Anda di halaman 1dari 13

Silsilah Nasab Al Imam Al Muhajir Ahmad bin Isa Ar Rummi bin Muhammad An Naqieb bin Ali Al Uraidhi

23 Agustus 2013 pukul 16.07

Silsilah Nasab Al Imam Al Muhajir Ahmad bin Isa Ar Rummi bin Muhammad An Naqieb bin Ali Al Uraidhi

Lahir di Basrah Iraq 273H/279H- wafat di Al Husyaisyiah Hadramaut Yaman 345H

Beliau adalah Saiyid Ahmad Al Muhajir bin Isa Al Naqieb bin Muhammad bin Ali Al Uraidli bin Ja'far Al
Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Imam Al Husain Al Sibth bin Al Imam Ali bin
Abi Thalib dan Fatima Al Zahra Putri Nabi Muhammad SAW.

Sekilas Manaqib Al Imam Ahmad Al Muhajir

Silsilah beliau adalah adalah:

Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa Ar Rumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far As
Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Fathimah (istri Sayyidina Ali bin
Abi Thalib KRW) binti Sayyidina MUHAMMAD Rasulullah SAW .

Beliau lahir di kota Basrah Iraq pada tahun 273 H/887 M digelari Al Muhajir karena beliau
berhijrah dari negeri kelahirannya untuk mendapat keridhoan ALLAH SWT dan menegakkan sunnah
Rasulullah SAW.Sebagai seorang sesepuh ahli ibadah dan shalihin,berbudi pekerti luhur,mempunyai
aqidah yang lurus,orang terkemuka lagi mulia memiliki berbagai macam keutamaan,fasih dalam
berbicara lagi mempesona.Dimasa hidupnya penuh dengan kebudayaan dan ulama ulama yang
termasyhur diantaranya As Syafi’i,Ahmad bin Hambal ,Al Ismail ibnu Ishaq,Abu Hanifah ibnu Jarir At
Thobari dan pemuka pemuka ahlul bait.Pada waktu itu timbul berbagai kekacauan seperti timbulnya
dynasty dynasty kecil misalnya :

1.Dynasty Shafawiyah di Persia (254 -290 H/868-903 M)

2.Dynasty Mardawij di kota Jurjan (316-434 H/928-1043 M)

3.Dynasty Ibnu Thulun di kota Mesir (254 – 292 H/868-905 M)


4.Dynasty Abu Dalaf di kota Kurdistan (210 – 285 H/825-898 M)

5.Dynasty Bani Hamdan di kota Aleppodan Mosel (317 – 394 H/929-1004 M)

Hal ini menyebabkan keturunan Ahlul Bait menyebar ke penjuru bumi untulk menghindari fitnah
seperti Sayyid Idris bin Abdullah Al Mahdi Al Kamil bin Hasan Al Mutsannah bin Hasan bin Fathimah(istri
Ali bin Abi Thalib) binti Rasulullah Muhammad SAW pergi ke Maroko mendirikan Dynasti Adarisah (173 –
375 H/789-985 M).

Sayyid Hasan bin Zaid bin Muhammad bin Ismail bin Zaid bin Al Hasan mendirikan Dynasty Alawi
di Tabristan negeri Dailam tahun 250–316 H/864-928 M Hijriah,dengan kedatangan beliau penduduk
Dailam masuk Islam ditangan beliau,timbul pula gerakan Fatimiyah sampai mereka mendirikan Negara
pada tahun 296 H/909 M.

Pada tahun 251 H/865 M timbul pula pemberontakan yang dipimpin Sayyid Husin bin Muhammad
bin Hamzah bin Abdillah bin Husain bin Imam Ali Zainal Abidin tapi pemberontakan ini gagal.Dalam
suasana kekacauan inilah Imam Ahmad Al Muhajir hidup,kota Basrah adalah tempat bercokolnya para
ulama ulama besar,para ahli tasawuf,ahli fiqih dan ahli nahwu.Dimasa itu juga terjadi pemberontakan
yang dilakukan oleh kaum Qaramitah di Kota Basrah saat itu Imam Ahmad Al Muhajir sedang berada
ditengah tengah keluarganya dan penduduk Basrah berada dalam kegelisahan dan kekhawatiran ,karena
keadaan tidak memungkinkan untuk tetap tinggal di Basrah maka Imam Ahmad bin Isa memutuskan
untuk segera meninggalkan kota kelahirannya,dimana beliau meninggalkan hartanya dan sebagian anak
anaknya.Pada tahun 317 H/929 M berangkatlah satu kafilah besar dari Basrah pada masa pemerinthan
Al Mugtadir Billah(290 – 320 H/903-932 M),melewati padang pasir membawa Imam Ahmad bin Isa dan
istrinya Sayyidah Zainab binti Abdullah bin Al Hasan bin Ali Al Uraidhi dan anaknya Ubaidillah serta
istrinya Ummu Banin binti Muhammad bin Isa Ar Rumi dan cucunya Ismail yang dipanggil Ibnu Ubaidillah
serta para pengikutnya yang berjumlah lebih kurang 70 orang.Kafilah ini melalui jalan Syam yang
panjangnya 712 Mil dan pada tanggal 17 Dzulhijjah 317 H/20 January 930 M kafilah ini sampai di
Mekkah bertepatan dengan masuknya kaum Qaramithah di bawah pimpinan Thahir bin Sa’ad.Pada
tahun berikutnya Imam Ahmad bib Isa beserta dengan keluarga dan pengikutnya melakukan ibadah
haji,disana beliau mendengar tentang apa yang telah dilakukan kaum Qaramithah dan mendengar
tentang kaum Khawarij di Arab Selatan.Kemudian beliau memutuskan berangkat ke Yaman menembus
segala penjuru Hijaz,Asir dan Yaman,lalu berbelok ke timur ke arah Hadramaut.Tujuan beliau ke
Hadramaut adalah untuk menghadapi orang orang Khawarij dan menjadi benteng terhadap serangan
kaum Qaramithah yang telah menguasai kota Amman.Imam Ahmad Al Muhajir masuk ke Hadramaut
dengan bersikap lemah lembut dalam dakwanya,menempuh cara yang halus dan menyumbangkan
hartanya.Dengan cara dakwanya ini maka banyaklah orang orang Khawarij yang datang kepadanya dan
bertaubat di tanganya setelah tadinya mereka menentang dan mencacinya

