Anda di halaman 1dari 135

Raja Abdullah II (King of Jordan),

Genealogy

01. Abdullah II (King of Jordan) bin


02. Al Hussein (King of Jordan) bin
03. Talal (King of Jordan) bin
04. Abdullah I (King of Jordan) bin
05. Al Hussein (King of The Hijaz) bin
06. Ali bin
07. Muhammad (Emir of Mecca) bin
08. Abdul Mu’een bin
09. Auon, Ra’i al-Hadala bin
10. Muhsin bin
11. Abdullah bin
12. Al Hussein bin
13. Abdullah (Emir of Mecca) bin
14. Al-Hassan (Emir of Mecca) bin
15. Muhammad Abu Numayy II
(Emir of Mecca) bin
16. Barakat II (Emir of Mecca) bin
17. Muhammad (Emir of Mecca) bin
18. Barakat I (Emir of Mecca) bin
19. Al Hassan (Emir of Mecca) bin
Ajlan (Emir of Mecca) bin Rumaytha
(Emir of Mecca) bin Muhammad
Abu Numayy I (Emir of Mecca) bin Al
Hassan (Emir of Mecca) bin Abu Saad
Ali bin Abu Aziz Qutadah (Emir of
Mecca) bin Idris bin Muta’in bin
Abdul al-Karim bin Issa bin Al
Hussein bin Suleiman bin Ali bin
Abdullah bin Muhammad al Akbar
bin Abdullah al Akbar bin
Muhammad al Thayir bin Musa al
Thani bin Abdullah al Salih bin Musa
al-Jaun bin Abdullah el-Kaemil bin Al
Hassan al Muthanna bin Sayyidina
Hassan bin Sayyidatuna Fatima az-
Zahra’ binti Sayyidina Muhammad
(The Prophet)
Sultan Hassanal Bolkiah (Sultan of
Brunei)

01. Hassanal Bolkiah (Sultan of


Brunei) bin
02. Omar Ali Saifuddin III (Sultan of
Brunei) bin
03. Muhammad Jamalul Alam II
(Sultan of Brunei) bin
04. Hashim Jalalul Alam Aqamuddin
(Sultan of Brunei) bin
05. Omar Ali Saifuddin II (Sultan of
Brunei) bin
06. Muhammad Jamalul Alam I
(Sultan of Brunei) bin
07. Muhammad Tajuddin (Sultan of
Brunei) bin
08. Omar Ali Saifuddin I (Sultan of
Brunei) bin
09. Muhammad Alauddin (Sultan of
Brunei) bin
10. Pengiran Digadong Pengiran
Muda Shah Mubin bin
11. Muhyiddin (Sultan of Brunei) bin
12. Abdul Jalilul Akbar (Sultan of
Brunei) bin Muhammad Hassan
(Sultan of Brunei)
Catatan Tarsilah Brunei, yang
tersimpan di Pusat Sejarah Brunei
Darussalam.
Di dalam Tarsilah tersebut, terdapat
nama Permaisuri Sultan Abdul Jalilul
Akbar, yang berasal dari keluarga
Dinasti Giri Kedaton, yaitu Raden
Mas Ayu Siti Aisyah binti Pangeran
(Kyai) Tumenggung Manchu Negoro
Gresik bin Pangeran Manchu Tando
bin Sunan Dalam Ali Zainal Abidin
Wirakusuma bin Sunan Giri
Muhammad Ainul Yaqin (sumber :
Tarsilah Brunei).
Dalam Silsilah Palembang,
Tumenggung Mancanegara
(Pangeran Manchu Negoro) adalah
kakek dari Sultan Abdurrahman,
pendiri kesultanan Palembang
Darussalam.

Dengan mangacu kepada Tarsilah


Brunei dan Silsilah Palembang,
Nasab Sultan Abdul Rahman sampai
kepada Sunan Giri, adalah sebagai
berikut :
1. Sultan Abdul Rahman [bin]
2. Pangeran Seda ing Pasarean
(merupakan saudara dari Mas Ayu
Siti Aisyah, permaisuri Sultan Brunei,
Sultan Abdul Jalilul Akbar) [bin]
3. Maulana Fadlallah Pangeran
Manconegara (dalam Tarsilah Brunei
bernama Pangiran Manchu Negoro)
[bin]
4. Adipati Panca Tanda (dalam
silsilah Palembang disebut juga Ki
Paca Tanda, sementara dalam
Tarsilah Brunei disebut Pangiran
Manchu Tando) [bin]
5. Maulana Ali Mahmud Nuruddin
Pangeran Wiro Kusumo (dalam
silsilah Palembang disebut juga
Pangeran Arya Kesuma Cerbon,
sementara dalam Tarsilah Brunei
disebut Sunan Dalam Ali Zainal
Abidin Wirakusuma) [bin]
6. Sunan Giri, yang juga dikenal
sebagai Maulana Muhammad Ainul
Yaqin

Selanjutnya diceritakan juga, bahwa


melalui anak keturunan dari Raden
Mas Ayu Siti Aisyah inilah, Para
Sultan Brunei Darussalam berasal
sampai masa sekarang.
Hubungan kekerabatan Kesultanan
Brunei dengan Dinasti Giri Kedaton
(Sunan Giri), berdasarkan kepada
penelitian ahli sejarah Brunei, Prof.
Dr. Haji Awang bin Mohammad Jamil
Al-Sufri, yang pernah disampaikan
pada simposium sejarah di Kampus
UGM Yogyakarta tahun 2009
(Sumber : Kajian Sejarah Kerajaan
Brunei).

13. Muhammad Hassan (Sultan of


Brunei) bin
14. Saiful Rijal (Sultan of Brunei) bin
15. Abdul Kahar (Sultan of Brunei)
bin
16. Bolkiah (Sultan of Brunei) bin
17. Sulaiman (Sultan of Brunei) bin
Syarif Ali (Sultan of Brunei) bin Ajlan
(Emir of Mecca)

Pengasas kesultanan Ahlul Bait di


Brunei

Sultan Syarif Ali adalah menantu


Sultan Brunei, yang bernama Sultan
Ahmad.
Sultan Syarif Ali sendiri adalah putra
dari dari Amir Makkah yang bernama
Amir ‘Ajlan bin Amir Rumaytha bin
Amir Muhammad Abu Numayy I,
nasabnya akan sampai kepada
Sayyidina Hassan As-Sibti.

Syarif ‘Ali ibn Syarif Ajlan ibn Syarif


Rumaithah ibn Sharif Muhammad
Abu Nu’may I ibnu Syarif Abu Sa’ad
Al-Hassan ibnu Syarif ‘Ali Al-Akbar
ibnu Syarif Qitadah ibnu Syarif Idris
ibnu Syarif Muta’in ibnu Syarif Abdul
Karim ibnu Syarif Isa ibnu Syarif al-
Hussein ibnu Syarif Sulaiman ibnu
Syarif ‘Ali ibnu Syarif Abdullah ibnu
Syarif Abu Ja’afar Muhammad ibnu
Syarif Abdullah Al-Akbar ibnu Syarif
Muhammad At-Thaer ibnu Syarif
Musa Ath-Thani ibnu Syarif Abdullah
Asy-Saleh ibnu Musa Al-Jaun Abdul
Hasan ibnu Abdullah Al-Muhudh
ibnu Syarif Hassan Al-Muthanna ibnu
Sayyidina Hassan As-Sibti ibnu
Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah
SAW.

18. Syarif Ali (Sultan of Brunei) bin


Ajlan (Emir of Mecca), Al Hassan
(Emir of Mecca) bin Ajlan (Emir of
Mecca)
19. ‘Ajlan (Emir of Mecca) bin
20. Rumaytha (Emir of Mecca) bin
Sharif Muhammad Abu Nu’may I
ibnu Syarif Abu Sa’ad Al-Hassan ibnu
Syarif ‘Ali Al-Akbar ibnu Syarif
Qitadah ibnu Syarif Idris ibnu Syarif
Muta’in ibnu Syarif Abdul Karim ibnu
Syarif Isa ibnu Syarif al-Hussein ibnu
Syarif Sulaiman ibnu Syarif ‘Ali ibnu
Syarif Abdullah ibnu Syarif Abu
Ja’afar Muhammad ibnu Syarif
Abdullah Al-Akbar ibnu Syarif
Muhammad At-Thaer ibnu Syarif
Musa Ath-Thani ibnu Syarif Abdullah
Asy-Saleh ibnu Musa Al-Jaun Abdul
Hasan ibnu Abdullah Al-Muhudh
ibnu Syarif Hassan Al-Muthanna ibnu
Sayyidina Hassan As-Sibti ibnu
Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah
SAW

Abu Numai Al Hasani

Keluarga Abu Numai dinisbahkan


kepada syarif Abu Numai al-Awal,
yaitu : Muhammad bin Abi Saad al-
Hasan bin Ali bin Qatadah bin Idris
al-Hasani.

Selain sebutan Abu Numai mereka


juga diberi gelar al-Namawi. Di
antara keturunan mereka adalah
famili al-Anggawi, al-Anani, al-
Nu’ari, dan lainnya.

Sedangkan dari keturunan Abu


Numai al-Tsani, yaitu : Abu Numai
al-Tsani Muhammad bin Barakat bin
Muhammad bin Barakat bin al-Hasan
bin Ajlan bin Rumaitsah bin Abi
Numai al-Awal Muhammad bin Abi
Saad al-Hasan bin Ali bin Qatadah
bin Idris al-Hasani, menurunkan
family al-Jawadi, al-Barakati, al-
Sanbari, al-Mun’ami, dan lainnya.
Di antara qabilah Abu Numai al-
Hasani yaitu leluhur almarhum raja
Husein (Yordania) dan sepupunya
almarhum raja Faisal (raja Iraq),
serta qabilah al-Idrissi, yaitu leluhur
mantan raja-raja di Tunisia dan
Libya.

