TERMASHYUR DI INDONESIA
Dosen Pengampu :
Dr. Dewi Sulistianingsih, S.H., M.H
Kelompok 2
Irfansyah Widya Dharmawan 0811522075
Ninik Handayani 0811522078
Shabirah Trisnabilah 0811522115
Dadang Prasetyo Aji 0811522138
TUGAS KELOMPOK
HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia usaha yang semakin kompetitif, baik bisnis usaha barang ataupun
jasa, merek menjadi salah satu aset berharga yang dapat memberikan keunggulan bagi
perusahaan. Merek tidak lagi hanya sebatas logo yang menempel di sebuah produk
atau layanan melainkan mencerminkan suatu identitas, kualitas dan reputasi
perusahaan.
Merek adalah suatu konsep yang melibatkan banyak elemen. Mencakup logo,
desain, warna, tagline, dan sejumlah aspek lain yang mengidentifikasikan suatu
produk atau perusahaan. Merek juga mencakup bagaimana konsumen merasakan
produk atau perusahaan tersebut. Hal ini termasuk citra merek, kualitas, keandalan,
dan pengalaman pelanggan yang berkaitan dengan merek tersebut.
Pemahaman bahwa merek terbentuk secara instan itu salah besar, merek
tidaklah lahir secara instan melainkan merek lahir dari sebuah ide dan konsep
seseorang dimana ide ini nantinya akan berkembang lalu dilakukanlah riset untuk
menentukan produk atau layanan yang diusulkan, sketsa logo dan target pasar setelah
riset pasar dilakukan merek akan mulai di desain, produksi dan pengujian produk
untuk memastikan kualitas kemudian melakukan strategi pemasaran. Ketika
peluncuran merek berhasil, merek tersebut harus dipelihara dengan menjaga kualitas
produk atau layanan, yang terakhir perusahaan atau individu sebagai kepemilikan
merek wajib mendaftarkannya agar merek dapat memiliki hak atas merek dagang
yang membantu melindungi merek dari peniruan oleh pesaing.
Penentuan nama atau logo merek biasanya dibikin mudah dihafal, mudah dibaca
dan dibedakan. Manfaat penentuan nama merek yang mudah ditujukan agar
konsumen akan dapat lebih mudah mengidentifikasi produk dari saingan lainnya juga
menjadi lebih percaya dan yakin terhadap produk yang memiliki merek juga
mencegah adanya persaingan usaha yang tidak sehat. Ibaratnya ada produk yang
dijual berharga mahal biasanya bukan karena produk itu sendiri tetapi ada pengaruh
nama merek yang menempel pada produknya.1 Merek mempunyai dua fungsi utama
1
Tim Lindsey, Eddy Damian, dkk (Editor), Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni,
2013), halaman 131
yaitu sebagai pembeda dan penunjuk asal barang. Kedua fungsi tersebut berjalan tidak
melampaui peran lain dan tidak saling mengabaikan atau menegaskan.2
Setiap merek pasti memiliki ciri khas keunikan masing-masing yang menjadi
pembeda dari merek lain. Merekpun bisa mengalami yang namanya penurunan
reputasi apabila terjadi pencemaran. Pencemaran ini dapat menyebabkan kepada
kurangnya hasil penjualan produk, berkurangnya rasa aman konsumen dan tentunya
dapat merugikan perusahaan.
Merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang tentunya
harus dilindungi. Di Indonesia, regulasi merek diatur di dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang kemudian diperbaruhi Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek. Indonesia juga bergabung dalam WIPO (World
Intellectual Property Organization) merupakan organisasi Hak atas Kekayaan
Intelektual Dunia dan WTO (World Trade Organization) yang merupakan Organisasi
perdagangan dunia. Selanjutnya mengesahkan Paris Convention melalui Keputusan
Presiden No. 15 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun
1979. Indonesia juga menandatangani Trips Agreement.3
Dalam buku Yahya Harahap “Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek
di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1992” merek dapat
dibedakan menjadi tiga jenis reputasi; Merek Biasa (Normal Marks), Merek Terkenal
(Well-Known Marks), Dan Merek Termashyur (Famous Marks). Menurut Tommy
Hendra Purwaka Merek biasa adalah merek yang tergolong tidak mempunyai reputasi
tinggi. Merek ini dianggap kurang memberi pancaran simbolis gaya hidup dari segi
pemakaian maupun teknologi. Merek terkenal merupakan merek yang mempunyai
reputasi tinggi dimata konsumen, memiliki pancaran yang kuat,memukau,menarik
sehingga memunculkan sentuhan keakraban kepada konsumen, sedangkan merek
termashyur merupakan merek yang telah mencapai tingkat pengakuan dan popularitas
secara nasional maupun internasional di kalangan konsumen. Merek termashyur
biasanya memiliki reputasi yang baik dalam hal kualitas, keandalan, dan inovasi
produk atau layanan.
2
Sri Arlina, Anggraini Dwi M, Implementation Of Legal Protection The Famous Trademarks Ikea And Sephora
Brand (Trademarks Law Perspective), Jurnal Cendekia Hukum (JCH), Vol.8 No. 1, Tahun 2022, halaman 72
3
Siti Nurul I, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Berdasarkan Konvensi Paris Dan Perjanjian
Trips Serta Penerapannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, Jurnal Yuridis,
Vol.2 No.2, Tahun 2015, halaman 163
Merek Terkenal dan Merek Termashyur merupakan dua konsep yang memiliki
peran penting dalam dunia bisnis namun keduanya tentu memiliki perbedaan seperti
penerapan regulasi, kepuasan pelanggan dan strategi mengelola reputasi. Perusahaan
dapat memanfaatkan potensi merek dan menghindari risiko yang dapat merugikan
reputasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan antara merek terkenal dan merek termashyur?