Qabilah Al Afif,Kindah dan Madij meninggalkan mazhab Ibadhiy bergabung dengan Imam Ahmad
Muhajir begitulah orang-orang minoritas Sunnah dan Syi’ah berpaling padanya,hanya kaum khawarij
yang tetap menentangnya,tetapi walaupun dalam jumlah sedikit pengikut Imam Ahmad Al Muhajir
dapat mengalahkan kaum Khawarij dalam pertempuran”Bahrain”.Begitulah dengan kekuatan
pribadinya dan ilmu yang dimilikinya serta keberanian,beliau mampu menyebarkan Mazhab Syafi’I di
Hadramaut sehingga setahap demi setahap dapat menggantikan mazhab Ibadhiy.

Dengan demikian berubahlah negeri Hadramaut dari bermazhab Ibadhiy menjadi negeri yang
bermazhab Sunni Syafi’I dan lenyaplah mazhab ibadhiy dari Hadramaut dan meratalah mazhab Syafi’I
disana.

Anak anak Imam Ahmad Al Muhajir adalah :

1.Ali

2.Husain

3.Muhammad

4.Ubaidillah.

Biografi Al Imam Al Muhajir

Al Imam Al Muhajir Ahmad bin Isa lahir di kota Bashra Iraq tempat tinggal keluarga dan sanak
saudaranya, para ahli sejarah berselisih tentang tanggal kelahiran Al Imam Al Muhajir, namun Saiyid
Muhahammad Dhiya' Shihab dalam kitab beliau yang berjudul Al Imam Al Muhajir mengatakan: sejauh
pengetahuan kami tak seorang pun yang mengetahui umur Al Imam Al Muhajir secara pas, boleh jadi
karena literature yang mengungkapkan hal tersebut telah sirna, akan tetapi dari sedikit data yang kami
miliki kami dapat mengambil satu kesimpulan, dan boleh jadi kesimpulan yang kami ambil ini sesuai
dengan fakta, lalu dia mengatkan setelah dipelajari dan diperbandingkan dari sejarah pekerjaan anak-
anak beliau dan sebagian guru-guru beliau, bisa disimpulkan bahwa Al Imam Al Muhajir dilahirkan pada
tahun 273 H. Saiyid Salim bin Ahmad bin Jindan mengatakan di kitab Muqaddimah Musnad-nya bahwa
Al Muhajir belajar kepada Al Nablisi Al basri ketika beliau berumur 4 th, dari sini disimpulkan bahwa
beliau dilahirkan pada 279H.

Al Muhajir tumbuh dan berkembang dibawah Asuhan kedua orang tua nya dengan nuansa keilmuan
religi yang sangat kuat tpelihara, demikian diungkapkan oleh Saiyid Muhammad bin Ahmad Al Syatiri,
dalam kitabnya Adwaar Al Tarikh Al Hadhramy.

Masa yang dilalui Al Muhajir adalah masa yang dipenuhi dengan ragam peradaban dan warna-warni
ilmu pengetahuan, seperti ilmu Shariah, filsafat, falak, satra, tasawuf, matematika dan lain-lain,
dikatakan bahwasanya Al Muhajir banyak mengambil riwayat dari ulama' pada zamannya, diantara
mereka, Ibnu Mundah Al Asbahani, Abdul Karim Al Nisai, Al Nablisi Al bashri, banyak pula para ulama'
yang mengambil riwayat dari nya seperti Alhafidh Al Daulabi (di Bashrah 306H), Ibnu Shaid, Al Hafidh Al
Ajury, Abdullah bin Muhammad bin Zakariya Al Aufi Al Muammar Al Bashri, Hilal Haffar Al Iraqi, Ahmad
bin Said Al Ashbahani, Ismail bi Qasim Al Hisasi, Abu Al Qasim Al Nasib Al Baghdadi, Abu Sahl bin Ziyad,
dan lain-lain.

