Anda di halaman 1dari 287

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TIMIKA:


Studi Kasus Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Anna Asmara Suprihandayani
NIM: 011314005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TIMIKA:


Studi Kasus Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Anna Asmara Suprihandayani
NIM: 011314005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TIMIKA:


Studi Kasus Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001

Oleh:
Anna Asmara Suprihandayani
NIM: 011314005

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TIMIKA:


Studi Kasus Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001

Dipersiapkan dan ditulis oleh:


Anna Asmara Suprihandayani
NIM: 011314005

Telah dipertahankan di depanPanitia Penguji


Pada tanggal 12 Juni 2007
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji


Nama Lengkap Tanda Tangan

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Tiada kasih yang paling tulus dan abadi


yang pernah kuterima selain dari pada-Nya dan Ayah-Ibuku, oleh
karena itu skripsi ini secara khusus kupersembahkan untuk
Ayah Petrus Marjono dan Ibu Lucia Asiyah orang tuaku tercinta.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juni 2007


Penulis

Anna Asmara Suprihandayani

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Ketika keadaan tidak seperti yang engkau inginkan,


ketahuilah Tuhan memiliki rencana untukmu.
Jika engkau percaya pada-Nya,
Ia akan memberimu berkat-berkat besar terbaik
yang seringkali tidak dengan cara seperti yang kita bayangkan.
(Anthony Harton)

Perkataan yang menyenangkan bagaikan sarang madu,


manis bagi hati dan obat bagi tulang.
(NN)

Orang yang budiman selalu memikirkan


apa yang salah pada dirinya sendiri
dan bukan memikirkan apa yang terjadi
pada diri orang lain.
(NN)

Kegagalan dimulai selagi ada kesempatan


dan kita tidak mencoba.
(Mo Goéng)

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TIMIKA:


Studi Kasus Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001

Oleh: Anna Asmara Suprihandayani


NIM: 011314005

Penelitian berjudul “Sejarah Perkembangan Kota Timika: Studi Kasus


Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001” ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis: 1). Proses awal berdirinya Kota Timika; 2).
Pengaruh PT. Freeport Indonesia terhadap lingkungan fisik di sekitarnya dan
masyarakat Kota Timika, dan; 3). Perkembangan Kota Timika tahun 1960-2001
dan posisi penduduk asli dalam perkembangan Kota Timika.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan
tahapan sebagai berikut: 1). Pemilihan dan penentuan persoalan pokok untuk
diteliti; 2). Heuristik dengan mengumpulkan dokumen sebagai sumber; 3).
Verifikasi dengan membandingkan dan mencocokkan berbagai sumber yang ada
sebagai kritik intern; 4). Interpretasi dengan menganalisis sumber secara cermat,
dan; 5). Historiografi dalam bentuk deskriptif-analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Berdirinya Kota Timika
berawal pada saat PT. Freeport Indonesia mulai didirikan oleh Freeport Sulphur
Company pada tahun 1960-an sebagai tindak lanjut penemuan sumber tambang
oleh Bangsa Barat yang datang ke Papua; 2). PT. Freeport Indonesia berpengaruh
terhadap lingkungan fisik di sekitarnya dan struktur sosial masyarakat Kota
Timika. Lingkungan fisik berubah dari wilayah yang masih tradisional menjadi
sebuah kota, sementara itu penduduk asli termarginalisasi oleh para pendatang. Di
samping itu kehadiran PT. Freeport Indonesia juga membawa dampak dalam
bidang fisik geografis, sosial dan ekonomi di Timika. Kondisi fisik geografis
Timika mengalami perubahan, yaitu bentang alam gunung menjadi lubang raksasa
dan danau. Limbah operasional Freeport juga mencemari tanah dan air sehingga
ekosistem alam menjadi rusak dan kehidupan masyarakat disekitarnya jadi
terancam. Sementara itu dampak sosial yang sering muncul adalah konflik antara
masyarakat setempat dengan pihak perusahaan karena persoalan hak ulayat tanah
dan benturan kebudayaan. Di sisi lain kehadiran Freeport membawa kemajuan
dalam bidang ekonomi bagi masyarakat Timika, yaitu dari sistem perkonomian
tradisional menjadi sistem perkonomian modern dan; 3). Timika mengalami
perkembangan sejak tahun 1960 sampai sekarang di bidang ekonomi seperti
meningkatnya pendapatan penduduk, di bidang sosial seperti meningkatnya
tingkat pendidikan dan kesehatan, di bidang sarana dan prasarana fisik seperti
meningkatnya berbagai fasilitas umum serta di bidang pemerintahan seperti
meningkatnya status daerah.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

THE HISTORY OF DEVELOPMENT OF THE CITY OF TIMIKA:


A Case Study on Impact of PT. Freeport Indonesia During 1960-2001

By:
Anna Asmara Suprihandayani
NIM: 011314005

The research titled “The History of Development of The City of Timika: A


Case Study on Impact of PT. Freeport Indonesia During 1960-2001” aimed to
describe and to analyze: 1) The early process of establishment of the City of
Timika; 2) The impact of the PT. Freeport Indonesia toward environment around
the company and toward society in the City of Timika, and; 3) Development of
the City of Timika during 1960-2001 and natives position.
A method employed in this research was historical method with steps as
follow: 1) Choosing and deciding main problem to be observed; 2) Heuristic by
collecting document as sources; 3) Verification by comparing and meeting various
sources availeble as internal cratics; 4) Interpretation by analyzing the sources
accurately, and; 5) Historiography in the form of descriptive-analityc.
The result of this research showed that: 1) The establishment of the City of
Timika began when Freeport Sulphur Company started to establish PT. Freeport
Indonesia as a follow-up action upon the discovery of mine resource by Western
who came to Papua; 2) The establishment of PT. Freeport Indonesia gives impacts
toward environment around the company and toward social structure in the City
of Timika. The environment to changed from traditional territory into a city, while
the natives become marginal people. Beside that, the establishment of PT.
Freeport Indonesia gives impacts toward in term geographic, social and economic
of Timika. In term geographic to changed from a mount into a lake. The rubbish
of the Freeport is too dump land and water so that to destroy the environment and
threatened the human life. Beside that, the social impact which often appear
between natives and the company because ownner ship problem and the culture
clash. In other side, the establishment of PT. Freeport Indonesia to improvement
the economic of Timika, that is from traditional economic become modern
economic and; 3) The City of Timika had developed since 1960 until today in
terms of economy as the rise of the society income, in terms social as the rise of
the education and health facilities, in terms public fasilities as the rise of the
public fasilities and in terms governmental as the rise of the district status.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
kasih karunia-Nya skripsi yang berjudul “Sejarah Perkembangan Kota Timika:
Studi Kasus Dampak PT. Freeport Indonesia Tahun 1960-2001” ini dapat
diselesaikan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya kepada:
1. Drs. S. Adisusilo J.R., S.Th., dan Drs. Y.R. Subakti, M.Pd. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Teman-teman mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan
bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangannya dalam menyusun skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan kritik serta sarannya untuk perbaikan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 12 Juni 2007

Penulis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 12
1. Tujuan penelitian ................................................................. 13
2. Manfaat penelitian ............................................................... 13
D. Kajian Pustaka dan Landasan Teori ......................................... 14
1. Kajian pustaka ..................................................................... 14
2. Landasan teori ..................................................................... 18
E. Metode dan Pendekatan Penelitian .......................................... 55
1. Metode penelitian ............................................................... 55
2. Pendekatan Penelitian .......................................................... 59
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 60
BAB II PROSES AWAL BERDIRINYA KOTA TIMIKA ........................ 62
A. Latar Belakang Berdirinya Kota .............................................. 62
1. Kedatangan bangsa Barat di Papua ..................................... 63
2. Berdirinya PT. Freeport Indonesia ...................................... 70
B. Berdirinya Kota Timika ............................................................ 79

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berdirinya Kota Timika.... 84


1. Faktor pendukung ............................................................... 84
2. Faktor penghambat .............................................................. 86
BAB III PENGARUH PT. FREEPORT INDONESIA
TERHADAP LINGKUNGAN FISIK DI SEKITARNYA
DAN MASYARAKAT KOTA TIMIKA ........................................ 91
A. Pengaruh PT. Freeport Indonesia
Terhadap Lingkungan Fisik di Sekitarnya ............................... 91
B. Pengaruh PT. Freeport Indonesia
Terhadap Masyarakat Kota Timika .......................................... 98
BAB IV PERKEMBANGAN TIMIKA TAHUN 1960-2001 ...................... 115
A. Perkembangan Timika di Berbagai Bidang ............................. 115
1. Kondisi umum ..................................................................... 115
2. Bidang Ekonomi ................................................................. 117
3. Bidang Sosial ..................................................................... 127
4. Sarana dan prasarana fisik ................................................... 131
5. Pemerintahan ....................................................................... 134
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Timika .... 137
1. Faktor internal ..................................................................... 137
2. Faktor eksternal ................................................................... 141
C. Posisi Penduduk Asli Dalam Perkembangan Timika .............. 144
1. Penduduk asli di wilayah Timika ........................................ 144
2. Posisi penduduk asli dalam perkembangan Timika ............. 152
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 159
A. Kesimpulan .............................................................................. 159
B. Saran ........................................................................................ 162
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 164
LAMPIRAN:
A. Dokumen:
1. Surat Keputusan Menteri Pertambangan Republik Indonesia
No. 423/Kpts/M/Pertamb/1972 ......................................................... 165

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 Tahun 1996 ........ 160


3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 1999 ................ 185
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2000 .................. 210
B. Daftar Tabel:
1. Tabel Perekonomian Irian Jaya Masa Kekuasaan
Belanda 1950-1961 ........................................................................... 216
2. Tabel Jumlah Desa dan Keadaan Alam di Kecamatan
Mimika Timur 1992 .......................................................................... 217
3. Tabel Perkembangan Penduduk di Kabupaten
Fak-Fak 1982-1987 ........................................................................... 219
4. Tabel Penduduk di Kabupaten Fak-Fak Menurut Jenis Kelamin
dan Per Kecamatan 1987 ................................................................... 219
5. Tabel Kependudukan di Kecamatan Mimika Timur ......................... 220
6. Tabel Kantor Pemerintahan dan Fasilitas Perdagangan
di Kecamatan Mimika Timur 1992 ................................................... 222
7. Tabel Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kecamatan
Mimika Timur 1992 .......................................................................... 223
8. Tabel Fasilitas SD di Kecamatan Mimika Timur 1992 .................... 224
9. Tabel Nama Kabupaten/Kota, Ibukota kabupaten/Kota,
Jumlah Kecamatan dan desa di Papua 2002 ..................................... 225
10. Tabel Jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan
dan UPT di Papua 2002 .................................................................... 226
11. Tabel Nama Kecamatan, Ibukota Kecamatan
dan Jumlah Desa/Kelurahan di Papua 2002 ...................................... 227
12. Tabel banyaknya Desa menurut Klasifikasi Desa
dan Kabupaten/Kota di Papua 2000 .................................................. 235
13. Tabel Banyaknya Desa/Kelurahan dan Alokasi
Inpres Bantuan Pembangunan Desa Propinsi Papua 200/2001 ........ 236
14. Tabel Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Mimika
Tahun 1992-2002 .............................................................................. 237
15. Tabel Jumlah Murid dan Alokasi Dana Pendidikan Irian Barat ........ 238

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Daftar Peta:
1. Peta Papua/Irian Jaya ......................................................................... 241
2. Peta Kota Timika ............................................................................... 243
3. Peta daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Mimika ............. 244
4. Peta pembagian daerah Kerja PTFI ................................................... 245
5. Peta Area Penambangan Freeport ..................................................... 246
6. Peta Wilayah Suku-suku di Sekitar Pertambangan Freeport ............ 247
D. Daftar Bagan:
1. Bagan Struktur Pemerintahan Adat Suku Amungme ........................ 248
2. Bagan Struktur Pemerintahan Adat Suku Kamoro ........................... 249
E. Daftar Gambar:
1. Gambar Grasberg .............................................................................. 250
2. Gambar Proses Operasi penambangan Freeport ............................... 251
3. Gambar Pelabuhan Pengapalan Freeport .......................................... 253
4. Gambar Daerah Pembuangan Tailing Sungai Aijwa
dan Daerah Pengolahan Tailing ........................................................ 254
5. Gambar Perkampungan Banti dan Rumah Rakyat Tembagapura ..... 255
6. Gambar Kota Tembagapura .............................................................. 256
7. Gambar Kota Kuala Kencana ............................................................ 257
8. Gambar Jean Jaques Dozy ................................................................. 258
9. Gambar Ekspedisi H. Colijn .............................................................. 259
10. Gambar Orang Amungme ................................................................. 260
11. Gambar Orang Kamoro ..................................................................... 262
E. Lain-lain:
Sejarah Singkat PTFI ............................................................................. 264
SUPLEMEN SILABUS ............................................................................... 268

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mendengar kata “Timika” tampaknya masih asing bagi kita. Lain halnya

bila yang kita dengar adalah kata “Papua”, maka kita langsung tahu bahwa

yang dimaksud adalah pulau besar berbentuk kepala burung yang berada di

Indonesia paling Timur. Kata “Papua” juga identik dengan orang yang

berambut keriting dan berkulit hitam yang kita kenal sebagai penduduk asli

Papua. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: “Apa hubungan antara

Timika dengan Papua?”

Papua merupakan pulau terbesar kedua di dunia dengan luas 892.000

km² yang letaknya antara 8o sampai 12o Lintang Selatan dengan iklim tropis.

Berdasarkan perjanjian Den Haag Tanggal 16 Mei 1895, pulau ini dibagi

menjadi dua, yaitu bagian Barat milik Hindia Belanda dan bagian Timur

menjadi milik Jerman. Saat ini bagian Barat Papua menjadi wilayah RI dengan

status Daerah Tingkat I Papua dengan Ibukota Jayapura, Daerah Tingakat I

Irian Jaya Tengah dengan Ibukota Timika, dan Daerah Tingkat I Irian Jaya

Barat dengan Ibukota Sorong. Luas seluruhnya adalah 420.000 km2

merupakan 22% luas seluruh daratan Indonesia. Sedangkan bagian Timur

pulau ini menjadi negara berdaulat dengan nama Papua Nugini (PNG). 1

Perjalanan panjang sejarah Papua diwarnai oleh masa-masa kekuasaan

Pemerintah Belanda. Kekuasaaan Belanda di Irian (nama yang digunakan

1
Amiruddin Al Rahab, Perjuangan Amungme: Antara Freeport dan Militer, Jakarta, ELSAM,
2003, hlm. 14.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk menyebut Papua sebelumnya) diawali ketika pada tahun 1828

pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa daerah Pantai Selatan, mulai

dari garis 141o BT sampai semenanjung Goede Hoop di Pantai Utara, kecuali

daerah-daerah yang dikuasai oleh Sultan Tidore sebagai daerah miliknya.

Pernyataan hak atas daerah tersebut ditandai dengan sebuah upacara

peresmian berdirinya benteng Belanda yang pertama di daratan Irian Jaya

pada tanggal 24 gustus 1828, yaitu pada hari ulang tahun Raja Willem I dari

Belanda. Sejak saat itu negara-negara Eropa mengakui bahwa Belanda adalah

pemilik kedaulatan atas Irian Jaya. 2

Pemerintah kolonial Hindia Belanda terus berkuasa sampai pada

akhirnya Irian Barat yang sebelumnya tergabung dalam Karesidenan Maluku,

setelah Perang Pasifik dijadikan suatu karesidenan tersendiri dalam

pemerintahan Hindia Belanda. Kedudukan propinsi ini diperdebatkan dalam

Konperensi Meja Bundar tahun 1949 yang menyerahkan kedaulatan Hindia

Belanda kepada Indonesia. Pemerintah Belanda melakukan usaha-usaha untuk

tetap mempertahankan Irian Jaya dan hal ini ditentang keras oleh Indonesia.

Kedua belah pihak terus melakukan perundingan-perundingan untuk

memecahkan persoalan ini sampai pada akhirnya Indoensia mencari dukungan

melalui sidang umum PBB, yang menolak permohonan Indonesia dan hal ini

bedampak drastis bagi politik dalam negeri Indonesia menjelang akhir tahun

1957. 3

2
Koentjaraningrat, dkk., Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, Jakarta, Djambatan, 1994,
hlm. 47.
3
Ross Garnaut dan Chris Manning, Perubahan Sosial Ekonomi di Irian Jaya, Jakarta, Gramedia,
1979, hlm. 18.

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setelah masalah-masalah dalam negeri dapat diatasi pada akhir tahun

1961 dilakukan serangan-serangan militer terbatas melawan Belanda di Irian

Barat. Irian Barat akhirnya secara resmi menjadi bagian dari RI tahun 1963

setelah berdasarkan usul-usul Bunker ditandatangani New York Agreement

antara pemerintah Indoensia dan Belanda pada tahun 1962. Pernyataan

bergabung dengan Indonesia dilakukan melalui Penentuan Pendapat Rakyat

(Pepera) tahun 1969. 4

Pulau Papua dialiri oleh sungai-sungai yang besar, dan di beberapa

tempat terdapat danau-danau yang luas. Kontur permukaan Palau Papua

bergunung-gunung dengan tanah yang keras berkapur berwarna abu-abu dan

coklat tua. Secara geografis Palau Papua terbagi dalam tiga daerah pertama

daerah kaki gunung di sebelah Utara, kedua daerah pantai di sebelah Selatan

dan ketiga daerah pegunungan di bagian tengah atau Pegunungan Tengah.

Pegunungan Tengah membelah Papua menjadi dua bagian yang membentang

sepanjang 650 km dari Timur ke Barat.

Pegunungan Tengah yang merupakan punggung Papua, terdiri atas

pegunungan Jayawijaya yang dekat dengan perbatasan Papua Nugini dan

dipisahkan oleh Lembah Baliem dari Pegunungan Sudirman dan Pegunungan

Weyland yang terletak di sebelah Barat Danau Paniai. Sementara itu daerah

Selatan merupakan dataran aluvial yang sangat luas, yang dialiri sungai-sungai

seperti Sungai Digul, Braza, Lorentz, Cemara dan Otakwa dengan anak-anak

sungainya yang berhulu di Pegunungan Tengah dan bermuara di Laut Arafuru.

4
Ibid., hlm. 19. Proses integrasi Papua ke Indonesia dan dampak politiknya bagi orang Papua lihat
John R.G. Djopari, Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (Jakarta: Grasindo, 1993).

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dataran ini membentang mulai dari Mimika di Barat sampai ke Merauke di

Timur. 5

Pulau Papua memiliki curah hujan dan kelembaban yang rendah

sehingga kaya akan hutan tropis dengan flora dan fauna yang beraneka ragam.

Penduduk asli yang mendiami pulau ini adalah rumpun bangsa Melanesia

yang terdiri atas berbagai suku dan tinggal berpencar. Saat ini telah

diidentifikasi sekitar 250 suku yang mendiami pulau terbesar di Indonesia ini.

Suku-suku besar diantaranya adalah Suku Tor dan Bgu yang tinggal di daerah

Pantai Utara Irian, Suku Asmat dan Marind Anim yang tinggal di daerah

Selatan Irian yaitu Merauke, Suku Ngalum dan Auwyu yang tinggal di daerah

perbatasan antara Irian dan Papua New Guinea dan Suku-suku yang tinggal di

daerah tengah yaitu di sekitar Pegunungan Jaya Wijaya dan Kabupaten

Mimika seperti Suku Dani, Moni, Kamoro, Amungme, Nduga, Ekagi dan

Sempan. Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah-daerah pantai dan

masih menjalankan pola-pola kehidupan tradisional. Mereka menggunakan

bahasa yang beraneka ragam, misalnya bahasa-bahasa Austronesia (rumpun

bahasa Indoensia, Malaysia, Filipina, Malagasi, pulau-pulau Lautan Teduh

dan penduduk asli Taiwan) yang bercampur dengan bahasa Papua. 6

Beberapa daerah pantai Irian Jaya sudah lama mempunyai kontak

dengan saudagar-saudagar budak dan pelaut-pelaut lain dari Kepulauan

Melayu sebelum kedatangan orang Eropa. Melalui kontak tersebut penduduk

di Kepulauan Raja Ampat, Kepala Burung dan bagian Teluk Cendrawasih

5
Amiruddin Al Rahab, Op. cit., hlm. 15.
6
Ross Garnaut dan Chris Manning, Op. cit., hlm. 5-13.

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mulai menggunakan alat-alat dari logam. Perubahan yang mendasar dan

meluas kemudian terjadi pada abad ke-20 melalui interaksi dengan masyarakat

Eropa dan Asia yang telah beperadaban lebih maju yang datang ke Papua.

Orang-orang Eropa datang ke Papua berkaitan dengan perindustrian yang

tumbuh pesat di Benua Eropa dan Amerika abad ke-19 dan abad ke-20.

mereka melakukan eksplorasi ke berbagai daerah di luar Benua Eropa dan

Amerika untuk mencari bahan mentah industri mereka.

Eksplorasi awal mereka di Irian Jaya berhasil menemukan sumber-

sumber minyak tanah, dan dari sinilah pada tahun 1935 sejumlah perusahaan

besar Belanda, Inggris dan Amerika menggabungkan sejumlah modal dan

mendirikan perusahaan gabungan eksplorasi bahan-bahan minyak tanah di

Irian Jaya yang disebut NNGPM (Nederlandsch Nieuw-Guinee Petrolieum

Maatschappij). Pemerintah jajahan Hindia Belanda yang pada saat itu sebagai

penguaasa di Irian Jaya memberikan hak konsesi kepada NNGPM seluas

kurang lebih sepertiga daerah Irian Jaya. 7

Industri minyak kemudian berkembang di Irian Jaya yang diikuti dengan

semakin meluasnya kegiatan eksplorasi ke berbagai daerah di pedalaman Irian

Jaya. Pemerintah Belanda mengirim para sarjana dari berbagai disiplin ilmu

(Zoologi, Botani, Kehutanan, Geologi, Geografi dan Antropologi) dari negeri

Belanda untuk memperoleh gambaran daerah kekuasaanya sekaligus

mengembangkan peta Irian Jaya. Dari berbagai eksplorasi yang dilakukan

akhirnya ditemukan sumber bahan tambang tembaga di Gunung Etsberg oleh

7
Koentjaraningrat, dkk., Op. cit., hlm. 61. Konsesi adalah izin untuk membuka tambang.

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jean Jacques Dozy dalam ekspedisi Colijn yang akan mendaki puncak Ngga

Pulu (Puncak Cartensz) pada tahun 1936. Dikarenakan pecah Perang Dunia II,

temuan Jean Jecques Dozy ini baru ditindaklanjuti pada tahun 1960 oleh

Forbes K. Wilson, seorang geolog sekaligus manajer eksplorasi dari Freeport

Sulphur Company dari Lousiana Amerika Serikat. Kedatangan Forbes K.

Wilson ke Papua tahun 1960 inilah yang menjadi awal sejarah berdirinya kota

Timika, karena dari sinilah mulai dirintis upaya-upaya Freeport Sulphur

Company untuk menjalankan usahanya mengeksplorasi bahan tambang

tembaga di Papua.

Timika adalah Ibukota Kabupaten Mimika sekaligus Ibukota Propinsi

Irian Jaya Tengah. Kabupaten Mimika semula adalah bagian dari Kabupaten

Fakfak dan dimekarkan sebagai Kabupaten Administratif pada tahun 1996,

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 1996. Kemudian pada tahun

2000, berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 2000 beralih status menjadi

daerah otonom, yaitu Kabupaten. 8

Timika mulai berdiri pada akhir tahun 1960-an ketika Freeport

memastikan untuk memperluas kegiatan pertambangannya di Ertsberg

(Gunung Bijih) di dekat Puncak Jaya, Irian Jaya. 9 Timika berasal dari kata

8
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Kabupaten Mimika di Wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya, dalam Lembar Negara No. 38/1996 dan Tambahan
Lembar Negara No. 3650; Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 1999 Tentang
Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong, dalam Lembar Negara No.
1999/173; Tambahan Lembar Negara No. 3894; Undang-Undang Republik Indonesia No. 5
Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 1999,
dalam Lembar Negara No. 72/2000 dan Tambahan Lembar Negara No. 3960. Lihat lampiran 2,
3 & 4.
9
George A. Mealey, Grasberg, Singapore, Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc., 1996, hlm.
321.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Timiko” yang artinya buaya, yaitu untuk menyebut daerah yang banyak

buayanya. 10 Dalam peta Belanda kuno dikenal nama “Timoeka” untuk

menyebut Timuka, yaitu daerah pemukiman suku Kamoro yang berada di tepi

pantai. Daerah tersebut sekarang dikenal dengan pantai Timika. 11

Sebelum menjadi Ibukota Kabupaten sekaligus Ibukota Propinsi, pada

awalnya Timika adalah nama lapangan udara di Kecamatan Mimika Timur,

Kabupaten Fakfak, Propinsi Irian Jaya yang dibangun oleh PT. Freeport

Indonesia untuk memperlancar kegiatan operasionalnya. Timika kemudian

digunakan untuk menyebut wilayah di sekitar lapangan udara tersebut, karena

keberadaannya telah membuka isolasi wilayah ini sehingga Kecamatan

Mimika Timur dikenal oleh “dunia luar”. Timika berkembang menjadi pusat

kegiatan penduduk di Kecamatan Mimika Timur. 12 Timika akhirnya

ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Mimika sekaligus Ibukota Propinsi

Irian Jaya Tengah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45

Tahun 1999.

Luas wilayah Kabupaten Mimika 19.592 km2. Kabupaten ini terletak

pada lokasi antara 136° Bujur Timur - 138° Bujur Timur dan 4° Lintang

Selatan - 5° Lintang Selatan. Sebagai daerah khatulistiwa, Kabupaten Mimika

memiliki dua musim yaitu hujan dan kemarau. Keadaan geografisnya sangat

bervariasi, terdiri dari dataran rendah yang berawa-rawa, tebing dan

pegunungan. Batas wilayah fisiknya, sebelah Utara pegunungan (Jayawijaya),

10
S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud, 1995,
hlm. 7.
11
George A. Mealey, Op. cit., hlm. 321-322.
12
S. Budhisantoso, dkk., Op. cit., hlm. 15.

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebelah Selatan laut (Arafuru), sebelah Timur hutan dan sebelah Barat rawa-

rawa. 13

Secara administratif Kabupaten Mimika dibatasi oleh:

1. Sebelah Utara: Kecamatan Uwapa, Mapia dan Kamu, Kabupaten Nabire,

Kecamatan Tigi, Tigi Timur dan Paniai Timur, Kabupaten Paniai serta

Kecamatan Ilaga dan Beoga, Kabupaten Puncak Jaya, Propinsi Iraian Jaya

Timur;

2. Sebelah Timur: Kabupaten Merauke, Propinsi Irian Jaya Timur;

3. Sebelah Selatan: Laut Arafuru; dan

4. Sebelah Barat: Kabupaten Fakfak, Propinsi Irian Jaya Barat. 14

Di samping pendatang, terdapat berbagai macam suku yang tinggal di

Kabupaten Mimika. Suku terbesar yang merupakan penduduk asli adalah

Amungme dan Kamoro, sementara suku-suku lain seperti Dani, Moni, Lani,

Damal dan Ekari dianggap “pendatang” oleh suku Amungme dan Kamoro.

Penduduk asli yang paling mendominasi dalam sejarah Kota Timika adalah

suku Amungme dan Kamoro.

Penduduk Kabupaten Mimika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan dan penduduk yang tinggal di

wilayah pedesaan. Penduduk di wilayah perkotaan terkonsentrasi di kota

Timika dan Tembagapura. Sementara penduduk di pedesaan tinggal di daerah

rawa-rawa dan pegunungan.

13
Ibid., hlm. 7.
14
Lihat Peta Papua pada lampiran 14.

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penduduk Kota Timika majemuk, berasal dari bermacam-macam latar

belakang budaya, pekerjaan, agama dan pendidikan. Mereka berasal dari

berbagai daerah di Indonesia terutama Pulau Jawa dan Sumatra. Sudah dapat

dipastikan bahwa penduduk Tembagapura dan Kuala Kencana adalah

karyawan PT. Freeport Indonesia, selebihnya adalah pegawai negeri, TNI,

petani, nelayan, pedagang dan pengusaha. 15

Sementara itu penduduk pedesaan umumnya relatif homogen. Kampung-

kampung di wilayah rawa dihuni oleh suku Kamoro. Mata pencaharian

mereka pada umumnya adalah peramu sagu, pencari ikan dan pemburu babi

hutan. Sebagian besar hasil produksinya dijual di pasar Timika. Sedangkan

kampung-kampung di daerah pegunungan dihuni oleh suku Amungme. Mata

pencaharian mereka berkebun dengan tanaman utamanya ubi dan keladi. Pada

umumnya tanaman kebun mereka adalah tanaman yang laku di pasar. 16

Kota Timika tumbuh secara perlahan-lahan sejalan dengan

perkembangan pemerintahan, perdagangan dan industri pertambangan yang

dikelola oleh PT. Freeport Indonesia. Perkembangan Kota Timika ini

ditunjukkan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, semakin

meningkatnya bangunan infrastruktur sebagai fasilitas hidup dan perubahan

status yang semula hanya nama sebuah lapangan udara di Kecamatan Mimika

Timur menjadi Ibukota Kabupaten Mimika Timur sekaligus Ibukota Propinsi

Irian Jaya Tengah.

15
Gambar Kota Tembagapura dan Kuala Kencana dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26.
16
S. Budhisantoso, dkk., Op. cit., hlm. 6.

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perkembangan penduduk dan infrastruktur di Timika mulai terlihat jelas

pada tahun 1985, yaitu ketika Freeport membeli sebuah area orang Amungme

untuk membangun perumahan Timika Indah yang diperuntukkan bagi

karyawan Freeport beserta keluarganya. Melihat perkembangan tersebut

pemerintah Indonesia segera membangun kantor transmigrasi dan transmigran

pertama yang sampai adalah dari Jawa. Lebih dari 2.300 keluarga transmigran

sekarang tinggal di Timika. Mereka tinggal di area pemukiman yang disebut

“SP”, yaitu Satuan Pemukiman yang kemudian berkembang menjadi desa

seperti Kamora Jaya, Timika Jaya dan Karang Senang. Di samping Freeport,

kedatangan para transmigran ini sangat berperan dalam menumbuhkan dan

mengembangkan perekonomian di Timika. Bersama pemerintah, Freeport dan

para kontraktor, mereka mulai membangun berbagai usaha baik jasa maupun

produksi di berbagai sektor dengan segala fasilitas yang diperlukan. Kota

Timika tumbuh sebagaimana kota-kota lain di Indonesia dengan berbagai

sarana pendukung, seperti gedung-gedung sekolah, rumah sakit, kantor pos,

pasar, bank, pertokoan, rumah ibadat, restauran, hotel dan gedung film,

dimana kesemuanya itu letaknya saling berdekatan satu sama lain serta dapat

dijangkau dengan taxi atau minibus. 17

Di Timika sering terjadi konflik, semula konflik antar suku, kemudian

antara suku asli dengan pendatang, antara suku asli dengan PT. Freeport dan

dalam perkembangan terakhir antara masyarakat dengan pemerintah. Sejak

berdirinya, keberadaan PT. Freeport telah ditentang oleh masyarakat sekitar

17
George A. Mealey, Op. cit., hlm. 325-327.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terutama penduduk asli. Oleh karena itu topik mengenai “Sejarah

Perkembangan Kota Timika: Studi Kasus Dampak Berdirinya PT. Freeport

Indonesia Tahun 1960-2001” ini penting untuk diteliti, mengapa keberadaan

PT. Freeport ditentang, apa dampak keberadan PT. Freeport bagi lingkungan

fisik dan sosial sekitar, apa pengaruh PT. Freeport terhadap perkembangan

Kota Timika, dan bagaimana posisi penduduk asli terhadap perkembangan

Kota Timika.

Kota Timika memang kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia secara

umum tetapi kota yang letaknya terpencil jauh di antara gunung-gunung yang

tinggi ini, ternyata kota yang dengan cepat dapat berkembang dan jauh lebih

modern daripada kota-kota lain di wilayah Irian Jaya.

Penulis ingin mengangkat dan memperkenalkan Kota Timika pada

masyarakat Indonesia secara umum dan pembaca tulisan ini khususnya,

sebagai kota yang dapat dibanggakan dengan keindahan alam dan strukturnya

serta potensi mineralnya yang melimpah. Gunung-gunung di wilayah ini

ternyata gunung emas yang sangat bermanfaat bagi pembangunan nasional

terutama dari sektor ekonomi. Hal yang paling disesalkan adalah bahwa

kekayaan alam yang tidak ternilai itu jatuh atau dikelola oleh pengusaha asing.

Indonesia hanya mendapat bagian 1% dari keuntungan yang diperoleh (tidak

termasuk pajak). Sungguh sangat ironis, kekayaan tanah air yang bernilai

trillyunan dollar Amerika Serikat hanya sedikit yang dinikmati oleh bangsa

sendiri.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembahasan masalah dalam penelitian ini mengambil batas waktu antara

tahun 1960-2001. Pembatasan waktu ini dilakukan untuk mempermudah

pengumpulan data historis yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan

dalam penelitian ini. Data historis adalah bahan keterangan mengenai proses

perkembangan historis dan gejala-gejala sosial dalam perurutan temporal yang

mengandung dimensi waktu serta memberikan stempel-stempel pembentuk

sehingga terwujud keadaan seperti sekarang ini. 18 Oleh karena itu penulis

memilih batas waktu antara tahun 1960-2001 karena dalam kurun waktu

tersebut telah tersedia sumber data bagi penulisan penelitian ini. Tahun 1960

adalah awal munculnya Kota Timika dan tahun 2001 adalah saat dimulainya

babak baru dalam sejarah perkembangan Kota Timika sebagai Ibukota

Kabupaten sekaligus Ibukota Propinsi yang berarti akhir dari perkembangan

babak sebelumnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, untuk membahas

“Sejarah Perkembangan Kota Timika: Studi Kasus Dampak PT. Freeport

Indonesia Tahun 1960-2001” dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses awal berdirinya Kota Timika?

2. Apa pengaruh PT. Freeport Indonesia terhadap lingkungan fisik di

sekitarnya dan masyarakat Kota Timika?

18
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung, Mandar Maju, 1990, hlm. 243.