Perhatian :
Di Nejed terdapat qabilah Abu
Numai yang berasal dari suku
Tamim, yaitu dari keluarga Abi Hilal
dan keluarga Basam bin Asakir bin
Basam bin Ukbah bin Rais.
Barakat

Barakat adalah keturunan Barakat


bin Abu Numai Ats-Tsani (saudara
Hasan bin Abu Numai Ats-Tsani).
Tersebar di sekitar Makkah dan
Tha’if.
Merekapun banyak yang dikenal
dengan marga baru, seperti Al-
Ghaits, Nasir, Aal-Muflih dll.

Keturunan Hasan bin Abu Numai


Ats-Tsani
Hamud : Bersambung pada Hasan
Abu Numai Ats-Tsani. Tersebar di
Makkah dan sekitarnya.

Al-Hazim : Keturunan Sayyid Hasan


bin Abu Numai Ats-Tsani. Tersebar di
Makkah, Jeddah dll. Sebagian
mereka dikenal dengan julukan
Barakat.

Syambar (Syanabirah)
Syambar (Syanabirah) adalah
Keturunan Sayyid Syambar bin
Hasan bin Abu Numai Ats-Tsani.

Sayyid Syambar bin Hasan bin Abu


Numai Ats-Tsani adalah saudara
Abdullah (Emir of Mecca) bin Hassan
(Emir of Mecca) bin Muhammad
Abu Numayy II (Abu Numai Ats-
Tsani) yang menurunkan Raja
Yordania.

Al-Jazan
Al-Jazan adalah keturunan Sayyid
Jazan bin Qaytabay bin Hasan bin
Abu Numai Ats-Tsani.
Tersebar di Tha’if dan sekitarnya.

Al-Harits

Al-Harits adalah keturunan Sayyid


Muhammad Al-Harits bin Hasan bin
Abu Numai Ats-Tsani.
Tersebar di Mekkah, Tha’if dan
sekitarnya.
Zaid

Zaid adalah keturunan Sayyid Zaid


bin Muhsin bin Husain bin Hasan bin
Abu Numai Ats-Tsani.
Kekuasaan kota Makkah ada pada
keluarga mereka selama lebih dari
dua abad sebelum keluarga ‘Aun.
Dari mereka banyak yang dikenal
dengan julukan lain, seperti marga
Yahya, Abdullah, Ghalib, Musa’id dll.
Al-Anggawi Al-Hasani

Gelar al-Anggawi diberikan kepada


keturunan Angga al-Namwi al-
Hasani bin Wabir bin Athif bin Abi
Daij bin Amir Makkah Muhammad
Abu Numai al-Awal bin Abi Saad bin
Ali bin Qatadah al-Hasani.

Beliau lahir tahun 852 hijriyah di


Makkah, seorang yang hafal al-
qur’an dan ahli ibadah. Beliau juga
sering mengadakan perjalanan ke
beberapa negeri di antaranya ke
Mesir. Family al-Anggawi hidup
tersebar diberbagai penjuru, antara
lain di Mekkah, Madinah dan Mesir.

Di Mekkah terdapat keturunan dari


:
1. Keluarga Al-Anggawi Mekkah
Mukaromah yang disebut dengan
Saadah al-Anggawi, mereka adalah
keturunan Syarif Muhammad bin
Usman bin Husin bin Mansur bin
Husin bin Mansur bin Jarullah bin
Muhammad bin Angga.
2. Keluarga al-Manashir (tinggal di
desa Abi Urwah di Wadi Fathimah),
mereka adalah keturunan dari syarif
Idris bin Jarullah bin Hasan bin
Jarullah bin Hasan bin Mansur bin
Husin bin Mansur bin Jarullah bin
Muhammad bin Angga.
3. Keluarga Ali al-Anggawi (tinggal di
desa Abi Urwah di Wadi Fathimah),
mereka adalah keturunan dari syarif
Ali bin Bahit bin Abi Da’ij bin Ahmad
bin Muhammad bin Angga.

Di Madinah terdapat keturunan dari


:
1. Keluarga Basri al-Anggawi,
dimana pertama kali yang datang
dari kota Qana ke Madinah ini
adalah empat orang, yaitu :
a. Syarif Ahmad bin Muhammad bin
Umar bin Muhammad bin Ahmad
bin Umar bin Basri bin Abubakar bin
Ahmad bin Hasan bin Basat bin
Angga.
b. Syarif Muhammad bin Baz bin
Mahmud bin Basri (dikenal dengan
keluarga Bin Baz).
c. Syarif Ahmad bin Husin bin Usman
bin Hasan bin Muhammad bin Ali bin
Basri.
d. Syarif Muhammad Dimroni bin
Hamdan bin Muhammad al-Zayyad
bin Ali bin Abdurrahim bin
Muhammad bin Ali bin Basri
(keturunannya terputus).
2. Keluarga Murod al-Anggawi,
mereka adalah syarif Murod bin
Abdul Muhsin bin Zhofir bin Mahdi
bin Muhammad bin Angga
(keturunanya juga disebut al-Muhsin
al-Anggawi).
3. Keluarga al-Madini al-Anggawi,
mereka adalah Husin al-Madini bin
Muhammad bin Husin bin Hasan
Unaibah bin Hasan bin Musa bin
Jadullah bin Barakat bin Ahmad bin
Hasan bin Basat bin Angga.
Di Mesir terdapat keturunan dari :

1. Keluarga Hasan bin Basat bin


Angga
2. Keluarga Abdullah bin Hissan bin
Muhammad bin Hissan bin Khonfar
bin Wabir bin Muhammad bin Angga
(aal-Kolali, aal Abdullah, aal-Balasy).
3. Keluarga Murod bin Abdul Muhsin
bin Zhofir bin Mahdi bin Muhammad
bin Angga (aal-Murod dan aal-
Muhsin).
1. Keluarga Hasan bin Basat bin
Angga, terdiri :
A. Keluarga Syarif Mubarak bin
Ahmad bin Hasan bin Basat bin
Angga (keluarga Mubarak & keluarga
Syarifah)
B. Keluarga Syarif Basat bin Ahmad
bin Hasan bin Basat bin Angga.
C. Keluarga Syarif Ali bin Ahmad bin
Hasan bin Basat bin Angga.

Keluarga Syarif Basat bin Ahmad bin


Hasan bin Basat bin Angga terdiri
dari 2 keluarga yaitu :
1. Keluarga Muhammad bin Basat
(Keluarga Musaat, keluarga Mu’ajab
dan keluarga al-Jadawi) dan
2. Keluarga Ahmad bin Basat
(keluarga al-Walid dan keluarga al-
Dali).

Keluarga Syarif Ali bin Ahmad bin


Hasan bin Basat bin Angga, terdiri
dari :
1). Keluarga Ismail sayidi bin Hamad
bin Umar bin Muhammad bin
Mubarak (al-Mustofa Sayidi, al-
Ahmad Sayidi, al-Abu Asba’ dan al-
Katkat)
2). Keluarga Siraj bin Ali bin Ahmad
bin Hasan bin Basat bin Angga (al-
Sarkawi, al-Hifni, al-Dandarirawi
dan al-Basat albaih).
3). Keluarga Barakat bin Ali bin
Ahmad bin Hasan bin Basat bin
Angga (keluarga Dakhilullah, al-
Unaibah, al-Ghosimah)
4). Keluarga Ahmad bin Abibakar bin
Ahmad bin Hasan bin Basat bin
Angga (al-Hasanain, al-Afandi, al-
balbash, alu Syaikh)
5). Keluarga Basri bin Abubakar bin
Ahmad bin Hasan bin Basat bin
Angga.
Keluarga Basri bin Abubakar bin
Ahmad bin Hasan bin Basat bin
Angga, terdiri dari 3 keluarga :
(1) Ahmad bin Umar bin Basri (al-
Kholawi, aal Mahmud Basri, aal-
Ahmad Basri, aal-Umar bin Ahmad
Basri),
(2) Hamad bin Umar bin Basri (al-
Ahmad, aal Abdul Kadir, aal-Ahmad
Umar Basri, al-La’abah, al-Aruj, al-
Fawal, al-Abyadh),
(3) Ali bin Basri (al-Zayat, al-Angga,
aal-Abu Zaid, aal-Mahmud Hasan
Basri, aal-Usman Hasan Basri, aal
Umar Hasan Basri).

21. Muhammad Abu Numayy I (Emir


of Mecca) bin
22. Abu Sa’ad Al-Hassan (Emir of
Mecca) bin
23. Ali Al-Akbar bin
24. Abu Aziz Qutadah (Emir of
Mecca) bin
25. Idris bin
26. Muta’in bin
27. Abdul al-Karim bin
28. Issa bin
29. Al Hussein bin
30. Suleiman bin
31. Ali bin
32. Abdullah bin
33. Muhammad al Akbar bin
34. Abdullah al Akbar bin
35. Muhammad al Thayir bin
36. Musa al Thani bin
37. Abdullah al Salih bin
38. Musa al-Jaun bin
39. Abdullah el-Kaemil bin
40. Al Hassan al Muthanna bin
41. Sayyidina Hassan As-Sibti bin
42. Sayyidatuna Fatima az-Zahra’
binti
43. Sayyidina Muhammad (The
Prophet)

Ats-Tsa’labi (Tsa’alibi)
Ats-Tsa’labi (Tsa’alibi) adalah
keturunan Tsa’lab bin Mutha’in bin
bin Abdul al-Karim bin Issa bin Al
Hussein bin Suleiman bin Ali bin
Abdullah bin Muhammad al Akbar
bin Abdullah al Akbar bin
Muhammad al Thayir bin Musa al
Thani bin Abdullah al Salih bin Musa
al-Jun.
Kebanyakan mereka tinggal di pesisir
pantai Laut Merah di Jeddah.