Sebagaimana disebutkan bahwa masa ini makmur dengan ilmu dan budaya namun disisi lain masa ini
pun marak dengan fitnah, pertikaian, ketidak sepahaman dalam pemikiran dan senjata, Al Muhajir
memandang masa itu sebagai masa kritis yang penuh dengan cobaan dan penderitaan, Negara-negara
Islam mulai mengalami kehancuran persatuan pandangan dan politiknya, dan berkembang menjadi tak
menetunya masalah sosial dan pertumpahan darah.

Revolusi Negro dan Fitnah Karamitah

Kehidupan Al Muhajir semenjak muda hingga dewasa diwarnai dengan guncangan-guncangan sosial di
Bashrah[1] dan Iraq secara umum, mulai dari revolusi negro yang berawal pada tahun 225H, pada masa
pemerintahan Negri Abbasiyah, sampai fitnah yang disebarkan oleh Karamitah, sebuah sekte yang
dipimpin oleh Yahya bin Mahdi di Bahrain, dia dengan para pengikutnya bekerja keras untuk
membiuskan paham-pahamnya disemua lapisan masyarakat dan menggunakan situasi guncang akibat
revolusi negro dan fitnah Khawarij untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan paham
mereka.

Terpencarnya Bani Abi Thalib

Seorang Ahli Sejarah, Abdullah bin Nuh menuliskan dalam tambahannya untuk kitab Al Muhajir hal 37
tentang kesaksian Al Muhajir tentang terpencarnya Bani Alawi ke penjuru dunia, seperti India, Sumatra,
kepulauan Ujung timur, dan perbatasan cina, yang mana hal ini merupakan sebab tersebarnya agama
islam diseluruh dunia.

Kepribadian Al Muhajir di Bashrah[2]


Kepribadian Almuhajir dibentuk oleh suasana yang penuh dengan pertentangan, ilmu, sastra, falsafat,
pertumpahan darah, rasa takut, pertikaian disamping giatnya gerakan roda perdagangan dan pertanian,
bahkan Almuhajir menyaksikan kapal-kapal besar bersandar di Bashrah dengan membawa barang
dagangan hasil bumi, dan orang-orang dari berbagai bangsa. Keluarga Al Muahajir termasu keluarga
terhormat yang bersih hatinya, penuh keberanian, kedudukan dan kekayaan disertai dengan taqwa dan
istiqamah. Saudara Al Muhajir Muhammad bin Isa adalah panglima perang dan pemimpin perluasan
wilayah islam.

Hijrah Al Muhajir dari Bashrah

Hijrah Al Imam Al Muhajir di dorong oleh keinginan untuk menjaga dan melindungi keluarga dan sanak
familinya dari bahaya fitnah yang melanda Iraq diwaktu itu.

Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Al Muhajir memutuskan untuk hijrah ke Hijaz, maka
disodorkanlah berbagai alasan untuk meyakinkan keluarga dan sanak familinya untuk meninggalkan
bashrah, dan mereka pun menyetujui usulan Al Muhajir. Hijrah Al Muhajir terjadi pada 317 H dari
Bashrah ke Al Madinah Al Munawwarah. Diantara keluarga dan sanak famili Al Muhajir yang ikut
berhijrah bersama Al Muhajir adalah:

1. Al Imam Al Muhajir Ilaa Allah Ahmad bin Isa.[3]

2. Zainab binti Abdullah bin Hasan Al Uraidhi Isteri Al Imam Ahmad Al Muhajir

3. Abdullah bin Ahmad putra Al Muhajir

4. Ummul Banin binti Muhammad bin Isa bin Muhammad Isteri Abdullah bin Ahmad.

5. Ismail bin Abdullah bin Ahmad yang dijuluki dengan Al Bashry

6. Al Syarif Muhammad bin Sulaiman bin Abdillah kakek Keluarga Al Ahdal[4].

7. Al Syarif Ahmad Al Qudaimi kakek keluarga Al Qudaim [5]

8. 70 orang dari oarng-orang dekat Al Muhajir diantara mereka: hamba sahaya Al Muhajir, Jakfar bin
Abdullah Al Azdiy, Mukhtar bin Abdullah bin Sa'ad, dan Syuwaiyah bin Faraj Al Asbahani.

Rombongan Al Muhajir berhijrah ke madinah melalui jalan Syam karena jalan yang biasa dilalui kurang
aman[6], dan sampai di Madinah pada tahun 317, konon di tahun ini terjadi fitnah besar di Al Haramain,
gerakan Karamithah masuk ke Makkah Al Mukarramah di musim haji dan membuat keributan di sana
serta mengambil hajar aswad dari tempatnya[7]. Pada tahun berikutnya 318H Al Muhajir beserta
keluarga berangkat ke Makkah untuk melaksanakan Ibadah Haji, konon para jamaah haji pada tahun itu
hanya meletakkan tangan mereka di tempat hajar aswad, disaat melaksanakan Ibadah haji Al Muhajir
bertemu dengan rombongan dari Tihamah dan Hadhramaut, belajarlah mereka dari Al Muhajir ilmu dan
akhlak, dan mereka menceritakan kepada Al Muhajir tentang fitnah Al Khawarij di Hadhramaut dan
mengajak Al Muhajir untuk membantu mereka menyelesaikan fitnah itu lantas Al Muhajir menjanjikan
untuk datang ke negeri mereka.