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Bagaimana perkembangan Kota Timika tahun 1960-2001?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan proses awal berdirinya Kota Timika.

b. Mendeskripsikan pengaruh PT. Freeport Indonesia terhadap

lingkungan fisik di sekitarnya dan masyarakat Kota Timika.

c. Mendeskripsikan perkembangan Kota Timika tahun 1960-2001.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak, antara lain:

a. Memberikan gambaran mengenai sejarah perkembangan kota Timika:

studi kasus dampak PT. Freeport Indonesia tahun 1960-2001 yang

dapat dijadikan sebagai acuan atau pembanding bagi penelitian lain

dengan aspek atau pendekatan yang berbeda.

b. Memperkaya khasanah pengetahuan ilmu sejarah khususnya mengenai

sejarah perkembangan kota Timika: studi kasus dampak PT. Freeport

Indonesia tahun 1960-2001.

c. Memperluas cakrawala pengetahuan para pembaca mengenai sejarah

kota, khususnya sejarah perkembangan kota Timika: studi kasus

dampak PT. Freeport Indonesia tahun 1960-2001.

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

1. Kajian Pustaka

a. Sumber primer

Untuk menjawab pemasalahan-permasalahan dalam penelitian ini

penulis menggunakan beberapa sumber primer yaitu beberapa

dokumen pemerintah yang berupa undang-undang, peraturan

pemerintah dan surat keputusan menteri. Dokumen-dokumen tersebut

antara lain: Lembaran Negara No. 38/1996 dan Tambahan Lembar

Negara No. 3650 Tentang Pembentukan Kabupaten Mimika di

Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya; Lembaran Negara No.

1999/173 dan Tambahan Lembar Negara No. 3894 Tentang

Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,

Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan

Kota Sorong; Lembaran Negara No. 72/2000 dan Tambahan Lembar

Negara No. 3960 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik

Indonesia No. 45 Tahun 1999. Peraturan Daerah Kabupaten Mimika

Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Rencana Strategis Kabupaten Mimika

Tahun 2002-2006; SK Menteri Pertambangan No.

432/Kpts/M/Pertamb/1972 Mengenai Perusahaan Jasa Pertambangan

di Luar Minyak dan Gas Bumi.

b. Sumber sekunder

Untuk menjelaskan beberapa teori yang terkait dalam penelitian

ini, penulis menggunakan sumber sekunder yang berupa buku-buku.

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Diantaranya untuk menjelaskan pengertian sejarah penulis

menggunakan sumber dari buku-buku karangan para sejarawan dalam

dan luar negeri, antara lain: Pengantar Ilmu Sejarah, karya

Kuntowijoyo, diterbitkan oleh Yayasan Bentang Budaya,Yogyakarta,

1999; Mengerti Sejarah, karya Louis Gottchalk, Terj. Nogroho

Notosusanto, diterbitkan oleh UI-Press, Jakarta, 1985 dan; Pendekatan

Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, karya Sartono Kartodirdjo,

diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1992.

Untuk menjelaskan teori perkembangan kota penulis

menggunakan buku-buku yang membahas tentang kota, antara lain

adalah: Kota di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota Dalam Tiga

Bagian, karya P.J.M. Nas, Terj. & Ed. Sukanti Suryochondro,

diterbitkan oleh Bhratara karya Aksara, Jakarta,1979; Seluk Beluk

Masyarakat Kota (Pusparagam Sosiologi Kota), karya N. Daldjoeni,

diterbitkan oleh Alumni, Bandung, 1982; Interaksi Desa-Kota dan

Permasalahannya, karya Bintarto, diterbitkan oleh Ghalia Indah,

Jakarta, 1983; Perkembangan Kota dan Permasalahannya, karya

Rahardjo, diterbitkan oleh PT. Bina Aksara, Jakarta, 1983; Sejarah

Perkembangan Sosial Kota Yogyakarta 1880-1930, karya

Abdurrachman Surjomihardjo, diterbitkan oleh Yayasan Untuk

Indonesia, Yogyakarta, 2000; Pembangunan Masyarakat: Tinjauan

Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan, karya H. Khairuddin,

diterbitkan oleh Liberty, Yogyakarta, 2000 dan; Ensiklopedi Ilmu-ilmu

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sosial, karya Adam Kuper & Jessica Kuper, diterbitkan oleh PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Sementara itu buku-buku yang membahas tentang kota Timika

secara khusus masih sangat terbatas karena disamping kota ini masih

tergolong baru tumbuh juga dikarenakan belum banyak ahli sejarah

yang berminat mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul di

kota ini, mengingat letaknya yang jauh dan sulit dijangkau serta

keberadaannya yang tidak begitu berpengaruh bagi kehidupan

masyarakat luas.

Oleh karena itu sebagai bahan studi pustaka, untuk menjawab

permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini penulis menggunakan

sumber-sumber sekunder yang berupa buku-buku tentang Irian Jaya

atau Papua secara umum dan sumber-sumber lain dari internet dan

koran yang membahas tentang PT. Freeport dan kota Timika. Buku-

buku tersebut antara lain: Grasberg, karya George A. Mealey,

diterbitkan oleh Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc., Singapore,

1996. Buku ini berisi tentang sejarah PT. Freeport Indonesia dan

berbagai hal yang terkait dengan kegiatan operasionalnya, termasuk

mengenai berdirinya kota Timika.

Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya, karya Ronald

G. Petocz, diterbitkan oleh Pustaka Grafitipers, Jakarta, 1987. Buku ini

memaparkan tentang keadaan ekologi Irian Jaya dan dampak

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

operasional PT. Freeport Indonesia bagi lingkungan cagar alam di

sekitarnya.

PT. Freeport Indonesia dan Masyarakat Adat Suku Amungme,

karya Tom Beanal dan August Kafiar, diterbitkan oleh Forum Lorentz,

2000. buku ini menggambarkan peranan masyarakat adat suku

Amungme dalam menuntut hak-haknya berkaitan dengan tanahnya

yang diambil untuk eksplorasi tambang emas PT. Freeport Indonesia.

Amungme: Magaboarat Negel Jombei-Peibei, karya Tom

Beanal, diterbitkan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, 1997.

Buku ini menguraikan tentang kebudayaan suku Amungme, yaitu

salah satu suku yang tinggal di Timika.

Buku-buku lain yang digunakan adalah: Masyarakat Terasing

Amungme di Irian Jaya, karya S. Budhisantoso, dkk., diterbitkan oleh

Depdikbud RI, Jakarta, 1995; Perjuangan Amungme: Antara Freeport

dan Militer, karya Amiruddin al Rahab dan Aderito Jesus de Soares,

diterbitkan oleh ELSAM, Jakarta, 2003; Konflik Pembangunan dan

Gerakan Sosial Politik di Papua, karya Ngadisah, diterbitkan oleh

Pustaka Raja, Yogyakarta, 2003; Pemberontakan Organisasi Papua

Merdeka, karya John R.G. Djopari, diterbitkan oleh Grasindo, Jakarta,

1993; Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua, Agus

Sumule (Ed), diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003;

Perubahan Sosial-Ekonomi di Irian Jaya, karya Ross Garnaut dan

Chris Manning, diterbitkan oleh PT. Gramedia, Jakarta, 1979; dan

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Menuju Papua Baru, karya Benny Giay, diterbitkan oleh Deiyai,

Jayapura, 2000.

Di samping sumber-sumber yang telah disebutkan di atas, penulis

juga menggunakan sumber-sumber lain yang diperoleh dari website

koran dan majalah.

2. Landasan Teori

Dalam membahas sejarah perkembangan kota Timika: studi kasus

dampak PT. Freeport Indonesia tahun 1960-2001, terkait dengan beberapa

teori yang memandu penulis untuk menyelidiki permasalahan yang

dihadapi sekaligus membantu pembaca untuk dapat memahami isi dari

hasil penelitian ini secara menyeluruh dan mendalam. Teori-teori tersebut

antara lain adalah sosiologi, perubahan sosial, antropologi dan geografi

yang digunakan penulis untuk menjelaskan pengertian sejarah,

perkembangan kota, Timika dan PT. Freeport Indonesia.

a. Sejarah

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti

terjadi, syajarah berarti pohon dan syajarah an-nasab berarti pohon

silsilah. 19 Orang Indonesia kemudian menyebutnya dengan kata

sejarah. Berdasarkan asal kata tersebut secara harafiah sejarah dapat

diartikan sebagai suatu percabangan genealogis dari suatu kelompok

keluarga yang digambarkan sebagai profil pohon.

19
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya, 1999, hlm. 1.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada mulanya kata sejarah dimaksudkan sebagai gambaran

silsilah atau keturunan, asal-usul dan riwayat. Misalnya Babad Tanah

Djawi dan Hikayat Raja-raja Pasai yang termasuk dalam historiografi

tradisional yang isinya menggambarkan asal-usul keturunan (silsilah).

Pengertian sejarah kemudian berkembang, bukan lagi riwayat, silsilah

atau asal-usul tetapi nama cabang ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu

yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan tinggi. Sejarah dalam

bahasa Inggris sama dengan history yang berasal dari kata benda

Yunani istoria, yang berarti ilmu. Seorang filsuf Yunani yang bernama

Aristoteles mengartikan istoria sebagai keterangan yang sistematis dari

sejumlah fenomena atau gejala alam. Kemudian diartikan menjadi

keterangan yang sistematis dari gejala-gejala alam terutama mengenai

manusia yang bersifat kronologis, sedangkan gejala-gejala alam yang

tidak bersifat kronologis disebut scientia atau scince. 20 Kata sejarah

dalam bahasa Jerman adalah Geschichte yang berasal dari kata

geschehen yang berarti terjadi. Geschichte adalah sesuatu yang telah

terjadi. Jadi definisi yang paling umum dari kata history (sejarah)

adalah masa lampau umat manusia. 21

Sementara itu Kuntowijoyo mendefinisikan sejarah sebagai

rekonstruksi masa lalu, yaitu mengenai apa yang sudah dipikirkan,

dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh manusia. 22 Definisi

20
Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nogroho Notosusanto, Jakarta, UI-Press, 1985, hlm.
27.
21
Loc. cit.
22
Kuntowijoyo, Op. cit., hlm. 17.

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Sartono

Kartodirdjo yang menyebutkan sejarah sebagai konstruk, yaitu suatu

sintesis dari kerangka pikiran yang mencakup semua fakta dalam

kehidupan manusia yang disusun dan dihubung-hubungkan sesuai

dengan desain dengan menggunakan alat-alat analitis seperti konsep

dan teori. 23

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah hasil

pengkisahan atau penggambaran tentang peristiwa-peristiwa atau

kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi dalam kehidupan umat

manusia di masa lampau. Unsur utama sejarah adalah kejadian masa

lalu dengan konsep dasarnya waktu (time), ruang (space), kegiatan

manusia (human activities), perubahan (change) dan kesinambungan

(continuity). Maksudnya adalah bahwa sejarah merupakan kejadian-

kejadian dari hasil kegiatan manusia di masa lalu yang terikat oleh

ruang dan waktu, memiliki daya ubah atau pengaruh terhadap

kehidupan umat manusia dan antara peristiwa satu dengan peristiwa

lainnya memiliki hubungan sebab-akibat serta berkesinambungan.

Dengan demikian sejarah memiliki ciri khas yaitu hanya sekali terjadi

atau peristiwa tunggal atau tidak berulang dan mempunyai makna bagi

kehidupan umat manusia.

Salah satu fungsi utama sejarah dalam dunia pendidikan adalah

mengabdikan pengalaman-pengalaman masyarakat di waktu yang

23
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama, 1992, hlm. 18-19.

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lampau, yang sewaktu-waktu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

masyarakat dalam memecahkan problema-problema yang dihadapi.

Melalui sejarah nilai-nilai masa lampau dapat dipetik dan digunakan

untuk menghadapi masa kini. Oleh karena itu tanpa sejarah manusia

tidak akan mampu membangun ide-ide tentang konsekuensi dari apa

yang dilakukannya. Dengan kata lain, melalui sejarah kita dapat

menyadari kemampuan kita. Sejarah memberikan identitas bagi suatu

bangsa dan negara karena jati diri bangsa dan negara diketahui dari

sejarahnya. 24

b. Perkembangan kota

1) Perkembangan

Perkembangan menurut Poerwadarminta adalah perihal

berkembang, yang mempunyai empat arti, yaitu mekar terbuka atau

membentang, menjadi besar (luas, banyak), menjadi bertambah

sempurna dan menjadi banyak (merata, meluas). 25 Perkembangan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses perubahan

dari suatu titik ke titik lain yang lebih luas dan kompleks, yaitu

perkembangan kota Timika dari awal berdirinya tahun 1960-an

sampai menjadi sebuah ibu kota Kabupaten sekaligus ibu kota

Propinsi pada tahun 2001. Perkembangan tersebut dilihat dari

sudut pandang ekonomi, sosial-budaya dan politik.

24
I Gde Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta,
Depdikbud, 1989, hlm. 8.
25
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989, hlm. 414.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Kota

Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya

mengenai kota. Poerwadarminta menerangkan bahwa kota adalah

daerah perkampungan yang terdiri atas bangunan rumah yang

merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan

masyarakat, daerah yang merupakan pusat kegiatan pemerintahan,

ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. 26

Menurut J. Gonda seperti dikutip oleh Abdurrachman

Surjomihardjo kata kota merupakan kata pinjaman dari bahasa

Sansekerta. Kata kota terdapat dalam bahasa Jawa Kuno dan

bahasa Sunda dengan arti yang tidak jauh berbeda dari bahasa

asalnya. Kata kota juga terdapat dalam bahasa Melayu, Minang

Kabau, Toba Batak (Huta) dan Karo Batak yang diartikan sebagai

desa yang dipertahankan atau desa sebagai satuan politik. 27

Sementara itu Bintarto mendefinisikan kota dari segi

geografi, kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan

manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi

dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan

coraknya yang materialistis. Dengan kata lain Bintarto

mendefinisikan kota sebagai bentang budaya yang ditimbulkan

oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala

pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan


26
Ibid., hlm. 463.
27
Abdurrachman Surjomihardjo, Sejarah Perkembangan Sosial Kota Yogyakarta 1880-1930,
Yogyakarta, Yayasan Untuk Indonesia, 2000, hlm. 5-7.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan

daerah belakangnya. 28

Pengertian tentang kota juga dikemukakan oleh beberapa

sosiolog luar negeri, antara lain sosiolog Belanda bernama

Grunfeld yang mendefinisikan kota sebagai suatu pemukiman yang

kepadatan penduduknya lebih besar daripada kepadatan wilayah

nasional, dengan struktur matapencarian non agraris dan tata guna

tanah beraneka serta dengan pergedungan yang berdirinya

berdekatan. 29 Sosiolog Chicago Louis Wirth merumuskan kota

sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni

oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. 30

Max Weber mengembangkan suatu tipe kota ideal, yaitu

suatu komunitas perkotaan dengan pasar sebagai institusi

sentralnya, ditunjang oleh suatu sistem administratif dan hukum

yang otonom, dan menyerupai suatu asosiasi yang menerangkan

segenap unsur dari kehidupan perkotaan itu sendiri. 31

Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para

ahli di atas mengenai kota, maka untuk merumuskan pengertian

kota terkait dengan sejumlah aspek, yaitu morfologi (bentuk fisik

kota), jumlah penduduk, aspek sosial, ekonomi dan hukum. Unsur-

28
Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta, Ghalia Indah, 1983, hlm. 36.
29
N. Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (Pusparagam Sosiologi Kota), Bandung, Alumni,
1982, hlm. 41.
30
P.J.M. Nas, Kota di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota Dalam Tiga Bagian, Terj. & Ed.
Sukanti Suryochondro, Jakarta, Bhratara Karya Aksara, 1979, hlm. 29.
31
Adam Kuper & Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2000, hlm. 111.

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

unsur yang menjadi ciri pokok bagi suatu kota dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu unsur fisis dan sosial. Unsur fisis meliputi

adanya bangunan pertokoan, pasar, gedung-gedung sekolah, daerah

terbuka untuk rekreasi, jalan kereta api, mobil dan kendaraan

lainnya. Sedangkan unsur sosial meliputi adanya pelapisan sosial-

ekonomi, sifat individualisme dan kurangnya toleransi sosial,

adanya jarak dan penilaian sosial. Dalam penelitian ini pengertian

kota yang dipakai adalah wilayah yang dihuni oleh banyak orang

dengan berbagai sarana dan kebutuhan yang lebih modern

dibandingkan desa. 32

Pengertian mengenai kota ditekankan pada sifat dan ciri

kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Antara

masyarakat pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan dalam

perhatian, khususnya terhadap keperluan hidup. Di desa yang

diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan utama

kehidupan, hubungan-hubungan untuk memperhatikan fungsi

pakaian, makanan, rumah dan sebagainya. Sedangkan di kota,

orang sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup sehubungan

dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Misalnya bila

menghidangkan makanan, yang diutamakan adalah bahwa

makanan yang dihidangkan tersebut memberikan kesan bahwa

32
Bintarto, Op. cit., hlm. 43-47. Hal senada juga diungkapkan oleh Daldjoeni, Seluk Beluk
Masyarakat Kota (Bandung: Alumni, 1982) yang mengemukakan ciri-ciri sosial kota dengan
beberapa gejala, yaitu heterogenitas sosial, hubungan sekunder, toleransi sosial, kontrol
sekunder, mobilitas sosial, ikatan sukarela, individualisasi dan segregasi keruangan.

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang

tinggi, yaitu dengan menghidangkan makanan kaleng pada tamu.

Makanan yang dihidangkan orang kota harus kelihatan mewah,

tempat menghidangkannya juga harus mewah dan terhormat.

Orang desa tidak mempedulikan hal itu, mereka masak makanan

sendiri tanpa peduli apakah tamunya suka atau tidak. Dari sini

terlihat adanya perbedaan penilaian antara orang desa dan kota,

orang desa menilai makanan sebagai suatu alat untuk memenuhi

kebutuhan biologis sedangkan orang kota melihat sebagai alat

untuk memenuhi kebutuhan sosial.

Demikian pula mengenai pakaian, bagi orang desa bentuk

dan warna pakaian tak menjadi soal karena yang terpenting adalah

fungsi pakaian yang dapat melindungi diri dari panas dan dingin.

Bagi orang kota, nilai pakaian adalah alat kebutuhan sosial,

mahalnya bahan pakaian yang dipakai merupakan perwujudan

kedudukan sosial pemakainya. Ada beberapa ciri lain yang

menonjol dari masyarakat kota, yaitu berkurangnya kehidupan

keagamaan, hidup mandiri, terdapat pembagian kerja yang tegas

dan batas-batas yang nyata, pemikiran yang rasional, pentingnya

faktor waktu karena jalan kehidupan yang cepat dan perubahan-

perubahan sosial yang tampak nyata. 33

33
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001, hlm.
169-171.

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perlu diketahui pula bahwa kota dan daerah perkotaan adalah

dua istilah yang berbeda karena ada dua pengertian, kota untuk city

dan daerah perkotaan untuk urban. Istilah city diidentikkan dengan

kota, sedangkan urban merupakan suatu daerah yang memiliki

suasana kehidupan dan penghidupan modern yang disebut daerah

perkotaan.

Budaya perkotaan bermula di enam daerah peradaban kuno

yang terpisah, yaitu Mesopotamia, lembah sungai Nil dan Indus,

Cina Utara, Mesoamerica, Pegunungan Andes dan kawasan

Yorubaland di Afrika Barat. Di pusat-pusat pemukiman itu

terdapat sentral monarki dan lembaga keagamaan yang masing-

masing memiliki staf administrasi dan pengawal resmi yang

berkuasa mengendalikan para petani dan penduduk di tempat-

tempat sekitarnya dan memanfaatkannya. Bangunan-bangunan

pusat budaya suku berkembang menjadi serangkaian kompleks

arsitektur monumental yang meliputi candi-candi, piramida, istana,

gedung peradilan dan sebagainya.

Selain sebagai cikal bakal suatu kota tempat-tempat tersebut

merupakan awal dari peradaban dan lembaga kenegaraan. Tempat-

tempat tersebut menjadi awal pusat perkotaan karena kapasitasnya

mengorganisir kahidupan di seluruh pelosok wilayah sekitarnya,

yang terutama dilangsungkan melalui kontrol simbolik. Pada saat

itu penduduk tidak tinggal di pusat-pusat keramaian melainkan

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terpencar di berbagai tempat dan mereka hanya datang ke pusat

keramaian atau kota untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan ritual

yang penting. Namun karena adanya ancaman dan faktor lain dari

waktu ke waktu, semakin dirasakan perlunya meningkatkan kontrol

politik yang kemudian diikuti dengan meningkatnya konsentrasi

penduduk di pusat-pusat keramain. Perkembangan tersebut juga

terjadi di Eropa tetapi prosesnya lebih kompleks, tidak hanya

perkembangan politik ritual. Pada masa itu kota merupakan pusat

kekuasaan dan konsumen, perdagangan dan industri belum

memainkan peranan penting. Pada abad pertengahan di Eropa

Barat mulai muncul urbanisme dan kerajaan-kerajaan kuno serta

kota-kota mulai merosot. Kegiatan komersial menjadi landasan

utama urbanisme sehingga bisnis menjadi elemen dominan di kota-

kota. Dalam waktu yang relatif cepat kota-kota tersebut

berkembang menjadi otonom dan independen dari struktur sosial

feodal yang mengelilinginya. 34

Di Swedia, Polandia dan Romania yang disebut urban adalah

kota-kota dan kabupaten yang termasuk dalam wilayah

administrasi urban. Di Hongaria suatu pemukiman disebut urban

bila pemukiman tersebut memenuhi persyaratan “urban” dan tidak

memandang besar kecilnya daerah pemukiman. Di Australia

pengertian urban adalah ibu kota propinsi atau ibu kota karesidenan

34
Adam Kuper & Jessica Kuper, Op. cit., hlm. 110-111.

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan kota-kota yang memiliki ciri-ciri khusus. Batas wilayah

mempunyai luas dan bentuk yang berbeda-beda tergantung pada

tingkat budaya dan teknologi penduduk setempat. 35

Sementara itu di Indonesia pada awal abad ke-20 sebuah kota

yang ideal mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sekaligus

menunjukkan sejarah kota tersebut. Pertama, sektor kota

tradisional yang ditandai dengan pembagian spatial yang jelas

berdasarkan status sosial dan dekatnya kedudukan pemukim

dengan kraton. Kedua, sektor pedagang asing terutama pedagang

Cina yang mewarnai kehidupan kota dengan gaya bangunan,

kagiatan ekonomi dan sosial-budaya tersendiri. Ketiga, sektor

kolonial dengan benteng dan barak, perkantoran, rumah-rumah,

gedung societeit dan rumah ibadah. Keempat, sektor kelas

menengah pribumi yang kadang-kadang mengelompok dalam

kampung-kampung tertentu seperti Kauman di Yogyakarta dan

Surakarta. Kelima, sektor imigran yang menampung pendatang-

pendatang baru dari pedesaan sekitar. Di tempat ini terdapat

degung-gedung sekolah, pasar, stasiun dan tempat-tempat umum

lainnya. 36

Kota dapat diklasifikasikan secara numerik dan non numerik.

Penggolongan secara numerik didasarkan atas angka-angka,

misalnya berdasarkan jumlah penduduk yang menggunakan angka

35
Bintarto, Op. cit., hlm. 36-37.
36
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1994, hlm. 54.

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sensus penduduk. Menurut Noel P. Gist dan L.A. Halbert seperti

dikutip oleh Bintarto, akumulasi penduduk yang dapat digolongkan

kota di Jepang adalah 30.000 orang atau lebih, di Belanda 20.000,

di India 5.000, di Meksiko dan Amerika Serikat 2.500, di Jerman

dan Portugal 2.000 dan di Selandia Baru 1.000. batas angka

tersebut berbeda-beda dan dapat berubah karena perbedaan

kepadatan, tingkat teknologi dan budaya.

Penggolongan non numerik adalah penggolongan kota

berdasarkan batasan ekonomi, sosiologi, kependudukan dan fungsi.

Misalnya berdasarkan batasan fungsi dapat dibedakan menjadi kota

pusat produksi, kota pusat perdagangan, kota pusat kebudayaan,

kota pusat kesehatan atau rekreasi dan kota militer. Kota pusat

produksi biasanya terletak atau dikelilingi oleh daerah-daerah

penghasil bumi atau hasil tambang sehingga dapat terbentuk dua

macam kota, yaitu kota penghasil bahan mentah dan kota yang

mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Di daerah ini dapat

muncul kota-kota industri dimana pusat-pusat kota dihubungkan

dengan kota lain atau daerah belakangnya (hinterland) oleh jalur

transportasi. Contoh kota pusat produksi adalah Tembagapura

sebagai bagian dari kota Timika yang menghasilkan bahan mentah

tambang berupa tembaga, emas dan perak. Dengan pendekatan ini

Timika dapat dikategorikan sebagai kota industri primer sekaligus

kota industri ekstraktif karena perekonomiannya digerakkan oleh

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PT. Freeport Indonesia yang kegiatan utamanya adalah

mengeksploitasi sumber daya alam yang tak dapat diganti.37 PT.

Freeport Indonesia merupakan perusahaan tunggal yang mengelola

pertambangan di Timika dan bekerja sama dengan beberapa

perusahaan kontraktor, hanya perusahaan kontraktor yang bekerja

sama dengan PT. Freeport Indonesia saja yang dapat masuk ke

Timika. Industri manufaktur yang ada di Timika masih dikelola

secara perorangan dengan cara penjualan bebas di pasar.

Kota industri memiliki ciri atau karakteristik sebagai berikut:

a) Keluarga inti (nuclear family) peranannya lebih mendominasi.

b) Sistem kelas (sosial) cenderung bersifat luwes, derajat

mobilitas sosialnya tinggi, lapisan sosial yang terbanyak

diduduki oleh kelas menengah yang anggota-anggotanya sulit

dibedakan baik dari lapisan atas maupun bawahnya.

c) Mempunyai lambang sebuah kota industri yaitu mesin-mesin

yang kompleks-modern yang menyebabkan pula cepatnya

perubahan sosial serta mencipta masyarakat yang berorientasi

pada produksi dan distribusi barang-barang secara massal.

d) Unit-unit ekonomi cenderung dalam skala besar serta terdapat

standarisasi dalam harga-harga, berat dan ukuran-ukuran

barang, sampai pada kualitas barang. 38

37
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarta, CV. Rajawali, 1985, hlm. 237.
38
Rahardjo, Perkembangan Kota dan Permasalahannya, Jakarta, PT. Bina Aksara, 1983, hlm. 21.

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Contoh lain kota industri berdasarkan ciri atau karakteristik

di atas adalah kota Surabaya. Kota-kota di Indonesia sebenarnya

lebih merupakan kota pusat pemerintahan atau pendidikan dan

belum atau bukan merupakan kota industri (komersial). Kegiatan

komersial pada umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan.

Sebagai kota industri, Timika berkembang karena adanya

pertambangan yang dikelola Freeport, oleh karena itu Timika juga

dapat disebut sebagai kota tambang. Ciri-ciri Timika sebagai kota

tambang antara lain adalah:

a) Perekonomian digerakkan atau berkembang karena adanya

usaha tambang yang dikelola Freeport.

b) Berbagai sarana dan prasarana fisik kota dibangun sebagai

pendukung usaha tambang.

c) Sebagian besar penduduknya adalah karyawan tambang, baik

sebagai tenaga kasar maupun tenaga ahli dan tidak ahli.

Meskipun Timika merupakan kota tambang namun letaknya

tidak terintegrasi dengan pusat pengolahan tambang. Timika

dibangun agak berjauhan dengan pusat pengelolaan tambang

dengan pertimbangan demi keamanan dan kenyamanan dari polusi

tambang. Pada awalnya Timika memang dirancang sebagai kota

pendukung tambang, namun karena memenuhi banyak persyaratan

maka Timika juga menjadi kota birokrasi. Oleh karena itu bila

nantinya bahan tambang tersebut habis, Timika tetap berdiri

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagai kota administrasi pemerintahan yaitu sebagai Ibukota

Kabupaten Mimika Timur sekaligus sebagai Ibukota Propinsi Irian

Jaya Tengah.

Kota sebagai pusat perdagangan adalah sifat umum dari kota-

kota karena hampir semua kota adalah pusat perdagangan dan

kegiatan perdagangan tidak mendominasi semua kota. Ada kota

yang hanya menyalurkan kebutuhan sehari-hari warganya, ada

yang merupakan perantara perdagangan nasional maupun

internasional yang sering disebut entrepot. 39 Sebagian kota pusat

perdagangan di Indonesia berada di tepi pantai yang disebut kota

pelabuhan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki

garis pantai sepanjang 80.000-an kilometer. Ini berarti potensi

accessibility atau kemudahan mencapai tempat lain dengan

menggunakan sarana transportasi air sangat besar sehingga muncul

pemukiman-pemukiman penduduk pantai yang kemudian

berkembang menjadi kota pelabuhan. Di Indonesia pelabuhan yang

artinya tempat bersandar perahu atau kapal baik pada perairan

sungai, danau maupun laut tercatat 516 buah, 104 diantaranya

adalah pelabuhan laut. Contoh kota pelabuhan yang masih

berkembang sampai sekarang adalah Jakarta, Surabaya, Ujung

Pandang, Belawan, Palembang, Banjarmasin, Semarang, Ambon,

Sorong dan Merauke. Sedangkan kota pelabuhan yang telah

39
Bintarto, Op. cit., hlm. 37-39.

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memudar bahkan lenyap sama sekali adalah Demak, Banten,

Ampenan, Buleleng, Jepara dan Barus. 40

Kota pusat pemerintahan pada umumnya banyak dijumpai

pada masa sebelum revolusi industri. Pada waktu itu kota-kota

tersebut berfungsi sebagai pusat-pusat politik atau pemerintahan,

misalnya di Asia seperti Bangkok, Saigon dan Rangoon; di Eropa

antara lain London, Paris dan Berlin; di Timur Tengah Bagdad,

Kairo dan Istambul.

Kota pusat kebudayaan adalah daerah-daerah yang

didominasi oleh seni dan budaya yang dimilikinya, misalnya

Yogyakarta, Surakarta dan beberapa kota di Bali. Kota pusat

kebudayaan juga dapat menjadi kota pusat rekreasi karena menjadi

pusat wisata. Pada umumnya kota pusat rekreasi biasanya berada di

daerah pegunungan yang memiliki udara bersih dan suhu yang

sejuk, misalnya Bogor. Kota pusat rekreasi ini juga merupakan

kota pusat kesehatan karena memiliki udara bersih dan suhu yang

sejuk yang sangat baik untuk kesehatan. Sementara itu yang

dimaksud dengan kota militer adalah kota yang tidak hanya

ditempati oleh para militer dengan segala aktivitasnya saja tetapi

juga sebutan untuk mengenal kota tersebut baik dari segi sejarah

perkembangannya maupun dari penataan kota itu sendiri. Contoh

40
S. Budhisantoso, dkk., Studi Pertumbuhan dan Pemudaran Kota Pelabuhan: Kasus Gilimanuk-
Jepara, Jakarta, Depdikbud, 1995, hlm. 1-2.

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kota militer yang ada di Indonesia misalnya Magelang dan

Sukabumi. 41

Kota juga sebagai pusat perubahan kebudayaan, karena di

samping bersifat stabil, kebudayaan juga bersifat dinamis. Setiap

kebudayaan mengalami perubahan atau perkembangan, hanya

kebudayaan yang mati saja yang bersifat statis. Perubahan-

perubahan kebudayaan sangat nampak dalam kehidupan

masyarakat kota. Hal ini berkaitan dengan sifat hakikat kebudayaan

yang salah satunya adalah bahwa kebudayaan terwujud dan

tersalurkan melalui perilaku manusia. Perilaku manusia yang

tinggal di kota selalu dinamis seiring dengan tuntutan

perkembangan jaman yang semakin pesat. Di sini sangat

memungkinkan terjadinya perubahan kebudayaan yang meliputi

peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian dan sistem

ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem

pengetahuan, religi, di mana kesemuanya itu menurut C.

Kluckhohn adalah tujuh unsur kebudayaan yang dianggap cultural-

universals. 42

Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang

hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan itu

sendiri. Gerak manusia terjadi karena hubungan-hubungan yang

dilakukan dengan manusia lain. Kehidupan masyarakat kota sangat


41
H. Khairuddin, Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan
Perencanaan, Yogyakarata, Liberty, 2000, hlm. 187.
42
Ibid., hlm. 192-193.

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memungkinkan terjadinya hubungan antar kelompok manusia

sehingga terjadilah akulturasi. Akulturasi terjadi bila suatu

kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan

pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda, sehingga

unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat-laun diterima dan diolah

ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan terjadinya akulturasi

dalam masyarakat tersebut maka dengan sendirinya kebudayaan

turut bergerak dan terus mengalami perubahan. Kota sebagai pusat

informasi, teknologi, pendidikan, ekonomi dan politik menjadi

pusat terjadinya perubahan kebudayaan karena kota adalah tempat

bertemunya berbagai sistem nilai yang beranekaragam. 43

Sementara itu menurut Ralph E. Turner sejalan dengan

berkembangnya teknologi paling sedikit dikenal tiga bentuk

kondisi yang berperan dalam pembentukan kebudayaan baru, yaitu

peran pengawasan manusia, manfaat sasaran ilmu pengetahuan dan

kapasitas untuk menghasilkan kekayaan yang meningkat. Kondisi-

kondisi tersebut didukung oleh karakteristik perilaku masyarakat

kota terutama kota industri, yaitu adanya pemisahan tradisi

setempat, keanekaragaman cara pemujaan, perbedaan tingkah-laku

individu dan reorientasi pada hak milik. 44

43
Ibid., hlm. 210.
44
Caroline F. Ware, The Cultural Approach to History, New York, Kennikat Press, Inc., 1940,
hlm. 228-242.

