Anda di halaman 1dari 22

Jika budaya kerjasama dalam

mencapai target dan mengukur


kinerja team telah diterapkan,
maka akan
muncul saling ketergantungan
didalam team atau organisasi.
Tidak akan ada orang yang
merasa bahwa
dia bisa berhasil sendiri tanpa
rekan kerja yang
membantunya. Setiap pekerja
akan merasa adanya
saling ketergantungan dan
membutuhkan dalam
melakukan pekerjaan,
sehingga akan muncul perilaku
saling membantu dan saling
mengingatkan atau menjaga
satu sama lain. Karena mereka
menyadari
jika ada yang gagal atau celaka
akan berdampak pada
keberhasilan team dan
keberhasilan team adalah
keberhasilan mereka sendiri
secara individu.
5. Dari komunikasi orang ke
orang menjadi interaksi
kelompok
Safety culture juga
mengutamakan komunikasi
dalam bentuk interaksi
kelompok. Setiap indvidu
didorong untuk menyampaikan
pendapat atau usulan dan
dilibatkan dalam setiap bentuk
diskusi.
Komunikasi tidak hanya dari
top-down akan tetapi juga dari
button-up. Artinya setiap
atasan atau
supervisor harus membuka
diri untuk menerima masukkan
dari team. Safety meeting
merupakan
media komunikasi dan
interaksi antar indvidu dalam
kelompok. Semakin tinggi
tingkat interaksi dari
individu didalam team, akan
semakin meningkatkan
personal commitment untuk
mencapai target
team. Hal tersebut juga akan
membangun lingkungan kerja
yang kondusive, meningkatkan
kebersamaan, meningkatkan
motivasi kerja dan rasa
memiliki terhadap program
yang sudah
disepakati.
Ingin lebih mendalami bagaimana
cara menerapkan Total Safety
Culture Untuk Meningkatkan
Produktivitas
Kerja, Ikuti Training Total Safety
Culture dari HSP Academy, pada
tanggal 11 Februari 2012, bertempat
di Hotel
ibis Jakarta Slipi. Untuk informasi
lebih detail hubungi HSP Academy
atau melalui email
Jika budaya kerjasama dalam
mencapai target dan mengukur
kinerja team telah diterapkan,
maka akan
muncul saling ketergantungan
didalam team atau organisasi.
Tidak akan ada orang yang
merasa bahwa
dia bisa berhasil sendiri tanpa
rekan kerja yang
membantunya. Setiap pekerja
akan merasa adanya
saling ketergantungan dan
membutuhkan dalam
melakukan pekerjaan,
sehingga akan muncul perilaku
saling membantu dan saling
mengingatkan atau menjaga
satu sama lain. Karena mereka
menyadari
jika ada yang gagal atau celaka
akan berdampak pada
keberhasilan team dan
keberhasilan team adalah
keberhasilan mereka sendiri
secara individu.
5. Dari komunikasi orang ke
orang menjadi interaksi
kelompok
Safety culture juga
mengutamakan komunikasi
dalam bentuk interaksi
kelompok. Setiap indvidu
didorong untuk menyampaikan
pendapat atau usulan dan
dilibatkan dalam setiap bentuk
diskusi.
Komunikasi tidak hanya dari
top-down akan tetapi juga dari
button-up. Artinya setiap
atasan atau
supervisor harus membuka
diri untuk menerima masukkan
dari team. Safety meeting
merupakan
media komunikasi dan
interaksi antar indvidu dalam
kelompok. Semakin tinggi
tingkat interaksi dari
individu didalam team, akan
semakin meningkatkan
personal commitment untuk
mencapai target
team. Hal tersebut juga akan
membangun lingkungan kerja
yang kondusive, meningkatkan
kebersamaan, meningkatkan
motivasi kerja dan rasa
memiliki terhadap program
yang sudah
disepakati.
Ingin lebih mendalami bagaimana
cara menerapkan Total Safety
Culture Untuk Meningkatkan
Produktivitas
Kerja, Ikuti Training Total Safety
Culture dari HSP Academy, pada
tanggal 11 Februari 2012, bertempat
di Hotel
ibis Jakarta Slipi. Untuk informasi
lebih detail hubungi HSP Academy
atau melalui email
idak semua orang bisa bekerja
sama didalam satu team.
Bekerja dalam team
memerlukan kesabaran
setiap orang yang terlibat.
Berapa banyak orang yang
merasa bahwa mengerjakan
sesuatu dalam team
malah menjadi lebih lama dan
tidak efektif. Tentu saja hal
tersebut ada benarnya jika
team tidak bisa
bekerjasama dengan baik dan
efektif. Didalam safety culture
atau budaya K3, kerja team
justru lebih
diutamakan dari pada kerja
secara individu. Ada beberapa
paradigma baru yang
dipromosikan dalam
teori budaya keselamatan
dalam meningkatkan
efektifitas kerjasama team
(teamwork)
tidak semua orang bisa bekerja sama didalam satu team. Bekerja dalam team memerlukan
kesabaran setiap orang yang terlibat. Berapa banyak orang yang merasa bahwa mengerjakan
sesuatu dalam team malah menjadi lebih lama dan tidak efektif. Tentu saja hal tersebut ada
benarnya jika team tidak bisa bekerjasama dengan baik dan efektif. Didalam safety culture
atau budaya K3, kerja team justru lebih diutamakan dari pada kerja secara individu. Ada
beberapa paradigma baru yang dipromosikan dalam teori budaya keselamatan dalam
meningkatkan efektifitas kerjasama team (teamwork)