Perjalanan ke Tihamah dan Hadhramaut.

Hadhramaut pada waktu itu berada dibawah pengaruh Abadhiyah suatu gerakan yang dipelopori oleh
Abdullah bin Ibadh Al Maady, gerakan ini pertama kali muncul pada abad kedua hijriah dibawah
pimpinan Adullah bin Yahya Al Amawi yang menjuluki dirinya sebagai pencari kebenaran[8].

Al Mas'udi dalam kitab sejarahnya menuliskan "Alkhawarij masuk Hadhramaut dan pada saat itu
kebanyakan penduduknya adalah pengikut aliran Ibadhiyah dan sampai saat ini (332 tahun penulisan
buku tersebut) dan tidak ada perbedaan antara Khawarij yang ada di Hadhramaut dengan yang ada di
Oman. Akan tetapi aliran Ibadhiyah dan Ahlu Sunnah tetap hidup di Hadhramaut meskipun pengaruh
Khawarij lebih menyeluruh di wilayah Hadhramaut samapi datangnya Al Muhajir.

Mengapa Al Muhajir memilih untuk berhijrah ke Hadhramaut?

Hb Muhammad Dhiya bin Ali bin Ahmad Syihab dalam kitabnya Al Imam Al Muhajir mengatakan, apakah
motivasi Al Muhajir untuk berhijrah ke hadhramaut adalah harta? Hadhramaut bukanlah negri yang
berlimpah harta dan dia pun seorang yang kaya raya, ataukah hijrah Al Muhajir adalah untuk membantu
rakyat hadhramaut, dan mencegah berlangsungnya fitnah Karamitah yang terus meluas? Sebenarnya
kondisi dan peristiwa-peristiwa diatas adalah alasan utama kenapa Al Muhajir berhijrah ke Hadhramaut,
sesuai ayat "Alam takun ardlu Allahi waasi'atan fatuhaajiruu fiihaa" artinya tidakkah bumi Allah itu luas
sehingga kamu berhijrah dan hadist " yuu syiku an yakuuna khairu maali al muslim ghanamun yatba'u
biha sya'afa al jibal wa mawaqi'a alqatar ya firru bidiinihi min al fitan" artinya dikhawatirkan akan dating
suatu masa dimana harta yang paling berharga bagi seseorang adalah kambing, dia membawanya
kearah pegunungan dan kota-kota untuk melarikan diri menyelamatkan agamanya dari fitnah. Maka
Allah menjadikan hijrah Al Muhajir ke Hadramaut sebagai donator dan petunjuk sebab dengan hartanya
Al Muhajir membangun banyak infrastruktuk yang lapuk dimakan zaman dan dengan kehadirannya,Allah
menyadarkan banyak dari orang-orang yang fanatik buta kepada Kahawarij.
Rombongan Al Muhajir diantara Tihamah dan Hadhramaut.

Saiyid Muhammad bin Sulaiman Al Ahdal salah satu dari anggota rombongan memutuskan untuk
menetap di Murawa'ah di Tihamah[9], sedangkan saiyid Ahmad Al Qudaimy memutuskan untuk
menetap di lembah Surdud di Tihamah, dan dengan izin Allah SWT mereka menjadi tonggak
berkembangnya keturunan Nabi Muhammad SAW di negri tersebut, adapun Al Muhajir dia tetap
meneruskan perjalanan hingga sampai di desa Al Jubail di lembah Doan, konon penduduknya
merupakan pecinta keluarga Nabi Muhammad SAW dan mereka dapat banyak belajar dari Al Muhajir,
kemudian pindah ke Hajren disana terdapat Al Ja'athim termasuk kabilah Al Shaddaf yang merupakan
pengikut aliran Sunny[10], disana Al Muhajir mangajak semua golongan untuk bersatu di bawah panji
islam dan mempererat tali persaudaraan diantara mereka, maka banyaklah diantara orang-orang
kahawarij yang sadar dan taubat kembali kejalan yang benar, ketika di Hajren Al Muhajir ditemani dan
dibela oleh para petua dari kabilah 'afif. Al Muhajir membeli rumah dan kebun korma di Hajren yang
kemudian dihibahkan ke hamba sahayanya Syuwaiyah sebelum pindah dari Hajren.

Dan setelah keluar dari Hajren Al Muhajir singgah dan bertempat tinggal di kampung Bani Jusyair
didekat desa Bur yang mana penduduknya pada saat itu adalah Sunny, disitu Al Muhajir berdakwah
dengan sabar dan sopan, kemudian pindah lagi ke desa Al Husaiyisah[11] dan disana membeli tanah
perkebunan yang dinamakan Shuh di atas desa Bur. Pada periode ini Al Muhajir banyak menarik
perhatian orang di daerah itu sehingga mereka banyak mengikut langkah sang Imam, kecuali beberapa
golongan dari kahawarij, hal ini yang menyebabkan Al Muhajir mendatangi mereka untuk memahamkan
mereka.