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan aspek morfologi, jumlah penduduk, sosial,

ekonomi dan hukum antara desa dan kota dapat dibedakan sebagai

berikut:

a) Pemanfaatan tanah pedesaan bersifat agraria dan bangunannya

terpencar, sementara kota bersifat pelayanan jasa dan

bangunanya padat.

b) Jumlah penduduk pedesaan relatif sedikit dan kepadatannya

rendah, sementara kota relatif banyak dan kepadatannya tinggi.

c) Kehidupan sosial pedesaan menganut sistem kekeluargaan,

sementara kota lebih individualistis.

d) Perekonomian pedesaan dari sektor agraria, sementara kota dari

sektor pelayanan jasa terutama pasar.

e) Segi hukum pedesaan lebih dipengaruhi oleh tradisi dan adat-

istiadat dari leluhur berdasarkan norma dan nilai yang berlaku,

sementara di kota penghuninya pada umumnya memiliki hak-

hak hukum tersendiri. 45

Pembangunan perkotaan seringkali hanya menekankan

aspek-aspek fisik saja, seperti pembangunan prasarana kota dan

perluasan wilayah kota. Pembangunan perkotaan tidak lepas dari

perencanaan wilayah-wilayah yang ada disekitarnya, seperti

masyarakat pinggiran kota (urban) dan masyarakat pedesaan

(rural). Dengan demikian pembangunan perkotaan harus

45
Ibid., hlm. 32-35.

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memperhatikan faktor-faktor fungsi dan peranan kota, sisi

geografis (termasuk topografi), demografis, sosial budaya,

ekonomi, politik, sikap mental dan faktor-faktor lain yang

mendukung serta menjadi dasar pembangunan kota. 46

Menurut J. Riberu sebagai negara yang berideologi Pancasila,

pembangunan kota di Indonesia hendaknya sesuai dengan etika

pembangunan nasional berdasarkan Pancasila. Tujuan

pembangunan adalah melanjutkan perjuangan bangsa. Tujuan

perjuangan bangsa tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu

kemerdekaan sebagai hak segala bangsa berdasarkan

perikemanusiaan dan perikeadilan. Oleh karena itu pembangunan

nasional harus membantu tegaknya kemerdekaan bagi individu dan

masyarakat Indonesia. Pembangunan harus mampu menciptakan

iklim dan memberikan dorongan agar manusia Indonesia dapat

bebas memiliki agama dan kepercayaan serta dapat beribadat

menurut agama dan kepercayaannya, karena pembangunan pada

dasarnya ingin membantu tercapainya manusia dan masyarakat

Indonesia yang pancasilais. Kesemuanya itu dimaksudkan agar

manusia Indonesia menjadi lebih berperikemanusiaan dan beradab,

lebih merasa sebagai satu Nusa, satu bangsa, satu bahasa; lebih

mengamalkan kedaulatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; agar setiap

46
Ibid., hlm. 186-188.

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

individu dan setiap masyarakat dapat menikmati keadilan

komutatif, keadilan legal dan keadilan distributif. 47

Berdasarkan Jurnal Ekonomi Rakyat 2002 48 , moral

pembangunan yang mendasari paradigma pembangunan Indonesia

yang berkeadilan sosial mencakup:

a) Peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat laki-laki dan

perempuan serta otonomi daerah.

b) Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan ketidakadilan.

c) Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner

dan multikultural.

d) Pencegahan kecenderungan disintegrasi nasional.

e) Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu ekonomi dan

ilmu-ilmu sosial di universitas.

f) Penghormatan HAM dan masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembangunan kota hendaknya juga

memperhatikan etika lingkungan. Lingkungan hidup merupakan

kesatuan ruang segala yang ada di alam. Di dalamnya segala

sesuatu termasuk manusia saling berelasi secara integral dan

berkelanjutan. Jika ada perubahan satu bagian maka terjadilah

perubahan pada keseluruhan, kesinambungan alam berubah.

Permasalahan lingkungan hidup beranjak dari konsep budaya,

47
M. Sastrapratedja, dkk., Menguak Mitos-mitos Pembangunan: Telaah Etis dan Kritis, Jakarta,
PT. Gramedia, 1986, hlm. 373-377.
48
Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan Sosial, Artikel Th. I No. 5 Juli 2002,
www.ekonomirakyat.org.

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

persepsi budaya tentang lingkungan hidup dijadikan dasar bagi

perilaku dalam lingkungan hidup. Konsep budaya yang

berorientasi pada lingkungan terdapat dalam lingkungan hidup di

dunia Timur. Misalnya di Indonesia antara manusia dengan

alamnya dikenal konsep atau prinsip keserasian (harmony),

keselarasan (compatibility) dan keseimbangan (balance).

Untuk menyelamatkan lingkungan diperlukan kesadaran dan

tanggung jawab yang dapat dimunculkan dan dikembangkan

melalui pendekatan budaya. Konsep budaya dipakai untuk

membatinkan sikap dan tanggung jawab manusia tentang dirinya

dan alamnya. Pembangunan yang berkesinambungan, termasuk

pembangunan pemukiman yang berwawasan lingkungan harus

selalu berorientasi pada konsep keseimbangan. Pemukiman

dibangun dan dikembangkan untuk kesejahteraan manusia dalam

arti sebenar-benarnya dan seluas-luasnya. 49

3) Perkembangan kota

Perkembangan kota menurut Bintarto 50 mempunyai dua

aspek pokok, yaitu aspek yang menyangkut perubahan-perubahan

yang dikehendaki dan dialami oleh warga kota dan aspek yang

menyangkut perluasan atau pemekaran kota. Aspek yang

merupakan perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh warga

kota lebih merupakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan prasarana


49
Y. Sudihantara, Ekologi Pemukiman dalam Perspektif Pembangunan: Pemukiman Berwawasan
Lingkungan, Semarang, Soegijapranata Catholic University Press, hlm. 6-8.
50
Bintarto, Pengantar Geografi Kota, Yogyakarta, UP. Spring, 1977, hlm. 52.

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan fasilitas hidup di kota. Hal itu dikarenakan bertambahnya

jumlah penduduk kota, baik secara alamiah maupun karena migrasi

atau perpindahan yang menyebabkan semakin besarnya fasilitas-

fasilitas hidup yang dibutuhkan yang berupa ruang dan prasarana

seperti perumahan, jalan dan air.

Tidak semua kota dapat berkembang sama cepatnya, karena

ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu kota dapat

berkembang dengan pesat. Menurut Daldjoeni faktor-faktor yang

mendorong perkembangan kota antara lain:

a) Pertambahan penduduk kota itu sendiri.

b) Produksi massal dari industri kota sebagai akibat ditemukannya

mesin dan penggunaan modal besar dalam usaha dagang dan

industri.

c) Peranan transportasi dan komunikasi di kota.

d) Di kota kesempatan untuk maju dan berhasil lebih banyak

daripada di desa.

e) Kota menawarkan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang

cukup sebagai sarana kenaikan jenjang sosial.

f) Pengisian waktu senggang tersedia cukup, demikian pula

berbagai hiburan dan olah raga.

Di samping itu, posisi kota juga menentukan laju

perkembangan kota itu sendiri. Kota kecil yang letaknya strategis

memiliki potensi untuk berkembang lebih cepat dari pada kota-kota

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lain yang tidak memiliki jalur penghubung dengan tempat atau

kota lain. 51 Sementara itu Bintarto juga menyebutkan adanya

beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kota ditinjau

dari beberapa aspek, yaitu letak, iklim dan relief, sumber alam,

tanah, demografi dan kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,

teknologi dan elektrifikasi, transport dan lalu lintas. 52

Para ahli berpendapat bahwa desa adalah bentuk awal dari

kota. P.J.M. Nas mengungkapkan terjadinya kota-kota berasal dari

desa-desa di Asia. Ia menyebutkan Yericho dan Yarmo sebagai

contoh yang kehidupan ekonomi masyarakatnya terdiri dari

bercocok tanam dan peternakan, menyebar dari daerah pegunungan

ke dataran Eufrat dan Tigris dan kemudian menumbuhkan

pemukiman yang disebut kota. Meskipun demikian tidak semua

desa akan berkembang menjadi kota karena perkembangan kota,

sebagaimana disebutkan di atas mempunyai berbagai faktor

pendorong. Oleh karena itu desa-desa yang berada di daerah

pegunungan pada umumnya tetap menjadi desa dan hanya sedikit

mengalami perubahan yang sangat lambat, karena hambatan

utamanya adalah relief tanahnya yang tidak datar. 53

Tahapan perkembangan kota dapat dilihat dari beberapa

aspek, diantaranya aspek administratif dan tata pemerintahan serta

aspek kuantitatif dan luas wilayah. Dari aspek administratif dan


51
N. Daldjoeni, Op. cit., hlm 13-14.
52
Bintarto, Op. cit., hlm. 62-64.
53
P.J.M. Nas, Op. cit., hlm. 56.

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tata pemerintahan, kota dapat bermula dari desa, kemudian menjadi

kota kecamatan, kota kabupaten (kota madya) dan selanjutnya

menjadi kota propinsi. Sementara itu ditinjau dari aspek kuantitatif

dan dan luas wilayah, ada yang disebut kota kecil, kota sedang,

kota besar, bahkan juga kota metropolitan. Lewis Mumford seperti

dikutip oleh Rahardjo, membagi tahap-tahap perkembangan kota

dari munculnya sampai dengan runtuhnya. Kota dimulai dari

neopolis (kota baru) - polis (kota pusat keagamaan dan

pemerintahan) - metropolis (kota induk) - megapolis (kota yang

amat besar) - tiranopolis (kota yang mulai mengalami kemerosotan

moral dan akhlak manusianya) - nekropolis (kota yang sudah

mengalami kehancuran peradabannya). 54

N. Daldjoeni juga mengutip dari Lewis Mumford yang

membagi perkembangan kota menjadi tiga fase, yaitu fase teknis,

paleoteknis dan neoteknis. Fase teknis adalah fase di mana manusia

mengeksploitasi sumber daya air dan angin, fase paleoteknis adalah

fase di mana manusia menjadikan tenaga uap sebagai energi dan

fase neoteknis adalah fase di mana listrik dan bensin telah menjadi

sumber energi. 55

Teori mengenai perkembangan kota sangat berkaitan dengan

faktor-faktor yang mendorong perkembangan kota sebagaimana

telah disebutkan di atas. Dari faktor-faktor tersebut para ahli

54
Rahardjo, Op. cit., hlm. 10.
55
N. Daldjoeni, Op. cit., hlm 133-134.

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mencoba menyusun teori perkembangan kota berdasarkan sudut

pandang sosiologis, demografis, ekonomi dan keruangan (spatial).

a) Sudut pandang sosiologis

Berdasarkan sudut pandang ini ada dua teori

perkembangan kota, yaitu Teori Area Alamiah (The Theory of

Natural Areas) dan Teori Intensitas Hubungan. Konsep teori

“Natural Areas” lebih menitikberatkan pada sifat manusianya

(human nature) daripada lingkungan alam sebagai faktor

penentu perkembangan kota, di mana ada kecenderungan

kelompok-kelompok primordial tertentu (ras, agama,

kebangsaan, daerah dan profesi) untuk mendiami daerah yang

sama. Pengelompokkan tersebut dapat menimbulkan satu pola

segregasi ekologis, yaitu pengelompokkan orang-orang yang

mempunyai karakteristik yang relatif sama, terkonsentrasi dan

terpisah dari kelompok-kelompok lain. Segregasi ini dapat

dilihat dari nama-nama wilayah tempat tinggal yang ada di

kota-kota, misalnya tempat tinggal mayoritas orang Jawa di

kota Pekanbaru (Riau) yang bernama Sukajadi dan Wonorejo

dan tempat tinggal mayoritas keturunan Cina di Jakarta yang

bernama Petak Sembilan.

Teori intensitas merupakan perkembangan dari teori

“Natural Areas” karena segregasi yang terjadi di suatu wilayah

kota merupakan ciri keeratan hubungan dari mereka yang

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mempunyai latar belakang daerah yang sama. Pertalian antara

mereka yang ada di kota dan desa asalnya tetap terlihat dan

menunjukkan intensitas hubungan yang cukup akrab. Oleh

karena itu kedatangan orang-orang dari daerah pedesaan selalu

menuju ke daerah di mana terkelompoknya orang-orang desa

yang sama. Kedatangan orang-orang desa ini merupakan faktor

yang mendorong pertambahan penduduk kota yang

membutuhkan ruang dan fasilitas. 56

b) Sudut pandang demografis

Dari sudut pandang ini para ahli berpendapat bahwa

faktor penting dalam perkembangan kota adalah perkembangan

penduduk, baik secara alami maupun migrasi. Cepat lambatnya

pertumbuhan dan perkembangan suatu kota ditentukan oleh

kecepatan perkembangan penduduknya. Jumlah penduduk

mempunyai hubungan timbal-balik dengan perkembangan kota.

Maksudnya adalah bahwa pertambahan penduduk

memungkinkan terjadinya perkembangan kota, dan sebaliknya

perkembangan kota mempunyai kemungkinan pula bagi

bertambahnya jumlah penduduk, terutama pendatang. 57

c) Sudut pandang ekonomi

Sudut pandang ini menyebutkan bahwa pertumbuhan

ekonomi suatu kota merupakan faktor pendorong bagi

56
H. Khairuddin, Op. cit., hlm. 194-195.
57
Ibid., hlm. 195-198.

44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkembangan kota tersebut. Perkembangan ekonomi di suatu

kota akan menimbulkan multieffect terhadap bidang-bidang

perekonomian yang lain, misalnya pertumbuhan industri-

industri, transportasi, jasa-jasa dan bangunan-bangunan

gedung. Komponen-komponen tersebut membutuhkan ruang

yang tidak sedikit dan memerlukan penambahan-penambahan

lokasi baru. Pertumbuhan ekonomi kota tidak terlepas dari

potensi dan aktivitas ekonomi yang berjalan di kota tersebut.

Perkembangan kota juga dipengaruhi oleh potensi daerah

setempat, seperti sumberdaya alam dan sumber daya manusia,

industrialisasi dan pendapatan daerah. 58

Berkaitan dengan bidang ekonomi, ada beberapa teori

perkembangan kota, antara lain:

(1). Teori Central Place: Teori ini menyatakan bahwa suatu

kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam

menyediakan barang-barang dan jasa untuk daerah

sekitarnya.

(2). Teori Spread Effects: Teori ini menitikberatkan pada

daerah-daerah sekitar kota akibat permintaan-permintaan

untuk memenuhi pusat kota.

(3). Teori Urban Base: Teori ini menganggap bahwa

perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam

58
Ibid., hlm. 198-203.

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyediakan barang yang tidak hanya bagi daerah

sekitarnya tetapi juga ke seluruh daerah-daerah di luar

batas kota termasuk ke luar negeri.

(4). Teori Ukuran Kota: Teori ini berpendapat bahwa ukuran

kota merupakan faktor terpenting yang menentukan laju

perkembangan kota. Ukuran kota yang besar berarti

memberikan keuntungan yang lebih besar pula dari

penggunaan prasarana-prasarana yang tersedia, dan juga

merupakan pasar yang sangat luas.

(5). Teori Faktor Penawaran: Teori ini merupakan gabungan

antara teori central place dengan urban base yang

mengemukakan bahwa besarnya potensi perkembangan

suatu kota tergantung pada kesanggupannya untuk

menarik sumber-sumber daya (resources) yang produktif

yang diperlukan dari luar untuk digunakan memproduksi

barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan oleh pasaran

nasional dan internasional. 59

d) Sudut pandang keruangan (spatial)

Teori perkembangan kota yang didasarkan pada sudut

pandang keruangan ini merupakan teori yang disamping

mengaitkan aktivitas sebagai penyebab perkembangan kota,

teori ini lebih menekankan pada bentuk dan penggunaan tata

59
Ibid., hlm. 203-205.

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ruang yang dipakai akibat adanya perkembangan kota, terutama

bentuk pemekaran wilayah kota. 60 Dengan kata lain teori ini

membahas tentang perkembangan kota secara ekologis.61

Ada tiga teori perkembangan kota dari sudut pandang

keruangan, yaitu:

(1) Teori konsentrik (Concentric Zone Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Ernest W. Burgess yang

menyetakan bahwa perkembangan suatu kota akan

mengikuti pola lingkungan-lingkungan konsentrik

(concentric zones). Lingkungan-lingkungan konsentrik

tersebut adalah:

(a) Daerah pusat bisnis (the central business district): yaitu

daerah terdalam dari suatu kota. Di daerah ini terdapat

bagunan-bangunan besar seperti kantor dan toko.

(b) Daerah transisi (the zone of transition): yaitu daerah

yang mengitari daerah pusat bisnis. Daerah ini

merupakan peralihan dari tempat tinggal dan toko-toko

menjadi daerah perdagangan industri yang banyak

60
Lihat juga Rahardjo, Perkembangan Kota dan Permasalahannya (Jakarta: PT Bina Aksara,
1983).
61
Konsep ekologi kota mengacu pada pemahaman” interaksi antara manusia dan alam sekitarnya”.
Perubahan ekologi akan terjadi bila salah satu dari komponen itu mengalami perubahan. Wujud
konkret dari interaksi itu tampak dalam bentuk fisik kota, struktur sosialnya, organisasi sosial-
ekonominya dan sebagainya (Kuntowijoyo, 1994: 55-56). Contoh tulisan yang membahas
tentang perkembangan ekologi kota adalah Mumuh Muhsin Z., dan H.T. Ibrahim Alfian dalam
Kota Bogor: Studi Tentang Perkembangan Ekologi Kota Abad ke-19 sampai Abad ke-20
(Yogyakarta: BPPS UGM, 1995).

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dihuni oleh golongan lapisan bawah dan para migran

dari desa yang berpenghasilan rendah.

(c) Daerah tempat tinggal para pekerja (the zone of

workingmen’s homes): yaitu daerah yang sedikit lebih

baik dari daerah transisi. Para pekerja di sini

berpenghasilan lumayan sehingga hidupnya sedikit

lebih pantas.

(d) Daerah tempat tinggal golongan kelas menengah (the

zone of middle class dweller): yaitu daerah yang dihuni

oleh orang-orang profesional, pemilik usaha atau bisnis

kecil-kecilan dan pegawai-pegawai tingkat atas.

(e) Daerah tempat tinggal para penglaju (the commuter’s):

yaitu daerah terluar dari suatu kota yang bila siang hari

dapat dikatakan kosong karena penghuninya

kebanyakan bekerja. 62

(2) Teori sektor (The Sector Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Homer Hoyt yang

menyatakan bahwa unit-unit kegiatan tidak selalu

mengikuti zone-zone teratur secara konsentris tetapi dengan

membentuk sektor-sektor. Daerah-daerah kelas satu

cenderung berada di tepian terluar dari suatu sektor,

62
H. Khairuddin, Op. cit., hlm. 207.

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedangkan daerah-daerah murah cenderung berada di pusat

suatu sektor. 63

(3) Teori inti berganda (Multiple-Nuclei Theory)

Teori ini dikemukakan oleh C.D. Harris dan Edward

L. Ullman yang menyatakan bahwa suatu kota terdiri dari

beberapa pusat atau inti perkembangan. Setiap pusat

cenderung diwarnai oleh satu jenis kegiatan, misalnya

pemerintahan, rekreasi, pendidikan dan perdagangan.

Beberapa pusat mungkin sudah berkembang sejak awal

berdirinya kota dan sebagian lagi muncul dan

berkembang kemudian. Perkembangan pusat-pusat itu

memiliki beberapa alasan, yaitu:

(a) Beberapa kegiatan memerlukan fasilitas-fasilitas

tertentu sehingga memusat di suatu tempat, yaitu di

tempat terdapatnya fasilitas-fasilitas tersebut.

(b) Beberapa kegiatan atau usaha yang sama akan

menguntungkan bila lokasinya berdekatan satu sama

lain.

(c) Ada beberapa jenis usaha yang dapat bertentangan

satu sama lain sehingga tidak dapat berada dalam satu

tempat yang sama.

63
Ibid., hlm. 108.

49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(d) Untuk beberapa usaha, pusat kota adalah tempat yang

kurang menguntungkan dan terlalu mahal. 64

Teori-teori perkembangan kota yang didasarkan pada sudut

pandang keruangan tersebut memiliki beberapa kelemahan, antara

lain seperti diungkapkan oleh Millan Alihan, menurutnya teori

konsentrik yang dikemukakan Burgess terlalu menekankan pada

segi ekonomi sehingga segi sosio-kultural kurang diperhatikan.

Davis juga mengkritik teori konsentrik dengan mengatakan bahwa

central business tidak selalu bundar bentuknya dan tata guna tanah

yang menguntungkan secara ekonomis ternyata mencuat ke luar

dari jaringan jalan raya ataupun zone pertama. Firey juga

mengkritik bahwa dalam satu zone belum tentu terdapat orang-

orang dari kelas yang sama. Ia membuktikan hal ini dengan melihat

adanya dua golongan masyarakat yang kontras yang tinggal di

daerah transisi, yaitu golongan kaya dan golongan imigran kelas

bawah. Kritikkan ini juga berlaku untuk teori sektor dari Homer

Hoyt. 65

Berdasarkan teori-teori mengenai perkembangan kota seperti

yang dikemukakan oleh beberapa ahli sosiologi di atas dapat

disimpulkan bahwa perkembangan suatu kota ditentukan oleh dua

faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi

karakteristik demografi dan geografi, kelompok-kelompok sosial


64
Ibid., hlm. 109-110.
65
Rahardjo, Op. cit., hlm. 37. Lihat juga N. Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (Bandung:
Alumni, 1978)

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang berperan, kebijakan politik pemerintah setempat, kebudayaan

kota dan sarana transportasi dalam kota. Sedangkan yang menjadi

faktor ekstern adalah potensi wilayah penyangganya, baik sebagai

wilayah pemasok bahan pokok maupun wilayah lain yang menjadi

patner sederajat. 66

Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kota

berdasarkan sudut pandang ekonomi dan keruangan. Teori

perkembangan kota berdasarkan sudut pandang ekonomi

menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu kota merupakan

faktor pendorong bagi perkembangan kota tersebut. Faktor

pendorong perkembangan kota Timika adalah pertumbuhan

ekonomi kota yang dipengaruhi oleh potensi daerah yaitu sumber

daya alam yang berupa bahan tambang (tembaga, emas dan perak)

yang dikelola oleh PT. Freeport Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi kota Timika menimbulkan multieffect

terhadap bidang-bidang perekonomian yang lain, misalnya

pertumbuhan industri-industri, transportasi, jasa-jasa (komunikasi

dan perbankan), dan bangunan gedung-gedung (sekolah, rumah

sakit dan tempat rekreasi). Komponen-komponen tersebut

membutuhkan ruang yang tidak sedikit dan memerlukan

penambahan lokasi baru sehingga wilayah kota Timika mengalami

pemekaran.

66
Edi Sedyawati, dkk., Tuban: Kota Pelabuhan di Jalan Sutra, Jakarta, Depdikbud, 1997, hlm. 5.

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Teori perkembangan kota berdasarkan sudut pandang

ekonomi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Teori Faktor

Penawaran yang merupakan gabungan dari Teori Central Place dan

Teori Urban Base. Berdasarkan teori tersebut potensi

perkembangan kota Timika bergantung pada kemampuan PT.

Freeport Indonesia untuk menarik sumber daya produktif yang

digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

diperlukan oleh pasaran nasional dan internasional.

Selain itu juga menggunakan teori perkembangan kota

berdasarkan sudut pandang keruangan, yang di samping

mengaitkan aktivitas sebagai penyebab perkembangan kota Timika

juga lebih menekankan pada bentuk dan tata ruang yang dipakai

akibat adanya perkembangan kota, terutama bentuk pemekaran

wilayah kota.

c. Kota Timika

Timika adalah sebuah kota yang proses pertumbuhannya

dipengaruhi oleh operasionalisasi PT. Freeport Indonesia yang

mempunyai dampak terhadap lingkungan fisik dan sosial yang besar

khususnya bagi Timika. Menurut Nelissen seperti dikutip oleh P.J.M.

Nas faktor-faktor yang berperan penting dalam proses munculnya kota

adalah ekologi, teknologi dan organisasi sosial. 67 Begitu juga dengan

Kota Timika, pertumbuhannya dipengaruhi oleh faktor ekologi yaitu

67
P.J.M. Nas, Op. cit., hlm 57.

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sumber daya alam yang terkandung di hampir seluruh wilayah sekitar

Timika yang berupa tembaga, emas dan perak. Faktor ekologi tersebut

mendorong PT Freeport Indonesia sebagai salah satu bentuk organisasi

sosial yang bergerak di bidang ekonomi untuk melakukan kegiatan

perindustriannya dengan menggunakan hasil-hasil teknologi modern

seperti alat transportasi, telekomunikasi dan pertambangan. Untuk

mendukung kegiatan eksplorasi, pertambangan dan pemasarannya PT

Freeport Indonesia membangun dan mengembangakan fungsi Timika

hingga menjadi sebuah kota.

Dalam perkembangannya di Timika sering terjadi konflik, baik

antar etnis atau masyarakat setempat maupun antara masyarakat

setempat dengan pihak pemerintah dan PT. Freeport Indonesia.

Masyarakat setempat yang dimaksud menunjuk pada bagian

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Timika dengan batas-

batas tertentu, di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah

interaksi yang lebih besar di antara anggota, dibandingkan dengan

interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya. 68

Konflik yang sering terjadi di Timika merupakan bentuk dari

konflik sosial. Konflik sosial dapat diartikan menjadi dua hal, yang

pertama adalah perspektif atau sudut pandang tertentu di mana konflik

dianggap selalu ada dan mewarnai segenap interaksi manusia dan

struktur sosial, dan yang kedua adalah pertikaian terbuka seperti

68
Soerjono Soekanto, Op. cit., hlm. 184.

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perang, revolusi, pemogokan dan gerakan perlawanan. Pendekatan

konflik sebagai perspektif memandang masyarakat, organisasi dan

berbagai sistem sosial lainnya sebagai ajang pertandingan perorangan

dan kelompok. Pihak yang berkonflik dapat dibedakan atas dasar

tingkat organisasi dan kelompoknya.

Hampir setiap konflik melibatkan banyak pihak yang antara satu

sama lain terkadang tumpang-tindih. Misalnya pemerintah sering

berbicara mengatasnamakan pemerintah sendiri, negara secara

keseluruhan, rakyat, idiologi, fraksi partai politik tertentu atau kelas

sosial tertentu. Setiap pernyataan diarahkan pada pihak yang berbeda-

beda sehingga karakter konflik menjadi kompleks. Konflik terjadi

karena adanya pertentangan tujuan yang bervariasi. Konflik juga

dibedakan atas dasar cara yang digunakan, dari pemaksaan terang-

terangan, ancaman, sampai dengan bujukan (misalnya bujukan dari

partai politik tertentu dalam pemilihan umum). Kebanyakan teori

konflik berpendapat bahwa konflik bersumber dari perebutan atas

sesuatu hal yang terbatas, nemun ada pula yang melihatnya sebagai

akibat ketimpangan. Banyak konflik diakibatkan oleh perbedaan tujuan

ataupun perbedaan nilai-nilai. Konflik sosial yang terjadi di Timika

sering diakibatkan oleh perebutan hak atas tanah dan hal-hal sederhana

yang terkadang dianggap bernilai tinggi. 69

69
Adam Kuper & Jessica Kuper, Op. cit., hlm. 155-158.

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. PT. Freeport Indonesia

PT Freeport Indonesia adalah anak perusahaan dari Freeport-

McMoRan Copper & Gold Incorporate, yaitu salah satu perusahaan

penanaman modal asing yang beroperasi di Papua. Operasi PT

Freeport Indonesia meliputi eksplorasi, penambangan serta

penggilingan bijih tambang yang mengandung tembaga, emas dan

perak serta memasarkannya ke seluruh dunia. PT Freeport Indonesia

juga merupakan pemilik saham sebesar 25 % dari PT Smelting

(Gresik) yang mengoperasikan pabrik peleburan dan pemurnian

tembaga di Indonesia. 70

E. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk merekonstruksi sejarah

perkembangan kota Timika: studi kasus dampak PT. Freeport Indonesia

tahun 1960-2001 adalah metode sejarah, sebagai cara kerja untuk

menganalisis dan mensistesa bahan yang akan dikaji agar diperoleh suatu

kebenaran yang hakiki. Meskipun demikian, penelitian ini juga

menggunakan pendekatan dari disiplin lain seperti geografi, sosiologi dan

antropologi. Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan pendekatan

multidisiplin.

70
PTFI General Induction, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc., 1996, hlm. 3.

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis

rekaman dan peninggalan masa lampau atau rekonstruksi terhadap

peristiwa masa lampau yang dilakukan secara imajinatif berdasarkan

fakta-fakta yang diperoleh melalui proses historiografi. 71

Dalam metode penelitian sejarah terdapat empat tahap, yaitu:

a. Pengumpulan sumber (heuristik)

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui studi kepustakaan,

yaitu dengan cara mengumpulkan sumber data yang telah diterbitkan

oleh para penulis terdahulu yang relevan dan mendukung. Sumber data

tersebut berupa data tertulis dari buku-buku, dokumen-dokumen

pemerintah, data dari surat kabar dan website.

b. Kritik sumber (verifikasi)

Setelah buku-buku dan dokumen lain yang berkaitan terkumpul,

peneliti kemudian akan melakukan kritik sumber atau verifikasi.

Tujuan dilakukannya kritik sumber ini adalah untuk mengetahui

kebenaran dan keaslian sumber.

Terdapat dua macam kritik sumber, yaitu kritik ekstern dan kritik

intern. Kritik ekstern digunakan untuk mengetahui keaslian

(otentisitas) sumber, misalnya mengenai sifat bahan, jenis huruf dan

bahasa yang dipakai. Kritik intern digunakan untuk mengetahui apakah

sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak (kredibilitas sumber),

misalnya dengan membandingkan satu fakta dengan fakta lain. Jika

71
Louis Gottchalk, Op. cit., hlm. 32.

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

fakta tersebut memiliki kesamaan maka dianggap layak bahwa fakta

itu benar. 72

Kritik ekstern yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menguji keaslian dan kebenaran sumber dengan mengklarifikasikan

asal sumber tersebut. Kritik intern juga dilakukan dalam penelitian ini

karena sumber data yang ada diperoleh dari berbagai tempat dan ditulis

oleh banyak orang yang memungkinkan adanya faktor-faktor subyektif

yang mempengaruhi penulisannya. Oleh karena itu penulis melakukan

perbandingan dan mencocokkan berbagai sumber yang ada.

c. Interpretasi

Setelah kebenaran fakta dianggap terjamin, kemudian akan

dilakukan interpretasi yang bertujuan untuk menangkap apa yang

tersirat dan apa yang tersurat dalam sumber data. Langkah yang

diambil adalah dengan menganalisis sumber secara cermat untuk

mengurangi unsur subyektivitas dalam kajian sejarah yang dipengaruhi

oleh jiwa jaman, kebudayaan, lingkungan sosial dan agama yang

melingkupinya. 73

Interpretasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengenai

sejarah perkembangan kota Timika yang mencakup aspek ekonomi,

sosial, budaya dan pemerintahan sebagai dampak berdirinya PT.

Freeport Indonesia dalam kurun waktu antara tahun 1960-2001.

72
Koentowijoyo, Op. cit., hlm. 99-100.
73
Sartono Kartodirjo, Op. cit., hlm. 62-65.

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Penulisan (historiografi)

Laporan penelitian ini akan ditulis dalam bentuk deskriptif-

analitis, yang tidak hanya menjawab permasalahan saja tetapi juga

berusaha untuk menjelaskan penyebab dari peristiwa itu terjadi (ada

kausalitas). Penulis akan mengetengahkan kausalitas bagaimana proses

awal berdirinya kota Timika? Apa kaitannya dengan berdirinya PT.

Freeport Indonesia? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi? Apa

pengaruh PT. Freeport Indonesia terhadap lingkungan fisik di

sekitarnya dan masyarakat kota Timika? Bagaimana perkembangan

kota Timika dan posisi penduduk asli?

Penulisan penelitian ini akan menggunakan model evolusi, yaitu

jenis penulisan yang menggambarkan perkembangan masyarakat

Timika dari awal berdirinya hingga menjadi masyarakat yang

kompleks dalam kurun waktu yang relatif lama. Ketika kota Timika

masih muda atau baru berdiri kehidupan masyarakatnya masih

sederhana dan berpusat pada kegiatan pertanian. Sistem organisasi

sosial masih bersifat kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpin

dan masih menganut kepercayan tradisional. Setelah beberapa tahun

Timika mengalami perkembangan, kehidupan masyarakatnya semakin

kompleks sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan

operasional PT. Freeport Indonesia. Masyarakat mulai mengenal

sistem-sistem nilai baru yang lebih modern di berbagai bidang

kehidupan baik ekonomi, politik dan sosial-budaya. Timika sekarang

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadi kota modern dan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten

sekaligus Propinsi. Perkembangan tersebut yang dijadikan model

dalam penulisan penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi sejarah sosial-budaya yang

menggunakan pendekatan multidisipliner, meliputi disiplin sejarah,

geografis, sosiologis, ekonomi dan politik.

Pendekatan sejarah digunakan untuk mendeskripsikan hasil

penelitian ini sebagaimana sebuah sejarah yang terikat dengan metode

penelitian sejarah dan memiliki ruang lingkup spasial dan temporal. Ruang

lingkup spasial penelitian ini adalah kota Timika dan ruang lingkup

temporalnya adalah tahun 1960-2001.

Pendekatan geografis digunakan untuk mendeskripsikan kondisi

lingkungan fisik kota Timika yang terdiri dari gunung-gunung dan sungai-

sungai yang menyimpan kekayaan alam, serta letaknya yang berada di

bagian Selatan Pulau Papua.

Pendekatan sosiologis digunakan untuk menjelaskan teori-teori dan

konsep-konsep sosial, seperti adanya kesenjangan sosial antara masyarakat

asli dengan pendatang dimana masyarakat asli termarginalisasi. Di

samping itu kehadiran Freeport juga membawa nilai-nilai baru yang

membawa perubahan sosial dalam masyarakat kota Timika.

Pendekatan ekonomi digunakan untuk menjelaskan keadaan

ekonomi masyarakat kota Timika yang mengalami kemajuan, yaitu dari

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sistem perekonomian tradisional menjadi sistem perekonomian modern

dimana pendapatan penduduk juga terus mengalami peningkatan.

Pendekatan politik digunakan untuk menjelaskan sistem

pemerintahan atau birokrasi kota Timika yang dari awal berdirinya terus

mengalami perkembangan yaitu dari wilayah kecil pemukiman Suku

Kamoro hingga menjadi sebuah Ibukota Propinsi yang wilayahnya

semakin luas.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penulisan penelitian ini tersusun dalam lima bab.

Masing-masing bab merupakan pokok bahasan yang terjalin satu sama lain

dan membentuk tema sentral yaitu mengenai sejarah perkembangan kota

Timika: studi kasus dampak PT. Freeport Indonesia tahun 1960-2001.

Bab pertama merupakan pendahuluan sebagai pengantar untuk

memudahkan mendalami aspek-aspek yang tercakup dalam penelitian ini,

yang berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kajian pustaka dan landasan teori, metode dan pendekatan

penelitian serta sistematika penulisan.

Bab kedua membahas proses awal berdirinya Kota Timika yang berisi

tentang latar belakang berdirinya kota, berdirinya kota dan faktor-faktor yang

mempengaruhi.

Bab ketiga membahas pengaruh PT. Freeport Indonesia terhadap

lingkungan fisik di sekitarnya dan masyarakat kota Timika.

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab keempat membahas perkembangan Kota Timika tahun 1960-2001

yang meliputi bidang ekonomi, sosial, sarana dan prasarana fisik,

pemerintahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kota serta

posisi penduduk asli.

Bab kelima berisi kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang

dibahas. Di samping itu juga terdapat saran-saran bagi beberapa pihak yang

terkait.