Al-Amir
Al-Amir adalah keturunan Al-Amir
Khalid Quthbuddin bin Muhammad
bin Hasyim bin Wahhas bin
Muhammad bin Hasyim bin Ghanim.
Bersambung pada Sayyid Sulaiman
bin Abdullah al-Salih Ar-Ridha bin
Musa Al-Jun.

Al-Qudsi Al-Hasani

Al-Qudsi adalah suatu keluarga yang


berasal dari Hallab (Aleppo) Syria.
Silsilah keturunan al-Qudsi
menyambung kepada al-Quthub al-
Jalil al-Syaikh Abi Abdillah al-
Husein yang dikenal dengan al-
Qudhoib al-Ban al-Maushuli, di mana
nasabnya bersambung kepada al-
Ridha bin Musa al-Juun bin Abdullah
al-Mahd bin Hasan al-Mutsannan bin
Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Al-Khawaji : Keturunan Sayyid Ali


Al-Khawaji bin Sulaiman bin
Ghanim.
Bersambung pada Sayyid Sulaiman
bin Abdullah Ar-Ridha bin Musa Al-
Jun.
Asy-Syammakhi : Keturunan Sayyid
Syammakh bin Yahya bin Dawud Abi
Ath-Thayyib.
Bersambung pada Sayyid Sulaiman
bin Abdullah Ar-Ridha bin Musa Al-
Jun

Al-Jauhari (Jawahirah) : Keturunan


Asy-Syarif Syaiban Al-Jauhari bin
Yahya bin Dawud Abu Ath-Thayyib.

Adz-Dzarwi : Keturunan Sayyid


Dzarwah bin Hasan bin Yahya bin
Dawud Abu Ath-Thayyib.
Al-Anbari : Bersambung pada Adz-
Dzarwi.
Al-Musaawi : Bersambung pada Adz-
Dzarwi.

Al-Ja’fari

Al-Ja’fari adalah keturunan Sayyid


Ja’far bin Ni’matullah Al-Akbar bin
Ali bin Dawud bin Sulaiman bin
Abdullah Ar-Ridha bin Musa Al-Jun.
Tersebar di Yaman dll.
Syech Ahmad Shahibul Wafa Tajul
'Arifin (Abah Anom)

Syech Ahmad Shahibul Wafa Tajul


'Arifin atau yang sering disebut Abah
Anom adalah seorang Ulama dan
juga Walliyullah, Mursyid Tariqat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang
lahir pada tanggal 1 Januari 1915 di
kampung Godebah, Surayalaya
Kabupaten Tasikmalaya.
Abah Anom meninggal di
Tasikmalaya pada 05 September
2011 pada usia 96 Tahun.
Abah Anom adalah salah satu Ulama
keturunan Rasulullah SAW dari jalur
Sayyidina Hasan.

Silsilah nasab Abah Anom (Sayyid


Syaikh Ahmad Shahibulwafa Tajul
'Arifin) :
1. Sayyid Syaikh Ahmad
Shahibulwafa Tajul 'Arifin bin
2. Sayyid Syekh 'Abdulloh Mubarok
(Abah Sepuh) bin
3. Sayyid Nur Muhammad (Eyang
Upas) bin
4. Sayyid 'Ali Alhusaini (putra
pasangan Sayyid Ibrohim Arrof'i dan
Sayyidah Ummi Hafshoh binti Sayyid
Sirruddin)
5. Sayyid Ibrohim Arrof'i bin
6. Sayyid Sirrojuddin bin
7. Sayyid Ahmad Izzuddin bin
8. Sayyid Aziz Mubarok bin
9. Sayyid Fathurrohman bin
10. Sayyid 'Abdulwafa bin
11. Sayyid Miftahulwahhab bin
12. Sayyid Hasbi Ashshidiqi bin
13. Sayyid Hasan Mufadhol bin
14. Sayyid Abu Bakar Atstsaqolani
bin
15. Sayyid Ibrohim Yahya bin
16. Sayyid Muhammad Sya'roni bin
17. Sayyid Abu 'Abdulkarim bin
18. Sayyid Musthofa Al akhyar bin
19. Sayyid 'Abdulhakim bin
20. Sayyid 'Abdulloh Maslul bin
21. Sayyid Hasan Ghifari bin
22. Sayyid Hamdan Muhammad
Alghifari bin
23. Sayyid Ibrohim bin
24. Sayyid Hamzah Nur Said bin
25. Sayyid Nur Muhammad
'Abdul'afwa bin
26. Sayyid Isma'il bin
27. Sayyid Abu Fadhil Maulana bin
28. Sayyid Musa Alfatani bin
29. Sayyid Said Al Anshori bin
30. Sayyid Ibrohim bin
31. Sayyid Utsman Ali Hasan, (Sayyid
Utsman Ali Hasan ini sebelumnya
tercatat Sayyid Utsman, yg dikira
Sayyid Utsman bin 'affan r.a, di cek
lagi ternyata yang dimaksud Sayyid
Utsman adalah ternyata Sayyid
Utsman Ali Hasan bin Sayyid
Muhammad)
33. Sayyid Muhammad bin
34. Sayyidina Hasan As-sibthi

Sayyidina Hasan As-sibthi

Al Hasan dilahirkan dua tahun


setelah Hijrah ke Madinah (622 M),
Al Hasan adalah cucu pertama
Muhammad SAW.
Hasan berarti "gagah" dalam Bahasa
Arab.

Setelah sang ayahnya syahid, ia


memegang tampuk pemerintahan
Islam selama 6 bulan. Ia syahid pada
tahun 50 H setelah meminum racun
yang disuguhkan oleh istrinya
sendiri, Ja’dah di usianya yang ke-48
tahun. Ia dikuburkan di Perkuburan
Baqi’ di samping tiga imam ma’shum
lainnya dan menjadi tempat ziarah
para pencinta Ahlul Bait.
Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab
Tarikhul Khulafa` bercerita: “Imam
Hasan dilahirkan pada tahun 3 H. Ia
adalah orang yang paling mirip
dengan Rasulullah SAW.
Pada hari ketujuh dari kelahirannya,
Rasulullah SAW menyembelih
kambing untuk akikahnya dan ia
mencukur rambutnya. Rambut itu
kemudian ditimbang dan sesuai
dengan kadar timbangannya
Rasulullah SAW bersedekah perak. Ia
adalah salah satu ahli kisa`.
Rasulullah SAWW bersabda: “Ya
Allah, aku sangat mencintainya, oleh
karena itu, cintailah dia”.
Pada kesempatan yang lain ia
bersabda: “Hasan dan Husein adalah
dua penghulu penghuni surga”.
Ibnu Abbas berkata: “Suatu hari
Hasan naik di atas pundak Rasulullah
SAW. Salah seorang sahabat berkata:
“Wahai anak muda, engkau memiliki
tunggangan yang sangat bagus!”.
“Tidak begitu, ia adalah penunggang
yang terbaik”, jawab Rasulullah SAW
menimpali. Ia memiliki jiwa yang
tenang, berwibawa, tegar, pemaaf
dan sangat disukai masyarakat. Ia
sangat peduli terhadap orang-orang
miskin. Ia sering membantu mereka
melebihi kebutuhan mereka
sehingga kehidupan mereka sedikit
lebih makmur. Hal ini karena ia tidak
ingin seorang peminta datang
beberapa kali kepadanya untuk
meminta sesuatu yang akhirnya ia
merasa malu. Di sepanjang umurnya,
ia telah menginfakkan seluruh
kekayaannya sebanyak dua kali dan
mewakafkan hartanya sebanyak tiga
kali. Ia adalah seorang pejuang
pemberani. Selama menjadi anggota
pasukan ayahnya, dalam setiap
peperangan ia menjadi anggota
pasukan terdepan.
Pada peristiwa perang Jamal dan
Shiffin, ia termasuk salah seorang
pejuang berani mati.

Al Hasan menikahi sembilan orang


wanita :
1. Ummu Farwa (ibu dari Qasim bin
Hasan)
2. Khaulah binti Mansur al Fazariyah
(ibu dari Hasan al Mutsanna)
3. Ummu Bashir binti Ibnu Masud
(ibu dari ummul Hassan, Ummul
Husain, Zaid)
4. Saqfia
5. Ramlah (ibu dari Abu Bakar bin
Hasan)
6. Ummul Hassan
7. Binti Umrul qais
8. Ju'dah binti Asy'ath bin Qays
9. Ummu Ishaq binti Talhah (ibu dari
Talhah bin Hasan)

Diriwayatkan bahwa Hasan memiliki


13 orang anak, diantaranya adalah:
1. Zaid al-Ablaj
2. al-Hasan al-Mutsanna
3. al-Qasim
4. Abu Bakar
5. Abdullah, kelimanya terbunuh
bersama pamannya, Husain di
Karbala ,
6. Amru bin Hasan
7. 'Abdul Rahman
8. Hasan, yang dijuluki al-Astram
9. Muhammad
10. Ya'qub
11. Ismail
12. Ibrahim
13. Fatimah binti Hasan
Zaid al-Ablaj bin Al Hasan
mempunyai putra bernama: Hasan
bergelar al-Anwar.
Hasan al-Anwar sempat menjadi
Gubernur Madinah diangkat tahun
150 H oleh Abu Ja'far al-Mansur
Khalifah ke-2 Bani Abbasiyah .