Al Imam Al Muhajir dan Khawarij

Hadirnya Al Muhajir di Hadhramaut merupakan peristiwa besar dalam sejarah, sebab kehadiran Al
Muhajir di Hadhramaut membawa perubahan besar di daerah itu, Yaman ketika itu diperintah oleh Al
Ziyad di Yaman utara, namun penduduk Hadhramaut memiliki hak untuk menetukan perkara mereka,
tidak semua penduduk Hadhramaut pada saat itu bermadzhab Ibadhi, terbukti keluarga Al Khatib dan Ba
Fadhal dari Tarim pada saat itu masih berpegang teguh dengan aliran yang benar.
Imam Muhajir selalu berdiskusi dengan para pengikut Abadhiyah dengan bijaksana dan teladan yang
mulia, yang mana hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para lawan diskusinya dan menimbulkan
simpati mereka, Khawarij adalah mazhab yang menerima diskusi tentang madzhab mereka dan mereka
pun banyak berdiskusi dengan para ulama di banyak hal, sedangkan Al Imam Al Muhajir merupakan
sosok yang ahli dalam hal meyakinkan lawan bicara. Hal ini juga diungkapkan oleh Al Saiyid Al Syatiri
dalam kitabnya "Al Adwar" halaman 123, sehingga aliran Al Abadhi perlahan-lahan terkikis dan habis di
hadhramaut dan digantikan dengan mazhab Al Imam Syafii dalam hal pekerjaan dan Imam Al Asy'ary
dalam hal Aqidah.

Adakah bentrok senjata antara Al Muhajir dan Khawarij?

Para ahli sejarah berselisih pendapat tentang terjadinya kontak senjata antara Al Muhajir dengan
Khawarij, sebagian menyatakan terjadinya hal itu dan meriwayatkan kemenangan Al Muhajir atas kaum
Khawarij, sebagian lagi menafikan hal tersebut.

Saiyid Al Syathiri dalam kitabnya "Al Adwar" menafikan terjadinya kontak senjata diantara kedua belah
pihak, dkatakanjuga bahwa pendapat ini di ambil karena dari sekian referensi sejarah yang ada pada nya
tidak satupun yang memaparkan tentang terjadinya kontak senjata diantara kedua belah pihak demikian
juga para penulis sejarah Hadhramaut dari kurun terakhir[12], adapun Saiyid Dhiya Syihab dan Abdullah
bin Nuh dalam kitab Al Muhajir menyatakan terjadinya perang Bahran[13] namun keduanya tidak
mencantumkan referensi yang memperkuat pendapat tersebut.

Saiyid Abdul Rahman bin Ubaidillah mengatakan bahwa Al Muhajir dan putra-putra nya terus menrus
melancarkan argument-argumen kepada Ibadhiyah sampai mereka kehabisan dalil dan pegangan,
dikatakan juga bahwa Al Muhajir melumpuhkan kekuasaan Abadhiyah dengan cara melancarkan
argument-argumen yang membuktikan kesalahan mazhab mereka, Syeh Salim bin Basri mengatakan Al
Muhajir membuka kedok bid'ah Khawarij dan membuktikan kesalahannya, pendapat keduanya
didukung pula oleh Al Faqih Al Muqaddam.

Al Imam Al Muhajir dan nasab mulianya


Sebagian penulis mengangkat tajuk pada tulisan mereka mengenai nasab Ahlu Bait Nabi Muhammad
SAW, banyak diantara mereka yang menanamkan keraguan tentang Ahlu bait, motivasi mereka untuk
mengangkat tema itu bermacam-macam diantara mereka ada yang hanya ingin mendapatkan
pencerahan sehingga lebih meyakinkan mereka, ada pula diantara mereka yang ingin menjatuhkan Ahlu
bait karena iri dan dengki terhadap mereka.

Berangkat dari kenyataan ini Al Imam Al Muhajir sebelum berangkat ke Hadhramaut telah menyusun
nasabnya dan anak-anaknya sampai Rasulullah SAW, sebelumnya keluarga Al Muhajir nasab dan
silsilahnya sudah terkenal di kota Bashrah, seandainya bukan begitu ini merupakan titik lemah yang bisa
digunakan oleh Khawarij untuk menumbangkan dalill-dalil Al Muhajir.

Sepeninggal Al Imam Al Muhajir beberapa orang ulama Hadhramaut berinisiatif untuk mencari bukti
yang membenarkan nasab Al Imam Al Muhajir, Syeh Ba Makhramah dalam kitab tarikh nya mengatakan:
Ahmad bin Isa ketika datang di Hadhramaut, penduduk kota itu mengakui kemulyaan dan
keagungannya, lantas mereka ingin membuktikan pengakuan mereka lantas 300 orang mufti di Tarim
pada saat itu mengutus seorang ahli hadist Al Imam Ali bin Muhammad bin Jadid ke Iraq untuk
membuktikan hal tersebut[14], lantas sang imam pulang dengan membawa nasab mulia Al Muhajir.