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
PROSES AWAL BERDIRINYA KOTA TIMIKA

A. Latar Belakang Berdirinya Kota

Tumbuh dan berkembangnya Kota Timika sangat terkait dengan sejarah

kedatangan bangsa Barat di Papua dan berdirinya PT. Freeport Indonesia.

Kota Timika mulai berdiri pada saat Freeport Sulphur Company merintis

usaha eksplorasi bahan tambang berupa tembaga di Papua pada tahun 1960.

Usaha Freeport Sulphur Company ini menindaklanjuti penemuan sumber

daya alam berupa bahan tambang oleh bangsa Barat yang berkunjung ke

Papua. Freeport Sulphur Company kemudian mendirikan perusahaan yang

kegiatannya mengeksplorasi, menambang dan menggiling bijih tambang di

Papua dengan nama PT. Freeport Indonesia. Kota Timika mulai tumbuh

sejalan dengan berdiri dan berkembangnya PT. Freeport Indonesia karena

Kota Timika sengaja dibuat atau didirikan oleh PT. Freeport Indonesia

sebagai salah satu penunjang kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu,

berdirinya Kota Timika merupakan bagian dari sejarah berdirinya PT.

Freeport Indonesia dan PT. Freeport Indonesia berdiri karena ditemukannya

barang tambang oleh bangsa Barat yang datang ke Papua. Sehingga untuk

mengetahui proses berdirinya Kota Timika perlu dibahas mengenai sejarah

kedatangan bangsa Barat di Papua dan sejarah berdirinya PT. Freeport

Indonesia.

62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Kedatangan bangsa Barat di Papua

Papua adalah sebutan untuk sebuah pulau besar yang di atas peta

tampak sebagai seekor burung raksasa, yaitu wilayah Republik Indonesia

yang paling Timur. Selain Papua pulau tersebut juga mempunyai sebutan

lain, yaitu Nieuw-Guinea dan Irian. Sebutan “Papua” pada awalnya

digunakan oleh pelaut Portugis Antonio d’Arbreu yang mengunjungi

pantai Irian pada tahun 1551. Nama tersebut kemudian dipakai oleh

Antonio Pigafetta yang turut bertualang bersama Magelhaes dalam

perjalanannya mengelilingi bumi. Antonio Pigafetta berada di Laut

Maluku sekitar tahun 1521. Kata “Papua” berasal dari bahasa Melayu

yaitu pua-pua yang berarti “keriting”. 74

Sebutan Nieuw-Guinea dipakai oleh bangsa Belanda, semula

digunakan oleh Ynigo Ortiz de Retes yaitu seorang pelaut Spanyol yang

pada tahun 1545 pernah mengunjungi Pantai Utara Papua. Ia memberi

nama Nieuw-Guinea karena warna kulit penduduknya yang hitam sama

dengan warna kulit penduduk Pantai Guinea di Benua Afrika. Sejak saat

itu sebutan Nieuw-Guinea dan variasinya yaitu Nova Guinea tercantum

dalam peta-peta abad ke-16. Dalam peta-peta Belanda digunakan sebutan

Nieuw-Guinea atau Nieuw-Guinee.

Sebutan Irian berasal dari beberapa pendapat diantaranya diusulkan

oleh F. Kasiepo dalam Konferensi Malino tahun 1946. Ia menggunakan

istilah iryan (bukan irian) yang dalam bahasa Biak berarti “sinar matahari

74
Koentjaraningrat, dkk., Op. cit., hlm. 3-4.

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang menghalau kabut di laut”, sehingga ada harapan bagi para nelayan

Biak untuk mencapai tanah daratan Irian di seberangnya. Di pihak lain

Presiden Soekarno konon mempopulerkan kata Irian dan bukan Iryan

karena dapat dianggap sebagai singkatan dari “Ikat Republik Indonesia

Anti Nederland”. Sementara itu berdasarkan berbagai bahasa yang ada di

Papua, Irian mempunyai arti yang berbeda-beda, misalnya dalam bahasa

Biak-Numfor berarti “tanah panas” (iri = tanah; an = panas), dalam bahasa

Serui berarti “tanah air” (iri = tiang pokok; an = bangsa), dalam bahasa

Merauke berarti “bangsa utama” (iri = angkat; an = bangsa). 75

Terlepas dari arti katanya yang berbeda-beda berdasarkan berbagai

macam bahasa yang ada di Papua, kata Irian sudah lama dikenal oleh

orang-orang Indonesia yang merantau ke daerah Pantai Utara Papua. Pada

awal abad ke-8 terlihat adanya hubungan langsung atau tidak langsung

antara Irian dengan negara Sriwijaya yang dibuktikan dengan adanya

burung-burung yang berasal dari Irian yang dibawa oleh para duta Raja Sri

Indrawarman dari Sriwijaya untuk dipersembahkan kepada Kaisar

Tiongkok. Dalam masa jaya Sriwijaya oleh para penulis berita Pulau Irian

disebut “Janggi”. Lima abad kemudian, yaitu abad ke-13 seorang musafir

Tionghoa yang bernama Chau Yu Kua menulis berita bahwa di Kepulauan

Indonesia terdapat suatu daerah yang bernama Tung-ki, yang merupakan

bagian dari suatu negara di Maluku. Jika memang Tung-ki adalah sebutan

75
Ibid., hlm. 44.

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tionghoa untuk “Janggi” berarti antara Irian dan Maluku terdapat suatu

hubungan yang erat.

Dalam syair XIV dari kitab Negarakertagama gubahan pujangga

Prapanca yang diselesaikan tahun 1365, menyatakan bahwa Irian

merupakan bagian dari wilayah Majapahit pada masa pemerintahan

Hayam Wuruk. Kejayaan dan kekuasaan Majapahit mendorong para

kepala daerah yang mempunyai kepentingan perdagangan di perairan

Kepulauan Indonesia untuk mempersatukan diri dengan negara Majapahit.

Seperti halnya para kepala daerah lain yang datang ke Ibu Kota Majapahit

untuk menyatakan diri tunduk kepada raja dan perdana menteri

Gajahmada, kepala daerah Maluku juga mengakui kedaulatan Majapahit

atas daerah-daerah kekuasaannya, yang antara lain meliputi sebagian dari

Irian. 76

Pada abad ke-16 orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Papua.

Untuk yang pertama kalinya penduduk Irian melihat orang Eropa adalah

ketika Alvaro de Saavedro utusan Gubernur Spanyol di Tidore yang dalam

perjalanan menuju Meksiko singgah di suatu tempat di Pantai Utara Irian

pada pertengahan tahun 1529. pada tahun 1545 di bawah pimpinan Ynigo

Ortiz de Retes sejumlah orang Spanyol mendarat di sungai Amberno di

Pantai Utara Irian. Dengan sebuah upacara kecil Ortiz de Retes

menyatakan bahwa pulau yang dijejaknya itu sebagai milik raja Spanyol.

Ortiz de Retes adalah orang yang pertama kali menamakan Irian dengan

76
Loc. cit.

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Neuva Guinea. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Spanyol untuk

menguasai Maluku dan Irian digagalkan oleh Belanda. Hal ini berkaitan

dengan kecondongan politik untuk menambah atau memperluas daerah

jajahan yang berkembang di negara-negara Eropa setelah pertengahan

abad ke-19. Dalam hal ini Belanda melalui Tidore yang sudah sejak lama

menjadi jajahannya melegitimasi bahwa Irian adalah daerah jajahannya.77

Pada awalnya Belanda menguasai Irian secara tidak langsung, yaitu

melalui kekuasaannya di Maluku. Tahun 1828 Belanda mulai berupaya

untuk sungguh-sungguh menguasai daerah Irian. Dalam sebuah proklamasi

Belanda menyatakan bahwa daerah-daerah yang dikuasai oleh Sultan

Tidore termasuk Irian menjadi hak Belanda dan melarang bangsa Eropa

lain untuk menempati atau memiliki daerah-daerah tersebut. Belanda

kemudian mendirikan beberapa benteng di Irian sebagai tanda

kekuasaannya. Dengan demikian penguasaan Belanda terhadap Irian

secara langsung terwujud. Untuk memantapkan kekuasaannya di Irian,

Belanda kemudian mendirikan kontrolir penguasa daerah di beberapa

wilayah seperti Manokwari dan Fakfak.

Selama masa kekuasaannya di Irian, Belanda melakukan upaya

penyebaran agama Kristen dan Katolik serta mengembangkan upaya

pendidikan formal dan pelayanan kesehatan, misalnya dengan mendirikan

sekolah-sekolah guru di daerah Teluk Cendrawasih dan sekolah-sekolah

Katolik di daerah Merauke. Dan pada masa gerakan kebangsaan Indonesia,

77
Ibid., hlm. 45.

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

salah satu daerah di Irian yang disebut Digul atau Tanah Merah oleh

Belanda dijadikan tempat pengasingan bagi yang tertangkap saat

melakukan serangan atau pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda. 78

Sejalan dengan pertumbuhan kapitalisme di negara-negara Eropa dan

Amerika, bangsa Barat melakukan eksplorasi di daerah-daerah jajahannya

untuk mencari bahan mentah yang dibutuhkan bagi perindustrian mereka.

Demikian halnya dengan Belanda, Belanda mengirim para sarjana dari

berbagai disiplin ilmu untuk melakukan eksplorasi sekaligus

mengembangkan peta Irian Jaya. H. Colijn adalah salah seorang ahli

geologi yang ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk membuat suatu

laporan mengenai keadaan di Irian Jaya. Ekspedisi yang dilakukan oleh H.

Colijn inilah yang menjadi awal mula berdirinya PT. Freeport Indonesia di

Papua karena ia berhasil menemukan sumber daya alam berupa bahan

tambang yang kemudian ditulis dalam laporannya. Dalam upayanya

menanamkan kekuasaannya di Irian Jaya Belanda juga mengadakan

pembagian wilayah Irian yang sekiranya dapat memantapkan

kekuasaannya melalui pemerintah-pemerintah daerah.

Pada masa Perang Pasifik, Irian merupakan salah satu wilayah

Indonesia yang menjadi sasaran kekuasaan Jepang. Dalam upayanya

menguasai Irian, Jepang mendapat perlawanan dari penduduk pribumi.

Kekuasaan Jepang di Irian berakhir ketika pasukan tentara Sekutu di

bawah pimpinan Jendral Douglas Mac Arthur berhasil mengalahkan

78
Keadaan Perekonomian Irian Jaya Masa Kekuasaan Belanda dapat dilihat dalam tabel pada
lampiran 5.

67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mereka di beberapa daerah di Irian pada tahun 1944. pada saat Indonesia

memproklamasikan kemerdekaannya maka secara otomatis Irian menjadi

bagian dari wilayah negara Republik Indonesia. Irian Jaya menjadi bagian

dari Propinsi Maluku yang sebelum Perang Dunia II merupakan suatu

Karesidenan dengan seorang Residen yang berkedudukan di Ambon.

Upaya Belanda untuk menguasai Kepulauan Indonesia termasuk

Papua tidak berhenti sampai di situ. Dengan berbagai upaya Belanda

berusaha menguasai kembali dan tetap mempertahankan Kepulauan

Indonesia sebagai tanah jajahan kerajaan Belanda. Dengan berbagai upaya

pula bangsa Indonesia mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia

termasuk Papua sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Presiden

Soekarno sebagai pemimpin Republik Indonesia akhirnya mengeluarkan

Tri Komando Rakyat atau TRIKORA dalam memperjuangkan

pembebasan Irian Jaya. TRIKORA dikeluarkan pada tanggal 19 Desember

1961 yang isinya:

a. Mengagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda

kolonial;

b. Mengibarkan Sang Merah Putih di Irian Jaya, tanah air Indonesia;

c. Mempersiapkan diri untuk mobilisasi umum guna mempertahankan

kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa. 79

Sejak Presiden Soekarno mengumumkan komandonya, perjuangan

pembebasan Irian Jaya diadakan berdasarkan ketiga pernyataan tersebut.

79
Koentjaraningrat, dkk., Op. cit., hlm. 87-88.

68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan pembebasan Irian

Jaya mendapat simpati dari berbagai pihak, diantaranya dari Amerika

Serikat. Seorang Diplomat Amerika Serikat yang bernama Ellsworth

Bunker pada bulan Maret 1962 mengajukan usul yang kemudian dikenal

sebagai Rencana Bunker. Isi pokok Rencana Bunker adalah:

a. Pemerintahan Irian Jaya harus diserahkan kepada RI;

b. Sesudah sekian tahun di bawah Pemerintahan RI, rakyat Irian Jaya

diberi kesempatan untuk menentukan pendapatnya tetap dalam RI atau

memisahkan diri;

c. Pelaksanaan Irian Jaya akan selesai dalam waktu dua tahun;

d. Untuk menghindari terjadinya bentrokan fisik antara kekuatan-

kekuatan Indonesia-Belanda, diadakan masa peralihan di bawah PBB

yang lamanya satu tahun. Waktu ini dipakai untuk memulangkan

seluruh militer dan pegawai Belanda. 80

Berdasarkan Rencana Bunker tersebut maka pada tanggal 15 Agustus

1962 berhasil ditandatangani persetujuan New York antara Menlu

Subandrio yang mewakili RI dan van Royen serta Schuurmann yang

mewakili Belanda. Penandatanganan persetujuan tersebut disaksikan oleh

Sekjen PBB U. Thant dan Bunker. Pokok persetujuan New York adalah

sebagai berikut:

80
G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 Jilid 2, Yogyakarta, Kanisius, 1988, hlm. 123-124.

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Nederland akan menyerahkan Irian Jaya kepada Penguasa Pelaksana

Sementara PBB (UNTEA = United Nations Temporary Executive

Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.

b. Pada tanggal 1 Oktober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Jaya

berdampingan dengan bendera Belanda, yang selanjutnya akan

diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk digantikan dengan

bendera Indonesia berdampingan dengan bendera PBB.

c. Pemerintahan UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963.

pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada pihak Indonesia. Pada

tanggal ini bendera PBB diturunkan.

d. Selama masa UNTEA, sebanyak-banyaknya tenaga (pegawai)

Indonesia akan dipergunakan, sedangkan tenaga dan tentara Belanda

akan dipulangkan selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963.

e. Pada tahun 1969 rakyat Irian Jaya diberi kesempatan untuk

menyatakan pendapatnya tetap dalam RI atau memisahkan diri dari RI.

UNTEA berhasil menjalankan tugasnya dengan lancar sehingga tepat

pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Jaya benar-benar menjadi bagian dari

wilayah RI yang berdaulat dengan E. J. Bonay seorang putera asli Irian

sebagai Gubernur Irian Jaya pertama yang bebas. 81

2. Berdirinya PT. Freeport Indonesia

PT. Freeport Indonesia adalah anak perusahaan Freeport McMoRan

Copper & Gold Incorporate, yaitu salah satu perusahaan penanaman modal

81
Loc. cit.

70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

asing dari Amerika Serikat yang beroperasi di Kabupaten Mimika,

Propinsi Irian Jaya Tengah. Operasi PT. Freeport Indonesia meliputi

eksplorasi, penambangan dan penggilingan bijih tambang yang

mengandung tembaga, emas dan perak serta memasarkannya ke seluruh

dunia. Saham PT. Freeport Indonesia dimiliki oleh Freeport McMoRan

Copper & Gold Incorporate sebesar 81,28%, PT. Indocopper Investama

Corporation sebesar 9,36% dan Pemerintah RI sebesar 9,36%. PT Freeport

Indonesia juga merupakan pemilik saham sebesar 25 % dari PT Smelting

(Gresik) yang mengoperasikan pabrik peleburan dan pemurnian tembaga

di Indonesia. 82

Sejarah berdirinya PT. Freeport Indonesia berawal pada saat

Pemerintah Belanda mengirim ekspedisi Colijn tahun 1936 ke Irian Jaya.

Ekspedisi yang beranggotakan Dr. Anton H. Colijn, Jean Jacques Dozy

dan J. Wissel tersebut ditugaskan oleh Pemerintah Belanda untuk

membuat laporan mengenai keadaan Irian Jaya. Hal ini berkaitan dengan

upaya Belanda untuk tetap menguasai Irian Jaya sebagai tanah jajahan

Hindia-Belanda di Indonesia. Pada saat akan mendaki puncak Ngga Pulu

(puncak Cartensz) Jean Jacques Dozy melihat sebuah bukit yang

menurutnya adalah sebuah cebakan mineral yang sangat kaya. Jean

Jacques Dozy yang seorang geolog langsung menamakan bukit itu

82
PTFI General Induction, hlm. 3.

71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ertsberg atau “Gunung Bijih” karena ia mendeteksi adanya kandungan

tembaga yang kaya di dalamnya. 83

Jean Jacques Dozy kemudian menerbitkan laporan tentang

penemuannya itu pada tahun 1939. Tetapi karena pecah Perang Dunia II,

laporannya tidak menjadi prioritas yang ditindaklanjuti oleh negara-negara

Eropa pada saat itu. Laporan tersebut terlupakan dan tersimpan di

Perpustakaan Universitas Leiden. Tahun 1959 ketika sedang melakukan

riset kepustakaan seorang geolog asal Freeport Sulphur Company dari

Lousiana, Amerika Serikat yang bernama Forbes K. Wilson menemukan

laporan Dozy. Laporan tersebut menggugah semangat Forbes K. Wilson

yang juga seorang manajer eksplorasi dari Freeport Sulphur Company

untuk membuktikan kebenarannya. Kemudian pada tahun 1960 bersama

Del Flint, Forbes K. Wilson pergi ke Papua yang saat itu masih dikuasai

oleh Belanda. Dengan peralatan yang lebih lengkap dan canggih Wilson

menemukan bahwa Gunung Bijih tersebut tingginya mencapai 179 meter

di atas permukaan laut dan diperkirakan kandungan tembaganya dapat

mencapai hingga kedalaman 360 meter. 84

Freeport belum dapat melaksanakan niatnya untuk segera

menambang kekayaan alam Papua yang telah mereka temukan tersebut

karena pada saat itu kondisi politik Indonesia sedang mengalami berbagai

gejolak. Baru pada awal kekuasaan rezim Orde Baru Freeport mengajukan

izin dan menjadi Penanam Modal Asing pertama di Indonesia.


83
George A. Mealey, Op. cit., hlm. 51-78. Gambar Ekspedisi Colijn dan J. J. Dozy dapat dilihat
pada lampiran 27.
84
Loc. cit.

72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam UU No. 11 tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan, investasi asing di bidang pertambangan umum dilakukan

melalui penerapan sistem Kontrak Karya (KK), yaitu perjanjian antara

pemerintah dengan investor yang berbadan hukum Indonesia, dimana

pemerintah bertindak sebagai pihak pemilik (principal) sedangkan

perusahaan pertambangan bertindak sebagai kontraktor. Perjanjian kontrak

karya secara khusus memberi hak tunggal kepada investor untuk

melakukan penelitian sumberdaya mineral yang terkandung dalam wilayah

kontrak karya, dan kemudian menambang, mengolah dan memasarkan

endapan mineral yang ditemukan. Hak tunggal ini diberikan sebagai

konsekuensi atas kesediaan menanggung resiko atas pelaksanaan kegiatan

eksplorasi dimana resiko kegagalannya sangat tinggi, disamping

pemenuhan pembayaran pajak dan kewajiban lainnya yang disebutkan

dalam Kontrak Karya.

Dalam melaksanakan operasinya, pemegang Kontrak Karya

mempunyai hak kendali dan manajemen tunggal atas semua kegiatannya,

termasuk mempekerjakan sub kontraktor untuk melaksanakan tahap-tahap

operasinya. Pemegang Kontrak Karya juga mempunyai kewajiban seperti

menanam modal, membayar pajak dan pungutan-pungutan lain, kewajiban

mengikuti standar pertambangan yang ditetapkan pemerintah, kewajiban

melaksanakan peraturan lingkungan hidup, dan kewajiban melaksanakan

standar keselamatan kerja dan kesehatan.

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Untuk memperoleh suatu kontrak karya pertambangan, kontraktor

yang berminat harus mengajukan aplikasi yang disertai surat keterangan

dari Duta Besar Republik Indonesia di negara asalnya. Kemudian

dilakukan perundingan tentang jangka waktu berlakunya kontrak karya

dengan pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, Departemen

Pekerjaan Umum dan Departemen Kehutanan. Setelah tahap ini dilalui,

rancangan kontrak diajukan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) dan DPR. Setelah itu, atas rekomendasi DPR dan BKPM kontrak

diajukan kepada Presiden. Bila disetujui, Presiden memberikan

persetujuan dalam bentuk surat persetujuan dan sekaligus menunjuk

Menteri Pertambangan dan Energi untuk menandatangani kontrak karya

tersebut. Seluruh proses ini sidikitnya memakan waktu satu setengah

tahun. Karena waktu tunggunya sangat panjang, pemerintah biasanya

mengeluarkan Izin Prinsip kepada Kontraktor disertai Surat Izin Penelitian

Pendahuluan (SIPP) agar kontraktor dapat melakukan berbagai pekerjaan

persiapan sambil menunggu keluarnya kontrak karya. 85

Kebijakan kontrak karya didasarkan pada Undang-Undang Dasar

1945 pasal 33 ayat 3 yang mengatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Bersumber pada itu, maka

semua peraturan tentang pertambangan disesuaikan. Untuk mengurangi

kesan kepemilikan, pemerintah menggunakan alasan penguasaan demi


85
Al Rahab Amirudin, Op. cit., hlm. 33. Mengenai perusahaan jasa pertambangan di luar minyak
dan gas bumi dapat dilihat dalam SK Menteri Pertambangan No. 432/Kpts/M/Pertamb/1972,
pada lampiran 1.

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepentingan pemasukan negara, kesempatan kerja dan mengurangi

kesenjangan dengan memakai aset yang dikuasai oleh negara. 86

Kontrak karya pertama (KK I) ditandatangani oleh pemerintah

Indonesia pada tanggal 7 April 1967. Kontrak karya generasi pertama

tersebut hanya diberikan kepada satu perusahaan yaitu PT. Freeport

Indonesia Company untuk memulai penambangan tembaga di Ertsberg,

Papua. Dalam kontrak karya tersebut, Freeport diizinkan untuk mengimpor

seluruh peralatannya tanpa dikenal penjadwalan untuk melakukan

nasionalisasi saham dengan masa konsesi tiga puluh tahun. Dalam Kontrak

Karya I ini, Freeport juga diberi fasilitas tax holiday dan keringanan pajak

selama tiga puluh tahun, tidak dibebani biaya pembebasan atas tanah, serta

tidak memiliki kewajiban untuk menunjang pembangunan dan

kesejahteraan daerah. 87

Setelah KK I ditandatangani, Freeport segera mengontrak Bechtel

sebuah perusahaan konstruksi terkemuka dari Amerika Serikat untuk

membangun seluruh infrastruktur yang dibutuhkan untuk keperluan

penambangan. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi:

a. Jaringan jalan darat sepanjang 74 mil mulai dari pantai ke tempat

pertambangan pada ketinggian 3.700 meter dpl.;

b. Jalan sepanjang 1.100 meter melalui Pegunungan Cartenzs dan

lintasan kawat trem untuk membawa batu yang mengandung mineral

ke lokasi pengolahan yang berada di ketinggian 2.800 meter dpl.;


86
Loc. cit.
87
Tax holiday adalah pembebasan dari kewajiban membayar pajak selama waktu yang telah
ditentukan.

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Sambungan pipa untuk membawa konsentrat tembaga dari pabrik ke

pelabuhan Amapare di Laut Arafuru;

d. Kota dengan kapasitas 1.500 jiwa dan sebuah lapangan terbang yang

berjarak 22 mil dari pelabuhan laut, kota tersebut adalah yang

sekarang disebut kota Timika;

e. Sarana pemukiman untuk para pekerjanya di lokasi yang berjarak 10

km dari pertambangan, lokasi tersebut dikenal dengan nama

Tembagapura.

Berbagai material yang digunakan untuk pembuatan infrastruktur,

konstruksi pertambangan, bangunan, mesin dan peralatan diimpor dari

Amerika serikat dan Jepang. Begitu juga dengan bahan makanan dan

kebutuhan sehari-hari para pekerja dan staf ahli Freeport didatangkan dari

Singapura dan Australia. 88

Dalam usahanya PT. Freeport Indonesia bertujuan untuk:

a. Mengekplorasi, menambang, memproses dan memasarkan konsentrat

tembaga dan produk-produk lainnya dari wilayah Kontrak Karya PTFI

di Papua.

b. Melakukan usaha yang menguntungkan dan menciptakan nilai tambah

dalam rangka mendatangkan laba bagi para pemegang saham,

karyawan dan Pemerintah Republik Indonesia, sehingga mampu

menarik investasi-investasi lain dalam bisnis PTFI di Indonesia.

88
Al Rahab Amirudin, Op. cit., hlm. 34-35.

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Mendorong terciptanya suatu lingkungan kerja yang menantang dan

mendirikan sebuah organisasi yang sesuai untuk mencapai tujuan-

tujuannya, dengan para karyawan yang memiliki motivasi,

kemampuan, tanggungjawab dan komitmen yang tinggi. 89

PT. Freeport Indonesia mulai melakukan pengeboran eksplorasi di

Ertsberg pada bulan Desember 1967. Operasi penambangan dimulai pada

tahun 1969. Konstruksi dalam skala besar dimulai pada bulan Mei 1970

dan pengapalan (ekspor) pertama konsentrat tembaga berlangsung pada

bulan Desember 1972. Pada bulan Maret 1973 proyek pertambangan ini

diresmikan oleh Presiden Soeharto dan sekaligus meresmikan Kota

Tembagapura. Sepuluh tahun kemudian (1983) Freeport mengalami krisis

karena bahan tambang yang diambil dari Puncak Ertsberg menipis dan

rendahnya harga pasar, ditambah dengan berkurangnya minat para investor

dan keharusan Freeport membayar hutang-hutangnya. Menghadapi

kenyataan ini operasi Freeport hampir dihentikan karena terus merugi. 90

Perubahan besar kemudian terjadi pada tahun 1986 ketika James

Robert Moffet diangkat menjadi Chief Executive Officer (CEO) yang

ditunjukkan dengan peningkatan upaya-upaya eksplorasi secara intensif.

Hasil eksplorasi itu adalah ditemukannya cadangan emas dan tembaga di

Grasberg atau “Gunung Rumput” yang memungkinkan PTFI memasuki

suatu babak baru yang lebih menggairahkan dan menguntungkan. Dengan

diketahuinya kandungan bahan tambang emas sebesar 2,16 milyar ton


89
PTFI General Induction, hlm. 3.
90
Ngadisah, Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di Papua, Yogyakarta, Pustaka
Raja, 2003, hlm. 66.

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(cadangan emas terbesar di dunia) dan tembaga sebesar 22 juta ton lebih

(nomor 3 terbesar di dunia), PTFI bergairah untuk membangun prasarana

secara lengkap dan eksplorasi produksi secara besar-besaran. 91 Pada bulan

Desember 1991 Kontrak Karya II ditandatangani, yang memberikan hak

kepada PTFI untuk beroperasi selama 30 tahun dengan kemungkinan

perpanjangan selama 2 x 10 tahun. Ini berarti KK II akan berakhir pada

tahun 2021 dan apabila ada perpanjangan dua kali, baru berakhir pada

tahun 2041. 92

Sampai saat ini karyawan yang terlibat dalam operasi tambang PTFI

mencapai 16.000 orang. Dari data bulan Maret 2002 diketahui bahwa

karyawan PTFI sebanyak 7.438 orang, sedang selebihnya adalah para

kontraktor PTFI dan karyawan perusahaan privatisasi. Sepuluh persen

karyawan PTFI adalah staf. Karyawan PTFI terdiri dari 98 persen orang

Indonesia yang 25 persennya adalah orang Papua. Para karyawan PTFI

berasal dari berbagai suku di Papua dan ratusan pulau di Indonesia.

Sedangkan karyawan asing yang berjumlah dua persen diantaranya berasal

dari Amerika, Australia, Kanada, Filipina dan Afrika Selatan. Oleh karena

itu gugus kerja PTFI beraneka ragam dalam ras dan etnis. 93

Daerah operasi PT. Freeport Indonesia meliputi dataran tinggi dan

dataran rendah yang cuacanya bervariasi sesuai dengan lokasi. Dataran

tinggi terdiri dari sebagian besar hutan pegunungan dan pegunungan

91
Lihat gambar Grasberg pada lampiran 21.
92
Ngadisah, Op. cit., hlm. 66. Sejarah singkat atau Kronologi Berdirinya PTFI dapat dilihat pada
lampiran 30.
93
PTFI General Induction, hlm. 29.

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tinggi. Cuaca pada umumnya basah dan dingin. Temperaturnya berkisar

antara 8° C -22º C. Di daerah dataran tinggi selain jumlah oksigennya jauh

lebih sedikit juga sering tertutup kabut tebal yang mengakikatkan

berkurangnya daya pandang. Sementara itu daerah dataran rendah terdiri

dari rawa yang luas di dekat pantai yang ditumbuhi mangrove sedangkan

di daerah tanah datar berupa hutan. Cuaca pada umumnya panas, basah

dan lembab dengan temperatur 29º C-32º C dan hujan deras sepanjang

tahun. 94

B. Berdirinya Kota Timika

Sebelum menjadi nama kota, Timika pada awalnya adalah nama

sebuah lapangan udara yang dibangun oleh Freeport Sulphur Company pada

tahun 1968. Kata "timika" berasal dari kata "timuka atau timiko" yang

artinya buaya, yaitu untuk menyebut daerah yang banyak buayanya. Daerah

tersebut adalah pantai di bagian Selatan Kabupaten Mimika Timur,

Kabupaten Fakfak yang dihuni oleh suku Kamoro.

Timika kemudian digunakan untuk menyebut daerah di sekitar

lapangan udara yang dibangun oleh Freeport Sulphur Company tersebut.

Semula penduduknya masih sebatas penduduk asli yang jumlahnya sedikit

dan tinggal di daerah rawa dan pegunungan berdasarkan suku, diantaranya

adalah suku Kamoro dan Amungme. Mereka hidup dengan sistem

perekonomian tradisional yaitu dengan mata pencaharian meramu sagu,

94
Orientasi K3, hlm. 2. Peta Area Penambangan dan Daerah Kerja Freeport dapat dilihat pada
lampiran 17.

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mencari ikan dan berburu babi serta memasarkan sebagian hasilnya dengan

sistem barter.

Setelah Freeport Sulphur Company memperoleh ijin untuk membuka

usaha tambang di Papua khususnya di daerah Mimika dari pemerintah

Indonesia, maka segera mendirikan perusahaan dengan nama PT. Freeport

Indonesia yang telah diawali dengan pembangunan lapangan udara Timika

serta beberapa ruas jalan. Dengan berdirinya PT. Freeport tersebut, Timika

berkembang menjadi pusat kegiatan penduduk sekitar karena di situ mulai

dibangun berbagai fasilitas oleh PT. Freeport Indonesia untuk menunjang

kegiatan operasionalnya.

Timika kemudian mengalami perkembangan di bidang pemerintahan

karena arus keluar-masuk penduduk di wilayah ini jauh lebih intensif

dibanding wilayah-wilayah lain. Mengingat intensifnya mobilitas penduduk,

maka pemerintah daerah membuat perwakilan kecamatan Mimika Baru di

Timika. Perwakilan kecamatan ini ditempatkan di Timika untuk membawahi

beberapa desa yang karena jaraknya terlalu jauh, sulit diawasi langsung oleh

pemerintah daerah di kota kecamatan Mapurujaya. Di samping itu, karena

perkembangan yang pesat dari kegiatan perusahaan tambang Freeport dan

terlalu jauh serta sulitnya prasarana dan sarana perhubungan antara

Kecamatan Mimika Timur dengan Kabupaten Fakfak, maka khusus

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kecamatan Mimika Timur, Akimuga dan Mimika Barat ditangani langsung

oleh pembantu Bupati yang ditempatkan di Timika. 95

Meskipun secara formal wilayah kekuasaan pembantu Bupati meliputi

tiga kecamatan, tetapi konsentrasi tugasnya lebih banyak di Mimika Timur

karena kegiatannya lebih berkembang pesat dibanding kecamatan lainnya.

Bahkan jumlah penduduk menduduki tempat kedua setelah Kecamatan

Fakfak dalam wilayah Kabupaten Fakfak. Untuk meningkatkan pelayanan

pemerintahan di Kecamatan Mimika Timur dibangun kantor-kantor

pemerintahan yang setingkat dengan wilayah kabupaten. Di samping itu juga

ada kantor-kantor pemerintahan yang berada di bawah koordinasi kecamatan

Mimika Timur. 96

Volume kegiatan ekonomi penduduk Kecamatan Mimika Timur terus

mengalami perkembangan sehingga disediakan fasilitas perdagangan.

Penduduk sudah dapat menjual hasil buminya secara khusus yang berupa

sayur, buah dan ikan kepada Freeport melalui Koperasi Unit Desa.

Pemerintah Daerah juga memberikan bantuan khusus kepada penduduk asli

yaitu suku Kamoro dan Amungme berupa bibit binatang ternak, seperti sapi,

babi dan ayam. 97

Berkembangnya usaha Freeport di Kecamatan Mimika Timur

mengundang para pendatang, baik dari wilayah lain di Irian Jaya maupun

propinsi lain di Indonesia. Sebagian dari mereka bekerja di Freeport,

95
S. Budhisantoso, dkk., Op. cit., hlm. 15-16. Jumlah desa dan keadaan alam di Kecamatan
Mimika Timur dapat dilihat pada tabel dalam lampiran 6.
96
Nama-nama Kantor Pemerintahan dapat dilihat dalam tabel pada lampiran 8.
97
S. Budhisantoso, dkk., Op. cit., hlm. 18.