1. Dari kinerja individu menjadi kinerja team


Manajemen tradisional mengukur kinerja atau keberhasilan secara individu. Sehingga
muncul kompetisi dan upaya untuk berhasil sendiri-sendiri didalam organisasi. Yang
terpenting adalah tugas saya selesai dan tidak mendapat kecelakaan, peduli apa
dengan rekan-rekan kerja yang lain. Selama saya baik dan berhasil maka kinerja saya
akan dinilai baik, meskipun tingkat kecelakaan didalam organisasi saya masih tinggi.
Sistem majemen keselamatan yang modern mengajarkan untuk mengukur kinerja
team. Jadi bukan lagi “ Apa yang bisa kamu lakukan dan apa yang kamu dapat”, akan
tetapi “ Bagaimana kamu berkolaborasi dengan yang lain dan apa yang dicapai oleh
team”. Namun bukan berarti kinerja individu dilupakan, akan tetapi porsi pengukuran
kinerja team menjadi lebih besar. Hal ini akan menimbulkan dan mengajarkan
tanggung jawab terhadap kelompok kerja atau rekan-rekan kerja yang lain. Sehingga
keberhasilan individu akan diiringi dengan keberhasilan team atau organisasi.
Bagaimana mungkin kita bisa memberikan penghargaan keberhasilan kepada individu
sementara organisasi secara keseluruhan berprestasi buruk atau tingkat kecelakaan
tinggi. Maka didalam budaya K3, kinerja individu diukur dari kontribusi yang dia
lakukan didalam organisasi atau team dan pencapaian team.
2. Dari pekerjaan individu menjadi pekerjaan team
Efektifitas kerjasama team akan terjadi manakala setiap individu yang diberi tanggung
jawab pekerjaan adalah untuk meningkatkan kinerja team. Setiap individu menerima
tugas masing-masing dan melaksanakan tanggung jawabnya dalam rangka membantu
pencapaian target oragnisasi atau team. Jadi bukan menyelasaikan tugas pekerjaan
secara indvidu untuk menyenangkan atasan. Teamwork memerlukan perubahan dari
pencapaian personal goals menjadi pencapaian target secara team atau kelompok
3. Dari penghargaan kompetisi menjadi penghargaan kerjasama
Dari poin 1 dan 2 diatas sudah dijelaskan bahwa kinerja diukur berdasarkan
pencapaian atau keberhasilan team, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dalam
rangka mencapai target dari team bukan individu. Demikian pula penghargaan dari
keberhasilan tidak diberikan secara individu akan tetapi penghargaan atas
keberhasilan bersama karena kerjasama yang baik dari team. Pardigma ini akan
merubah kompetisi individu yang seringkali tidak sehat menjadi kerjasama dan
kerbersamaan dalam mencapai target organisasi.
4. 4. Dari ketergantungan individu menjadi ketergantungan team

5. Jika budaya kerjasama


dalam mencapai target dan
mengukur kinerja team telah
diterapkan, maka akan
6. muncul saling
ketergantungan didalam
team atau organisasi. Tidak
akan ada orang yang merasa
bahwa
7. dia bisa berhasil sendiri
tanpa rekan kerja yang
membantunya. Setiap
pekerja akan merasa adanya
8. saling ketergantungan dan
membutuhkan dalam
melakukan pekerjaan,
sehingga akan muncul
perilaku
9. saling membantu dan
saling mengingatkan atau
menjaga satu sama lain.
Karena mereka menyadari
10. jika ada yang gagal atau
celaka akan berdampak
pada keberhasilan team dan
keberhasilan team adalah
11. keberhasilan mereka
sendiri secara individu
Jika budaya kerjasama dalam mencapai target dan mengukur kinerja team
telah diterapkan, maka akan muncul saling ketergantungan didalam team atau
organisasi. Tidak akan ada orang yang merasa bahwa dia bisa berhasil sendiri tanpa
rekan kerja yang membantunya. Setiap pekerja akan merasa adanya saling
ketergantungan dan membutuhkan dalam melakukan pekerjaan, sehingga akan
muncul perilaku saling membantu dan saling mengingatkan atau menjaga satu sama
lain. Karena mereka menyadari jika ada yang gagal atau celaka akan berdampak pada
keberhasilan team dan keberhasilan team adalah keberhasilan mereka sendiri secara
individu