Saiyid Alwi bin Thohir membeberkan masalah ini di salah satu artikelnya yang di muat di majalah
Rabithah Alawiyah(2/3:95M) dan mengatakan, kemulayaan Al Muhajir, keberadaan famili dan handai
taulannya di Bashrah, tinggalnya Muhammad putra Al Muhajir di bashrah untuk menjaga harta
bendanya, dan putra putri Ali, hasan, dan Husain, kedatangan Saiyid Jadid bin Abdullah bin Ahmad al
Muhajir untuk melihat harta benda itu, kesaksian penduduk Iraq akan kebenaran nasab Al Muhajir dan
pengembangan harta Al Muhajir dari Iraq oleh anak cucunya di Hadhramaut, adanya saudara dan ipar Al
Muhajir di Iraq, adanya hubungan yang terpelihara terus menerus diantara mereka, adanya kabilah Bani
Ahdal dan Bani Qudaim di Yaman, ini semua merupakan bukti akan kebenaran nasab Al Muhajir,
tidaklah mudah bagi Saiyid Ali Bin Muhammad bin Jadid bin Abdullah bin Ahmad al Muhajir untuk
mendapatkan bukti ini sepeninggal kakek-kakenya selama bertahun-tahun bila nasab tersebut tidak
terkenal di Bashrah, karena Ali dilahirkan di Hadhramaut bergitu juga Ayahnya Muhammad bin Jadid,
akan tetapi hubungan antara mereka dengan keluarga yang di Iraq setelah kepergian mereka tidak
putus.

Diantara para penulis yang mengulas luas tentang nasab Al Muhajir da puta-putra nya adalah:
1. Al Majdi, Al Mabsuth, Al Masyjar, yang ditulis oleh Ahli nasab, Abu Hasan Najm Al Diin Ali bin Abi Al
Ghanim Muhammad bin Ali Al Umri Al Bashri, meninggal tahun 443.

2. Tahdhib Al Ansaab, Tulisan tangan Al Allamah Muhammad bin Ja'far Al Ubaidli, meninggal tahun 435.

3. Umdatu Al Thalib Al Kubra, ditulis oleh ahli nasab Al Allamah Ibn Anbah Jamal Al Diin Ahmad bin Ali
bin Husain bin Ali bin mihna Al Dawudi.

4. Al Nafhah Al Anbariyah Fi Ansab Khairil Briyah, ditulis oleh Al Allamah Ibn Abi Al Fatuh Abi Fudhail
Muhammad Al Kadhimi, meninggal tahun 859.

5. Tuhfatu Al Thalib Bi Ma'rifati Man Yantasib Ilaa Abdillah Wa Abii Thalib, ditulis oleh Al Allamah Al
Muarrikh Abi Abdillah Muhammad bin Al Husain Al Samarqandi Al Makky, meninggal tahun 996.

6. Zahru Al Riyadh Wa Zalalu Al Hiyaadl, ditulis oleh Al Allamah Dlamin bin Syadqam, meninggal tahun
1085.

Ibn Anbah dan AL Imam Al Murtadla memiliki dua kitab berbeda tentang nasab ini dan belum dicetak,
adapun kitab yang ditulis secara modern tentang nasab Ahlu bait antara lain Dirasaat Haula Ansaab
Ahlul bait oleh Saggaf bin Ali Al Alkaff., Tazwiid Al Rawi oleh Saiyid Muhammad bin Ahmad Al Syathiri.
Jadi permasalahannya sekarang bukan karena kurangnya literature atau referensi tapi karena hilangnya
prinsip amanah dan hantaman dari para pengkhiyanat, juga karena kurangnya tingkat pengetahuan
syariah sebagian Ahlu bait dan terpengaruhnya mereka oleh budaya orientalist, yang terus merongrong
zona islam.

Meninggalnya Al Imam Al Muhajir

Setelah perjuangan yang tanpa mengenal lelah dan penuh kesabaran Al Imam Al Muhajir berhasil
menanamkan metode Da'wah ila Allah dengan cara khusus beliau, dan berhasil pula menanamkan
paham Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Hadhramaut, akhirnya Al Muhajir berpulang kehadirat Allah SWT
pada tahun 345H dan di makamkan di Al Husyaisyiah tepatnya di Syi'b Makhdam, dan dapat diziarahi
sampai hari ini.

Dimakamkan pula disekitar Kuba Al Muhajir Saiyid Al Allamah Ahmad Al Habsyi, dahulu diadakan setiap
tahunnya peringatan masuknya Al Imam Al Muhajir ke Hadhramaut kemudian peringatan ini sempat
terputus, lalu diadakan lagi namun dalam bentuk lebih terbatas, dan pada tahun 1422H ditambahkan
nbeberapa peringatan yang sesuai dengan zaman, seperti seminar tentang sampainya Al Imam Al
Muhajir di Hadhramaut, yang diisi didalamnya dengan study tentang sosok Al Muhajir, sejarah, ilmu, dan
pengaruh perpindahannya ke Hadhramaut dalam kuliah-kuliah yang diadakan di Tarim dan Seiyun, dan
harapan kami hal ini akan menjadi adat setiap tahun yang akan membiaskan gambaran ilmu dan sejarah
yang telah di ukir dengan tinta emas oleh sekolah Al Muhajir dan orang-orang setelahnya demi membela
islam, umat dan negri.