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagian lagi membuka usaha sendiri (wiraswasta). Usaha-usaha wiraswasta

yang menjadi daya tarik Kecamatan Mimika Timur adalah perkayuan,

angkutan, bangunan, penginapan, hiburan, bengkel dan peternakan. 98

Penduduk asli setempat di Kecamatan Mimika Timur mayoritas

beragama Kristen Protestan dan Katolik. Sedangkan para pendatang

umumnya beragama Islam, mereka berasal dari Sulawesi Selatan (Bugis dan

Makasar) dan transmigran dari Jawa (Jawa dan Sunda). Untuk umat Islam

tidak ada perbedaan antara satu masjid dengan masjid lainnya. Sedangkan

gereja dibedakan menurut agamanya, yaitu gereja Katholik, Protestan,

Kingmi dan Pantekosta. Orang Kamoro dan Amungme pada umumnya

beragama Katolik dan Kingmi, sedangkan yang beragama Protestan dan

Pantekosta kebanyakan adalah pendatang yang berasal dari Sorong, Biak,

Toraja dan Minahasa. Tidak ada organisasi formal yang berlandaskan agama

tetapi pertemuan keagamaan sering dilakukan oleh penduduk. 99

Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan Puskesmas juga disediakan,

sebagian atas bantuan Freeport dan sebagian lainnya dari Departemen

Kesehatan. Di samping itu juga dibangun fasilitas-fasilitas pendidikan dari

tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Sekolah-sekolah

tersebut negeri dan swasta, sekolah swasta dikelola oleh yayasan Katholik

dan yayasan Cendrawasih Freeport. 100

Jumlah penduduk di Kecamatan Mimika Timur mengalami

peningkatan pesat pada tahun 1987 sampai tahun 1992, yaitu dari 23.152
98
Ibid., hlm. 20.
99
Ibid., hlm. 22. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama lihat dalam tabel pada lampiran 9.
100
Jumlah Fasilitas SD dapat dilihat dalam tabel pada lampiran 10.

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jiwa menjadi 34.693 jiwa. Kalau dilihat dari perkembangan penduduk

kabupaten Fakfak dari tahun 1982 sampai dengan 1987, terlihat bahwa

angka pertumbuhan melonjak pada tahun 1984 sampai dengan 1987. hal ini

disebabkan adanya penduduk transmigran yang ditempatkan di kabupaten

ini. Di samping karena banyaknya pendatang. 101

Timika terus berkembang menjadi sebuah kota yang semakin modern

karena aktivitas ekonomi para pendatang baru, pemerintah, Freeport sebagai

sponsor utama dan kegiatan spontan penduduknya. Pada awal tahun 1996

penduduk Timika mencapai 35.000 jiwa dengan 15.000-nya terkonsentrasi

di daerah pemukiman sebelah Selatan bandara Timika. Prosentase

pertambahan penduduk di Kabupaten Mimika 16% per tahun dan

terkonsentrasi di kota Timika. Sampai dengan tahun 2003 jumlah total

penduduk Kabupaten Mimika mencapai 131.715 jiwa.

Pusat Timika terdiri dari dua wilayah, yaitu Kwamki Baru di sebelah

Utara dan Koperapoka di sebelah selatan dengan populasi 7.000 jiwa.

Jantung kota Timika terdiri dari pasar yaitu pasar raya yang biasa disebut

Pasar Swadaya Murni, pasar ini berdekatan dengan pangkalan taksi dan

minibus, gedung bioskop, toko-toko kecil, bank-bank dan perkantoran yang

melayani kesibukkan kegiatan perdagangan pusat kota Timika. Menurut

ukurannya, Timika seperti halnya beberapa kota lain di Indonesia kecuali

kegiatan perdagangan atau bisnis yang tidak didominasi oleh etnis Cina.

Secara keseluruhan di kota Timika terdapat gedung-gedung sekolah,

101
S. Budhisantoso, dkk., Op. cit., hlm. 26-27. Data Perkembangan Jumlah Penduduk dapat
dilihat dalam tabel pada lampiran 7.

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

telekomunikasi, kantor pos, hotel, gedung bioskop, apotek, bank, masjid,

gereja dan restoran. Sedangkan industri kerajinan yang berkembang di

Timika tidak jauh dari material-material bangunan, seperti furniture,

cetakan-cetakan beton, genteng atap dan bahan-bahan bangunan lainnya. Di

samping itu juga ada toko yang menyediakan barang-barang seni dan

souvenir asli buatan lokal, yaitu kerajinan orang Papua. 102

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berdirinya Kota Timika

1. Faktor pendukung

a. Faktor ekologi

Timika adalah sebuah kota yang pertumbuhannya dipengaruhi

oleh faktor ekologi, yaitu sumber daya alam yang terkandung di

hampir seluruh wilayah Timika yang berupa tembaga, emas dan perak.

Kekayaan sumber daya alam tersebut mendorong para investor asing

yang dimotori oleh Freeport Sulphur Company dari Amerika Serikat

untuk menanamkan modal dan menjalankan usaha pertambangan di

Timika. Keberadaan perusahaan asing yang mengeksplorasi,

mengeksploitasi dan memasarkan kekayaan alam Timika yang berupa

tembaga, emas dan perak inilah yang memicu tumbuh dan

berkembanganya Kota Timika.

102
George A. Mealey, Op. cit., hlm. 327. Denah Kota Timika dapat dilihat pada lampiran 15.

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Faktor teknologi

Faktor ekologi tersebut mendorong Freeport untuk melakukan

kegiatan eksplorasi, penambangan dan sekaligus pemasarannya. Dalam

kegiatan operasionalnya Freeport menggunakan hasil-hasil teknologi

modern seperti alat-alat transportasi, telekomunikasi, pertambangan

dan lain-lain yang memungkinkan infrastruktur di Timika semakin

berkembang.

c. Faktor politik

Adanya dukungan dari pemerintah Indonesia merupakan faktor

penting bagi berlangsungnya kegiatan operasional Freeport. Dukungan

yang diberikan oleh pemerintah Indonesia berupa ijin penambangan.

Dengan memiliki ijin yang tertuang dalam perjanjian Kontrak Karya,

Freeport membangun berbagai prasarana dan infrastruktur yang

menunjang kegiatan operasional penambangannya di Papua. Salah satu

infrastruktur yang dibangun Freeport adalah Kota Timika. Dukungan

dari pemerintah yang berupa perjanjian Kontrak Karya merupakan

jaminan bagi sahnya seluruh kegiatan operasional Freeport di

Indonesia. Dengan demikian Freeport memperoleh kesempatan yang

luas untuk menjalankan dan mengembangkan operasional

penambangannya di Indonesia khususnya di Papua. Kota Timika

merupakan salah satu bentuk infrastruktur yang dibangun Freeport

untuk menunjang kegiatan operasionalnya.

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Faktor ekonomi

Kemampuan Freeport untuk terus membangun infrastruktur yang

mendukung bagi kegiatan penambangannya tentu saja ditunjang

dengan ketersediaan dana atau modal yang dimiliki Freeport. Modal

tersebut diperoleh dari hasil patungan antara Freeport McMoRan

Copper & Gold Incorporate dengan beberapa investor dari beberapa

negara, seperti Australia dan Jepang. Faktor ekonomi yang

mendorong Freeport mengembangkan usahanya di Timika adalah

adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup, baik bagi Freeport

sendiri, karyawan maupun pangsa pasar internasional. Adanya tuntutan

pemenuhan kebutuhan hidup yang dialami oleh berbagai pihak tersebut

semakin menggiatkan kegiatan operasional Freeport, dan hal ini

mendorong tumbuh dan berkembangnya Kota Timika sebagai salah

satu urat nadi gerak operasional Freeport.

2. Faktor penghambat

a. Faktor geografis

Lingkungan alam wilayah Kabupaten Mimika pada umumnya

berupa daratan, rawa-rawa, tebing dan pegunungan yang sulit

dijangkau oleh alat transportasi dan telekomunikasi. Dengan demikian

proses pembangunan Kota Timika tidak dapat berjalan dengan lancar

dan cepat karena kontak dengan dunia luar atau daerah lain sulit

dilakukan. Kondisi ini sangat menghambat bagi pertumbuhan dan

perkembangan Kota Timika.

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keterbatasan berbagai sarana dan fasilitas karena akses dengan

dunia luar yang terbatas mengakibatkan Timika kekurangan sumber

daya manusia yang berpotensi dan terdidik. Hal tersebut

mengakibatkan kurangnya motor penggerak sekaligus pelaku

pembangunan bagi tumbuh dan berkembangnya Kota Timika.

b. Faktor sosial

Faktor sosial yang menghambat perkembangan Kota Timika

adalah konflik yang sering terjadi di wilayah Timika. Konflik tersebut

sebenarnya merupakan hal biasa bagi masyarakat di kawasan Mimika.

Sejarah sosial di Kabupaten ini menunjukkan bahwa konflik sosial

merupakan hal yang selalu muncul dalam bentuk perang suku maupun

sengketa dalam bentuk lain, terutama dengan penduduk yang dianggap

pendatang. Kehadiran PTFI dapat dikatakan menjadi sumber konflik

baru, karena di samping konflik-konflik lama masih mewarnai

kehidupan sosial masyarakat, Freeport menambah kompleksitas

konflik di daerah ini. Di samping menambah kemajemukkan

masyarakat, kehadiran PTFI yang merupakan perusahaan

multinasional yang sangat modern peralatannya menimbulkan

perubahan sosial yang sangat cepat di kawasan Kabupaten Mimika.

Kehadiran Freeport juga menimbulkan perubahan lingkungan hidup

yang berpengaruh langsung terhadap sumber mata pencaharian

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penduduk, sehingga diperlukan perubahan nilai secara signifikan agar

masyarakat tetap dapat bertahan hidup. 103

Perubahan-perubahan yang cepat tersebut melahirkan konflik-

konflik sosial yang semakin tajam. Perubahan dan konflik berjalan

beriringan sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari.

Konflik-konflik tersebut dipicu oleh kehadiran Freeport yang

menimbulkan dampak sosial lingkungan dan benturan dua kebudayaan

di Mimika, yaitu budaya tradisional dan budaya industri modern.

Perlakuan yang tidak akamodatif dari pemerintah dan PT FI

terhadap tuntutan masyarakat setempat mengakibatkan protes-protes

yang terus-menerus baik dilakukan secara terbuka maupun secara

laten. Oleh karena itu, manifestasi atau perwujudan konflik melalui

protes-protes dan demonstrasi, seakan mengatakan kepada publik

bahwa pertentangan pemerintah dan PT FI dengan masyarakat adat

Papua ini adalah perseteruan yang "abadi". Indikasi ini diperkuat

dengan adanya dominasi kekuasaan atas hak-hak sipil maupun adat

masyarakat setempat. Konflik ini merupakan fenomena gunung es

(iceberg phenomenon) karena apa yang terlihat dan teramati publik

hanyalah konflik-konflik di permukaan, sementara hakikat konflik

(laten) yang lebih besar nyaris tidak mudah dideteksi. 104

Sejak Juli 1996 memang ada dana 1% dari laba kotor perusahaan

untuk masyarakat Timika. Layaknya dana "bancakan", dana 1 % bagi


103
Ngadisah, Op. cit., hlm. 99-100.
104
Cecep Darmawan, Freeport dan Kerusuhan Abepura, Pikiran Rakyat, 21 Maret 2006.

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pihak masyarakat adat menjadi sumber konflik internal diantara

mereka. Dana tersebut disinyalir sebagai media peredam setelah

adanya kerusuhan Maret 1996. Lembaga Masyarakat Adat Amungme

(Lemasa) awalnya menolak menerima dana tersebut. Masyarakat adat

Amungme menolak semua bentuk perwakilan yang mengatasnamakan

masyarakat setempat selain Lemasa. Sementara masyarakat adat lain

(Komoro, dll.) merasa berhak juga atas dana tersebut. Terjadilah

konflik-konflik internal sebagai babak baru persoalan PT FI yang

berkepanjangan. Walaupun kemudian dibentuk 7 yayasan yang

mengelola dana tersebut dengan melibatkan berbagai unsur pimpinan

adat setempat melalui SK Gubernur Irja, konflik-konflik diantara

mereka tetap saja terjadi. Intinya adalah ketidakpuasan, ketidakadilan,

dan pengelolaan yang tidak profesional.

Konflik-konflik sekitar PT FI telah dimulai sejak perusahaan itu

berdiri. Pada saat persiapan awal projek PT FI sekira 1960-1973 telah

terjadi konflik dengan masyarakat adat setempat berkaitan dengan

pengakuan identitas dan pandangan hidup yang berhubungan dengan

alam dan konsep tentang Hai (konsepsi nenek moyang mereka di alam

"atas"). Di samping itu konflik pertama terjadi manakala tim ekspedisi

Forbes Wilson tahun 1960 meminta bantuan kepada masyarakat sekitar

untuk membawa barang-barang keperluan rombongan, tetapi pada

akhirnya tidak dibayar. Kekecewaan dan merasa ditipu merupakan

awal dari konflik ini.

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Konflik berikutnya yang dikenal dengan konflik January

Agreement yang dibuat tahun 1974. Isinya menyangkut kesepakatan

antara PTFI dengan masyarakat suku Amungme dalam kaitan

pematokan lahan penambangan dan batas tanah milik PT FI dengan

masyarakat adat setempat. Namun pada kenyataannya, diduga PT FI

telah mengambil tanah adat jauh di luar batas yang telah disepakati.

Masyarakat adat semakin tergerser dan menjadi kaum pinggiran

(pheripheral saja). Konflik-konflik berkaitan dengan January

Agreement terus saja berlanjut sampai pembentukan Lemasa tahun

1992.

Konflik lainnya dipicu oleh kerusakan lingkungan yang semakin

parah. Lemasa yang dikomandoi oleh Tom Beanal kemudian

mengadakan musyawarah adat Lemasa (7-13 Desember 1998) yang

menghasilkan 4 resolusi yang berisi tentang resolusi SDA, HAM,

gugatan terhadap PTFI dan meminta dialog nasional. Lemasa memang

diyakini telah berubah dari gerakan sosial mejadi gerakan politik.

Tahun 2003 terjadi kerusuhan di Timika, penyebab awal kerusuhan

tersebut, bermula dari adanya peresmian Provinsi baru. Kemudian

kematian orang AS di Timika juga memperpanjang daftar masalah PT

FI ini. 105 Konflik-konflik yang sering terjadi di kawasan ini merupakan

salah satu faktor yang menghambat perkembangan Kota Timika

sebagai salah satu produk dari kehadiran Freeport.

105
Ibid.

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
PENGARUH PT. FREEPORT INDONESIA
TERHADAP LINGKUNGAN FISIK DI SEKITARNYA
DAN MASYARAKAT KOTA TIMIKA

A. Pengaruh PT. Freeport Indonesia Terhadap Lingkungan Fisik di

Sekitarnya

Sebagaimana kegiatan manusia lain, operasional PTFI mengandung

aspek-aspek yang membawa dampak terhadap lingkungan hidup. Aspek-

aspek tersebut berupa kegiatan, produk atau pelayanan yang dapat

berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan. Dampak-dampak lingkungan

adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup karena

kegiatan, produk atau pelayanan PTFI. Oleh karena itu PTFI mempunyai

komitmen untuk meminimalkan dampak dari kegiatan operasi

penambangannya, untuk mereklamasikan dan menanam kembali areal yang

terkena dampak. PTFI mempunyai komitmen untuk melindungi

lingkungannya dan melestarikan keseimbangan alam di daerah operasinya. 106

Untuk mewujudkan komitmennya, PTFI melaksanakan audit tahunan

terhadap pengelolaan lingkungan dan sistem pemantauannya serta secara

sukarela melakukan audit lingkungan eksternal setiap tiga tahun dan secara

terbuka mengumumkan hasil-hasilnya. Produk-produk dari operasional PTFI

yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup diantaranya berupa overburden,

aliran batuan asam, tailing dan limbah bukan hasil proses tambang. 107

106
Profil Ringkas PT. Freeport Indonesia, Timika, PTFI, 2000.
107
PTFI General Induction, hlm. 40.

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Overburden adalah lapisan penutup yang membungkus kandungan bijih

tambang yang hanya mengandung logam bernilai kecil atau bahkan tidak ada

sama sekali. Operasional penambangan PTFI di Grasberg menangani antara

500.000-800.000 ton overburden setiap harinya. Overburden menimbulkan

aliran batuan asam yang berakibat buruk terhadap mata air. Untuk menimbun

overburden dibutuhkan tempat-tempat yang sangat luas dan penimbunannya

berpotensial menyebabkan tanah longsor apabila ditempatkan di lereng yang

tidak stabil. Oleh karena itu dalam pengelolaan overburden PTFI sangat

berhati-hati dengan mengontrol dan meminimalkan produksi aliran batuan

asam serta memantau stabilitas lereng-lereng timbunan.

Aliran Asam Batuan (Acid Rock Drainage) dihasilkan bila bahan sulfida

di dalam overburden terkena air dan udara sehingga membentuk asam dan

melarutkan logam-logam yang terkandung di dalamnya. Larutan asam ini

dapat keluar dari timbunan overburden. ARD membawa dampak terhadap air

permukaan dan air bawah tanah. Dalam pengelolaannya ARD dikontrol

dengan menaikkan tingkat pH-nya sampai ke tingkat netral sebelum dialirkan

bebas. Aliran batuan asam juga diolah di Instalasi Pemrosesan ARD yang

berada di Mile Post 74 PTFI untuk memperoleh kandungan larutan tembaga

yang ada.

Tailing adalah batuan sisa proses pengapungan logam-logam yang

berharga dari proses pengkonsentrasian di tempat penggilingan. Dari 250 ribu

ton bijih yang dikirim ke tempat penggilingan setiap harinya hanya tiga

persen-nya yang mengandung tembaga dan emas, sisanya adalah tailing.

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kadar kandungan benda padat yang tinggi dalam tailing dan jumlah yang

besar mengakibatkan berkelok-keloknya aliran sungai di wilayah

pengendapan. Tailing juga mengganggu kehidupan di perairan karena bahan-

bahan padatnya. Seperti telah disetujui oleh pemerintah, tailing hasil

operasional PTFI dialirkan ke sungai Aghawagon-Otomona-Ajkwa menuju

ke daerah endapan yang disebut Area Pengendapan Ajkwa (ADA).

Untuk mencegah melubernya tailing dari tempat yang telah ditentukan,

PTFI membangun Tanggul Timur (East Levee) dan Tanggul Barat (West

Levee) di sepanjang sungai Ajkwa sehingga tailing tersebut mengendap tanpa

mempengaruhi tempat-tempat lainnya. Tanggul-tanggul tersebut dibangun

kuat agar dapat bertahan lama untuk meminimalisasi dampak yang muncul

pada ekosistem hutan dan muara sungai. Proyek Pengelolaan Sungai Tailing

(TRMP) memantau tailing untuk mengetahui proses pengendapannya di

ADA. Environmental Department mereklamasi dan merehabilitasi wilayah-

wilayah yang telah stabil karena endapan tailing telah mengeras. Apabila

memungkinkan, Environmental Development menjadikan wilayah tailing

sebagai lahan pertanian dan melakukan penanaman tumbuhan produksi. 108

Limbah yang tidak dihasilkan dari proses tambang (non-process waste)

adalah limbah yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan pendukung

seperti perumahan, kantor, rumah sakit dan aula makan. PTFI merupakan

sebuah proyek penambangan dan penggilingan yang sangat besar yang

didukung oleh berbagai fasilitas dengan populasi kira-kira 20.000 jiwa di dua

108
Gambar Daerah Pembuangan Tailing Sungai Aijwa dan Daerah Pengolahan Tailing dapat
dilihat pada lampiran 23.

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kota yaitu Kuala Kencana dan Tembagapura serta empat tempat kediaman

yaitu Portsite Camp, Timika Base Camp, Mile 38 Camp dan Ridge Camp. Di

antara fasilitas-fasilitas pendukung tersebut juga terdapat bengkel-bengkel

perawatan untuk melayani ribuan kendaraan ringan, alat berat dan truk angkut

(haul truck), pergudangan, tiga pusat perbelanjaan, restoran, klinik dan

sebuah rumah sakit. Area-area tempat tinggal dan berbagai fasilitas tersebut

menghasilkan limbah cair yang sebagian besar adalah limbah rumah tangga

dan limbah padat atau sampah. Laboratorium-laboratorium yang berada di

Timika, Tembagapura dan area penggilingan juga menghasilkan limbah yang

dikategorikan sebagai bahan-bahan berbahaya.

Limbah-limbah tersebut bila tidak dikelola secara benar berpotensi

menyebabkan masalah-masalah kesehatan dan mempengaruhi sumber-sumber

daya alam yang ada, baik air tanah maupun tanah itu sendiri. Melalui mitra

privatisasinya PT. TDS (Tata Disantara Townsite Services), PTFI

mengoperasikan sejumlah sistem penampungan limbah dan Instalasi

Pengolahan Limbah (Sewage Treatment Plants) secara biologis yang

berlokasi dari Portsite sampai ke area tambang. Setiap STP dirancang untuk

meminimalisasi resiko-resiko lingkungan dan bahaya terhadap manusia yang

telah memenuhi standar pengolahan limbah Pemerintah Indonesia.

PTFI juga menggunakan produk bahan bakar dalam jumlah besar untuk

mendukung kegiatan-kegiatan penggilingan, sehingga itu muncul resiko

tertumpahnya bahan bakar tersebut dari pipa-pipa saluran dan tangki-tangki

penampungannya. Di samping itu juga dapat muncul resiko tumpahan

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

konsentrat dari pipa-pipa dan tangki saluran serta tumpahan reagen kimia

berbahaya dari tempat penggilingan. Tumpahan bahan bakar, konsentrat dan

bahan kimia dapat merusak lingkungan dan menyebabkan gangguan terhadap

air dan tanah. Oleh karena itu PTFI merancang pipa-pipa saluran dengan

pertimbangan langkah-langkah pencegahan seperti kolam tumpahan (dump

pond), katup periksa (check valve), tekanan, katup-katup isolasi, perlindungan

katodik dan program pemantauan ketebalan dinding. 109

Aspek-aspek dan dampak-dampak lingkungan PTFI dikontrol dan

dikelola melalui Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Environmental

Department, yang merupakan sistem pengelolaan secara menyeluruh. SML

telah memiliki sertifikasi standar ISO 14001. SML PTFI dirancang untuk

mencapai target-target pengelolaan lingkungan yang efektif. Jantung dari

SML PTFI adalah Pernyataan Kebijakan Lingkungan (Environmental Policy

Statement) yang ditulis oleh Manajemen dan disetujiu oleh General Manajer

PTFI. SML merangkum seluruh persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat

memenuhi standar ISO 14001. 110

Pernyataan Kebijakan Lingkungan PTFI berfungsi sebagai pijakan bagi

SML PTFI dan secara garis besar menyatakan tujuan serta prinsip-prinsip

PTFI dalam hubungannya dengan kinerja lingkungan secara keseluruhan.

Pernyataan Kebijakan Lingkungan PTFI memberikan kerangka tindakan dan

menyatakan tujuan-tujuan serta target-target lingkungan PTFI. Pernyataan

Kebijakan Lingkungan menyatakan komitmen PTFI untuk:


109
Gambar Proses Operasi Penambangan sampai ke Pelabuhan Pengapalan Freeport dapat
dilihat pada lampiran 22.
110
PTFI General Induction, hlm. 42.

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Mematuhi undang-undang dan peraturan-peraturan lingkungan hidup.

2. Meminimalisasi dampak-dampak lingkungan atau mencegah polusi.

3. Secara terus-menerus memperbaiki kinerja lingkungannya.

4. Memasukkan aspek-aspek lingkungan sebagai bahan pertimbangan dalam

perencanaan, perekayasaan dan pengoperasian.

5. Memastikan dikomunikasikannya kebijakan tersebut secara luas.

6. Bekerjasama dengan masyarakat-masyarakat sekitar dengan rasa saling

menghormati. 111

Bila dikaji lebih dalam, kehadiran PT. Freeport Indonesia di bumi Papua

sesungguhnya lebih memberikan dampak negatif bagi lingkungan alam

sekitar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai pencemaran air dan

tanah yang merusak ekosistem alam yang mempengaruhi kehidupan manusia

dan satwa di sekitarnya. Wilayah operasi Freeport berada di sekitar dan di

dalam lingkungan Cagar Alam Lorentz yang menjadi taman nasional dan

merupakan salah satu dari wilayah alamiah terbesar di seluruh dunia. Oleh

karena itu seberapapun besarnya usaha yang dilakukan Freeport untuk

meminimalisasi dampak operasi penambangannya terhadap lingkungan

sekitar namun tidak mampu mengembalikan kondisi alam yang penuh potensi

dan alami.

Kehancuran lingkungan dalam skala masif merupakan akibat fatal dari

operasi penambangan Freeport terutama disebabkan oleh aktifitas-aktifitas

penambangan bijih, penimbunan batuan limbah, dan pengolahan bijih serta

111
Ibid., hlm. 43.

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembuangan pasir atau lumpur sisa (tailing). Penggalian gunung Grasberg

menyebabkan perubahan bentang alam secara signifikan. Gunung Grasberg

pada masa akhir penambangan akan merupakan lubang raksasa menganga

dengan diameter sekitar 2,5 km dengan kedalaman 700 m. Penggalian gunung

Grasberg juga menyebabkan hilangnya vegetasi-vegatasi asli dan hewan yang

hidup di sana. Operasi penambangan dan penimbunan batuan limbah juga

dapat merubah hidrologi air permukaan dan air tanah, baik terhadap pola

aliran permukaan, laju aliran serta tinggi muka air tanah. Penggalian yang

dilakukan untuk mendapatkan bijih mengakibatkan terpotongnya jalur aliran

permukaan maupun aliran tanah yang mengakibatkan perubahan pola

tersebut. 112

Operasi pertambangan Freeport yang dimulai sejak tahun 1972 terbukti

telah merusak lingkungan dan merugikan masyarakat setempat. Kerusakan-

kerusakan yang paling parah antara lain adalah:

1. Berubahnya bentang alam akibat pembongkaran lahan, seperti Gunung

Grasberg yang akan berubah menjadi lubang raksasa dan Danau

Wanagon, danau suci masyarakat Amungme akan menjadi bukit limbah

yang sangat asam.

2. Tercemarnya ekosistem akibat air asam tambang yang dapat berakibat

buruk bagi kesehatan jika masuk dalam rantai makanan makhluk hidup.

3. Rusaknya tiga badan sungai utama dari hulu hingga hilir di wilayah

Timika, yaitu Sungai Aghawagon, Otomona dan Ajkwa sebagai tempat

112
Amiruddin Al Rahab, Op. cit., hlm. 199-201.

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembuangan tailing. Kerusakan sungai-sungai tersebut secara otomatis

mematikan kehidupan di dalam sungai serta flora fauna yang sangat

bergantung pada sungai tersebut.

4. Sungai yang menjadi korban pembuangan tailing merambah ke sungai

lainnya di sebelah Timur Sungai Ajkwa, yaitu Sungai Kopi dan

Minajerwi. Dampak pembuangan tailing juga berpengaruh sampai ke

wilayah pesisir dan laut di perairan Timika. 113

Di samping itu, akibat kelalaian operasi PTFI telah menimbulkan

bencana terhadap lingkungan hidup dan masyarakat. Misalnya dengan

jebolnya Danau Wanagon akibat pembuangan limbah batuan dengan

kapasitas yang tidak sesuai dengan daya dukungnya dan meluapnya Sungai

Ajkwa, Kopi dan Minajerwi karena tidak mampu menampung tailing yang

begitu banyak.

B. Pengaruh PT. Freeport Indonesia Terhadap Masyarakat Kota Timika

Sejak awal berdirinya PTFI mempunyai beberapa komitmen untuk ikut

membangun kehidupan masyarakat sekitar bagi kehidupan yang lebih baik

sekaligus meminimalkan dampak negatif dari kegiatan operasi

penambangannya terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kehadiran PTFI sebagai

suatu perusahaan tambang kelas dunia yang beroperasi di Papua membawa

113
Ibid., hlm. 213.

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dampak yang sangat besar bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik

yang bersifat positif maupun negatif.

Tumbuh dan berkembangnya Kota Timika adalah salah satu bukti nyata

pengaruh keberadaan PTFI dalam bentuk tata ruang lingkungan, ekonomi,

sosial dan pemerintahan di Papua. Sementara itu, keberadaan PTFI juga

memberikan sumbangan dalam skala nasional di bidang ekonomi yang secara

langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar yang tinggal di wilayah Timika.

Timika adalah Ibukota Kabupaten Mimika sekaligus Ibukota Propinsi Irian

Jaya Tengah, jadi Timika merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Mimika.

Dengan demikian Mimika dapat sama dengan Timika karena Timika

merupakan bagian atau berada di dalam Mimika, tetapi Timika belum tentu

atau tidak sama dengan Mimika karena Timika adalah bagian dari wilayah

Mimika.

Sumbangan PTFI di bidang ekonomi yang berskala nasional tersebut

antara lain:

1. Masuknya investor asing ke Irian Jaya/Indonesia

Kehadiran PTFI terutama setelah ditemukan cadangan bijih

Grasberg, memberi pengaruh besar terhadap investor untuk menanamkan

modal di Indonesia, khususnya di bidang pertambangan. Minat

berinvestasi khusus bagi Propinsi Irian Jaya meningkat karena mereka

dapat belajar dari pengalaman Freeport dari segi-segi teknis

pertambangan maupun non teknis seperti program pengembangan

masyarakat. Di samping itu juga karena telah tersedia infrastruktur umum

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan ekonomi yang lebih lengkap, khususnya di Kabupaten Mimika.

Kehadiran investor-investor pertambangan tersebut dapat membuka

isolasi daerah dan pembangunan infrestruktur baru. 114

2. Perkembangan sektor swasta nasional

Sektor swasta nasional, baik berskala besar, menengah maupun

kecil berkembang cukup pesat di Mimika. Hal ini berkaitan dengan

kebijakan privatisasi dan pemberdayaan dunia usaha nasional dimana

kebutuhan-kebutuhan PTFI telah dialihkan dan dikontrakkan kepada

perusahaan swasta nasional. Sampai saat ini ada sedikitnya 22

perusahaan yang menjadi rekanan PTFI yang menyediakan berbagai

macam jasa, baik langsung maupun tidak langsung bagi kepentingan

pertambangan PTFI sebagai bisnis utama (core-business). 115

3. Perkembangan ekonomi kerakyatan

Pengaruh positif yang dapat dirasakan atas kehadiran PTFI adalah

berkembangnya sektor ekonomi kerakyatan yang melibatkan masyarakat,

baik dari luar maupun penduduk asli Papua. Dari keadaan masyarakat

meramu atau yang baru mengenal ekonomi pasar pada tahap yang sangat

sederhana, kini berkembang semangat kewirausahaan di kalangan

penduduk setempat. Secara khusus PTFI membina kewirausahaan putra

daerah melalui Program Inkubator bisnis yang menekuni usaha dalam

bidang pertanian, peternakan, perikanan, koperasi, jasa angkutan, industri

114
August Kafiar, PT. Freeport Indonesia dan masyarakat Adat Suku Amungme, Timika, Forum
Lorentz, 2000, hlm. 55-56. Bandingkan: Ngadisah, Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial
Politik di Papua (Yogyakarta: Pustaka Raja, 2003).
115
Ibid., hlm. 56-58.

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahan bangunan (bata tela, batu pasir dan kayu olahan) serta usaha

pertamanan dan seni ukir. 116

4. KAPET Biak-Mimika

Berdasarkan Keppres No. 90 Tahun 1996, telah ditetapkan

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Biak-Mimika

sebagai bagian dari sistem pengembangan ekonomi kewilayahan secara

terpadu. Penentuan Kabupaten Mimika di bagian Selatan Irian juga

sebagai pendukung KAPET Biak, memberi kesan kuat pengakuan

pemerintah atas peranan yang telah dan akan dilakukan oleh perusahaan

ini dalam memacu perkembangan ekonomi nasional, terutama di Propinsi

Irian Jaya. 117

Di samping manfaat yang diberikan PTFI melalui berbagai kegiatan di

atas, masih banyak usaha-usaha lain yang ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat, baik sebagai kompensasi atas dampak

negatif pertambangan maupun program-program yang sejak awal

dicanangkan. Motivasi pencanangan program-program PTFI didorong oleh

beberapa kepentingan seperti: kepentingan PTFI sendiri agar kelangsungan

usahanya berlanjut, kepentingan pemerintah pusat dan regional serta

kepentingan masyarakat setempat. 118 Tidak dapat dipungkiri bahwa

kontribusi PTFI terhadap perekonomian nasional sangat besar, yang berasal

dari berbagai macam pajak yang dibayarkan, royalti, deviden dan

kemampuannya menyediakan lapangan kerja. Sementara itu PTFI juga


116
Ibid., hlm. 58-59.
117
Loc. cit.
118
Ngadisah, Op. cit., hlm. 69.

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membangun berbagai prasarana fisik berupa: pelabuhan udara, pelabuhan

laut, jalan raya, fasilitas air minum, listrik, telekomunikasi dan lain-lain yang

merupakan aset pembangunan lokal.

Di samping itu, PTFI secara khusus menyediakan dana bagi masyarakat

setempat yang disebut Freeport Fund for Irian Jaya Development (FFIJD).

Dana ini disalurkan melalui lembaga-lembaga yang dikelola oleh masyarakat

(Lembaga Swadaya Masyarakat) lembaga-lembaga adat, melalui pemerintah

maupun dikelola langsung oleh Freeport. 119

Program-program khusus yang ditujukan bagi masyarakat Irian Jaya

cukup banyak dengan sasaran masyarakat di pedesaan. Dari dana FFIJD

sebesar 1% (dari keuntungan kotor) ditambah dengan sumber-sumber lain,

beberapa program yang sudah atau sedang dilaksanakan antara lain:

1. Pengembangan Wilayah Timika Terpadu (PWT2)

Program ini dicanangkan sejak tahun 1996, dimaksudkan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak langsung

proyek Freeport. PWT2 dikelola oleh yayasan-yayasan yang didasarkan

pada etnisitas masyarakat Mimika dan sekitarnya. Ada delapan yayasan

yang mewakili tujuh suku, yaitu Amungme, Kamoro, Damal, Dani,

Moni, Nduga dan Ekagi. Jenis-jenis proyek lebih dititikberatkan pada

pembangunan fisik (perumahan) tersebut mengalami kegagalan karena

kemampuan manajerial proyek (yayasan) sangat terbatas. 120

119
Ibid., hlm. 70.
120
Loc. cit., Bandingkan: August Kafiar, PT. Freeport Indonesia dan masyarakat Adat Suku
Amungme (Timika: Forum Lorentz, 2000).