Al-Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina


Hasan As-sibthi

Al-Hasan al-Mutsanna, ibunya


bernama Khaulah binti Manshur al-
Fazariyah, mempunyai dua orang
putra:
1. Abdullah, yang oleh kaum Suni
dan kaum Sufi bergelar al-Mahdi,
oleh kaum Syi'ah digelari al-Kamil.
Dari Abdullah inilah yang kemudian
menurunkan dinasti Hasyimiyah
yang berkuasa atas Yordania
sekarang dan pernah berkuasa atas
Iraq dan sebagai pemimpin kota
Mekkah , dijuluki Syarif Mekkah.
2. Ali bin al-Hasan al-Mutsanna, ia
mempunyai putra bernama: Husayn,
yang sangat terkenal dengan gelar
al-Fukhkhiy
Abdullah al-Mahdi bin al-Hasan al-
Mutsanna

Abdullah al-Mahdi bin al-Hasan al-


Mutsanna tercatat mempunyai putra
yaitu:
1. Muhammad yang sangat terkenal
dengan gelar Nafsuz Zakiyyah ,
2. Ibrahim
3. Musa bergelar Al-Juni yang
keturunannya sampai kepada Syekh
Abdul Qadir Jilani pendiri tarekat
Qadiriyyah .
4. Idris al-Akbar bin Abdullah. Ia
mempunyai banyak keturunan di
Maroko baik kaum bangsawan
(Dinasti Idrissiyah di Maroko), juga
kaum ulamanya di seluruh Maghribi.
5. Yahya
6. Muhammad. Ia mempunyai putra
bernama: Abdullah dengan gelar al-
Asytar .

Keturunan Muhammad Nafsuz


Zakiyyah bin Abdullah al-Kamil al-
Mahdi

Syeikh Ahmad al-Tijani


Menurut cucunya yang kelima yang
bernama Syeikh Jubayr bahwa :
Syeikh Ahmad al-Tijani (1150-1230
H., 1737-1815 M.) dilahirkan pada
hari kamis tanggal 13 Shafar tahun
1150 H. (1737 M.) di `Ain Madi,
suatu desa terkenal disahara timur
Maroko

Syeikh Ahmad al-Tijani memiliki


nasab sampai kepada Rasulullah
saw. Sebagaimana berikut :
1. Abul Abbas Ahmad, bin
2. Muhammad Abu Amr, bin
3. Mukhtar, bin
4. Ahmad, bin
5. Muhammad, bin
6. Salim, bin
7. Al-Id, bin
8. Salim, bin
9. Ahmad al `Alwani, bin
10. Ahmad, bin
11. Ali, bin
12. Abdullah, bin
13. Abbas, bin
14. Abdul Jabbar, bin
15. Idris, bin
16. Idris, bin
17. Ishaq, bin
18. Zainal Abidin, bin
19. Ahmad, bin
20. Muhammad An Nafsuz
Zakiyyah,

Maulana Idris al-Akbar ini adalah


kakak beradik dengan Sayyid
Muhammad an-Nafsu Zakiyyah bin
Abdullah al-Kamil bin Hassan al-
Mutsanna bin Hassan ash-Shibti

Muhammad an-Nafsu Zakiyyah ini


adalah kakek moyangnya syekh
Ahmad at-Tijani"
Keturunan Idris al-Akbar bin
Abdullah al-Kamil al-Mahdi

Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil


al-Mahdi berputra :
Idris al-Asghar bin Idris al-Akbar
Sulaiman bin Idris al-Akbar
Umar bin Idris al-Akbar
Hamza Al-Hashimi bin Idris al-Akbar

Idris al-Akbar bin Abdullah


Idris al-Asghar bin Idris al-Akbar
berputra :
Omran bin Idris al-Asghar
Issa bin Idris al-Asghar
Mashish bin Idris al-Asghar
Yahya bin Idris al-Asghar
Dawood bin Idris al-Asghar
Mohammad (al-Montaser) bin Idris
al-Asghar,

Al-Idrisi Al-Maghribi : Keturunan


Sayyid Idris bin yang bersambung
padan Sayyidina Muhammad bin
Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Leluhur merekaadalah pendiri
Kerajaan Maroko, kerajaan ini
berjaya sampai kini dan secara turun
temurun dikuasai oleh keluarga Al-
Idrisi atau Adarisah.

Al-Idrisi Al-Ifriqi : Keturunan Sayyid


Idris bin Abdullah bin Hasan Al-
Mutsanna bin Hasan bin Abi Thalib.
Tersebar di Afrika Utara.

Al-Maliki Al-Hasani : Bersambung


pada Al-Idrisi.
Salah satu keturunanya adalah
Sayyid Abbas bin Alawi Al-Maliki.
Beliau lahir di kota suci Mekkah Al-
Mukarromah pada tahun 1368 H dan
wafat pada tanggal 25 Shafar 1391H
atau pada tahun 1971M

Nama lengkap beliau adalah Sayyid


‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abbas bin Muhammad al-Maliki al-
Idrisi al-Hasani.
Dia adalah keturunan Idris al-Azhar
bin Idris al-Akbar bin ‘Abdullah al-
Kamil bin Hasan al-Mutsanna bin Al
Hasan.
Keluarga al-Maghribi

Keluarga al-Maghribi banyak


ditemukan di kota Tarables.

Silsilah keluarga al-Magribi


menyambung kepada Sayid
Muhammad Darghust al-Hasani al-
Idrisi yang tinggal di kota Darghust
Tunis.
Kakek mereka yang pertama Syekh
Ahmad al-Maghribi al-Hasani bin
Muhammad (Mufti Tunis) bin Umar
bin Muhammad, di mana
keturunannya banyak tinggal di
Tarables Syria.

Lalla Fathimah binti Hasan (Sultan


Maroko) bin Abdullah bin
Muhammad bin Abu Muhammad Al-
Maghribi Al-Hasani adalah istri Sayid
Husein Jamaludin Azhamatkhan al-
Husaini (Leluhur Walisongo di Jawa).

Di kota Beirut dapat ditemukan pula


keluarga al-Maghribi yang silsilahya
bersambung kepada Idris al-Asghar
al-Tsani bin Idris al-Akbar
Yusuf bin Abid Al-Hasani

Nasab : Yusuf bin Abid bin


Muhammad bin Umar bin Ibrahim
bin Umar bin Isa bin Abi Wakil
Maimun bin Isa bin Musa bin Azuz
bin Abdul Aziz bin Allal bin Jabir bin
Ayadh bin Qasim bin Ahmad bin
Muhammad bin Idris al-Asghar bin
Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil
bin Hasan al-Mutsanna bin Al Hasan
as-Sibt.
Anak-anaknya Yusuf bin Abid
Beliau mempunyai 4 anak yaitu :
1. Abi Wakil,
2. Muhammad,
3. Abdullah dan
4. Umar.

Dari anaknya yang bernama


Abdullah dan Umar menurunkan al-
Hasani yang bertempat tinggal di
Seiwun dan Indonesia (Gorontalo).

Dari family al-Hasani Yusuf bin Abid


ini antara lain dikenal juga dengan
sebutan al-Masyhur al-Hasni,
dikarenakan salah satu kakek
mereka bernama Masyhur.
Maka untuk selanjutnya, anak cucu
mereka disebut al-Masyhur al-
Hasani.
Keturunan Yusuf bin Abdi ini, satu-
satunya family al-Hasani yang
tercatat di Maktab Daimi-Rabithah
Alawiyah, hal itu disebabkan kakek
mereka Yusuf bin Abid yang berasal
dari kota Fez-Maghrib mengembara
untuk menuntut ilmu ke berbagai
kota di antaranya Tilmisan, Miknas
hingga Hadramaut. Karena beliau
datang ke Hadramaut, maka
keturunan al-Hasani dari Yusuf bin
Abid ini tercatat dalam kitab-kitab
nasab Alawiyin yang berasal dari
Hadramaut.

Keturunan Dawood bin Idris al-


Asghar

Sayyid Abdullah bin Muhammad bin


Siddiq al-Ghumari
Syeikh as-Sayyid Abdullah bin
Muhammad bin Siddiq al-Ghumari.
Beliau dilahirkan di kota Tonjah
(Tangier), Morocco (Maroko) pada
akhir bulan Jumadil Akhir atau awal
bulan Rajab tahun 1328 H/1910 M.

Ayahanda beliau, Sayyid Muhammad


Siddiq al-Ghumari merupakan syeikh
para ulama Morocco. Beliau telah
mendirikan Madrasah Siddiqiyyah
yang terkenal banyak melahirkan
para ulama yang berwibawa. Datuk
beliau dari jalur ibu adalah Sayyid
Ibnu 'Ajibah al-Hasani yang
merupakan seorang ulama yang
tidak asing lagi. Beliau merupakan
pengarang kitab tafsir yang berjudul
Bahr al-Madid serta Syarh Hikam
'Athaiyyah yang berjudul Iqadz al-
Himam.