2. Bagaimana penerapan konsep merek terkenal dan merek termashyur di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara merek terkenal dan merek
termashyur
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep merek terkenal dan merek
termasyhur di Indonesia
1)
BAB II
PEMBAHASAN
4
Abdul Rauf Alauddin Said, “Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat - Pemerintah Daerah Dalam
Otonomi Seluas - Luasnya Menurut UUD 1945”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 9, No. 4, 2015, Hlm.
505–530.
B. Perbandingan Merek Terkenal dan Merek Termasyhur
Dalam Undang-Udang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis terdapat rumusan tentang definisi merek sebagai berikut :
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau
3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur
tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau
badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa sejenis lainnya.
Dari definisi yang dinyatakan dalam Undang-Udang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis di atas dapat, diketahui bahwa pada hakikatnya
merek adalah sebuah tanda. Akan tetapi, sebuah tanda tidak akan demikian saja
diterima sebagai merek jika tidak memiliki daya pembeda. Yang dimaksud dengan
daya pembeda adalah memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai tanda yang
dapat membedakan hasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Tanda
dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana
seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas.
Merek biasa merupakan merek yang tergolong tidak mempunyai reputasi
tinggi. Merek yang berderajat biasa ini dianggap kurang memberi pancaran simbolis
gaya hidup baik dari segi pemakaian maupun teknologi. Masyarakat konsumen
melihat merek tersebut kualitasnya rendah. Merek ini juga dianggap tidak memiliki
draving power yang mampu memberi sentuhan keakraban dan kekuatan mitos
(mythical power) yang sugestif kepada masyarakat konsumen, dan tidak mampu
membentuk lapisan pasar dan pemakai.
Merek terkenal merupakan merek yang memiliki reputasi tinggi. Merek ini
memiliki kekuatan pancaran yang memukau dan menarik, sehingga jenis barang yang
berada di bawah merek itu langsung menimbulkan sentuhan keakraban (familiar) dan
ikatan mitos (mythical context) kepada segala laporan konsumen. Merek termashyur
merupakan merek yang dianggap memiliki tingkat reputasi yang lebih tinggi
dibandingkan merek terkenal (well-known brand). Kemudian Kualitas produk atau
layanan dari merek terkenal memiliki kualitas yang tidak sekuat dari merek
termashyur.
Dalam UUMIG hanya terdapat istilah Merek Terkenal sedangkan Merek
Termashyur istilah ini tidak dikenal di UUMIG. Istilah Termashyur hanya ada di
Indonesia dan beberapa buku saja yang menggolongkan kata Termashyur seperti
bukunya Rahmi Janed dan Yahya Harahap Namun, kedua jenis merek tersebut
dilindungi oleh berbagai perjanjian internasional, misalnya Paris Convention for the
Protection of Industrial Property (Paris Convention) dan the Agreement on Trade-
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS Agreement).
Istilah termashyur digunakan untuk merek tanpa harus didaftarkan mereknya
sudah terlindungi, terdaftar di banyak Negara dan telah berusia cukup lama dibanding
yang Terkenal, dan merek tersebut berada di memori ingatan para konsumen sehingga
setiap konsumen ingin membeli produknya konsumenpun bisa hapal hanya dari
sebuah logonya saja.5 Contoh merek termashyur yaitu Apple, Coca-Cola, GOOGLE,
Microsoft, dll. Sedangkan contoh merek terkenal berupa Starbucks, Oxxonmobil,
NIKE.
World Intellectual Property Organizations (WIPO) memberikan batasan
mengenai merek terkenal sebagaimana disepakati dalam Joint Recommendation
Concerning Provisions on the Protection of Well-Known Marks bahwa faktor-faktor
ini dapat digunakan untuk menentukan apakah merek tersebut masuk kategori
terkenal, yaitu:
1. Tingkat pengetahuan atau pengakuan merek di sektor yang relevan dengan
masyarakat;
2. Durasi, tingkat dan wilayah geografis dari pemakaian merek;
3. Durasi, tingkat dan wilayah geografis dari promosi merek;
5
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intelctual Property Right, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2015, hlm.11
4. Durasi dan wilayah geografis dari segala pendaftaran atau permohonan
pendaftaran merek;
5. Catatan keberhasilan pemenuhan hak atas merek tersebut.
6. Nilai merek;
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Pendaftaran Merek.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
Paris Convention for the Protection of Industrial Property
The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights;
Joint Recommendation Concerning Provisions on the Protection of Well-Known
Marks;
B. Buku
Tommy Hendra Purwaka, ed. 2017. Perlindungan Merek. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia
Intellectual Property and Information Wealth: Issues and Practices in the Digital
Areas. Westport London: Praeger Publishers;.
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intelctual Property Right, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2015, hlm.11
Muhammad Djumhana dan R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan
Praktiknya di Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 222
Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Fakultas Hukum,
Sekolah Pascasarjana, UI, Jakarta, 2004, hlm. 29
C. Jurnal
Abdul Rauf Alauddin Said, “Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah Dalam Otonomi Seluas - Luasnya Menurut UUD 1945”,
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 9, No. 4, 2015, Hlm. 505–530.