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM)

LPM dibentuk pada akhir tahun 1998. LPM mengelola dana FFIJD

dengan pendekatan wilayah. Melalui surat kesepakatan (memorandum of

understanding) antara PTFI, pemerintah dan LPM-Irja, kewenangan

penuh untuk mengelola dana FFIJD secara mandiri diberikan kepada

LPM-Irja. Pengelolaan dana model ini pun mengalami banyak masalah

yang menjadi penyebab konflik dalam masyarakat. 121

3. Program Rekognisi

PTFI mengakui adanya hubungan yang khusus antara masyarakat

setempat dengan tanah tumpah darah mereka. Oleh karena itu sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, PTFI

melaksanakan program rekognisi dalam bentuk proyek-proyek yang

bermanfaat bagi umum kepada masyarakat lokal atas penggunaan

sementara tanah mereka. Program ini ditujukan khusus bagi masyarakat

yang tanahnya terkena limbah industri, yaitu tailing yang menghancurkan

tanaman yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Amungme dan

Kamoro. Program ini terutama diarahkan pada suku Amungme dan

Kamoro dengan membangun sarana fisik berupa perkampungan baru

beserta prasarana umum lainnya seperti jalan, jembatan, sumur dan

tangki air. Pembangunannya melibatkan masyarakat setempat sebagai

121
Ibid., hlm. 71.

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

upaya pembelajaran masyarakat dengan bimbingan dan pembinaan dari

kontraktor yang memenuhi syarat. 122

4. Community Lesson Office (CLO)

CLO adalah bagian dari program rekognisi yang dikelola langsung

oleh Freeport sebagai upaya mengetahui kebutuhan-kebutuhan nyata di

masyarakat. Di dalam struktur CLO terdapat manajer senior, asisten

manajer dan village lesson officer (VLO). Jabatan pertama dan kedua

dipegang oleh staf Freeport dari Divisi Community Development,

sedangkan VLO dipegang oleh tokoh-tokoh masyarakat atau kepala desa

baik dari kalangan suku Kamoro maupun Amungme. CLO adalah

petugas penghubung masyarakat yang mensosialisasikan program-

program perusahaan di desa-desa, menerima umpan balik dan

pertanyaan, menengahi konflik-konflik yang menyangkut isu-isu

perusahaan dan memberikan informasi mengenai operasi dan dampak

perusahaan. CLO juga membantu komunikasi antara perusahaan,

pemerintah daerah dan masyarakat setempat dengan mengadakan

pertemuan bersama secara rutin untuk bertukar pikiran dan meningkatkan

hubungan. 123

Kehadiran PTFI di samping membawa dampak positif bagi masyarakat

sekitar di bidang ekonomi juga membawa dampak positif di bidang-bidang

lain seperti kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya. Di bidang kesehatan

masyarakat setempat terutama dari tujuh suku (Amungme, Kamoro, Damal,

122
Loc. cit.
123
Ibid., hlm. 72.

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dani, Ekari, Moni, Nduga) dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara

gratis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat yang dibangun dengan

menggunakan dana FFIJD. PTFI melaksanakan berbagai kegiatan dalam

program kesehatan masyarakat, antara lain dengan memberikan dukungan

dan pelatihan bagi Posyandu, imunisasi, perawatan menjelang persalinan dan

pengendalian penyakit Tubercolucis (TBC) serta penyakit menular seksual

(penyakit kelamin). PTFI juga bekerjasama dengan Puskesmas pemerintah

untuk memberikan pelayanan kesehatan rawat-inap dan rawat-jalan bagi

masyarakat setempat. Di samping itu Departemen Kesehatan Masyarakat dan

Pengendalian Malaria (Public Health & Malaria Control) PTFI memberikan

obat-obat untuk pencegahan dan perawatan awal penyakit, berkunjung ke

rumah-rumah secara rutin memeriksa mereka yang mengidap malaria,

bekerjasama dengan penduduk dalam upaya membasmi sarang-sarang

nyamuk dengan memakai cara-cara yang ramah lingkungan dan memberikan

pengobatan secara langsung. 124

Di bidang pendidikan PTFI melaksanakan program-program yang

mendukung bagi terciptanya generasi-genarasi muda asli Papua yang cerdas,

berkualitas dan siap kerja, diantaranya dengan:

1. Memberikan beasiswa dan bantuan pendidikan kepada para pelajar dan

mahasiswa Papua.

2. Melalui Yayasan Pendidikan Tuarek membeli seragam sekolah,

membayar uang sekolah, menyewa kamar dan asrama bagi para pelajar

124
Komitmen Untuk Masyarakat Papua, Timika: PT. Freeport Indonesia, 2000, hlm. 3.

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya dengan

menggunakan dana FFIJD.

3. Menerima anak-anak dari suku-suku setempat untuk belajar di sekolah

perusahaan, menyediakan guru-guru khusus, serta menampung mereka

dalam asrama di Tembagapura dan Kuala Kencana.

4. Mengadakan pelatihan-pelatihan ketrampilan praktis bagi penduduk lokal,

baik bagi mereka yang akan mencari pekerjaan maupun mereka yang

sudah diterima sebagai karyawan perusahaan. Program ini didukung

dengan dibukanya sebuah Pusat Pengembangan Ketrampilan Dasar yang

dibangun oleh PTFI. 125

Selain itu PTFI juga memberikan prioritas bagi penduduk setempat

yang ingin bekerja di perusahaan ini bahkan dalam manajemen perusahaan

paling tinggi pun ditempati oleh penduduk lokal. Para karyawan putera

daerah Papua selain mendapat perawatan kesehatan, perumahan, makanan

dan manfaat-manfaat lain yang diberikan secara langsung oleh perusahaan

juga memperoleh program-program lain yang menjamin adanya keadilan dan

penghargaan terhadap nilai-nilai budaya setempat. 126

Di bidang sosial dan budaya PTFI mendorong manajemen dan

karyawan untuk mempelajari lebih banyak lagi tentang masyarakat asli,

sejarah dan lingkungan mereka yang berubah. PTFI berupaya untuk peka

terhadap kebutuhan-kebutuhan orang-orang Papua untuk melestarikan

kebudayaan mereka yang unik karena adanya pengaruh perkembangan

125
Ibid., hlm. 5.
126
Loc. cit.

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kebudayaan yang modern. Oleh karena itu perusahaan mendukung program-

program kebudayaan, seperti Festival Seni dan Budaya Asmat, sejumlah

kegiatan dan perayaan budaya masyarakat pegunungan dan membantu

penyelenggaraan program tahunan Festival Seni dan Budaya Kamoro di

Timika. Para konsultan PTFI bekerjasama dengan para ahli kebudayaan dan

lingkungan merancang program-program eko-wisata di beberapa desa sekitar

serta memberi kesempatan kepada para karyawan Freeport dan juga

wisatawan untuk menyaksikan dan menghayati keunikan budaya, tradisi-

tradisi dan keberlimpahan sumber alam daerah setempat. 127

Di sisi lain, secara kultural pertemuan dua kebudayaan yang sangat

kontras di wilayah Mimika juga menjadi sumber konflik. Pada satu sisi ada

masyarakat asli yang sangat tradisional, pada sisi lain ada Freeport dengan

budaya industri modern. Budaya industri modern inilah yang lebih dominan

sehingga masyarakat yang terdominasi merasa putus asa dan tersingkir dalam

menghadapi perubahan yang berada di luar jangkauannya. 128 Sementara itu

kebijakan PTFI yang dianggap kurang pas di mata penduduk asli merupakan

penyebab konflik yang berkepanjangan antara PTFI dengan masyarakat

Papua. Cara berpikir mereka yang sangat berbeda menyebabkan terjadinya

benturan kebudayaan. PTFI merupakan perwujudan budaya modern yang

mempunyai ciri-ciri:

1. Orientasi budaya ke masa depan.

2. Menilai tinggi ilmu dan teknologi.

127
Ibid., hlm. 10.
128
Ngadisah, Op. cit., hlm. 89.

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Menghargai kreativitas dan perubahan.

4. Sistem kontrol yang kuat melalui supremasi hukum.

5. Menempatkan alam sebagai hal yang terpisah dengan manusia.

Sedangkan masyarakat tradisional pada umumnya sebagai penerima budaya

modern mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Orientasi budaya pada harmoni sosial yang sedang berlangsung atau yang

sudah dijalani secara turun-temurun.

2. Unsur rasa lebih kuat dari pada rasio.

3. Bertahan terhadap perubahan sosial.

4. Hukum negara dan kebudayaan masyarakat berbeda.

5. Menempatkan alam sebagai satu kesatuan dengan manusia (monisme). 129

Cara berpikir yang berbeda menghasilkan budaya yang berbeda pula.

PTFI adalah produk budaya modern yang menghasilkan budaya perusahaan

(corporate culture), sedangkan masyarakat sekitarnya adalah pelaku dan

pencipta budaya tradisional bersumber dari masyarakat primordial. Ikatan

mereka dengan alam, suku dan adat-istiadat sangat kuat. Kehadiran budaya

modern di tengah-tengah masyarakat tradisional menimbulkan berbagai

persoalan bagi masyarakat setempat, baik yang bersumber dari kebijakan

perusahaan maupun yang bersumber dari internal masyarakat. Faktor

kepercayaan dan perasaan tidak berdaya membuat masyarakat adat tidak

berani masuk dalam pusaran perubahan yang terus-menerus digerakkan oleh

PTFI bersama dengan ekses-eksesnya. Masyarakat asli belum siap menerima

129
Ibid., Hal. 118-119.

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perubahan apalagi dalam ritme yang demikian cepat karena dibawa oleh

perusahaan raksasa yang bertaraf internasional. Ketidakmampuan mereka

memposisikan diri secara tepat di tengah-tengah perubahan itu menimbulkan

gerakan yang tidak terarah. Mereka membentuk lembaga swadaya atas dasar

kesukuan dan menuntut persamaan hak pekerjaan diperusahaan tetapi sulit

diajak mengembangkan kemampuan diri melalui pendidikan maupun latihan-

latihan keterampilan yang disediakan oleh PTFI, pemerintah dan LSM.

Sedangkan komitmen sosial yang tertuang dalam berbagai kebijakan belum

mampu memuaskan tuntutan masyarakat setempat, sehingga konflik terus

berlanjut. 130

Dampak lain dari kehadiran PTFI adalah bertambah majemuknya

masyarakat Mimika karena perusahaan banyak mendatangkan pekerja dari

luar Mimika dan Irian Jaya. Perkembangan wilayah yang pesat karena

kehadiran Freeport juga menarik pendatang lebih banyak lagi ke Mimika.

Dengan demikian potensi konflik di daerah ini semakin besar, baik dalam

bentuk perang suku maupun sengketa dalam bentuk lain terutama dengan

penduduk yang dianggap “pendatang”. Dalam hubungannya dengan

pendatang, dampak yang dirasakan sangat berpengaruh terhadap sikap

penduduk asli pada Freeport dan pegawai-pegawainya adalah adanya

kesenjangan sosial yang sangat mencolok. Masyarakat asli yang belum

memperoleh kesempatan memiliki rumah yang disediakan PTFI secara fisik

sangat kontras penampilannya. Apalagi bila dibandingkan dengan kehidupan

130
Ibid., hlm. 119-125.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di Kuala Kencana dan Tembagapura yang merupakan duplikasi kota modern

di Amerika Serikat. Kesenjangan sosial dari segi penampilan fisik maupun

pendapatan terjadi baik antara penduduk asli dengan pegawai PTFI maupun

dengan pendatang pada umumnya, karena tenaga kerja yang terserap ke PTFI

dari penduduk asli baru 1.376 orang dari keseluruhan karyawan Freeport

17.000 orang atau kurang dari 10%. 131

Pesatnya pertumbuhan Timika yang dipacu oleh PTFI dan migrasi pada

umumnya, melahirkan suatu masyarakat yang kompleks menurut ukuran

kesukuan, pekerjaan, agama dan kelas-kelas ekonomi. Masalahnya, di tengah

masyarakat yang kompleks dan perubahan yang cepat itu tidak ada satupun

lembaga sosial yang stabil kecuali Freeport. Bahkan pemerintah daerah

nampak tidak berdaya memandu dan menanggulangi arah perubahan dan

ekses perubahan yang sedang berlangsung. Dapat dikatakan bahwa PTFI

merupakan roda penggerak sekaligus lambang perubahan, mewakili suatu

dunia baru yang begitu asing dengan kekuatan yang luar biasa. Bagi

penduduk di sekitarnya, Freeport nampak sangat berkuasa sehingga orang

cenderung menjauhkan diri darinya atau tetap mengikutinya sambil protes.

Freeport beroperasi dengan suatu pola kerja dan pada tingkat pengambilan

keputusan yang sama sekali di luar jangkauan dan di luar daya tangkap

penduduk asli yang merasa diri “tuan rumah” dan pemilik tanah. Dengan

kehidupan statis yang sudah dijalaninya secara turun temurun, tentu sangat

131
Ibid., hlm. 98.

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sulit bagi mereka untuk menempatkan diri di tengah-tengah perubahan yang

sangat pesat akibat proses industrialisasi yang dimanifestasikan oleh Freeport.

Proses industrialisasi di manapun selalu menjadi pendorong perubahan

sosial, di mana ada pihak-pihak yang menerima setengah hati, ada pula yang

menolak. Bahkan dampak sosial berupa perubahan-perubahan fisik maupun

struktur sosial ditanggapi oleh masyarakat asli di kawasan Mimika dengan

rasa putus asa karena ketidakmampuannya mengikuti perputaran roda

industrialisasi sehingga timbul konflik yang berkepanjangan. 132 Sementara itu

di lain pihak berbagai dampak lingkungan fisik yang ditimbulkan oleh PTFI

juga menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat sekitar karena perubahan

lingkungan fisik yang terjadi mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat

sekitar secara langsung. Penelitian yang dilakukan oleh UGM dan PTFI pada

tahun 1999 berhasil mengidentifikasi dampak sosial PTFI terhadap

masyarakat Nawaripi dan Tipuka sebagai berikut:

1. Akses beberapa sub-suku Nawaripi (taparu) ke hutan sagu terhalang

sehingga mereka kahilangan sumber makanan. Sedangkan untuk berganti

mata pencaharian meraka sangat sulit karena terbatasnya keterampilan dan

wawasan.

2. Ketergantungan terhadap alam bergeser ke arah ketergantungan terhadap

PTFI. Ketergantungan kepada orang luar bagi orang Kamoro merupakan

perubahan sosial yang cukup signifikan karena secara tradisional mereka

132
Ibid., hlm. 98-99.

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah orang-orang bebas yang pada dasarnya mampu menentukan dan

melaksanakan sendiri apa yang diinginkan.

3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Kamoro karena

pengaruh alam yang bergeser ke arah ketergantungan kepada pihak luar

menyebabkan jatidiri orang Kamoro Nawaripi menjadi luntur. Nilai-nilai

spiritual yang berpengaruh sangat besar terhadap hakekat keberadaan

mereka sebagai manusia sangat terpengaruh oleh perubahan-perubahan

fisik di lingkungan mereka. Identitasnya sebagai komunitas Kamoro yang

menyatu dengan alam menghilang karena pemukimannya dipindah dari

lokasi asal secara tersebar.

4. Pemindahan lokasi mukim yang dilakukan sejak jaman penjajahan

Belanda hingga berdirinya Freeport mengakibatkan perubahan ikatan

sosial masyarakat Kamoro yang ditunjukkan dengan semakin longgarnya

ikatan solidaritas antar taparu. Hilangnya tanah ulayat karena tertimbun

tailing juga memperlemah peran lembaga sosial taparu yang berfungsi

sebagai penjaga teritorial atau wilayah ulayat.133

Dampak sosial PTFI terhadap masyarakat Amungme nampaknya lebih

mendalam dibanding masyarakat Kamoro, meskipun keduanya mempunyai

dasar filsafat alam yang sama yaitu menganggap adanya kesatuan antara alam

manusia dengan alam semesta (lingkungan fisik). Hal ini disebabkan,

kerusakan alam akibat penambangan bagi suku Amungme ada di puncak

gunung yang merupakan tempat pemujaan, tempat suci dan tempat arwah

133
Ngadisah, Op. cit., hlm. 91-96.

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

leluhur orang Amungme. Puncak gunung juga merupakan lambang kepala

ibu, bagian dari tubuh manusia yang sangat dihormati atau lambang martabat

kemanusiaan. Kini tempat itu sudah dihancurkan orang tanpa permisi, tanpa

minta ijin atau berunding dulu dengan pemiliknya. Sikap itulah yang

dianggap melukai hati orang Amungme. Mereka menganggap bahwa pihak

Freeport tidak menghargai hak-hak orang Amungme dan tidak menempatkan

mereka “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Air sungai yang bercampur

dengan tailing juga membuat mereka bertambah sedih, karena dulu airnya

jernih, sebagai lambang air mata ibu yang dipancarkan dari puncak gunung.

Itulah gambaran kesedihan orang Amungme atas kerusakan lingkungan

tanah ulayat mereka yang bukan sekedar mempengaruhi kehidupan dari segi

ekonomi tetapi menyangkut dunia batin orang Amungme. Memang dari segi

ekonomi, mereka sudah mengenal cara bercocok tanam secara menetap pada

lereng-lereng gunung. Dengan adanya akses jalan yang dibangun PTFI

mereka dapat memasarkan hasil bumi ke kota. Rumah-rumah dan sarana

pendidikan cukup lengkap, beberapa diantaranya dapat bekerja di PTFI.

Pemukiman orang Amungme di Kwamki Lama cukup memadai yang

dibangun dengan dana rekognisi dari PTFI. Meskipun demikian luka hati

nampaknya belum terobati, sehingga protes-protes yang paling gencar

dilakukan oleh suku Amungme sejak awal PTFI beroperasi sampai sekarang.

Sementara itu, suku Kamoro nampak lebih kompromistis meskipun

secara ekonomi kehidupan mereka lebih banyak terganggu namun karena

dunia spiritualnya tidak terlukai. Kalaupun ada luka hati tidak separah orang

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Amungme, karena lebih menyangkut aspek kehidupan ekonomi, bukan religi.

Hal yang sama-sama dialami adalah, adanya pergeseran adat-istiadat dan

banyak menyesuaikan dengan kehidupan modern. Sebagian dari mereka

sudah menyadari akan arti pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk

mengejar kemajuan bagi generasi baru, meskipun kedisiplinan bersekolah

belum dihayati benar oleh sebagian orang tua maupun anak-anaknya. 134

Bila ditinjau dari sektor ekonomi, nampaknya kehadiran Freeport

memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan sektor ekonomi

nasional khususnya masyarakat sekitar. Namun hal ini perlu ditinjau lebih

dalam lagi, apakah kehadiran Freeport sungguh memberikan dampak positif

bagi masyarakat sekitar dan membawa pada kemajuan-kemajuan hidup yang

lebih berarti atau malah sebaliknya dimana kekayaan alam negara semakin

dikuras habis dan manfaatnya lebih dinikmati orang asing dari pada

masyarakat sekitar.

134
Ibid., hlm. 97-98.

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
PERKEMBANGAN TIMIKA TAHUN 1960-2001

A. Perkembangan Timika di Berbagai Bidang

1. Kondisi umum

a. Letak geografis dan batas wilayah

Luas Kabupaten Mimika adalah 21.522 Km² yang secara

astronomi terletak pada 134,45°-137,45° BT dan 400°-510° LS.

Bagian Utara berbatasan dengan pegunungan Kabupaten Paniai dan

Puncak Jaya, bagian selatan dengan Laut Arafuru, bagian barat

dengan Kabupaten Fakfak dan bagian Timur dengan Kabupaten

Merauke. Daerah ini memiliki lima kelas kemiringan berkisar 1-3%

sampai > 40% dengan enam bentangan alam. Jenis tanah terbentuk

dari batuan tua berupa sedimen dan batuan ubahan, bertekstur

alluvial kasar sampai gambut. Wilayah hutan didominasi hutan

bakau (mangrove) dan sagu (Metrocylon sp.). Iklim termasuk tipe A

(menurut Schmit dan Ferguson), curah hujan rata-rata 3.525

mm/tahun (tipe hujan A menurut Koopen) dengan suhu terendah

berkisar 6°C (daerah pantai) dan tertinggi berkisar 26°C -30°C

(daerah pegunungan). 135

b. Kondisi topografis dan iklim

Kondisi topografi Kabupaten Mimika cukup beragam yang

ditandai dengan wilayah datar, wilayah rawa-rawa, wilayah

135
Peraturan Daerah Kabupaten Mimika No. 8 Tahun 2002. Tentang Rencana Strategis Kabupaten
Mimika 2002-2006, Timika, 2002, hlm. 19-20.

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perbukitan dan wilayah pegunungan yang diselimuti kabut abadi.

Wilayah laut berada di perairan Arafura. Kabupaten Mimika

memiliki berbagai jenis kekayaan alam, baik di laut, dataran rendah,

rawa-rawa, maupun di perbukitan. Dataran rendah dan rawa-rawa

ditumbuhi hutan bakau dan hutan sagu hingga ke puncak gunung

yang bertebing curam dan bersalju.

Statistik Badan Meteorologi dan Geofisika memperlihatkan

bahwa curah hujan di wilayah Kabupaten Mimika berkisar antara

2.109 mm sampai 5.035mm, atau rata-rata 3.525mm. curah hujan

tertinggi terjadi sepanjang bulan Maret hingga Oktober, sementara

musim kemarau cenderung tidak pasti. Suhu udara pada siang hari

setiap hari mencapai rata-rata 30°C di wilayah pantai dan 20°C di

pegungan. Sementara pada malam hari, suhu udara biasanya

mendekati titik beku untuk wilayah pegunungan. Kecepatan angin

rata-rata mencapai 1,0-2,4 knot/jam, penyinaran matahari antara

14,3-26,6 sedangkan kelembaban nisbi berkisar antara 75-85%

dengan rata-rata angka tahunan 78%. 136

c. Kondisi hidrologi, jenis tanah dan batuan

Sungai di wilayah Kabupaten Mimika terbentang dari wilayah

Kecamatan Mimika barat hingga Kecamatan Agimuga serta

beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Ombo, Aijwa,

Minajerwi, Otakwa, Agimuga dan Cemara yang semuanya bermuara

136
Loc. cit.

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di pantai perairan Arafura. Lebak sungai di bagian hilir berkisar

antara 100-150 m dengan kedalaman pada musim kemarau antara 3-

6 m atau 5-8 m pada musim hujan.

Jenis tanah di Kabupaten Mimika pada umumnya merupakan

tanah hasil lapukan batuan dasar sebagai residual soil dan transported

soil. Tanah di wilayah ini juga dapat dikelompokan menjadi tanah

aluvial dengan tekstur halus hingga kasar dan tanah gambut. Jenis

tanah aluvial tersusun dari podsolik merah kuning yang

penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten

Mimika.

Sementara itu satuan batuan di wilayah ini umumnya berumur

prakambium-recen yang dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi

beberapa formasi. Jenis batuan terdiri dari batuan sedimen, yaitu

batuan pasir, batuan lempung, batuan gamping, batuan terobosan,

batuan ubahan dan batuan hasil perombakan. Semua jenis batuan

tersebut tersebar di wilayah pegunungan dan sungai. 137

2. Bidang Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi

Tahun 1960 perekonomian Irian Jaya secara umum dikelola

oleh Departemen-departemen Pemerintah Belanda karena Irian Jaya

masih dalam kekuasaan Belanda. Dari tahun 1949 Sampai dengan

tahun 1962 perekonomian Irian Jaya diorientasikan pada kegiatan

137
Ibid., hlm. 21

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perdagangan yang mengalami defisit-defisit besar pada neraca

pembayaran perdagangan. Kegiatan perdagangan tersebut berupa

import barang kebutuhan seperti beras dan eksport barang hasil

bumu seperti minyak mentah, bunga pala dan kayu. Kegiatan

perdagangan tersebut masih terpusat di kota-kota di pesisir pantai

seperti Hollandia (Jayapura), Manokwari, Biak, Merauke dan

Sorong. Sementara penduduk di daerah pedalamam seperti daerah

yang sekarang kita kenal dengan nama Timika masih menggunakan

sistem barter dalam transaksi yaitu dengan saling menukar barang

kebutuhan yang diperoleh dari bertani, beternak dan berburu. 138

Uang belum penting bagi kehidupan sebagian besar penduduk,

termasuk hampir seluruh penduduk di daerah pegunungan yang

kebanyakan masih menggunakan kapak persegi sebagai alat untuk

memenuhi kebutuhannya. Uang Rupiah Irian Barat (IBRp) mulai

beredar baru pada tahun1963 yang nilainya sama dengan "gulden"

Belanda.

Tahun 1963 pada saat Pemerintahan Irian Barat diserahkan

oleh Kekuasaan Eksekutif Sementara PBB (UNTEA) kepada

Republik Indonesia, beberapa perubahan penting dalam ekonomi dan

pemerintahan ditangguhkan sampai Agustus 1969, yaitu setelah

dilaksanakannya Pepera. Setelah Irian Jaya mempunyai status

otonom tahun 1969, aktivitas ekonomi berada di bawah pengawasan

138
Ross Garnaut & Chris Manning, Op. cit., hlm. 19-25.

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Departemen-departeman Pemerintah Propinsi yang dikoordinasi oleh

Sektor Khusus. Tahun 1965 terjadi inflasi yang mengakibatkan

naiknya harga-harga barang kebutuhan dan menimbulkan pasar

gelap. Antara tahun 1967-1969 terjadi beberapa kali kekurangan

bahan pokok di Irian. Baru pada tahun 1970 keadaan ekonomi stabil

kembali. 139

Sementara itu pertumbuhan ekonomi Mimika baru mulai

terlihat pada tahun 1992 sebagai dampak perkembangan usaha

Freeport. Pendapatan penduduk meningkat, yang semula hanya dari

bertani dan beternak kemudian menjadi bertambah dari usaha dagang

dan jasa. Penduduk juga sudah menggunakan uang sebagai alat tukar

barang.

Bila dilihat PDRB perkapita termasuk tambang maka rata-rata

PDRB perkapita Kabupaten Mimika pada tahun 1993 sebesar 49.5

juta rupiah, tahun 1996 di atas 82.5 juta rupiah, tahun 1998 sebesar

205,1 juta rupiah dan tahun 2000 sebesar 177.7 juta rupiah. PDRB

perkapita tanpa tambang lebih realistis dimana tahun 1993 sebesar

1.9 juta rupiah, tahun 1996 sebesar 4.7 juta rupiah dan pada tahun

2000 telah mencapai 4.3 juta rupiah. 140

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika dapat dilihat dari

pertumbuhan PDRB atas dasar harga kostan. Bila diamati secara

series pertumbuhan perekonomian Kabupaten Mimika dengan sektor

139
Ibid., hlm. 44-48.
140
Ibid., hlm. 21-22.

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pertambangan, tampak bahwa perkembangan perekonomian

Nasional relatif tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

perekonomian Kabupaten Mimika. Pada tahun 1997, saat terjadi

krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika tanpa sub

sektor pertambangan sebesar 6.58%, tahun 1998 saat puncak krisis

ekonomi pertumbuhannya hanya 1.20% dan mulai beranjak

meningkat pada tahun 1999 sebesar 3.21% dan pada tahun 2000

sebesar 9.87%.

b. Pertanian

Lahan pertanian di Kabupaten Mimika lebih didominasi oleh

lahan pertanian ladang, yaitu seluas 13.637 Ha yang kebanyakan

terdapat di wilayah Kecamatan Mimika Baru dan Mimika Timur.

Sedangkan lahan pertanian sawah relatif kecil, yaitu hanya seluas

104 Ha. Kecilnya lahan pertanian ini disebabkan oleh kurangnya

sarana dan prasarana pendukung kegiatan di sektor pertanian. Secara

keseluruhan, Kecamatan Mimika Timur memiliki areal pertanian

yang paling luas, yaitu 5.733 Ha, diikuti oleh Kecamatan Mimika

Baru seluas 5.719 Ha dan yang paling kecil terdapat di Kecamatan

Mimika Barat yang hanya mencapai 549 Ha.

Sempitnya lahan pertanian menyebabkan relatif terbatasnya

tingkat produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Mimika.

Jenis tanaman produksi didominasi oleh jenis umbi-umbian, dimana

varietas betatas menempati tingkat produksi tertinggi. Selain itu juga

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terdapat sagu, keladi, singkong dan sedikit padi serta jagung.

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung menjadi salah satu

penyebab rendahnya tingkat produksi serta terbatasnya varietas

tanaman yang bisa dikembangkan.

Data lain yang dapat dipakai untuk menunjukkan kinerja

pertanian adalah pengembangan tanaman sayur dan buah. Di wilayah

ini sudah dikembangkan berbagai jenis sayur dan buah seperti

pisang, cabe, tomat, sawi, kacang tanah dan sebagainya walaupun

masih dalam jumlah yang sangat terbatas. Data yang lengkap tentang

produksi sayur dan buah sulit diperoleh kecuali untuk Kecamatan

Mimika Baru. Kecamatan Mimika Baru memiliki berbagai

keunggulan relatif dibandingkan dengan kecamatan lain, seperti

lahannya yang relatif luas, ketersediaan sarana produksi pertanian,

serta kedekatan dengan pusat pendidikan dan informasi. 141

c. Peternakan

Populasi ternak di wilayah Kabupaten Mimika antara lain

terdiri dari sapi, babi, kambing, ayam buras dan itik. Data yang

berhasil dikumpulkan seperti terlihat dalam tabel berikut,

menunjukkan adanya penurunan yang cukup signifikan pada

populasi sapi, yaitu dari 410.142 ekor pada 1997 menjadi 655 ekor

pada tahun 1999. Populasi yang lain terus mengalami peningkatan

141
Loc. cit.

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada periode yang sama: babi, dari 1.512 ekor menjadi 3.980 ekor

dan; ayam buras, dari 6.82 ekor menjadi 32.500 ekor.

Tabel Jumlah Ternak di Kabupaten Mimika


Tahun 1997-1999

Jenis Populasi
1997 1999
Ternak
Sapi 410.142 655
Babi 1.512 3.980
Ayam buras 682 32.500

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Mimika No. 8 Tahun 2002. Tentang


Rencana Strategis Kabupaten Mimika 2002-2006. Timika. 2002.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti

tingginya tingkat permintaan dengan harga yang juga bagus serta

teknologi perawatan yang relatif mudah. Diversivikasi jenis ternak

agak sulit dilakukan karena sulitnya mendapatkan bibit non-lokal

seperti sapi dan kambing. Biaya untuk mendapatkan bibit dari luar

Timika cukup tinggi karena mahalnya transportasi. 142

d. Perkebunan

Luas areal perkebunan di Mimika juga mengalami peningkatan

yang cukup berarti selama periode 1990-1995. Areal tersebut

digunakan untuk mengembangkan tanaman kopi, kelapa dan coklat.

Ketiga jenis komoditas ini terutama dijumpai di Kecamatan Mimika

Timur karena iklimnya yang cocok serta perawatannya relatif

mudah. Selain itu juga dikembangkan jenis tanaman karet dan pala

yang dikembangkan di Kecamatan Mimika Barat. Areal perkebunan

142
Ibid., hlm. 23.

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang paling sedikit dijumpai di wilayah Kecamatan Agimuga yang

letaknya memang relatif terpencil. 143

e. Perikanan

Pada sektor perikanan Kabupaten Mimika mengembangkan

jenis udang, ikan sembilang, ikan kakap dan kepiting. Produksi

kepiting cukup tinggi di wilayah Kecamatan Mimika Timur,

sedangkan udang di Kecamatan Mimika Barat. Produksi ikan relatif

rendah dan tidak tersedia cukup data yang menggambarkan

dinamikanya. 144

f. Kehutanan

Hutan di wilayah ini memiliki beberapa fungsi, antara lain

sebagai hutan suaka alam (PPA), hutan lindung, hutan produksi

terbatas, hutan produksi tetap dan hutan konservasi. Areal terluas

terdapat di Kecamatan Agimuga. Secara keseluruhan luas hutan di

wilayah Kabupaten Mimika telah mengalami penyusutan terutama

untuk kawasan hutan produksi terbatas, yaitu dari 1.452.246 Ha pada

tahun 1993 menjadi hanya 293.600 Ha pada tahun 1995. hal itu

disebabkan oleh adanya praktek penebangan bebas. Penyusutan areal

hutan juga disebabkan oleh pembukaan areal hutan untuk wilayah

pemukiman, perkebunan dan perladangan oleh dan untuk para

pendatang, serta terkena timbunan pasir sisa penambangan PT.

Freeport Indonesia.

143
Loc. cit.
144
Ibid., hlm. 24.

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sementara untuk areal hutan konservasi, terjadi peningkatan

dari 729.246 Ha menjadi 1.617.299 Ha pada periode yang sama.

Demikian halnya dengan hutan suaka alam dan hutan lindung yang

relatif tidak mengalami perubahan sebagai hasil dari keseriusan

pemerintah dalam mencegah penggundulan hutan.

Hutan di wilayah ini ditumbuhi berbagai jenis kayu, seperti

kayu besi, matoa, gaharu, kayu putih, kayu cina, kayu dragon serta

berbagai jenis rotan. Dari data yang tersedia produksi yang cukup

tinggi terdapat pada jenis kayu besi dan kayu cina yang banyak

terdapat di Kecamatan Mimika Timur dan Mimika Baru. 145

g. Industri dan perdagangan

Kabupaten Mimika menghasilkan beberapa jenis kerajinan

patung walaupun dalam jumlah yang relatif terbatas, di samping

beberapa jenis souvenir dan tikar. Selain itu juga sudah terdapat

industri mebel, penggergajian kayu, pengolahan ikan asin,

pembuatan batako, pengolahan kerupuk, beberapa industri jasa

(perbengkelan, periklanan, wartel dan persewaan kendaraan),

koperasi,toko serta usaha kios yang merupakan unit usaha paling

dominan. Industri yang terdapat di wilayah ini umumnya masih

berskala kecil yang secara keseluruhan berjumlah 1.516 unit usaha,

sebagian besar terkonsentrasi di Kecamatan Mimika Baru (Timika)

yang berjumlah 1.221 unit usaha.

145
Loc. cit.

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perkembangan tersebut merupakan dampak langsung atau tidak

langsung dari kegiatan penambangan emas oleh PT. Freeport

Indonesia yang memang secara administratif termasuk dalam

wilayah Kecamatan Mimika Baru. Sementara Kecamatan Mimika

Barat sama sekali belum memiliki kegiatan industri dalam skala

apapun. Di Mimika Baru, Mimika Timur dan Agimuga sudah

terdapat industri berskala menengah dan besar, tetapi jumlahnya

sangat kecil, yaitu di bawah 10%.