Note :

[1] .oranr-orang negro mengadakan revolusi di effrat Basharh dibawah pimpinan seseorang dari
Azarigah dari desa Drifin bernama Bahlul dan menjuluki dirinya Ali bin Abdul Rahim dari qabilah Abdul
qais dari Bahrain, dia berjanji akan mengadakan pembebasan para budak di Basrah dan sekitarnya,
akhirnya dia berhasil mengambil hati para budak dan mengajak mereka untuk meninggalkan tuan-tuan
mereka, lalu dia pindah ke Baghdad selam setahun kemudian kembali lagi ke Bashrah dan diperangi oleh
Al Mu'tamad pada tahun 256 namun kemenangan ada di tangan para orang negro, sehingga penduduk
Basrah pun meninggalkan negri mereka, tahun 357 orang-orang negro menguasai Bashrah dan banyak
membantai penduduknya serta merusak dan membakar masjid-masjid serta menyalakan api diseluruh
penjuru kota. (Al Muhajir)12-22.

Disebutkan juga bahwa diantara factor yang menyebabkan kemenangan orang negro adalah pertahanan
kota sangat rapuh disebabkan karena perpecahan partai, tampaknya kota ini saat itu dilanda pertikaian
antara Rabi'iyin yaitu Syiah, dan Al Sa'adiyin yaitu Sunny (Al Muhajir)23. masa kekuasaan Orang-orang
negro berakhir pada tahun 280 setelah perang yang berlangsung selama 14 tahun, namun pengaruh
fitnah ini berlangsung lama sekali.<p> </p>[2] . Abdullah bin Nuh di tambahannya untuk kitab Al Muhajir
mengatakan: Ahmad Al Muhajir adalah sosok yang sangat dermawan, berwibawa, berilmu dan senang
menyantuni yang lain, kakeknya Muhammad An Naqieb bin Ali Al Uraidhi adalah putra bungsu ayahnya,
lahir di Madinah Al Munawarah kemudian pindah ke Bashrah dan meninggal disana pada tahun 203,
kakek Al Muhajir Ali Al Uraidhi bin Imam Jakfar Al Shadiq, dinamakan al Uraidhi karena dilahirkan di Al
Uraidh suatu daerah berjarak 4 mil dari madinah, kakek AL Muhajir merupakan putra bungsu Ayahnya
ditinggal mati ayahnya pada saat dia masih kecil lantas berhijrah bersama sudaranya Muhammad bin
Ja'far ke Makkah ketika kakaknya melakukan gerrakan disana, dan berhijrah bersama Muhammad bin
Muhammad bin Zaid ketika dia memimpin gerakannya di Iraq, lantas ke Khurasan kemudian Bashrah,
penduduk Kufah mengundang beliau untuk singgah di sana, lantas beliau berangkat kesana dan tinggal
disana beberapa waktu, ketika itu paenduduk Kufah benyak mengambil faidah dari keberadaan beliau,
meninggal tahu 210 .<p> </p>[3] . Para ahli sejarah sepakat untuk menjuluki Ahmad bin Isa dengan
julukan Al Muhajir semenjak beliau hijra dari Iraq ke Hijaz yang kemudian menetap di Hadhramaut,
Saiyid Muhammad bin Ahmad Al Syathiri dalam kitab "Al Adwar" menuturkan, sebab penjulukan Ahmad
bin Isa dengan Al Muhajir karena dia Hijrah dari Bashrah ke Hadhramaut dengan sebab perbaikan,
terutama jaminan keselamatan agamanya dan agama para pengikutnya, dan hijrah yang semacam ini
bukan termasuk hijrah Bid'ah, karena hijrah semacamini sudah biasa dilakukan olah keluarga Nabi SAW,
dimulai dari hijrah beliau dari Makkah ke Madinah yang kemudian diikuti oleh Al Imam Ali bin Abi Thalib
ketika berhijrah ke Iraq Dari Hijaz, dan anak turunnya seperti Al Imam Husain bin Ali, Al Imam Zaid bin
Ali bin Husain, Muhammad bin Nafs Al Zakiyah bin Abdullah Al Mahdh bin Al Husain Al Muthanna bin Al
Hasan Al Sabt dan kedua saudaranya Ibrahim dan Idris moyang Bani Adarisah di Maghrib, dan lain-lain.
(Al Adwar)(1:156)<p> </p>[4] . Al Syarif Muhammad bin Sulaiman bin Abdullah bin Isa bin Alawi bin
Muhammad bin Hamham bin ‘ Aun bin Al Imam Musa Al Kadhim bin Ja'far Al Shadiq bin Muhammad Al
Baqir bin Ali Al Uraidli….<p> </p>Demikian disebutkan Sayyid Ali bin Al Husain Al Ahdal dalam kitab
Bughyatu Al Thalib Li Ma'rifati Awlaad Ali bin Abi Thalib, Al Ahdal adalah julukan yang diambil dari kata
Al Adna yang berarti terdekat, keturunan Bani Ahdal berkembang di Yaman Utara.<p> </p>[5] . Sebagian
kitab tentang nasab menyebutkan nasab Bani Al Qudaimi diantaranya Al Sirah Al Mustafawiyah Wal
Ansab Al fathimiyah yang ditulis oleh Al Allamah Saiyid Alawi bin Abdul ARhman Al Saggaf AL Al Makky,
disebutkan Anak turun Husain di laembah Sardad dan sekitarnya Bani Qudaimi, Bani Al Syajar, Bani
Ahmad, Bani Wali, Bani Sufi, Bani Ismail, Bani Arab, Bani Al Jarufi, Bani Al Shiddiq, Bani Al Bahr, Bani AL
Thalj, Bani Al Syah. Ke 13 kabilah ini keturunan Hasan bin Yusuf bin Hasan bin Yusuf bin Hasan bin Yahya
bin Salim bin Abdullah bin Husain bin Ali bin Adam bin Idris bin Husain bin Muhammad Al Jawad bin Ali
Al Ridha bin Musa Al Kadhim bin Ja'far Al Shadiq.<p> </p>[6] . Jalur ini dinamakan jalur Zubaidah,
dinamakan Zubaidah yang mana dia adalah istri Haru Al Rasyid karena dia mengeluarkan banyak biaya
demi untuk perbaikan dan pengamanan jalur ini pada tahun 90, kemudian jalur ini rusak setelah masa
Khalifah Al Mutawakkil.<p> </p>[7] . Karamithah mengambil Hajar Aswad dan dibawa ke Hajar,
kemudian dikembalikan lagi setelah kurang lebih 22 tahun, selama itu tempat Hajar Aswad kosong,
mereka mengatakan kami ambil Hajar Aswad dengan kekuasaan Allah dan kami kembalikan lagi dengan
kehendak Allah.<p> </p>[8] . Pencari kebenaran muncul bersama sekelompok orang Khawarij pada saat
itu, mereka menyapu Hadharamaut dan sekelilingnya, menguasai Sana'a, menggempur kota Makkah,
dan berperang dengan Bani Umaiyah samapi habisnya perlawanan Khawarij, saat itu terbunuh A'war
dan beberapa pengikutnya yang kemudian kepala mereka di bawah ke Damaskus pada tahun 130, akan
tetapi fitnaj mereka belum selesai juga.<p> </p>[9] Di sebutkan dalam kitab Al Muhajir, Moyang Bani
Ahdal sampai di Yaman, beliau adalah Muhammad bin Sulaiman, lantas beliau tinggal di desa
Murawa'ah dekat dengan Baitul Faqih, anak cucunya berkembang sampai diantara mereka ada yang
tinggal di lembah Sahm, Fakhriyah, Zabid, Abyat Husain , dan diantara mereka juga ada yang hijrah ke
Hadhramaut.<p> </p>[10] Hajren termasuk pusat pedesaan Shadaf, yang mana pedesaan ini
memanjang di pertengahan lembah Doan sampai daerah Andal, Al Ahrum, dan sampai dekat
Sadbah.<p> </p>[11] Sebuah desa diantara Tarim dan Seiyun, dan merupakan desa yang makmur beliau
membeli sebagian besar tanah di daerah Suh, daerah ini merupakan benteng yang terkenal didalamnya
terdapat sumur yang terletak diatas kota Bur, sumur ini digali oleh Saiyid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad
Al Muhajir dan di pagari dengan bebatuan besar disetiap batu di ukur nama beliau.<p> </p>Al
Husyaisyah sekarang tak berpenduduk dan rusak diceritakan bahwa rusaknya Al Husyaisyah ditangan
Agil bin Isa Al Shabirati tahun 839.

