM 5 (1, April).
Cintia, Firosalia Kristin, Indri Anugraheni. 2018. Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil
Belajar Siswa. Perspektif Ilmu Pendidikan 32 (1 April): 69–77.
Dewi, Hendy Windya Septa. 2019. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Disposisi Matematis Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Mathema
Journal 1 (1, Juli): 31–39.
Eskris. 2021. Meta Analisis Pengaruh Model Discovery Learning dan Problem Based
Learning terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Kelas V SD.
pendidikan guru sekolah dasar 2 (1): 43–52.
Harid, Agus Boriri, Idwan Djais. 2021. Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf
Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Halmahera Tengah. 1 (1, April): 8–16.
Haryanti. 2017. Model Problem Based Learning Membangun Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas 3 (2 Juli).
Indriani, L. (2022). Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dengan Model
Problem Based Learning Pada Pelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Ilmiah Pendidik
Indonesia, 1(1), 15-22.
Khairunnisa Afidah. 2016. Matematika Dasar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Masrinah, Ipin Aripin, Aden Arif Gaffar. 2019. Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Seminar Nasional Pendidikan (8
Agustus): 924–32.
Nanik, Dariyah. 2020. Meta Analisis Model Problem Based Learning dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. jurnal ilmiah pendidikan profesi guru 3
(1 April): 152–58.
Saputra, Faisal Ismet, Andrizal. 2018.Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar Siswa
SMK. INVOTEK (Inovasi Vokasional dan Teknologi 18 (1 November): 25–30.
Sulasmi, Akrim. 2020. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ditinjau dari Aspek Manajemen Minat Belajar Siswa. Jurnal Manajemen
Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi (JMP-DMT) 1 (1 (Januari-April): 10–
17.
Syafi’i, Tri Marfiyanto, Siti Kholidatur Rodiyah. 2018. Studi tentang Prestasi Belajar
Siswa dalam berbagai Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Komunikasi
Pendidikan 2 (2, Juli): 115–23.
Tanjung, Siti Nababan. 2018. Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sma Se-
Kuala Nagan Raya Aceh. Genta Mulia IX (2, Juli): 56–70.
Undang-Undang, 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bab 1. Pasal 1.
Walfajri, Nyoto Harjono. 2019. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Tematik Muatan IPA melalui Model Problem Based Learning Kelas 5
SD. jurnal basicedu 3 (1): 16–20.

Page | 64
e-ISSN : 2774-1729
Volume. 3. Nomor 2. Desember 2022
https://jurnal.stkipkieraha.ac.id/index.php/jimat Halaman: 49 - 65
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7416639

Zainal Aqib & Ahmad Amrullah. 2017. Ensiklopedia Pendidikan & Psikologi.
Yogyakarta: Andi.

Page | 65

Anda mungkin juga menyukai