Pasar merupakan salah satu sarana penting penggerak roda

perekonomian. Di Kabupaten Mimika secara keseluruhan terdapat 14

buah pasar dimana 9 diantaranya berada di kecamatan Mimika Baru

(Timika). Kondisinyapun beragam, ada yang sama sekali tidak bisa

digunakan, ada yang sedang dalam proses pembangunan, dan

sebagian lagi mengalami kerusakan. Ada juga pasar darurat dan

koperasi. Di beberapa wilayah transmigrasi juga sedang

dikembangkan pasar. Supermarket hanya ada di Mimika Baru

sebanyak dua buah. 146

h. Lembaga keuangan

Jumlah lembaga keuangan di Kabupaten Mimika tahun 1999

adalah sebanyak 34 buah, di mana 29 buah berada di Kecamatan

Mimika Baru. Lembaga keuangan perbankan semuanya terpusat di

Kecamatan Mimika Baru, yaitu tiga bank pemerintah, dua bank

146
Ibid., hlm. 25.

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

swasta dan 29 koperasi. Kebutuhan keuangan lebih banyak dilayani

oleh koperasi karena di wilayah ini baru terdapat beberapa bank

pemerintah dan swasta. 147

i. Tenaga kerja

Tahun 1961, 10.500 orang Irian atau lebih dari setengah tenaga

buruh penduduk asli bekerja dalam dinas pemerintah, yang lain

bekerja dalam industri bangunan yang sebagian besar tergantung

pada kontrak-kontrak pemerintah. Sebagian besar dari tenaga kerja

tersebut tidak memiliki keterampilan khusus dimana sebanyak 30%

dari mereka tidak pernah mendapat pendidikan sekolah. Beberapa

dari mereka bekerja dalam dinas pemerintahan yang tergolong

sebagai pegawai rendahan dan sedikit sekali yang memegang jabatan

administratif tingkat menengah. 148

Tahun 1961-1963 terjadi imigrasi besar-besaran dari pulau-

pulau lain di Indonesia yang mengisi lowongan-lowongan di Irian.

Mereka adalah para pegawai tenaga ahli pemerintahan dan

perusahaan, para petani sebagai transmigran dan pendatang yang

pindah dengan biaya sendiri. Tahun 1969 permintaan tenaga ahli

mengalami peningkatan yang besar sejalan dengan berkembangnya

perusahaan-perusahaan asing pertambangan dan penangkapan ikan.

Para tenaga ahli tersebut banyak didatangkan dari Filipina, Korea,

jepang, Australia dan Amerika Serikat. Beberapa tenaga ahli juga

147
Loc. cit.
148
Ibid., hlm. 23.

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ditarik dari propinsi-propinsi lain di Indonesia dengan penawaran

upah yang tinggi. 149

Tahun 1999 data tenaga kerja Mimika menunjukkan jumlah

pencari kerja yang terdaftar sebanyak 5.205 orang, pada tahun

2000/2001 turun menjadi 3.285 orang. Pada per Maret 2002

meningkat lagi menjadi 5.412 orang yang terdiri dari asal putra

daerah sebanyak 1.684 orang dan non putra daerah sebanyak 3.728

orang. Bila diperinci lebih lanjut berdasarkan jenis kelamin, laki-laki

4.838 orang dan perempuan 574 orang dan sebagian besar berada di

Kecamatan Mimika Baru. Dari jumlah tersebut diperinci lagi

berdasarkan tingkat pendidikan ternyata tamatan SLTA menempati

urutan pertama, yaitu 3.712 orang, menyusul SD 562 orang, SLTP

527 orang, Sarjana 378 orang dan Sarjana Muda 233 orang. Jumlah

penempatan tenaga kerja warga negara asing pendatang dan ijin

tenaga kerja asing sebanyak 345 orang yang tersebar pada 18

perusahaan. 150

3. Bidang Sosial

a. Penduduk

Dalam tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Mimika terlihat

bahwa pada tahun 1998 jumlah penduduk sebesar 68.568 jiwa, tahun

1999 sebesar 79.690 jiwa, tahun 2000 sebesar 90.518 jiwa dan tahun

2001 sebesar 118.170 jiwa.


149
Ibid., hlm. 49.
150
Ibid., hlm. 26. Lihat Tabel Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Mimika Tahun 1999-2002 pada
lampiran 12.

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Mimika


Tahun 1998-2001

Tahun 1998 1999 2000 2001


Jumlah 68.568 79.690 90.518 118.170

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Mimika No. 8 Tahun 2002. Tentang


Rencana Strategis Kabupaten Mimika 2002-2006. Timika. 2002.

Jumlah penduduk terbanyak terkonsentrasi di wilayah

Kecamatan Mimika Baru, yaitu 60% dengan pertumbuhan penduduk

16% pertahun dan tingkat kepadatan tahun 2001 adalah 5.3

orang/km². Kepadatan ini dikarenakan Mimika Baru merupakan

pusat pemerintahan dan perekonomian. Kepadatan penduduk daerah

perkotaan adalah 20.7 orang/km², sedangkan daerah pedalaman

hanya 1.1-2.9 orang/km².

Salah satu penyebab adalah tingginya tingkat migrasi penduduk

dari luar Kabupaten Mimika, sementara tingkat kematian dan

kelahiran relatif konstan. Kehadiran PT. Freeport menjadi daya tarik

tersendiri bagi pendatang, baik untuk bekerja di perusahaan tersebut

maupun untuk membuka usaha lain seperti perdagangan dan jasa.

Pertumbuhan penduduk juga berkaitan dengan sosialisasi program

KB yang dinilai masih belum optimal kepada masyarakat lokal. 151

b. Pendidikan

Tahun 1961 dalam anggaran Pemerintah Belanda pendidikan

mendapatkan jatah yang cukup besar tetapi pendidikan tidak

151
Peraturan Daerah Kabupaten Mimika No. 8 Tahun 2002, Op. cit. hlm. 26-27.

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor perekonomian

modern. Pendidikan diselenggarakan dengan menggunakan nilai-

nilai Belanda dan agama Kristen. Bahasa yang diajarkan di sekolah-

sekolah adalah bahasa Belanda walaupun yang lebih sering dipakai

adalah bahasa Melayu. Pendidikan kemudian berkembang pesat di

bawah pemerintahan Indonesia. Di sekolah-sekolah dasar pada tahun

1972 terdaftar 123.700 murid, jumlahnya dua kali lebih banyak

daripada tahun 1961. 152 Walaupun tahun 1970 sekolah dasar negeri

tumbuh dengan pesat namun 85% murid masih terdaftar di sekolah-

sekolah misi. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa pengantar di

semua sekolah. Jumlah murid terbesar adalah di kota-kota,

sedangkan di daerah pedalaman masih sangat sedikit.153

Tahun 2000 jumlah sarana pendidikan tingkat TK di Mimika

sebanyak 16 buah, dengan jumlah guru 49 orang dan murid 902

orang. Tingkat SD sebanyak 63 buah dengan jumlah guru 392 orang

dan jumlah murid 12.566 orang. Sedangkan tingkat SLTP sebanyak

11 buah dengan tenaga pengajar 147 orang dan jumlah murid 2.875

orang. Pada tingkat SLTA (umum dan kejuruan) terdapat 5 buah

dengan jumlah guru 89 orang dan murid 1.398 orang. Dalam tahun

2000 telah dibuka pula Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan

152
Lihat Tabel Jumlah Murid dan Alokasi Dana Pendidikan Irian Barat pada lampiran 13.
153
Ross Garnaut dan Chris Manning, Op. cit., hlm.. 24.

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jumlah murid 40 orang, pengajar 3 orang (tetap) dan berada di bawah

pengelolaan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika. 154

Tabel Jumlah Sarana Pendidikan, Guru & Murid Kabupaten Mimika


Tahun 2000

Tingkat Sarana
Guru Murid
Pendidikan Pendidikan
TK 16 49 902
SD 63 392 12.566
SLTP 11 147 2.875
SLTA
5 89 1.398
(Umum & Kejuruan)
SPK 1 3 40

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Mimika No. 8 Tahun 2002. Tentang


Rencana Strategis Kabupaten Mimika 2002-2006. Timika. 2002.

Dari data tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk yang

menempuh jenjang pendidikan masih sangat sedikit dibandingkan

dengan jumlah penduduk Kabupaten Mimika yang berusia sekolah,

yaitu kelompok umur antara 7-24 tahun. Ini berarti pekerjaan

pemerintah setempat masih sangat berat untuk meningkatkan

kwalitas dan kwantitas pendidikan, mengingat kesadaran masyarakat

setempat akan pentingnya pendidikan juga masih rendah

c. Kesehatan

Penyakit yang paling menonjol di Kabupaten Mimika pada

tahun 2001 berturut-turut adalah malaria, yaitu 11.459 kasus

(27.49%), Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan diare sebanyak 8.155

154
Loc. cit.

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kasus (19.56%), HIV/AIDS sebanyak 264 kasus dan 14 orang

diantaranya meninggal.

Jumlah infrastruktur kesehatan di Kabupaten Mimika pada

tahun 2000 terdiri dari 7 Puskesmas dan 46 Puskesmas Pembantu

yang penyebarannya kurang merata. Jumlah terbesar di Mimika

Timur dengan 1 buah Puskesmas dan 19 Puskesmas Pembantu.

Fasilitas fisik tersebut dilengkapi dengan dukungan sumber daya

manusia yang terdiri dari 10 orang dokter dan 75 perawat untuk

tingkat Puskesmas dan 29 perawat untuk Puskesmas Pembantu.

Tenaga medis tersebut lebih banyak terdapat di Mimika Baru dengan

8 orang dokter dan 54 orang perawat. Tenaga medis yang paling

minim terdapat di Kecamatan Agimuga. 155

4. Sarana dan prasarana fisik

a. Transportasi

Jalan Timika-Mapuru Jaya merupakan urat nadi perekonomian

daerah Kabupeten Mimika yang menghubungkan Kota Timika

sebagai pusat jasa dan perdagangan dengan Poumako sebagai

pelabuhan muat bongkar barang. Pembangunan jalan Mapuru Jaya-

Poumako yang dimulai sejak tahun 1995/1996 yang dikelola oleh

propinsi sampai saat ini belum selesai seluruhnya. Untuk mendukung

dinamika transportasi darat sudah dikembangkan empat buah

155
Loc. cit.

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terminal: tiga terminal di Kecamatan Mimika Baru dan satu terminal

di Kecamatan Mimika Timur. 156

Sampai pada tahun 2001, panjang jalan yang telah terbangun

adalah 406.130 Km, terdiri dari jalan propinsi 42.50 Km dan jalan

kabupaten 364.130 Km. kondisi jalan yang baik hanya 79.825 Km,

rusak sedang 96.883 Km dan rusak berat 229.992 Km. sedangkan

permukaan jalan yang sudah diaspal sepanjang 76.655Km,

perkerasan/kerikil 82.246 Km dan jalan tanah 247.730 Km. panjang

ruas jalan di Kabupaten Mimika sangat beragam.

Di Mimika Baru, ruas jalan yang beraspal adalah 103.627 Km,

jalan berkerikil 36.42 Km dan jalan tanah sepanjang 32.83 Km.

secara umum jaringan jalan di wilayah ini relatif baik tetapi masih

membutuhkan pembenahan karena ruas jalan yang mengalami

kerusakan jauh lebih panjang dibandingkan dengan ruas jalan yang

baik (158Km berbanding 13 Km).

Kondisi jalan di kecamatan lain relatif lebih buruk jika

dibandingkan dengan kondisi ruas jalan di Mimika Baru. Di

Kecamatan Mimika Timur misalnya, jalan beraspal hanya 31.33 Km

sedangkan jalan tanah sepanjang 58.1 Km. Kondisi yang lebih parah

terdapat di Kecamatan Mimika Barat di mana hanya terdapat ruas

jalan sepanjang 5,5 Km yang adalah jalan tanah dan dalam kondisi

rusak. Kecamatan Agimiga memiliki ruas jalan tanah sepanjang 25

156
Ibid.,. hlm.. 28.

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Km dan dalam keadaan rusak. Prasarana jembatan yang

menghubungkan Poumako ke Pelabuhan Nusantara di mana saat ini

sedang dibangun antara lain: Jembatan Poumako I (180 m) selesai

80%; Jembatan Poumako II (170 m); Jembatan Poumako III (80 m)

dan; Jembatan Poumako IV (45 m).

Prasarana pelabuhan rakyat pembangunannya pada tahun 2000

dengan bantuan Pemda Tingkat I dan tahun 2001 dari bantuan PT.

Freeport yang sekarang telah selesai. Penyelesaian pembangunan

pelabuhan rakyat ini sangat diutamakan agar kegiatan pembangunan

jembatan Poumako I tidak mengganggu lalu lintas pelayaran kapal.

Sedangkan pembangunan prasarana pelabuhan besar atau dermaga

Pelabuhan Nusantara saat ini telah terealisasi 50%.

Prasarana transportasi udara satu-satunya adalah bandara udara

Timika yang dapat didarati pesawat udara berbadan lebar jenis

Boeing 747. Sampai pada tahun 2002, telah beroperasi tiga

perusahaan penerbangan yang melayani jalur penerbangan ke

Timika, antara lain Garuda Indonesia, Merpati Nusantara dan Kartika

Airlines. 157

b. Infrastruktur listrik dan telekomunikasi

Angka kepemilikan jaringan listrik di Kabupaten Mimika

masih relatif rendah. Pengguna listrik paling banyak terdapat di

Kecamatan Mimika Baru, yaitu sebanyak 9.296 KK dan yang

157
Ibid., hlm. 28-29.

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terendah di Kecamatan Agimuga yang hanya mencapai 29 KK.

Sementara yang belum memiliki jaringan listrik jauh lebih banyak

terutama untuk tiga kecamatan selain Mimika Baru.

Sementara itu jumlah keluarga yang memiliki telepon hanya

ada di kecamatan Mimika Baru dan Mimika Timur. Demikian

hanlnya dengan radio komunikasi. Sementara fasilitas televisi sudah

menyebar ke semua kecamatan kecuali Agimuga yang sama sekali

tidak memiliki fasilitas komunikasi apapun. Fasilitas tetekomunikasi

yang tersedia di wilayah ini juga masih terbatas, yaitu wartel 15

buah, tetepon umum 26 buah dan kantor pos 1 buah yang semuanya

terkonsentrasi di Kecamata Mimika Baru. 158

5. Pemerintahan

Wilayah administrasi Kabupaten Mimika pada awalnya adalah

Kecamatan Mimika Timur yang merupakan bagian dari wilayah

administrasi Kabupaten Fakfak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 54 tahun1996 ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif, dan

kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 menjadi

Kabupaten Otonom. Penetapan dari wilayah kecamatan untuk

ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten didasarkan atas

pertimbangan:

a. Ukuran wilayah yang sedemikian luas sehingga menyulitkan

pelayanan kepada masyarakat;

158
Ibid., hlm. 30.

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Permasalahan yang dihadapi semakin kompleks sehingga tidak

mampu ditangani pemerintahan kecamatan;

c. Dalam rangka mendorong pengembangan wilayah.

Menurut Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang

pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Timika ditunjuk sebagai Ibu

Kota Propinsi, meskipun pembentukan ini ditangguhkan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1999 karena alasan kondisi

politik. Penunjukan ini lebih didasarkan atas potensi sumber daya alam

dan potensi pendapatan asli daerah Kabupaten Mimika yang sangat

menjamin pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. 159

Sejak berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah per 1 Januari 2001, maka

Kabupaten Mimika telah melaksanakan sejumlah kegiatan penting antara

lain:

a. Pembentukan DPRD;

b. Reorganisasi dan restrukturisasi kelembagaan pemerintah dan;

c. Pemekaran wilayah kecamatan. 160

Pembentukan dan peresmian DPRD Kabupaten Mimika pada

tanggal 8 Januari 2001 memberikan nuansa baru bagi penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan. Melalui distribusi kewenangan yang

telah diberikan kepada daerah, serta berpedoman pada PP No. 84 Tahun

159
Ibid., hlm. 19.
160
Peta Daerah Pemilihan DPRD Kabupaten Mimika dapat dilihat pada lampiran 16.

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka pemerintah

Kabupaten Mimika telah melaksanakan penataan kelembagaan

pemerintah melalui reorganisasi dan restrukturisasi, menjadi 17 Dinas, 5

Badan, 3 Kantor dan 11 Bagian. Pelantikan para Kepala Dinas, Badan,

Kantor dan Bagian diikuti pula dengan pelantikan eselon yang

didasarkan pada beberapa pertimbangan:

a. Kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah;

b. Karakteristik, potensi dan kebutuhan;

c. Kemampuan keuangan daerah dan;

d. Ketersediaan sumber daya aparatur di daerah.

Berdasarkan data terakhir, jumlah PNS di Kabupaten Mimika per

Januari 2002 sebanyak 584 orang terdiri dari Golongan IV 13 orang,

Golongan III 240 orang, Golongan II 295 orang dan Golongan I 36

orang. Dari data tersebut dapat diketahui pula jenjang pendidikan akhir

para aparatur pemerintah, yaitu S2 sebanyak 6 orang, S1 sebanyak 161

orang, Diploma 60 orang, SLTA 297 orang, SLTP 37 orang dan SD 23

orang. Sebagai dampak kebijakan restrukturisasi dan reorganisasi maka

jabatan struktural yang tersedia sebanyak 610 jabatan, diantaranya yang

baru terisi hanya 259 jabatan, dan sisanya 351 masih lowong. Hal ini

berarti bahwa dari jumlah PNS sebanyak 584 orang, terdapat sekitar 325

orang yang belum memegang jabatan dikarenakan antara lain belum

memenuhi persyaratan kepangkatan/golongan maupun tingkat

pendidikan.

136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat

serta memperpendek rentang kendali pemerintahan, maka telah

dilaksanakan pemekaran wilayah kecamatan dari 4 kecamatan menjadi

12 kecamatan, 76 desa dan 6 kelurahan. 161

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Timika

1. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan Timika adalah

semua kondisi yang berada di dalam batas wilayah administratif

Kabupaten Mimika yang mungkin berfungsi sebagai kekuatan atau

sebaliknya sebagai kelemahan.

a. Kekuatan:

1) Sumber daya alam seperti tambang atau bahan galian yang sangat

potensial.

2) Sumber daya perikanan laut yang sangat besar.

3) Akses keluar wilayah dan keluar negeri melalui bandar udara

sangat tinggi, apalagi telah didukung oleh tiga perusahaan

penerbangan seperti Garuda, Merpati Nusantara dan Kartika

Airlines.

4) Taman Nasional Lorentz yang memiliki daya tarik nasional dan

internasional.

5) Dukungan pelabuhan laut yang relatif lancar dan rutin.

161
Ross Garnaut dan Chris Manning, Op. cit., hlm. 30-31. Lihat Nama-nama danJumlah
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa di Papua pada tabel dalam lampiran 11.

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6) Keberadaan perusahaan multinasional dan nasional seperti PT.

Freeport Indonesia dan perusahaan lainnya yang sangat berarti

bagi pembangunan lokal.

7) Kedekatan lokasi dengan Australia dan Asia Pasifik merupakan

peluang bagi pengembangan ekonomi.

8) Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, yaitu 6,58% pada

tahun 1998 menjadi 9,87% pada tahun 2000.

9) Peningkatan pendapatan yang relatif tinggi yang ditunjukan oleh

peningkatan PDRB per kapita tanpa tambang yang sangat cepat,

yaitu dari:

a) 1,9 juta rupiah pada tahun 1993 menjadi 4,7 juta rupiah pada

tahun 1996 dan kemudian menjadi 4,3 juta rupiah pada tahun

2000.

b) Tersediannya lembaga keuangan perbankan yang terpusat di

Kecamatan Mimika Baru, baik bank pemerintah, swasta dan

koperasi.

c) Prasarana pelabuhan pembangunan (Pelabuhan Rakyat) telah

selesai sementara Pelabuhan Nusantara sedang dalam proses

penyelesaian sehingga dalam waktu dekat dapat berfungsi

memacu kegiatan ekonomi daerah.

d) Perangkat Daerah atau lembaga pemerintahan kabupaten

telah menjadi lengkap dengan dibentuknya 17 dinas, 5 badan

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan 3 kantor yang diharapkan dapat lebih mampu

memberikan pelayanan publik.

e) Telah dilakukan pemekaran kecamatan, desa dan kelurahan

sehingga diharapkan akan lebih meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat. 162

b. Kelemahan:

1) Secara umum kualitas sumber daya manusia (SDM) dari

masyarakat masih rendah, baik menyangkut keterampilan dan

pengetahuan maupun sikap mental, pola pikir dan etos kerja.

2) Munculnya keresahan sebagai akibat adanya kesenjangan sosial

yang terlalu mencolok.

3) Masih banyak penduduk yang memiliki daya beli yang sangat

rendah dan sangat rentan terhadap krisis ekonomi.

4) Masih lemahnya pengelolaan dana masyarakat yang

sesungguhnya memiliki potensi yang tinggi untuk memacu

pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat Mimika.

5) Skala usaha tanaman perkebunan dan perdagangan masih kecil

meskipun memiliki potensi yang cukup besar, seperti pala, kopi,

kelapa, kelapa sawit, coklat dan karet.

6) Masih rendahnya kondisi kesehatan masyarakat dan masih

merebaknya berbagai jenis penyakit seperti malaria, infeksi

saluran pernafasan akut, dan secara khusus meningkatnya

162
Ibid., hlm. 35-36.

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyebaran penyakit HIV/AIDS yaitu dari 80 orang pada tahun

2000 menjadi 264 pada tahun 2002.

7) Kapasitas pemerintahan yang masih terbatas baik di bidang

eksekutif maupun legislatif karena usia Kabupaten Mimika yang

masih relatif muda. Misalnya ada 351 jabatan yang masih

lowong dari 610 jabatan karena persyaratan kepangkatan dan

pendidikan yang belum terpenuhi.

8) Masih banyak wilayah yang terisoler, sulit dijangkau dan sulit

berkomunikasi sehingga banyak kawasan potensial yang belum

bisa dikembangkan dan mendapatkan pelayanan publik karena

masih banyak penduduk yang tergolong miskin dan terbelakang

(di pedalaman, pesisir pantai, terpencar dan terpencil).

9) Masih banyak jalan yang harus diperbaiki karena mengalami

kerusakan, yaitu dari 406.130 km yang terbangun hanya 79.825

km yang tergolong baik, sedangkan yang lain tergolong rusak

(96.883 km) dan rusak berat (229.922 km).

10) Rusaknya lingkungan hidup sebagai dampak negatif dari

“tailing” hasil pembuangan dari aktivitas PT. Freeport Indonesia.

11) Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi antar wilayah

masih belum memadai sehingga informasi mengenai potensi

kekayaan kabupaten di seluruh wilayah tersebut belum terungkap

secara menyeluruh.

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12) Kondisi keamanan, kohesi sosial (hubungan antar etnis) dan

masalah disintegrasi masih rentan yang mempengaruhi niat

investor untuk menanamkan modalnya.

13) Masih lemahnya penegakan supremasi hukum oleh aparat yang

mengakibatkan meningkatnya tindakan kriminalitas dan

pelanggaran HAM seperti kekerasan terhadap perempuan.

14) Masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

sebagai akibat dari lemahnya manajemen pelayanan dan

pembangunan. 163

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan Timika adalah

semua kondisi yang dapat menjadi peluang atau sebaliknya menjadi

ancaman.

a. Peluang:

1) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

telah memberikan kekuasaan bagi daerah untuk mengatur dan

mengurusi kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

2) Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang memberikan

sumber dana bagi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi

Daerah.

163
Ibid., hlm. 36-38.

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Adanya kebijakan nasional tentang Pengembangan Kawasan

Timur Indonesia (KTI) yang memungkinkan Kabupaten Mimika

menjadi salah satu pusat pertumbuhan regional yang penting.

4) Adanya perhatian khusus dari Pemerintah terhadap pemberian

Otonomi Khusus (OTSUS) bagi Propinsi Papua dapat

mendorong Kabupaten Mimika untuk lebih cepat membangun.

5) Adanya kemungkinan Kabupaten Mimika untuk menjadi Ibukota

Propinsi Irian Jaya Tengah sesuai dengan Undang-Undang No.

56 Tahun 1999 yang memungkinkan daerah ini memiliki prospek

cerah dimasa mendatang.

6) Adanya globalisasi dalam perdagangan bebas dapat mendorong

Kabupaten Mimika untuk memasuki pasar internasional Korea

Selatan, Singapura, India, Filipina dan sebagainya.

7) Pengembangan industri berbasis ekspor akan dapat memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan

ekspor dibidang pertanian, perkebunan, kehutanan dan

perikanan. 164

b. Ancaman:

1) Adanya keterbatasan kewenangan dalam mengelola dan

mengeksploitasi hasil laut oleh peraturan perundangan tingkat

nasional.

164
Ibid., hlm. 38-39.

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Adanya kompetisi antar daerah yaitu berlomba dalam menarik

investor serta melakukan kegiatan ekspor dimasa mendatang.

3) Masuknya migran dari luar Kabupaten Mimika yang cukup

tinggi yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk sebesar

12.74% selama periode 1990-2000 sebagai akibat langsung atau

tidak langsung dari kegiatan PT. Freeport Indonesia, yang pada

gilirannya menambah kompleksitas masalah sosial dan politik di

Kabupaten Mimika.

4) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam

mengkritisai kinerja pemerintahan secara umum di Kabupaten

Mimika secara khusus terutama mengenai pelanggaran HAM dan

keadilan setelah reformasi digulirkan.

5) Adanya tindakan yang tidak adil dari pihak pemegang Hak

Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak memberikan kompensasi

kepada masyarakat lokal.

6) Adanya wacana yang berkembang untuk melepaskan diri dari

NKRI yang sering memicu konflik dan mengganggu ketentraman

masyarakat.

7) Adanya tuntutan yang tinggi dari Undang-Undang Otonomi

daerah dan Otonomi Khusus tentang kinerja pemerintahan daerah

dalam rangka peningkatan akuntabilitas publik.

Adanya tuntutan masyarakat Papua secara keseluruhan agar

pemerintahan lokal benar-benar secara profesional menyelesaikan masalah

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masyarakat, memenuhi aspirasi mereka dan memperhatikan keanekaragaman

budaya Papua. 165

C. Posisi Penduduk Asli dalam Perkembangan Timika

1. Penduduk asli di wilayah Timika

Penduduk asli yang tinggal di sekitar wilayah Timika yang

merupakan bagian dari Kabupaten Mimika terdiri dari berbagai macam

suku, namun yang terbesar adalah suku Amungme dan Kamoro. Suku

Amungme dan Kamoro menganggap suku-suku lain seperti Dani, Moni,

Lani, Damal, Nduga, Ekagi, Delem, Kupel dan Ngalum sebagai

pendatang. Sebagian besar dari mereka hidup di lembah-lembah

pegunungan bagian tengah dan terbagi dalam kelompok-kelompok suku

menurut tempat tinggalnya, yaitu:

a. Sebelah Utara dari pegunungan bagian tengah didiami oleh suku-suku

Damal, Dani dan Delem.

b. Sebelah Selatan dari pegunungan bagian tengah didiami oleh suku-

suku Amungme dan Nduga.

c. Sebelah Timur dari pegunungan bagian tengah didiami oleh suku-suku

Nduga, Kupel dan Ngalum.

d. Sebelah Barat dari pegunungan bagian tengah didiami oleh suku-suku

Moni dan Ekagi. 166

165
Ibid., hlm. 39-40.
166
Peta Wilayah Suku-Suku dapat dilihat pada lampiran 18.

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sedangkan lebih ke Selatan dari pegunungan bagian tengah, yang

mendiami pesisir pantai Irian Jaya adalah suku Kamoro. Kedua suku inilah

yang paling berperan serta dalam mewarnai sejarah perkembangan PT.

Freeport Indonesia dan Kota Timika karena posisi tempat tinggal mereka

paling dekat dan berada di sekitar wilayah penambangan PT. Freeport

Indonesia dan Kota Timika. Suku Amungme mendiami wilayah bagian

selatan pegunungan tengah Irian jaya atau bagian utara wilayah Mimika.

Kesatuan wilayah tempat tinggal masyarakat Amungme disebut Amungsa.

Sedangkan suku Kamoro menempati wilayah bagian selatan, yang terdiri

dari dataran rendah. 167

a. Kehidupan suku Amungme

Kata Amungme berasal dari dua kata, yaitu Amung yang berarti

utama atau intisari dan Me yang berarti manusia. Jadi Amungme

mempunyai pengertian manusia utama. Orang Amungme berpikir

bahwa ia adalah manusia utama di atas manusia lain. Mereka percaya

bahwa mereka adalah intisari dari alam sekitarnya. Alam memberikan

manfaat yang sangat besar bagi kehidupan sehingga orang Amungme

sangat menghargai dan menjaga alam sekitar dengan cara tidak

sembarangan merusak lingkungan hidup. Bila merusak lingkungan

hidup berarti merusak diri mereka sendiri. Besarnya penghargaan

terhadap alam diungkapkan dalam bentuk upacara pengucapan syukur

167
Tom Beanal, Op. cit., hlm. 2-3.

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atas berkah yang didapat dari alam, misalnya dengan mengadakan

pesta kesuburan dan pesta panen. 168

Suku Amungme mendiami dataran tinggi di kawasan Kabupaten

Mimika sehingga mempunyai ciri-ciri budaya dataran tinggi

(highland). Penduduk dengan budaya dataran tinggi ini berada pada

batas 50 mil ke arah pegunungan bagian timur, selatan, barat dan

pegunungan Jayawijaya (Wamena). Sedangkan penduduk yang

berkebudayaan dataran rendah mendiami kawasan dengan batas 50 mil

ke arah dataran rendah dan pantai di bagian timur dan barat wilayah

Mimika. 169

Suku Amungme tinggal terpencar di beberapa lembah yang

terletak di antara gunung-gunung yang terjal seperti Lembah Tsinga,

Lembah Oea, Lembah Jila, Lembah Waa dan Lembah Bella.

Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Agimuga dan Timika berasal

dari lembah-lembah tersebut. 170

Orang Amungme pada umumnya percaya akan adanya roh-roh

leluhur yang tetap mengawasi dan mempengaruhi kehidupan mereka.

Mereka percaya bahwa hidup manusia dan alam sekitarnya tidak

terpisah dari roh-roh yang hidup di dalamnya. Manusia, alam dan roh

leluhur mempunyai keterkaitan yang erat, sehingga hubungan di antara

ketiganya harus tetap dijaga agar selalu harmonis. Mereka percaya

168
Ibid., hlm. 8-9. Gambar Orang Amungme dapat dilihat pada lampiran 28.
169
Ngadisah, Op. cit., hlm. 46.
170
Gambar Pemukiman Suku Amungme di Perkampungan Banti yang Dibuat Freeport dapat
dilihat pada lampiran 24.

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa Tuhan ada di langit dan di bumi, serta percaya adanya sorga

yang disebut hai. Di dalam pandangan suku Amungme, hai tidak

sekedar berarti sorga tetapi merujuk pada tiga elemen kehidupan, yaitu

suatu kekayaan magis yang mampu membawa kepada para leluhurnya,

berkaitan dengan kehidupan abadi dan suatu gerakan dalam mencari

kehidupan kekal dan kesejahteraan. 171

Makna hai bagi orang Amungme begitu mendalam, sehingga

banyak gerakan yang dilakukan untuk mengejar atau mencapai hai.

Bentuk gerakan biasanya berupa perlawanan atau peperangan dan

perpindahan secara geografis ke suatu tempat yang dianggap sebagai

lokasi hai.

Sebagai rumpun suku yang berdiam di dataran tinggi, orang

Amungme dan suku-suku tetangganya mempunyai tradisi perang.

Perang bagi suku-suku bangsa yang berdiam di pegunungan

mempunyai makna yang sangat dalam dan merupakan bagian dari

sistem sosial.

Dalam struktur adat suku Amungme setiap orang mempunyai

kedudukan yang sama, baik laki-laki maupun perempuan. Siapapun

dapat memperoleh status sosial yang lebih tinggi asal mempunyai

prestasi yang baik dalam masyarakat. Setiap orang Amungme yang

berprestasi mendapat predikat menagawan untuk laki-laki atau

inagawan untuk perempuan. Predikat tersebut diberikan antara lain

171
Ibid., hlm. 47.

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karena seseorang berhasil memenangkan perang suku, mempunyai

kekayaan yang banyak berupa ternak, kulit bia (kerang), kebun yang

luas dan sikap kepribadiannya dalam kehidupan masyarakat yang

dianggap terpuji, misalnya suka menolong yang lemah, jujur dan mau

memperhatikan kepentingan orang banyak. Setiap tingkatan wilayah

adat mempunyai seorang menagawan, sehingga dalam susunan adat

Amungme terdapat tingkatan menagawan.172

Pemerintahan Amungme terdapat di setiap kampung dan bersifat

otonom. Langkah yang diambil demi kepentingan masyarakat

kampung harus dibicarakan dan diselesaikan oleh masyarakat

kampung itu sendiri, dengan mendengarkan pendapat orang yang

ditokohkan (menagawan) oleh masyarakat kampung tersebut. Setiap

keputusan yang penting bagi masyarakat suatu kampung, harus

diketahui oleh menagawan kampung tetangga atau menagawan lembah

tetangga. Rasa persatuan di antara masyarakat kempung sangat kuat,

tetapi dalam kesehariannya mereka masing-masing memiliki hak

otonomi penuh.

Masyarakat Amungme dalam menjalankan kegiatan keseharian,

segala keputusan yang menyangkut kepentingan umum misalnya

perluasan kampung, pekerjaan gotong-royong membuka kebun, pesta

kecil-kecilan dan upacara adat sebuah keluarga harus dibicarakan

anggota itorei dengan melibatkan menagawan dari itorei yang

172
Ibid., hlm. 51.

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersangkutan. Setelah mendapatkan kata sepakat setiap kepala

keluarga memberitahukan hasil kesepakatan kepada istri dan anak-

anak untuk kemudian dilaksanakan. Dalam praktek kehidupan sehari-

hari peran menagawan lebih menonjol, meskipun terdapat struktur

pemerintahan adat yang diakui. 173

b. Kehidupan suku Kamoro

Suku Kamoro berdiam di dataran rendah wilayah Mimika,

sehingga mereka memiliki corak budaya dataran rendah (lowland).

Bila orang Amungme fokus kegiatannya berkisar pada kawasan

gunung yang cocok untuk berkebun, beternak dan berburu, maka

aktivitas orang Kamoro berfokus pada sungai dan sekitarnya. Mereka

lebih banyak mengambil sumber-sumber yang tersedia di lingkungan

alam daripada mengusahakannya untuk menunjang kehidupan

mereka. 174

Kampung-kampung yang didiami suku Kamoro adalah:

Mapurunjaya, Koperapoka, Maumako, Hiripao, Kongapu, Mwapi,

Nawaripi, Iwaka, Miako, Aikawapuka, Kaekwa, Tiwaka, Atuka dan

Nawaripi. Kampung dan desa-desa tersebut kecuali Nawaripi dan

Koperapoka terletak di pinggiran dan tengah-tengah hutan dekat aliran

sungai. Sedangkan Nawaripi dan Koperapoka terletak di dalam Kota

Mimika.

173
Bagan Struktur Pemerintahan Adat Suku Amungme dapat dilihat pada lampiran 19.
174
Ngadisah, Op. cit., hlm. 57. Gambar Orang Kamoro dapat dilihat pada lampiran 29.