Kakak beliau, Sayyid Ahmad al-


Ghumari merupakan seorang tokoh
hadits yang terkemuka sehingga
mencapai taraf al-Hafidz. Adik-adik
beliau, Sayyid Abdul Aziz, Sayyid
Abdul Hayy, Sayyid Ibrahim, Sayyid
Hasan dan Sayyid Muhammad
Zamzami juga merupakan tokoh-
tokoh muhadditsin dan muhaqqiqin.
Di kalangan mereka ada yang
muncul sebagai pakar tafsir, usul
fiqh, hadits dan ilmu-ilmu yang lain.
Namun keluarga al-Ghumari
memang terkenal dengan
keilmuannya dalam bidang hadits di
wilayah Tonjah sebagaimana halnya
keluarga al-Kittani di wilayah Fas
(Fez).

Berkata Sayyid Abdullah al-Ghumari


di dalam kitab beliau yang berjudul
Sabil at-Taufiq dan Bida' at-Tafasir:
Inilah susur galur keturunan kami
yang populer di kalangan keluarga
kami yang menetap di wilayah
Ghumarah dan selainnya.
Beliau ialah al-Imam al-'Allamah al-
Hafidz al-Muhaddits al-Ushuli al-
Muhaqqiq al-Mudaqqiq Abul Fadhl
Sayyid Abdullah bin Muhammad bin
Siddiq bin Ahmad bin Muhammad
bin al-Qasim bin Muhammad bin
Muhammad bin Abdul Mukmin bin
Ali bin al-Hasan bin Muhammad bin
Abdullah bin Ahmad bin Abdullah bin
Isa bin Sa'id bin Mas'ud bin al-
Fudhoil bin Ali bin Umar bin al-'Arabi
bin 'Allal (Ali menurut bahasa
Maghribi) bin Musa bin Ahmad bin
Daud bin Maulana Idris al-Ashghor
bin Maulana Idris al-Akbar.
Sayyid Ahmad al Ghumari menyebut
susunan garis keturunan ini dalam
kitab yang berjudul al Tasawwur wat
Tasdiq bi Akhbar Syeikh Sayyid
Muhammad al Siddiq dengan
berkata: Adapun uraian keturunan
ini, ia merupakan perkara tetap yang
dibuktikan melalui jalan kesaksian,
kemasyhuran dan mutawatir di
kalangan orang ramai seperti mana
yang termaktub di dalam sijil-sijil
pernikahan, jual beli dan pemberian
yang dilaburkan buat kawasan
pemakaman nenek moyang kami
serta sumber-sumber lain yang
menyebut tentang perkara ini dari
kurun kesepuluh Hijrah sehingga
sekarang.

Al-Thoyyib al-Hassany

Nama al-Thoyyib pertama kali


berasal dari nama Sayyid
Muhammad al-Thoyyib al-Sufyani
ini adalah salah satu sahabat dekat
Assyarif Sayyid Abil Abbas Ahmad
Bin Muhammad al-Tijany dan
sekaligus sahabat terdekat yang
dicintai Syeikh Ahmad al-Tijani, dan
Juga Beliau lah Yang Memandikan
Jasad Syeikh Ahmad al-Tijani atas
perintah langsung dari Syeikh Ahmad
Tijani. Beliau juga sempat
mengarang kitab al-Tijany Yakni
Kitab al-Ifadatul Ahmadiyah."dan
nama Gelar al-Thoyyib disamping itu
juga disebut juga as-Sufyani.)
Dan nama marga/Fam al-Thoyyib al-
Hassany ini diteruskan kepada anak
cucunya hingga saat ini.

Sayyid Ali al-Thoyyib al-Sufyani al-


Azhari al-Madani al-Hassani
Beliau dilahirkan di Madinah al-
Munawwarah kira-kira pada
penghujung Abad ke-19 dan berasal
dari keluarga keturunan ahlul Bayt
Nabi SAW.

Dalam Ilmu Thoriqoh, Sayyid Ali


mengikuti Thoriqoh al-Mukatabaroh
al-Tijaniyyah yang dibangun oleh
Sayyidina Syeikh Abul Abbas Ahmad
al-Tijani RA (1737-1815). Pertama
beliau berguru kepada Syeikh Adam
bin Muhammad Syaib al-Barnawi RA
kemudian kepada Syeikh
Muhammad Hasyim RA, seorang
Ulama Ahli Hadits termahsyur di
Madinah dan lebih dikenal dengan
nama Imam Alfa Hasyim RA.

Dalam kitab "al-Munyat Fi Thoriqot


al-Tijaniyyah" yang disusun oleh
Syeikh Ali al-Thoyyib RA disebutkan
sanad Ijazah Beliau dalam Thoriqoh
Tijaniyyah : "Dan telah
mengijazahkan kepadaku (Sayyid Ali
al-Thoyyib) seluruh awraad Thoriqot
Tijaniyyah (Yaitu) Syeikhul Allamah
Adam bin Muhammad Syaib al-
Barnawi RA pada Tahun (Musim)
Haji 1324 Hijriyyah (1906/1907) dan
menurut beliau, telah mengizinkan
kepadanya WA NAFAANA BIHI AMIN.
Dan bagiku ada sanad lainnya di
dalam Taqdim dan Kholifah (Yaitu)
Syaikhina al-Allamah Zaman Imam
al-Hadits di kota Madinah al-
Munawwarah yaitu Syeikh
Muhammad al-Hasyimi yang
termahsyur dengan nama Alfa
Hasyim dan Beliau dari al-Hajji Sa'id
dari Syeikh Umar bin Sa'id (al-
Fouthi) dari Syeikh Muhammad
Ghola dari Syaikhina Ahmad al-
Tijany RA dari Nabi Muhammad
SAW dengan Muwajahah dan
Musyafahah"
Diriwayatkan pula bahwa Syeikh Alfa
Hasyim telah memberikan ijazah
Toriqoh Tijaniyyah kepada Sayyid Ali
al-Thoyyib pada bulan rajab 1334 H
bersetuju dengan tahun 1915/1916
M. Menurut keterangan dari Syeikh
Fakhruddin al-Owaisi (Madinah)
bahwa Sayyid Ali al-Thoyyib
menerima pula ijazah Tijaniyyah dari
Syeikhul Islam Ibrohim Niyasse RA
yang menerima ijazah dari Syeikh
Ahmad Sukayrj dari Syeikh Ahmad
Abdal Lawi dari Syeikh Ali Tamasini
dari Syeikh Quthbil Maktum Ahmad
Tijani dari Rosulullah SAW.
Keterangan tersebut ada dalam Kitab
"Rihlah al-Hijaziyah" susunan Syeikh
Ibrohim Niyasse RA.

Sayyid Ali al-Thoyyib adalah putra


dari Syarif Abdullah bin Mustofa bin
Hamid bin ahmad bin Sayyid
Muhammad al-Thoyyib al-Sufyani.

Sayyid Muhammad al-Thoyyib al-


Sufyani bin Sayyidi Muhammad bin
Maulay Ahmad bin Muhammad bin
Muhammad bin Ustman bin
Muhammad bin Ahmad Muhammad
bin 'Isa bin Ustman bin Ismail bin
Abdul Wahhab bin Yusuf bin Syaidan
bin Ammaroh bin Yahya bin Abdullah
bin Muhammad bin Muhammad bin
Ahmad bin Muhammad bin Maulana
Idris al-Asghar bin Maulana Idris al-
Akbar

Sayyid Ali berkunjung ke Indonesia


dalam rangka dakwah. Informasi
awal tentang kedatangan Sayyid Ali
al-Thoyyib ke Indonesia dicatat oleh
seorang orientalis Belanda yang
bernama G.F Pijper dalam bukunya
yang berjudul "Fragmenta Islamica",
menurut keterangan yang dihimpun
oleh G.F Pijper yang mengaku telah
bertemu dan melakukan wawancara
dengan Sayyid Ali al-Thoyyib di
Lereng Gunung Gede, Cianjur-Jawa
Barat.

Sayyid Ali al-Thoyyib pertama kali


datang ke Cianjur dan menjadi
kepala Madrasah Muawwanat al-
Ikhwan selama 3 Tahun, kemudian
pindah ke Kampung Arab Empang,
Bogor dan menjabat Kepala
Madrasah al-Falah al-Wahidiyah
selama 3 Tahun, kemudian pindah
lagi ke Tasikmalaya dan kembali
mengajar selama 2 Tahun, kemudian
pindah lagi ke Cianjur, selain itu
Sayyid Ali al-Thoyyib juga
mengunjungi beberapa tempat di
Pulau Jawa sebelum akhirnya
kembali ke Madinah al-
Munawwaroh.