[12] Saiyid Al Syathiri menukil dari Saiyid Al Allamah Abdullah bin Muhammad Al Saqqaf dalam
komentar beliau untuk kitab Rihlatul Asywaaq Al Qawiyyah karangan Ba Kathir, di sebutkan didalamnya
terjadinya bentrok senjata diantara mereka, kemudian dikatakan : sebuah pertempuran terjadi di
Buhran ketika Al Muhajir masih tinggal di Al Hajrain ketika itu kekuasaan Abadliyah runtuh, setelah itu
Al Muhajir pindah dari Al Hajrain menuju kampung Bani Jusyair, lantas Al Syatiri mengatakan: akan
tetapi saya telephon Al Saqqaf dan memintanya untuk menyebutkan referensi pendapatnya, namun dia
tidak menjawab. Sebagian orang menisbatkan pendapat ini kepada Al Marhum Ahmad bin Hasan Al
Attas, dan belum diketahui referensi aslinya, Muhammad bin Aqil bin Yahya mengatakan di
komentarnya atas kitab Diwan Ibn Syihab , bahwa Al Muhajir dan anak cucunya nya sampai abad ke 6 H
memerangi kaum Abadhiyah kemudian mereka melepaskan senjata, tapi belum diketahui referensinya,
boleh jadi mereka mengambil kesimpulan bahwa Bani Alawiyin selalu menggunakan senjata untuk
perang dan grilya, tapi pendapat semacam ini tidak bisa langsung diterima tanpa ada bukti tertulis,
karena bersenjata barang kali itu hanya tradisi atau untuk membela diri semata.(Al Adwar 150;1)

[13] Bahran adalah padang pasir terletak diantara Al Hajrain dan desa Sadbah, peduduknya dari Kabilah
Kindah.<p> </p>[14] Sebagian orang menganggap kata kata (ingin membuktikan) adalah peraguan atas
nasab Al Muhajir, tapi betapapun kata yang di gunakan penulis hal itu tidak mengandung penafian
ataupun pembuktian, sebagaimana yang dilontarkan sebagian orang

Anda mungkin juga menyukai