5. 5. Dari komunikasi orang ke orang menjadi interaksi kelompok

Safety culture juga


mengutamakan komunikasi
dalam bentuk interaksi
kelompok. Setiap indvidu
didorong untuk menyampaikan
pendapat atau usulan dan
dilibatkan dalam setiap bentuk
diskusi.
Komunikasi tidak hanya dari
top-down akan tetapi juga dari
button-up. Artinya setiap
atasan atau
supervisor harus membuka
diri untuk menerima masukkan
dari team. Safety meeting
merupakan
media komunikasi dan
interaksi antar indvidu dalam
kelompok. Semakin tinggi
tingkat interaksi dari
individu didalam team, akan
semakin meningkatkan
personal commitment untuk
mencapai target
team. Hal tersebut juga akan
membangun lingkungan kerja
yang kondusive, meningkatkan
kebersamaan, meningkatkan
motivasi kerja dan rasa
memiliki terhadap program
yang sudah
disepakati.
Safety culture juga mengutamakan komunikasi dalam bentuk interaksi kelompok.
Setiap indvidu didorong untuk menyampaikan pendapat atau usulan dan dilibatkan
dalam setiap bentuk diskusi. Komunikasi tidak hanya dari top-down akan tetapi juga
dari button-up. Artinya setiap atasan atau supervisor harus membuka diri untuk
menerima masukkan dari team. Safety meeting merupakan media komunikasi dan
interaksi antar indvidu dalam kelompok. Semakin tinggi tingkat interaksi dari
individu didalam team, akan semakin meningkatkan personal commitment untuk
mencapai target team. Hal tersebut juga akan membangun lingkungan kerja yang
kondusive, meningkatkan kebersamaan, meningkatkan motivasi kerja dan rasa
memiliki terhadap program yang sudah disepakati.

12. 2. Dari pekerjaan individu


menjadi pekerjaan team
13. Efektifitas kerjasama
team akan terjadi manakala
setiap individu yang diberi
tanggung jawab
14. pekerjaan adalah untuk
meningkatkan kinerja team.
Setiap individu menerima
tugas masing-masing
15. dan melaksanakan
tanggung jawabnya dalam
rangka membantu
pencapaian target oragnisasi
atau
16. team. Jadi bukan
menyelasaikan tugas
pekerjaan secara indvidu
untuk menyenangkan
17. atasan. Teamwork
memerlukan perubahan dari
pencapaian personal goals
menjadi pencapaian target
18. secara team atau
kelompok
Jika budaya kerjasama dalam
mencapai target dan mengukur
kinerja team telah diterapkan,
maka akan
muncul saling ketergantungan
didalam team atau organisasi.
Tidak akan ada orang yang
merasa bahwa
dia bisa berhasil sendiri tanpa
rekan kerja yang
membantunya. Setiap pekerja
akan merasa adanya
saling ketergantungan dan
membutuhkan dalam
melakukan pekerjaan,
sehingga akan muncul perilaku
saling membantu dan saling
mengingatkan atau menjaga
satu sama lain. Karena mereka
menyadari
jika ada yang gagal atau celaka
akan berdampak pada
keberhasilan team dan
keberhasilan team adalah
keberhasilan mereka sendiri
secara individu.
5. Dari komunikasi orang ke
orang menjadi interaksi
kelompok
Safety culture juga
mengutamakan komunikasi
dalam bentuk interaksi
kelompok. Setiap indvidu
didorong untuk menyampaikan
pendapat atau usulan dan
dilibatkan dalam setiap bentuk
diskusi.
Komunikasi tidak hanya dari
top-down akan tetapi juga dari
button-up. Artinya setiap
atasan atau
supervisor harus membuka
diri untuk menerima masukkan
dari team. Safety meeting
merupakan
media komunikasi dan
interaksi antar indvidu dalam
kelompok. Semakin tinggi
tingkat interaksi dari
individu didalam team, akan
semakin meningkatkan
personal commitment untuk
mencapai target
team. Hal tersebut juga akan
membangun lingkungan kerja
yang kondusive, meningkatkan
kebersamaan, meningkatkan
motivasi kerja dan rasa
memiliki terhadap program
yang sudah
disepakati.
Ingin lebih mendalami bagaimana
cara menerapkan Total Safety
Culture Untuk Meningkatkan
Produktivitas
Kerja, Ikuti Training Total Safety
Culture dari HSP Academy, pada
tanggal 11 Februari 2012, bertempat
di Hotel
ibis Jakarta Slipi. Untuk informasi
lebih detail hubungi HSP Academy
atau melalui email

Anda mungkin juga menyukai