Murid-murid Sayyid Ali al-Thoyyib di


Indonesia Berikut ini adalah
beberapa anak murid Sayyid Ali al-
Thoyyib di Indonesia di antaranya :
1. Habibb Muhammad bin Ali al-
Thoyyib (Wafat 1987 M) Putra
kandung Sayyid Ali al-Thoyyib dan
tergolong sebagai sesepuh Ulama
Kabupaten Bogor dan sekaligus
Kholifah Tijaniyyah di Indonesia saat
itu. Sepeninggal Ayahanda ke
Madinah, Habibb Muhammad
meneruskan jejak langkah Ayahanda
sebagai Ulama dan Penyebar
Thoriqoh Tijaniyyah di Indonesia dan
tergolong sesepuh Muqoddam
Tijaniyyah di Indonesia. Dan putra-
putra dari Habibb Muhammad al-
Thoyyib yang meneruskan jejak
langkah ayahandanya adalah: al-
Muqoddam al-Habibb Luqman al-
Thoyyib (Caringin-Bogor) yang
banyak sekali mendapatkan ijazah
Thoriqoh Tijaniyyah. al Muqoddam
al-Habibb Anwar al-Thoyyib (Garut)
beliau juga banyak sekali
mendapatkan ijazah Thoriqoh
Tijaniyyah. Dan sekarang di Empang-
Bogor dilanjutkan oleh al-Habibb
Salim al-Thoyyib atas izin al-Habibb
Luqman al-Thoyyib. Di samping itu,
ada pula Putra kandung Sayyid Ali al-
Thoyyib yang tinggal di Cianjur, Yakni
Habibb Ahmad bin Ali al-Thoyyib RA,
yang juga dikenal sebagai Ulama
setempat dan salah satu dari guru
dari Ulama besar Cianjur yakni KH
Aang Nuh (Gentur-Jambu Dipa)
2. KH Abbas bin KH Abdul Jamil
(Wafat 1946 M) sesepuh dari salah
satu Pondok pesantren paling
berpengaruh di Indonesia Yakni
Ponpes Buntet-Cirebon, Ikut
berjuang di masa Perang
Kemerdekaan dan memimpin
tentara Hizbullah di daerahnya.
Untuk penyebaran Tariqoh
Tijaniyyah, KH Abbas dibantu pula
oleh adik kandungnya Yakni KH Anas
dan KH Muhammad Akyas, yang juga
mempunyai Ijazah Tariqoh Tijaniyyah
dari Sayyid Ali al-Thoyyib. Tiga
bersaudara ini adalah pintu Utama
dari penyebaran Tariqoh Tijaniyyah
di Pulau Jawa khususnya di Jawa
Tengah dan di Jawa Timur.
3. KH Nuh bin Idris (Wafat 1966),
Beliau adalah keturunan
bangsawaan Cianjur dan sesepuh
Ulama se-kota Cianjur. Pada masa
mudanya belajar di berbagai
pesantren di Jawa Barat seperti di
Pesantren Gudang, Tasikmalaya yang
diPimpin Oleh Mama Ajengan KH
Sujai. Setelah itu, Beliau kemudian
berangkat ke Tanah Suci Makkah dan
Madinah dan belajar kepada
berbagai Ulama di sana seperti
kepada Syeikh Mukhtar Atharid RA.
Sepulangnya dari tanah Suci, Beliau
mendirikan Perguruan Islam al-Ianah
di Cianjur dan sempat pula menjadi
Dewan Konstituante RI pada tahun
1950-an. KH Nuh bin Idris ini adalah
ayah Kandung dari KH Abdullah bin
Nuh, seorang Ulama besar di
Indonesia dan Pendiri Perguruan
Islam al-Ghozali dan Majelis al-Ihya
Bogor.
4. KH Ustman Dhomiri (Wafat 1955
M) seorang Ahli Tariqoh Qodiriyyah
di Cimahi Bandung. KH Ustman
Dhomiri bertemu dengan Syeikh Ali
al-Thoyyib di Jawa Barat, namun
tidak sempat menerima Ijazah
Tariqoh Tijaniyyah dari Beliau.
Setelah kepulangan Sayyid Ali al-
Thoyyib ke Madinah, KH Ustman
Dhomiri kemudian menyusul ke
Madinah dan Menerima Ijazah
Tariqoh Tijaniyyah dari Sayyid Ali al-
Thoyyib pada tanggal 29 sya'ban
1350 H (1931 M). sepulangnya dari
Madinah, KH Ustman Dhomiri
sempat tinggal di Jatinegara, Jakarta
hingga saat kemerdekaan Indonesia
tahun 1945. KH Ustman Dhomiri
kemudian kembali Tinggal di
Cisangkan Hilir, Cimahi, dimana
didirikan Pondok bagi para Muriddin
dan juga Masjid Baiturohmat
(Cimahi-Jawa Barat)
5. KH Badruzzaman bin Muhammad
Faqih (Wafat 1972 M), ulama besar
asal Kota Garut-Jawa Barat. Semasa
muda belajar di Kota Suci Makkah
dan Madinah sepulangnya kemudian
mengasuh Pondok Pesantren al-
Falah Biru-Garut. Ulama besar ini
mendalami berbagai macam ilmu-
ilmu agama Islam, keras yakni
pemimpin tentara
Hizbullah/Sabilillah Garut di masa
revolusi fisik. Sempat pula menjabat
sebagai wakil ketua kehormatan
majelis ulama Jawa Barat semasa
hidupnya. Perlu diketahui bahwa
hampir seluruh ulama di Kabupaten
Garut memiliki afiliasi kepada KH.
Badruzzaman, di mana saat ini anak
cucu beliau meneruskan
perjuangannya, yaitu diantaranya :
KH. Dadang Ridwan (Rancamaya), KH
Ikhyan (Samarang), DLL
6. Al-Imam al-Muhaddits Allamah
Syeikh Muhammad Yasin bin Isa al-
Fadani (Wafat 1990 M) Syeikh Yasin
dilahirkan di Makkah pada tahun
1915 M, dari kedua orang tua yang
berasal dari Padang, Sumatra Barat.
Beliau adalah seorang ulama besar
dan pakar Ilmu Hadits di Haromain,
semasa hidupnya beliau digelari "al-
Musnid al-Ashr", beliau tinggal di
Makkah dan memimpin Madrasah
Islam, "Darul Ulum" di sana. Syeikh
Yasin al-Fadani mengambil ijazah
Thoriqoh Tijaniyyah dari Syeikh Ali
al-Thoyyib RA. Dan salah seorang
ulama Indonesia yang mengambil
sanad dan ijazah Thoriqoh Tijaniyyah
dari Syeikh Yasin al-Fadani adalah
almarhum KH. Ahmad Jauhari Khotib
(Sumenep-Madura). Ayah kandung
dari almarhum KH. Muhammad
Tijany bin Ahmad Jauhari (mantan
Sekretaris Jenderal Rabithah Alam
Islami).
7. Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki RA,
mufti Maliki Kota Makkah dan
ayahanda dari Sayyid Muhammad
bin Alwi al-Maliki RA yang
termahsyur itu.
Beberapa ulama-ulama Indonesia
lainnya yang dinyatakan sebagai
anak murid Sayyid Ali al-Thoyyib di
antaranya ialah: KH. Muhammad
Sujai (Pesantren Gudang
Tasikmalaya), KH Asyari Bunyamin
(Garut) dan KH Ahmad Sanusi bin H.
Abdurrohim, seorang ulama ahli
tafsir dan pendiri "al-Ittihadul
Islamiyah" yang berasal dari
Sukabumi-Jawa Barat.
Daftar nama-nama ulama tersebut
di atas secara langsung
menunjukkan bahwa Sayyid Ali al-
Thoyyib adalah seorang Syaikhul
Masyaikh (gurunya Para guru) di
mana murid-muridnya adalah ulama-
ulama besar dan berpengaruh di
daerahnya masing-masing. Setelah
Sayyid Ali pulang ke Madinah, anak
muridnya aktif mengembangkan
Thoriqoh Tijaniyyah di daerah
masing-masing.

Keturunan Omran bin Idris al-


Asghar

Raja Sultan Agung Campa


Raja Sultan Agung Campa Tartar bin
Chamud bin
Ya'qub bin
Ahmad bin
Ali bin
Abdullah bin
Amrun bin
Idris al-Asghar ( Fes Maroko) bin
Idris al-Akbar bin
Abdullah al-Mahdi keturunan
Sayidina Hasan Shibthi bin
Sayyidatuna Fatima az-Zahra’
Yousof bin Hassan bin Idrees bin
Abdullah bin Ahmad bin Mohammad
bin Abdullah bin Hamza bin Saeed
bin Yacoub bin Dawood bin Hamza
bin Ali bin Omran bin Idris al-Asghar
berputra :
Zain al Abdeen bin Yousof bin
Hassan bin Idrees
Abdulrahman bin Yousof bin Hassan
bin Idrees.

Abdulrahman bin Yousof bin Hassan


bin Idrees
Ahmad bin Mohammad bin
Mohammad bin Yousof bin Abdullah
bin Khatab bin Ali bin Abu al Asal bin
Yihya bin Rashid bin Marabit bin
Mindas bin Abdul Qawi bin
Abdulrahman bin Yousof bin Hassan
bin Idrees berputra Abdul Kadir

Sayyid Abbas bin Alawi bin bin


‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abbas bin
Muhammad al-Maliki al-Idrisi al-
Hasani. Dia adalah keturunan Idris
al-Asghar bin Idris al-Akbar bin
‘Abdullah al-Kamil al-Mahdi.
Sayyid Abbas bin Alawi Al-Maliki
lahir di kota suci Mekkah Al-
Mukarromah pada tahun 1368 H dan
wafat pada tanggal 25 Shafar 1391H
atau pada tahun 1971 M.

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani

Silsilah Syekh Abdul Qodir al-Jilani


bersumber dari Khalifah Sayyid Ali
al-Murtadha , melalui ayahnya
sepanjang 14 generasi dan melaui
ibunya sepanjang 12 generasi.
Syekh Sayyid Abdurrahman Jami
memberikan komentar mengenai
asal usul al-Ghauts al-A'zham sebagi
berikut:
"Ia adalah seorang Sultan yang
agung, yang dikenal sebagial-Ghauts
al-A'zham. Ia mendapat gelar
"Sayyid" dari silsilah kedua orang
tuanya, Hasani dari sang ayah dan
Husaini dari sang ibu".

Silsilah Keluarganya
Dari Ayahnya (Hasaniyin):
Syeh Abdul Qodir Al-Jilani bin Abu
Shalih Musa Janky Dausat bin Abu
Abdillah bin Yahya az-Zahid bin
Muhammad Al Akbar bin Dawud bin
Musa At-tsani bin Abdullah Tsani bin
Musa al-Jaun bin Abdullah Mahdhi
bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan as-
Sibthi bin Ali bin Abi Thalib , Suami
Fatimah binti Rasulullah Shallallahu
'alaihi Wassalam

Dari ibunya (Husainyini):


Syekh Abdul Qodir al-Jilani bin
Ummul Khair Fathimah binti
Abdullah 'Atha bin Mahmud bin
Kamaluddin Isa bin Abi Jamaluddin
bin Abdullah Sami' Az-Zahid bin Abu
Ala'uddin bin Ali Ridha bin Musa al-
Kazhim bin Ja'far al-Shadiq bin
Muhammad al-Baqir bin Zainal
'Abidin bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib , Suami Fatimah Az-Zahra

Anak Syekh Abdul Qodir al-Jilani


diantaranya :
Shaikh Abdul-Wahab
Sheikh Abdul-Razzaq
Shaikh Abdul-Aziz Az-Za’bi
Shaikh Isa
Shaikh Musa
Sheikh Yahya
Sheikh Abdullah
Sheikh Muhammed
Sheikh Ibrahim
Sheikh Shalih
Al Hasan

Sheikh Shalih bin Abdul Qodir al-


Jilani mempunyai anak bernama
Jabbar.
Jabbar mempunyai anak bernama
Qodir yang mempunyai putra
bernama Ismail dan Ibrahim.
Ismail bin Qodir Al-Jilani menikahi
Siti Maimunah dan berputra :
1. Ahmad Tajuddin
2. Siti Zulaikhah
3. Siti Zubaidah

Di antara para puteranya yg paling


masyhur serta memiliki gelar dari
ulama pd zamannya, sebagaimana
Tuan Syaikh Abdul Qodir al-Jilani qs
digelari “Muhyiddin”, ada 5 orang,
yaitu:
1. Syaikh Abdul Wahhab ra
(Saifuddin)
2. Syaikh Isa ra (Syarifuddin)
3. Syaikh Abdul Razzaq ra (Tajuddin)
4. Syaikh Abdul Aziz ra (Syamsuddin)
5. Syaikh Abdul Jabbar ra (Sirajuddin)

Silsilah Thariqah Qodiriyah wa


Naqsabandiyah atau TQN bermuara
kpd Tuan Syaikh Abdul Qodir al-Jilani
qs melalui putera beliau; Syaikh
Abdul Aziz ra, yang juga merupakan
leluhur langsung dari Syaikh
Hasyimuddin al-Jailani.
Maka kedatangan beliau telah
membuka jati diri beberapa ahli
silsilah TQN yg selama ini tdk
diketahui riwayat hidupnya.
Ternyata Syaikh Muhammad Al-
Hattak ra sampai Syaikh
Hisyamuddin ra, ahli silsilah TQN ke-
21 s.d. ke-26 adalah keturunan
langsung juga dari Tuan Syaikh Abdul
Qodir al-Jilani qs.

Hal ini dpt kita ketahui dengan


mencocokkan Silsilah TQN dgn nasab
Syaikh Hasyimuddin al-Jailani sbb:
Hazrat Sheikh Syed Hashimuddin
Gaylani bin Hazrat Sheikh Syed Abdul
Qadir Mohiuddin Gaylani bin Hazrat
Sheikh Syed Hassan Mansoor Uddin
Gaylani bin Hazrat Sheikh Syed Ali
Safa Uddin Gaylani bin Hazrat Sheikh
Syed Abdul Rehman Zaheer Uddin
Naqeebul Al Ashraf Gaylani (First
Prime Minister of Govt. of Iraq 20-
21-1922) bin Hazrat Sheikh Syed Ali
Gaylani Qadri Baghdadi Al Naqeeb
bin Hazrat Sheikh Syed Sulaiman
Gaylani bin Hazrat Sheikh Syed
Mustafa Gaylani bin Hazrat Sheikh
Syed Zain Uddin Gaylani bin Hazrat
Sheikh Syed Muhammad Darwesh
Gaylani bin Hazrat Sheikh Syed
Hassam Uddin Gaylani bin Hazrat
Sheikh Syed Noor Uddin Gaylani bin
Hazrat Shiekh Syed Wali Uddin
Gaylani bin Hazrat Sheikh Syed Zain
Uddin Gaylani bin Hazrat Sheikh
Syed Shaf Uddin Gaylani bin Hazrat
Sheikh Syed Shams Uddin Gaylani
bin Hazrat Sheikh Syed Muhammad
Al Hatak Gaylani bin Hazrat Sheikh
Syed Abdul Aziz Gaylani bin Syekh
Abdul Qodir al-Jilani
Al-Jailani : Keturunan Sayyid Asy-
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Bersambung pada Sayyid Musa Al-
Jun.
Tersebar di Iraq, Siria, Maroko dll.
Di Maroko mereka lebih dikenal
dengan julukan Al-Kailani dan Al-
Qadiri.

Az-Za’bi : Keturunan Sayyid Abdul


Aziz Az-Za’bi bin Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani.
Tersebar di Palestina, Jordan, Siria,
Beirut dll
SAYYID ABDULLAH ZAINI DAHLAN
AL JAILANI (Ulama Syafi'i Makkah Al
Mukarramah)

Al Allamah Arifbillah Assayyid


Abdullah bin Shodaqoh Al Jailani Al
Hasani adalah seorang ulama besar
Madzhab Syafi’i yang menjadi
pengganti kemaqaman ilmu
pamannya, Al Allamah Arifbillah
Shahibul Fatawa Assayyid Ahmad
Zaini Dahlan Al Jailani Al Hasani.
Beliau dilahirkan di Makkah Al
Mukarramah oleh seorang wanita
shalihah yang merupakan adik dari
Al Allamah Arifbillah Assayyid Abu
Bakar Syatho Addimyathi pada tahun
1290 H (1874 M).
Beliau merupakan keturunan dari
Sulthan Aulya Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani.

NASAB BELIAU
Sayyid Abdullah bin Shodaqoh bin
Zaini Dahlan bin Ahmad Dahlan bin
Utsman Dahlan bin Ni’matullah bin
Abdurrahman bin Muhammad bin
Abdullah bin Utsman bin Athoya bin
Faris bin Musthafa bin Muhammad
bin Ahmad bin Zaini bin Qadir bin
Abdul Wahhab bin Muhammad bin
Abdu Razzaq bin Ali bin Ahmad bin
Ahmad Al Mutsana bin Muhammad
bin Zakaria bin Yahya bin
Muhammad bin Abu Abdullah bin
Hasan bin Sulthan Aulya Syaikh
Abdul Qadir Al Jailani

Ayahnya telah wafat ketika Sayyid


Abdullah berusia enam tahun. Maka
sejak itu beliau berada di bawah
didikan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
hingga kewafatannya pada tahun
1304 H (1887 M) di Madinah Al
Munawwarah.
Setelah itu beliau kembali ke
Makkah dan belajar di bawah
bimbingan langsung pamannya,
Sayyid Abu Bakar Syatho
Addimyathi. Selain kepada
pamannya, beliau juga belajar
kepada ulama-ulama Makkah
lainnya, diantaranya kepada Al Habib
Husain bin Muhammad Al Habsyi
dan Asy Syaikh Muhammad Husain
Al Khayyath.

Kedalaman dan pemahaman ilmunya


yang luas itu menjadi Sayyid
Abdullah dipercaya sebagai imam di
Maqam Ibrahim (tempat bagi imam
Madzhab Syafi’i).
Sayyid Abdullah dikenal sebagai
ulama yang mempunyai kegigihan
dakwah yang tinggi. Setelah sekian
lama tinggal di Makkah, beliau
kemudian hijrah ke berbagai negara
demi menyeberkan agama Islam.
Diantara negara-negara yang beliau
kunjungi adalah Zanjibar, Yaman,
India, Mesir, Bahrain, Iraq, Suriah,
Srilanka, Malaysia, Singapura dan
Indonesia.

Ketika beliau berdakwah di Malaysia,


beliau sempat diangkat menjadi
Mufti di Kedah Kedua, namun
jabatan itu hanya dijalaninya selama
satu tahun (1904 M sampai 1905 M),
beliau lebih memilih untuk
mengembara lagi dalam berdakwah.

Yang unik diantara semua


perjalanannya adalah, beliau
memilih Indonesia sebagai
persinggahan terakhirnya. Beliau
memutuskan untuk menetap di Desa
Ciparaya Girang, Karang Pawitan,
Garut, Jawa Barat. Disanalah beliau
menetap hingga menghembuskan
nafas terakhirnya pada tahun 1943
M, dua tahun sebelum kemerdekaan
Indonesia.
Selain sebagai imam, pengajar, Mufti
dan Muballigh, beliau juga produktif
menulis kitab-kitab untuk generasi
mendatang, diantara kitab karangan
beliau adalah :
1. Irsyad Dzil Ahkam
2. Zubdatus Sirah Nabawiyyah
3. Tuhfatuth Thullab Fii Qawa’idil
I’raab
4. Khulashoh Attiryaq Min-Samum
Asy Syiqaq
5. Irsyadul Ghafil Ilaa Mafith
Thariqah Attijaniyyah Minal Bathil
6. Fatawa Fil Ibthal Thariqah
Wahdatil Wujud
SAYYID THOHIR ALAUDDIN AL-
JAILANI
(Sang Juru Kunci Makam "Sulthonul
Auliya As Syeikh As Sayyid 'Abdul
Qodir Al Jailani")

Beliau lahir di Baghdad tanggal 18


Juni 1932 M. Beliau merupakan
keturunan ke-17 dari Sulthon Auliya,
dan keturunan ke-28 dari Rosulullah
SAW.
Ayah beliau adalah juru kunci
makam Sulthon Auliya sebelumnya.
Begitu juga dengan kakek beliau,
semasa hidupnya beliau manjadi
juru kunci makam, sekaligus menjadi
Perdana Menteri Iraq selama dua
tahun setelah kekuasaan Khalifah
Utsmaniyyah berakhir.

Nasabnya beliau adalah Sayyid


Thohir Alauddin Al Jailani bin
Mahmud Hisamuddin bin
'Abdurrohman bin 'Ali bin Musthofa
bin Sulaiman bin Zainuddin bin
Muhammad bin Hisamuddin bin
Nuruddin bin Waliyuddin bin
Zainuddin bin Syarafuddin bin
Syamsuddin bin Muhammad Al
Hattaki bin 'Abdul 'Aziz bin Sulthon
Auliya Syeikh 'Abdul Qodir Al Jailani

Sayyid Thohir Alauddin mulai belajar


ilmu agama kepada ayah beliau,
Sayyid Mahmud Hisamuddin Al
Jailani, kemudian kepada seorang
guru di Masjid Sultan Ali. Setelah itu
melanjutkan ke Madrasah Darul
Nizami dibawah bimbingan Syeikh Al
Mullah Asad Affandi (Mufti wilayah
Qasim, Iraq) dan Syeikh Kholil Al
Baghdadi.
Setelah lama belajar di Baghdad,
pada tahun 1956 M, beliau hijrah
menuju Pakistan dan menetap di
Quetta hingga wafat.
Kepindahan beliau dari Baghdad
(Iraq) ke Pakistan bukan tanpa
sebab, akan tetapi isyaroh dari datuk
beliau, Sulthon Auliya Syeikh Abdul
Qadir Al Jailani yang menyiratkan
akan terjadinya sesuatu di Baghdad,
dan benar, pada masa akhir hayat
beliau terjadi perang di Baghdad.

Akhlak dan kepribadian Sayyid


Thohir Alauddin ini begitu memukau
dan mulia, sehingga banyak diantara
para penguasa negeri Islam kala itu
meminta beliau untuk menjadi
menantunya.
Diantara semua permintaan itu,
beliau memilih Putri Sardar Yaar
Khan Ahmad dari wilayah Kalat
sebagai istrinya. Dari pernikahannya
itu, beliau dikaruniai enam anak, tiga
laki-laki dan tiga perempuan.

Diantara anak-anak laki-laki beliau


adalah
1. Sayyid Muhyiddin Mahmud
(beliau mempunyai empat anak,
Sayyid Thohir Hisamuddin, Sayyid
'Abdurrohman, Sayyid Saifuddin dan
Sayyid Ahmad Nuruddin),
2. Sayyid Jamaluddin 'Abdul Qodir
(beliau mempunya satu anak, Sayyid
Yahya Syamsuddin yang sempat
menjadi Menteri Majelis Nasional
Iraq)
3. Sayyid Zainuddin Muhammad
(beliau memiliki satu anak, Sayyid
Thohir Alauddin)

Menjelang akhir hayat, Sayyid Thohir


Alauddin menderita sakit parah
hingga dirujuk ke Jerman oleh murid-
muridnya.
Beliau wafat disana pada hari
Jum’at, tanggal 23 Dzulhijjah 1411 H
(7 Juni 1991 M). Rencananya beliau
akan dimakamkan di Baghdad,
namun karena situasi di Baghdad
dan Iraq umumnya sedang
berlangsung peperangan, maka
beliau dimakamkan di Lahore,
Pakistan.
Maulana Muhammad Ali Akbar

Beliau adalah cicit dari Sulthanul


Auliya’ Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
Nasab lengkap beliau adalah
Maulana Muhammad Ali Akbar bin
Ali bin Ahmad bin Muhammad bin
Abdullah bin Muhammad bin Abdul
Karim Al-Jilli bin Abdur Razzaq bin
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

Beliau lahir di Persia, Iran. Memiliki


spesialisasi di bidang Kesehatan dan
kedokteran Islam.
Maulana Muhammad Ali Akbar
memiliki keahlian di bidang
kedokteran Islam, Farmakologi
Islam.
Dengan kehadiran beliau masyarakat
Cilegon, Cirebon dan sekitarnya
berduyun-duyun masuk Islam.
Karena beliau sangat sopan, ramah,
santun dan banyak membantu
mengobati masyarakat setempat
yang sakit dengan izin Allah.
Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh
Maulana Muhammad Ali Akbar yang
dikenal dengan ajaran Ishlah
Khamsah, yaitu
1. Ishlah Billah [Berdamai dengan
Allah]. Artinya selalu menjalankan
semua perintah Allah dan menjauhi
semua larangannya.
2. Ishlah bir Rasulillah [Berdamai
dengan Rasulillah]. Artinya selalu
setia kepada Nabi Muhammad saw,
ahlulbaitnya, dan para shahabatnya,
dengan mendalami dan menjalankan
sunnah darinya.
3. Ishlah bil Muslimin [Berdamai
dengan Kaum Muslimin]. Artinya
selalu menjaga silaturrahmi dan
ukhwah Islamiyyah antar sesama
kaum muslimin.
4. Ishlah bil ‘Âlamîn [Berdamai
dengan alam semesta]. Artinya
menjaga kelestarian alam semesta
dan lingkungannya.
5. Ishlah bin Nafsi [ Berdamai dengan
diri sendiri]. Artinya merasakan
ketenangan, ketentraman dan
menjaga harmonisasi antara mind,
body and soul. Maulana Muhammad
Ali Akbar mengatakan bahwa
penyebab dari semua penyakit
disebabkan terlalu banyak pikiran,
dan kurangnya bersandar kepada
Allah SWT.
Maulana Muhammad Ali Akbar
semasa hidupnya mengajarkan kitab
Thibb an-Nabawi dan
mempraktekannya dalam dakwah
Islam sehari- hari.

Keturunan Muhammad bin Al Hasan


binti Fatimah az-Zahra

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Muhammad bin Al Hasan binti


Fatimah az-Zahra binti Rasulullah
SAW diketahui mempunyai seorang
putra bernama Isa,
Isa bin Muhammad mempunyai
putra Muhammad yang
keturunannya sampai kepada Syekh
Abul Hasan Asy-Syadzili (Pendiri
Tarekat Syadziliyah) yang lahir di
desa Ghumarah, dekat kota Sabtah ,
daerah Maghreb (sekarang termasuk
wilayah Maroko, Afrika Utara) pada
tahun 593 H/1197 M.

Berikut ini nasab Abu Hasan Asy-


Syadzili ;
Abul Hasan Asy-Syadzili bin
Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim
bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay
bin Yusuf bin Yusya' bin Ward bin
Baththal bin Ahmad bin Muhammad
bin Isa bin Muhammad bin Al Hasan
binti Fatimah az-Zahra binti
Rasulullah SAW

Ibrahim bin Al Hasan binti Fatimah


az-Zahra

Ibrahim bin Al Hasan binti Fatimah


az-Zahra binti Rasulullah SAW
mempunyai putra: Ismail.
Ismail bin Ibrahim mempunyai putra
lagi bernama Ibrahim.
Ibrahim bin Ismail bin Ibrahim
mempunyai putra Muhammad
sangat terkenal dengan julukan Ibnu
Thabathaba'i .

Az-Zawawi

Az-Zawawi adalah keluarga asyraaf


al-Idrisiyah, nasabnya bersambung
kepada Maula Idris Al-Asghar bin
Idris Al-Akbar bin Abdullah al-Mahd
bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin
Ali bin Abi Thalib.
Keluarga ini berasal dari negeri
Maghrib yang kemudian hijrah ke
Makkah al-Mukarromah dan
beberapa wilayah teluk Arab.

Dalam catatan kecil yang kami miliki


yang pertama kali disebut Az-
Zawawi adalah Abdullah bin Hasan
bin Sulaiman Az-Zawawi.

Di antara ulama mereka yang terenal


adalah Abdullah bin Muhammad
Soleh Az-Zawawi seorang mufti
Syafiiyah di Mekkah.
Guru-guru beliau adalah Syekh
Muhammad Yusuf al-Khayyat.
Adapun murid-murid beliau adalah
sayid Hasan Kutbi dan anaknya
Abdurrahman Az-Zawawi, syekh
Muhammad Turki seorang guru di
Masjidil Haram.
Sayid Abdullah bin Muhammad soleh
Az-Zawwi banyak melakukan
perjalanan ke India, Indonesia, Cina
dan Jepang.
Ulama dari keluarga Az-zawawi yang
lain adalah Soleh bin Abdurrahman
bin Abubakar bin Abdurrahman bin
Ahmad Az-Zawawi al-Hasani. Guru-
guru beliau di antaranya sayid
Muhammad Sanusi al-Maki, syekh
Ahmad Dahan al-Hanafi, syekh
Muhammad bin Khidir al-Basri,
syekh Muhammad bin Nasir al-
Husaini al-Yamani al-Syafii, syekh
Abdul Kadir bin Mustafa al-Asyraqi.
Beliau juga banyak melakukan
perjalanan ke Yaman. Di Makkah,
beliau menjadi mufti Syafiiyah.

Anda mungkin juga menyukai