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Di dalam suku Kamoro terdapat klen-klen yang dalam bahasa

setempat yang disebut taparu. Setiap desa terdiri dari beberapa taparu

dan beberapa taparu dikepalai oleh seorang kepala suku yang disebut

Weyaiku (sama dengan Menagawan pada suku Amungme).

Suku Kamoro pada umumnya memandang tanah sebagai dusun

atau tanah tumpah darah, yang berarti bahwa tanah dapat menyimpan

berbagai sumber daya alam baik pada wilayah pantai, sungai maupun

dusun yang harus diwariskan terus secara turun temurun oleh klen

(taparu). Karena ketergantungan yang sangat besar terhadap alam,

maka alam juga disakralkan oleh orang Kamoro, seperti halnya pada

suku Amungme. Tanah (tapare) diibaratkan seorang ibu (enae tapare)

dan tanah itulah yang memberikan nafas kehidupan bagi mereka. Oleh

karena itu, orang Kamoro yang tidak memiliki tanah dianggap sebagai

anak yatim piatu yang selalu hidup murung tanpa daya. Karena

kedudukannya yang suci itu, maka orang Kamoro tidak mengenal

adanya jual-beli tanah. Tanah yang merupakan warisan leluhur harus

dilestarikan dan diwariskan lagi kepada generasi berikutnya.

Melepaskan hak atas tanah berarti memutus hubungan dengan

tanah. 175

Interaksi suku Kamoro dengan orang luar (Eropa dan Cina)

sudah berlangsung sejak abad ke-17, karena pemukiman orang

Kamoro yang ada di sekitar pantai sering didatangi atau sebagai tempat

175
Ibid., hlm. 58.

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

singgah pedagang-pedagang dari berbagai negara. Pada tahun 1926

orang Kamoro mulai mengenal peradaban Barat, yaitu dengan

masuknya misionaris gereja Katolik Roma yang mendirikan gereja di

Kokonao.

Pada tahun 1930, perkampungan orang Kamoro yaitu Mimika

diserang dan dihancurkan oleh orang Asmat. Peristiwa tersebut

membuat pemerintah kolonial Belanda mencoba melindungi orang

Kamoro dengan membuat pemukiman menetap di sepanjang pantai

dan memperkenalkan ekonomi uang dengan mengajari mereka

berkebun karet, kopi, teh, kelapa dan tanaman perkebunan lainnya.

Namun usaha Belanda ini gagal karena orang Kamoro lebih suka

menjalani kehidupan tradisinya sebagai peramu. Mereka selalu

berpindah tempat untuk menangkur sagu, berburu dan menangkap

ikan.

Sebelum kedatangan Belanda dan misionaris, orang Kamoro

hidup terpencar-pencar dan belum menetap. Pada waktu itu orang

Kamoro dijuluki sebagai manusia perahu karena sebagian besar

waktunya dihabiskan di perahu. Mereka juga melihat perahu sebagai

benda yang sakral karena begitu besar jasanya kepada mereka.

Dalam hubungannya dengan tanah, pandangan orang Kamoro

tidak jauh berbeda dengan orang Amungme. Beberapa hal yang

mengandung persamaan adalah: pertama, mengibaratkan tanah dengan

ibu; kedua, tidak mengenal hak milik perorangan melainkan hak ulayat

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan; ketiga, zona-zona penggunaan tanah. Orang Kamoro membagi

zona penggunaan tanah menjadi tiga bagian, yaitu zona

pemukiman/perkampungan, zona pertanian dan zona perkebunan atau

zona penyangga.

Pemerintahan adat suku kamoro agak berbeda dengan suku

Amungme, di mana pada suku Amungme struktur didasarkan pada

penguasaan wilayah, sedangkan suku Kamoro membaginya

berdasarkan bidang tugas. Di samping itu ada taparu yang bekerja

berdasarkan wilayah kerja dan khusus mengatur serta mengawasi tanah

adat atau hak ulayat.

Dilihat dari segi penguasaan wilayah, taparu identik dengan

kepala klen, membawahi kampung-kampung kecil. Beberapa wilayah

taparu digabung dalam kampung yang diketuai oleh Weyaiku.

Beberapa kampung digabung dalam desa yang umumnya tidak

dikepalai oleh orang-orang yang berasal dari pejabat adat tetapi

diambil dari luar struktur ebagai bagian dari struktur pemerintahan

nasional. 176

2. Posisi penduduk asli dalam perkembangan Timika

Sejak sebelum PTFI beroperasi, masyarakat Mimika secara internal

termasuk masyarakat majemuk. Paling tidak ada tujuh suku besar besarta

sub-sub sukunya, di mana suku terbesar adalah Kamoro dan Amungme.

Di luar itu, ada pendatang dari kabupaten lain seperti Sorong, Merauke,

176
Bagan Susunan Pemerintahan Adat Suku Kamoro dapat dilihat pada lampiran 20.

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fakfak dan ditambah dengan pendatang dari luar Irian Jaya seperti

Makasar, Maluku, Jawa dan Batak. Kemajemukan ini semakin

bertambah dengan beroperasinya PTFI. Dengan demikian, berbicara

mengenai posisi penduduk asli dalam perkembangan PTFI dan Kota

Timika sangat kompleks pula karena masing-masing kelompok

masyarakat memiliki kepentingan dan cara pandang yang berbeda-beda

yang dapat menghambat ataupun mendukung perkembangan PTFI dan

Kota Timika. 177

Di Timika ada tiga kelompok masyarakat, yaitu penduduk asli,

pendatang di luar PTFI dan PTFI. Ketiganya saling berinteraksi namun

arah sasarannya berbeda. Penduduk asli selalu menuntut hak-haknya

yang merasa sebagai pemilik tanah, PTFI sebagai perusahaan berusaha

mencari untung yang sebesar-besarnya dan masyarakat pendatang

terbagi dua yaitu yang sekedar menumpang hidup sebagai transmigran

dan pendatang non transmigran yang sudah tinggi kesadaran bisnisnya

sehingga berorientasi pada perekonomian modern. Pendatang non

transmigran inilah yang memainkan peran sebagai “mediator” di antara

berbagai kelompok karena dengan cara itu mereka dapat hidup dan

bertahan. Pendatang ini bergerak di bidang perdagangan, jasa konstruksi,

pengacara dan LSM. 178

Dilihat dari segi budaya, para pendatang sangat berbeda dengan

penduduk asli terutama yang masih tinggal di pedesaan. Di samping

177
Ngadisah, Op. cit., hlm. 132.
178
Ibid., hlm. 144.

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keanekaragaman adat istiadat yang dimiliki, mereka juga mempunyai

cara berpikir yang lebih maju, wawasan luas dan daya kreativitas yang

tinggi. Oleh karena itu kehidupan ekonomi para pendatang pada

umumnya lebih baik dibandingkan dengan penduduk asli. Para

pendatang yang bekerja di PTFI di samping memiliki gaji yang lebih

terjamin juga mendapat fasilitas yang sangat memadai dari perusahaan,

seperti rumah, asrama dan kendaraan bagi karyawan pada level tertentu.

Kehidupan pendatang dan penduduk asli belum bisa membaur terutama

dengan karyawan Freeport karena penjagaan lokasi yang sangat ketat

dan tempat pemukiman yang terpisah jauh dari penduduk asli.

Akibatnya, interaksi sosial tidak terbangun dan prasangka-prasangka

sosila dan kecemburuan sosial dari penduduk asli makin kuat. Pola

pemukiman seperti ini juga merupakan salah satu benih konflik antara

penduduk asli dengan pihak Freeport. 179

Gejala seperti itu tidak hanya terjadi di Mimika, tetapi merupakan

gejala umum yang sering terjadi pada proyek-proyek pertambangan

besar. Harapan mendapatkan pekerjaan dari sektor pabrik di kalangan

penduduk asli sangat besar, namun karena ketidakcocokan latar belakang

pendidikan atau ketrampilan yang dimiliki menyebabkan penduduk asli

yang diterima sangat sedikit dan ditempatkan sebagai tenaga kasar. Hal

ini menimbulkan perasaan tersisih bagi penduduk asli, sehingga mereka

menempatkan diri sebagai “out group”. Situasi ini memposisikan

179
Loc. cit.

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penduduk asli lebih banyak menjadi “penonton” daripada subyek yang

aktif dalam perusahaan. Kalaupun ada aktivitas, umumnya penduduk asli

bergerak pada posisi pinggiran, yaitu bekerja sebagai buruh harian atau

menjadi supplier bahan makanan dari sektor pertanian dalam jumlah

yang terbatas karena persyaratan mutu yang tinggi. 180

Dalam kasus Freeport, karena alasan mutu, kesinambungan dan

ketepatan waktu, penyediaan makanan untuk karyawan dilakukan oleh

perusahaan dari Jakarta. Penyediaan bahan makanan dan kebutuhan lain

oleh penduduk asli sangat terbatas jumlahnya. Menurut Kafiar seperti

dikutip oleh Ngadisah, jumlah uang yang dibelanjakan oleh Freeport

untuk membeli produk-produk lokal yang dihasilkan oleh masyarakat,

khususnya di wilayah Mimika seperti sayur-mayur, daging, ikan, kayu

olahan serta berbagai produk lain yang dihasilkan oleh perusahaan putra

daerah binaan PTFI, mencapai lebih dari delapan milyar rupiah

pertahun. 181

Kebijakan PTFI ini ternyata tidak mendapat respon sesuai yang

diharapkan, karena masyarakat asli pada umumnya tidak menjaga

kualitas dan kontinuitas produk atau tidak disiplin mengikuti bimbingan

dari petugas PTFI. Hanya beberapa buah inkubator bisnis yang mampu

bertahan sebagai supplier PTFI dari ratusan inkubator bisnis yang dibina

oleh PTFI. Akibatnya, peluang-peluang yang sudah dibuka oleh PTFI

diambil alih oleh para pendatang, bahkan melibatkan perusahaan-

180
Ibid., hlm. 145.
181
Ibid., hlm. 146.

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perusahaan besar dari Jakarta. Hal ini menyebabkan semakin

tertinggalnya gerak langkah penduduk asli dibandingkan pendatang. Para

pendatang nampaknya lebih siap dalam menangkap berbagai peluang

bisnis mitra PTFI dibnading penduduk asli, sehingga kesenjangan antara

pendatang dan penduduk asli semakin lebar terutama dari segi ekonomi.

Dengan kehadiran PTFI, struktur perekonomian di Kabupaten Mimika

terdiri dari dua sistem (dualisme ekonomi). Pada satu sisi terdapat sektor

pertanian barskala kecil beserta ekonomi peramu yang ditandai dengan

tingkat produktivitas yang rendah, berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan sendiri. Pada sisi yang lain terdapat aktivitas perekonomian

modern, yang dijalankan oleh PTFI dengan ciri produktivitas tinggi dan

berorientasi kepada pasar dunia. 182

Kecuali transmigran, para pendatang umumnya bekerja pada sektor

modern, baik yang bekerja pada PTFI maupun sektor perdagangan dan

jasa. Keadaan di Mimika berbeda dengan migrasi di wilayah perkotaan,

di mana pada umumnya kaum migran bekerja pada sektor informal,

karena pendatang biasanya memiliki pendidikan dan ketrampilan yang

rendah. Migrasi yang terjadi karena industri besar dilakukan oleh orang-

orang yang terampil, sedangkan urbanisasi justru sebaliknya. Pendatang

yang bekerja pada sektor formal di Mimika nampak kurang intensif

bergaul dengan penduduk asli, terutama dari karyawan PTFI. Para

karyawan PTFI menghabiskan libur cutinya di daerah asal, sedangkan

182
Loc. cit.

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akhir pekan dinikmati di rumah atau kota dalam lindungan PTFI, yaitu

Tembagapura dan Kuala Kencana. Sementara itu beberapa istri

karyawan yang mempunyai keterampilan tertentu seperti memasak,

menjahit, merajut dan bercocok tanam bergabung dalam satu kelompok

pembina penduduk asli. Warga yang dibina adalah yang berada di sekitar

Tembagapura, seperti penduduk asli di Desa Banti dan Waa. 183

Dengan melihat berbagai situasi di atas, dalam perkembangan PT.

Freeport dan Kota Timika penduduk asli berada di berbagai posisi atau peran.

Secara langsung dan tidak langsung mereka berperan sebagai pendukung

berkembangnya PT. Freeport dan Kota Timika, yaitu dengan kesediaannya

memberikan tanahnya sebagi lahan pertambangan dan kegiatan lain yang

mengikutinya. Sebagai subyek pembangunan dan tenaga kerja mereka juga

sangat berperan dan mendukung dalam memajukan usaha PT. Freeport dan

perkembangan Kota Timika. Tetapi di lain pihak mereka juga merupakan

obyek atau sasaran dari perkembangan PT. Freeport dan Kota Timika itu

sendiri, karena berbagai pelayanan dan pembangunan yang dilakukan oleh

PT. Freeport dan Pemerintah ditujukan untuk memajukan dan

menyejahterakan kehidupan penduduk asli. Di sisi lain penduduk asli juga

dapat dikatakan sebagai penghambat perkembangan PT. Freeport dan Kota

Timika, yaitu dengan keterbatasan intelektual dan keterampilan yang mereka

miliki serta seringnya mereka megajukan berbagai tuntutan yang berujung

pada konflik dan perang. Dengan demikian jelas bahwa penduduk asli

183
Ibid., hlm. 145-147.

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berperan sebagai pendukung sekaligus penghambat dan obyek sekaligus

subyek dalam perkembangan PT. Freeport dan Kota Timika.

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Berdirinya Kota Timika dilatarbelakangi oleh kedatangan bangsa Barat di

Papua. Mereka menemukan sumber daya alam bahan tambang berupa

tembaga. Temuan tersebut ditindaklanjuti oleh Freeport Sulphur Company

dari Amerika Serikat dengan mendirikan perusahaan tambang di Papua

bernama PT. Freeport Indonesia. Perusahaan tersebut didirikan di daerah

yang sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Mimika, Propinsi Irian

Jaya Tengah. Untuk menunjang kegiatan operasionalnya Freeport

membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur di Timika, sehingga

Timika yang semula adalah daerah pemukiman kecil suku Kamoro

kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Proses berdirinya Kota

Timika berjalan seiring dengan perkembangan Freeport, karena Freeport

memegang peranan ekonomi yang sangat kuat. Aktivitas ekonomi para

pendatang baru, pemerintah, Freeport sebagai sponsor utama dan kegiatan

spontan penduduknya membuat Timika terus berkembang menjadi sebuah

kota yang semakin modern. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

berdirinya Kota Timika, baik faktor pendukung seperti ekologi, teknologi,

politik dan ekonomi, maupun faktor penghambat seperti kondisi geografis

dan sosial.

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. PT. Freeport Indonesia di Papua ini membawa pengaruh bagi lingkungan

fisik di sekitarnya dan masyarakat Kota Timika. Bagi lingkungan fisik di

sekitarnya kehadiran Freeport cenderung memberikan pengaruh negatif,

yaitu semakin terkurasnya sumber daya alam yang tidak tergantikan. Di

samping itu, limbah operasional Freeport juga menimbulkan dampak

pencemaran terhadap lingkungan alam yang merusak ekosistem alam dan

membahayakan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dampak operasional

Freeport terhadap lingkungan fisik yang sangat kelihatan adalah terjadinya

perubahan fisik geografis di wilayah Timika, yaitu berubahnya bentang

alam gunung menjadi lubang raksasa. Sedangkan bagi masyarakat Kota

Timika kehadiran Freeport cenderung memberikan pengaruh positif, yaitu

memajukan perekonomian sampai pada skala nasional. Hal ini ditunjukkan

dengan masuknya para investor asing ke Papua dan berkembangannya

kegiatan ekonomi kerakyatan di wilayah Timika. Secara khusus kehadiran

Freeport membawa perubahan ekonomi bagi masyarakat Timika, yaitu

dari sistem perekonomian tradisional menjadi sistem perekonomian

modern. Selain itu kehadiran Freeport di Timika juga membawa

perubahan struktur sosial dan perubahan kebudayaan. Sering terjadi

benturan antara budaya modern yang dibawa Freeport dengan budaya

tradisional yang dimiliki oleh penduduk asli di wilayah Timika yang

berujung pada konflik. PTFI adalah produk budaya modern yang

menghasilkan budaya perusahaan (corporate culture), sedangkan

masyarakat sekitarnya adalah pelaku dan pencipta budaya tradisional

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersumber dari masyarakat primordial. Ikatan mereka dengan alam, suku

dan adat-istiadat sangat kuat. Kehadiran budaya modern di tengah-tengah

masyarakat tradisional menimbulkan berbagai persoalan bagi masyarakat

setempat, baik yang bersumber dari kebijakan perusahaan maupun yang

bersumber dari internal masyarakat. Masyarakat asli belum siap menerima

perubahan apalagi dalam ritme yang demikian cepat karena dibawa oleh

perusahaan raksasa yang bertaraf internasional. Dampak lain dari

kehadiran PTFI adalah bertambah majemuknya masyarakat Mimika

karena perusahaan banyak mendatangkan pekerja dari luar Mimika dan

Irian Jaya. Perkembangan wilayah yang pesat karena kehadiran Freeport

juga menarik pendatang lebih banyak lagi ke Mimika. Dengan demikian

potensi konflik di daerah ini semakin besar, baik dalam bentuk perang

suku maupun sengketa dalam bentuk lain terutama dengan penduduk yang

dianggap “pendatang”. Dalam hubungannya dengan pendatang, dampak

yang dirasakan sangat berpengaruh terhadap sikap penduduk asli pada

Freeport dan pegawai-pegawainya adalah adanya kesenjangan sosial yang

sangat mencolok. Masyarakat asli yang belum memperoleh kesempatan

memiliki rumah yang disediakan PTFI secara fisik sangat kontras

penampilannya dengan kehidupan di Kuala Kencana dan Tembagapura

yang merupakan duplikasi kota modern di Amerika Serikat.

3. Dalam kurun waktu antara tahun 1960 sampai tahun 2001 bila dilihat dari

segi ekonomi, sosial, sarana dan prasarana fisik dan pemerintahan,

pertumbuhan Timika menunjukkan kemajuan yang signifikan. Timika

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sekarang menjadi kota modern dengan status sebagai Ibukota Kabupaten

Mimika sekaligus Ibukota Propinsi Irian Jaya Tengah. Perkembangan

Timika ini dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.

Penduduk asli di wilayah ini juga memegang peranan yang penting dalam

perkembangan Kota Timika. Mereka adalah suku Amungme dan Kamoro,

di samping ada beberapa suku lain seperti Dani, Ekagi, Moni, Damal dan

Sempan. Selain sebagai salah satu pihak pelaku atau tokoh pembangunan

Kota Timika hingga berkembang seperti sekarang ini, mereka juga

berstatus sebagai "pemilik" atau pemegang hak ulayat atas wilayah dimana

Freeport beroperasi dan Timika tumbuh.

B. Saran

Dengan melihat berbagai peristiwa yang terjadi dalam proses

perkembangan Kota Timika, penulis memberikan saran bagi beberapa pihak

terkait sebagai berikut:

1. Bagi pembaca penelitian ini khususnya mahasiswa Program Studi

Pendidikan Sejarah, agar bersedia memperdalam dan memperluas

penelitian ini dengan penelitian lain yang relevan atau dengan metode dan

pendekatan yang berbeda untuk memperkaya pengetahuan dan karya

ilmiah tentang Kota Timika.

2. Bagi PT. Freeport Indonesia, agar bersikap lebih bijaksana dengan sistem

bagi hasil yang adil terhadap bangsa Indonesia khususnya terhadap

masyarakat sekitar sebagi pemilik bumi Papua. Selain itu juga agar terus

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengupayakan langkah-langkah meminimalisasi dampak operasional

terhadap lingkungan alam sekitar sehingga tidak merusak ekosisten alam

dan membahayakan masyarakat.

3. Bagi Pemerintah, agar memperkuat atau memperbaiki sistem kontrol

terhadap kegiatan Freeport dan berani menindak tegas setiap kesalahan

atau pelanggaran sesuai dengan prosedur yang berlaku, serta tidak

berpihak pada pihak manapun yang berkepentingan.

4. Bagi bangsa Indonesia, mari kita tingkatkan kualitas sumber daya manusia

kita dengan pendidikan agar mampu mengelola kekayaan alam kita tanpa

harus berbagi atau bergantung dengan bangsa lain!

163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Al Rahab, Amirudin. 2003. Perjuangan Amungme: Antara Freeport dan


Militer. Jakarta: ELSAM.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Beanal, Tom. 1996. Amungme Magaboarat Negel Jombei-Peibei.


Jakarta: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.

---------------, 2000. PT. Freeport Indonesia dan Masyarakat Adat Suku


Amungme. Forum Lorentz.

Bintarto, 1977. Pengantar Geografi Kota. Yogyakarta: UP. Spring.

---------, 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta:


Ghalia Indah.

Budhisantoso, S., dkk., 1995. Masyarakat Terasing Amungme di Irian


Jaya. Jakarta: Depdikbud.

--------------------------, 1995. Studi Pertumbuhan dan Pemudaran Kota


Pelabuhan: Kasus Gilimanuk-Jepara. Jakarta: Depdikbud.

Budiardjo, Miriam. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Daldjoeni, N. 1982. Seluk-beluk Masyarakat Kota (Pusparagam


Sosiologi Kota). Bandung: Alumni.

Djopari, John R.G., 1993. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka.


Jakarta: Grasindo.

Garnaut, Ross dan Chris Manning. 1997. Irian Jaya the Transformation
of a Melanesian Economy. Canberra: Australian National
University Press.

-----------------------------------------, 1979. Perubahan Sosial-Ekonomi di


Irian Jaya. Jakarta: Gramedia.

Giay, Benny. 2000. Menuju Papua Baru. Jayapura: Deiyai.

164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah; Penerjemah Noghroho


Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Herman Renwarin., dkk. 1984. Sejarah Sosial Daerah Irian Jaya dari
Hollandia ke Kota Baru (1910-1963). Jakarta: Proyek IDSN
Depdikbud.

Khairuddin, H., 2000. Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Aspek


Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarata: Liberty.

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

---------------, 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan


Bentang Budaya.

Kuper, Adam & Jessica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mealey, George A., 1996. Grasberg. Singapore: Freeport-Mc MoRan


Copper & Gold Inc.

Nas, P.J.M. 1979. Kota di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota


Dalam Tiga Bagian, Terj. & Ed. Sukanti Suryochondro. Jakarta:
Bhratara karya Aksara.

Ngadisah. 2003. Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di


Papua. Yogyakarta: Pustaka Raja.

Petocz, Ronald G., 1987. Konservasi Alam dan Perkembangan di Irian


Jaya. Jakarta: Pustaka Grafitipers.

Poerwadarminta. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Rahardjo. 1983. Perkembangan Kota dan Permasalahannya. Jakarta:


PT. Bina Aksara.

Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi


Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sastrapratedja, M., dkk., 1986. Menguak Mitos-mitos Pembangunan:


Telaah Etis dan Kritis. Jakarta: PT. Gramedia.

Sedyawati, Edi, dkk., 1997. Tuban: Kota Pelabuhan di Jalan Sutra.


Jakarta: Depdikbud.

165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Soekanto, Soerjono. 1985.Kamus Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali.

-----------------------, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Sudihantara, Y., Ekologi Pemukiman dalam Perspektif Pembangunan:


Pemukiman Berwawasan Lingkungan. Semarang: Soegijapranata
Catholic University Press.

Sumule, Agus (Ed.). 2003. Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus


Provinsi Papua. Jakarta: Gramedia.

Surjomihardjo, Abdurrachman. 2000. Sejarah Perkembangan Sosial


Kota Yogyakarta 1880-1930. Yogyakarta: Yayasan Untuk
Indonesia.

Ware, Caroline F. 1940. The Cultural Approach to History. New York:


Kennikat Press, Inc.

Widjojo, Muridan S., 2001. Di Antara Kebutuhan Demokrasi dan


Kemenangan Politik Kekerasan: Konflik Papua Pasca Orde Baru.
Jakarta: LP3ES.

Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode


Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.

Dokumen:
Peraturan Daerah Kabupaten Mimika Nomor 8 Tahun 2002 Tentang
Rencana Strategis Kabupaten Mimika Tahun 2002-2006, Timika
2002.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 Tentang Pembentukan


Kabupaten Mimika di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian
Jaya, dalam Lembar Negara No. 38/1996 dan Tambahan Lembar
Negara No. 3650.

SK Menteri Pertambangan No. 432/Kpts/M/Pertamb/1972 Mengenai


Perusahaan Jasa Pertambangan di Luar Minyak dan Gas Bumi.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 1999 Tentang


Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya
Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak
Jaya dan Kota Sorong, dalam Lembar Negara No. 1999/173;
Tambahan Lembar Negara No. 3894.

166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2000 Tentang


Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 45
Tahun 1999, dalam Lembar Negara No. 72/2000 dan Tambahan
Lembar Negara No. 3960.

Artikel:
Mansoben, J.R. 2004. Arti Sebuah Nama: Penggunaan Nama Papua
Untuk Menggantikan Irian Jaya. Masyarakat Indonesia: Majalah
Ilmu-ilmu Sosial Indonesia,
Jilid XXX, No. 1, Hal.1. Jakarta: LIPI.

Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan Sosial. Artikel Th. I No. 5


Juli 2002. www.ekonomirakyat.org. Download jam 15.32 hari
Jumat, 24 Juni 2005.

Koran:
Darmawan, Cecep. Freeport dan Kerusuhan Abepura. Pikiran Rakyat. 21
Maret 2006.

Brosur:
Komitmen Untuk Masyarakat Papua. 2000. Timika: PTFI.
Orientasi K3. 2000. Timika: PTFI.
Profil Ringkas PTFI. 2000. Timika: PTFI.

PTFI General Induction. 1996. Singapore: Freeport-Mc MoRan Copper


& Gold Inc.

167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165

Lampiran 1

MENTERI PERTAMBANGAN

REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN

No. : 423 / Kpts / M / Pertamb / 1972

TENTANG

PERUSAHAAN JASA PERTAMBANGAN

DI LUAR MINYAK DAN GAS BUMI

MENTERI PERTAMBANGAN

Menimbang : a. Bahwa untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan usaha-


usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi sangat
diperlukan usaha-usaha di bidang jasa-jasa pertambangan di luar
minyak dan gas bumi.

b. Bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan ketentuan-


ketentuan tentang Jasa Pertambangan di luar minyak dan gas
bumi.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pertambangan.

2. Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal


Asing jo. Undang-undang No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan
dan Tambahan.

Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal


Asing.

3. Undang-undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal


Dalam Negeri jo.

Undang-undang No. 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan


Tambahan.

Undang-undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Dalam


Negeri;.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166

4. Bedrijfreglementering Ordonantie 1934 jo. Peraturan Pemerintah


No. 1 Tahun 1957 tentang penyaluran Perusahaan-perusahaan
dan Peraturan-peraturan Pemerintah No.53 tahun 1957 tentang
Penyaluran Perusahaan-perusahaan;

5. Keputusan Presiden R.I. No.183 tahun 1968 tentang Pembubaran


Kabinet Ampera dan Pembentukan Kabinet Pembangunan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KETENTUAN TENTANGPERUSAHAAN JASA


PERTAMBANGAN DI LUAR MINYAK DAN GAS BUMI

Pasal 1

Istilah-istilah

Yang dimaksud dalam Surat Keputusan ini dengan :

(a) Usaha-usaha pertambangan :

ialah usaha-usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi

(b) Jasa-jasa pertambangan ialah jasa-jasa yang sebagai pemegang usaha-usaha


pertambangan.

(c) Jasa-jasa pertambangan :

ialah perusahaan yang menjalankan usaha-usaha pertambangan berdasarkan


Undang-undang No.11 tahun 1967, termasuk perusahaan-perusahaan yang
melakukan usaha-usaha pertambangan baik dalam rangka penanaman Modal
Dalam Negeri maupun penanaman Modal Asing.

(d) Perusahaan Jasa Pertambangan

ialah perusahaan baik dengan penanaman modal dalam Negeri maupun dengan
modal asing, yang sesuai dengan Bedrijfsreglementering Ordonantie 1934-jo.
Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1957, bergerak di bidang pemberian jasa-jasa
perusahaan pertambangan.

(e) Idzin Usaha Pertambangan :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167

ialah idzin yang diberikan oleh Menteri Pertambangan cq. Pejabat Instansi yang
ditunjuk, untuk dapat menjalankan usaha-usaha di bidang penberian jasa-jasa
pertambangan.

(f) Penanaman Moda Dalam Negeri:

ialah penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No 6


tahun 1968. Jo. Undang-undang No. 12 tahun 1978.

(g) Penanaman Modal Asing:

ialah penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No. 1


tahun 1967 jo. Undang-undang No. 11 tahun 1970.

Pasal 2

Lapangan Usaha

Lapangan usaha perusahaan Jasa Pertambangan meliputi :

(a) Pemetaan geologi dan eksplorasi mineral baik di darat, di laut, dengan
menggunakan berbagai methode penyelidikan.

(b) Pengukuran tanah dan pemetaan umum dalam rangka kegiatan eksplorasi/
eksploitasi mineral.

(c) Pemboran baik dalam rangka eksplorasi mineral maupun pemboran untuk air
dan untuk tujuan teknik sipil.

(d) Konsultan sehubung dengan usaha-usaha perencanaan dan konstruksi


bangunan-bangunan dan fasilitas-fasilitas di lingkungan proyek-proyek
pertambangan.

(e) Usaha-usaha lainnya sejenis yang menurut pendapat Menteri Pertambangan


dianggap langsung berhubungan dengan, serta menunjang usaha-usaha
pertambangan termasuk antara lain pembuatan (manufacturing) alat-alat
pertambangan.

Pasal 3

Perizinan

(1) Setiap perusahaan Jasa Pertambangan seperti dimaksud dalam pasal 1, ayat (d)
di atas, diwajibkan mengajukan permohonan kepada Menteri Pertambangan cq.
Pejabat yang ditunjuk, untuk mendapatkan idzin usaha pertambangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168

(2) Setiap perusahaan Jasa Pertambangan seperti dimaksud dalam pasal 1, ayat (d)
di atas, yang menjalankan usaha pertambangan berdasarkan Undang-undang
Penanaman Modal Asing, diwajibkan mengikut-sertakan modal nasional yang
besarnya setiap kali ditetapkan oleh Menteri Pertambangan.

(3) Perusahaan di luar Perusahaan Jasa Pertambangan yang secara insidentil


menjalankan usaha-usaha di bidang pemberian jasa-jasa pertambangan,
diwajibkan pula meminta idzin terlebih dahulu.

Pasal 4

Pelanggaran

Tanpa mengurangi sanksi-sanksi yang dikenakan dalam rangka perundang-


undangan tentang penanaman modal dan perundang-undangan lainnya, maka
setiap pelanggaran terhadap ketentuan pasal 3 dikenakan sanksi –sanksi
sebagaimana termaksud dalam pasal 14 Bedrijfreglementerings Ordonantie 1934.

Pasal 5

Penggunaan Jasa-jasa Pertambangan

Perusahaan pertambangan hanya dibenarkan menggunakan jasa-jasa Perusahaan


Jasa Pertambangan yang telah mendapat idzin usaha pertambangan sesuai dengan
Surat Keputusan ini.

Pasal 6

Penugasan

Pemberian idzin usaha pertambangan dan tata-usahanya serta pengaturan


selanjutnya ditugaskan kepada Direktorat Jenderal Pertambangan.

Pasal 7

Ketentuan Peralihan

Perusahaan Jasa Pertambangan yang telah menjalankan usaha-usahanya sebelum


dikeluarkan Surat Keputusan ini, diwajibkan mengajukan permohonan untuk
mendapat idzin usaha pertambangan sesuai dengan Surat Keputusan ini, dalam
waktu 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Surat Keputusan ini.

Pasal 8

Penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169

Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
bahwa segala di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 3 Agustus 1972

MENTERI PERTAMBANGAN

Cap tertanda

(Prof.Dr.Ir.SOEMANTRI BRODJONEGORO)

SALINAN DISAMPAIKAN KEPADA YTH.

1. Para Menteri Kabinet Pembanguan.

2. Sekretariat Negara

3. Gubernur Bank Sentral Sd. ID, DD, Pertambangan, DD, Migas.

4. Semua Biro, PTPKLN.

5. Direktorat Pertambangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170

Lampiran 2

Undang-2, Inpres, dll. - Laws,


Decrees, etc.
Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 54 TAHUN 1996 (54/1996)

Tanggal: 13 AGUSTUS 1996 (JAKARTA)

Sumber: LN 1996/38; TLN 3650

Tentang: PEMBENTUKAN KABUPATEN MIMIKA DI WILAYAH


PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi Daerah


Tingkat I Irian Jaya pada umumnya dan Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak
pada khususnya, dipandang perlu untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan guna
menjamin terpenuhinya tuntutan perkembangan dan kemajuan dimaksud dimasa
mendatang;

b. bahwa sehubungan dengan luasnya wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II


Fak-Fak dan sangat terbatasnya sarana dan prasarana transportasi yang tersedia
maka pembangunan wilayah yang jauh dari jangkauan pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Fak-Fak perlu ditangani dengan cara lebih mendekatkan
upaya pelayanan pemerintah terhadap masyarakat sekitarnya melalui satuan
administrasi pemerintahan yang lebih proporsional;

c. bahwa dengan memperhatikan pertimbangan pada huruf a dan b, serta dalam


rangka memacu pembangunan wilayah Mimika di Kabupaten Daerah Tingkat II
Fak-Fak maka wilayah Mimika dipandang perlu ditetapkan sebagai Kabupaten
Mimika yang bersifat administratif;

Mengingat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171

1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di


Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3037);

3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi


Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat
(Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2907) juncto Peraturan Pemerintahan Nomor 5 Tahun 1973 tentang Perubahan
Nama Propinsi Irian Barat menjadi Irian Jaya (Lembaran Negara Tahun 1973
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2997);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBENTUKAN


KABUPATEN MIMIKA DI WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Kabupaten adalah Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2)


Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di
Daerah;

2. Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak adalah sebagaimana dimaksud dalam


Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom
Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat;

3. Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya adalah sebagaimana dimaksud dalam


Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom
Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat, juncto
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1973 tentang Perubahan nama Propinsi
Irian Barat menjadi Irian Jaya.

BAB II

PEMBENTUKAN, BATAS WILAYAH,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172

DAN IBUKOTA

Pasal 2

Dengan Peraturan Pemerintah ini dibentuk Kabupaten Mimika dalam wilayah


Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya.

Pasal 3

(1) Wilayah Kabupaten Mimika meliputi wilayah sebagai berikut:

a. Sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak terdiri dari:

1) Kecamatan Mimika Barat;

2) Kecamatan Mimika Timur;

3) Kecamatan Agimuga.

b. Sebagian wilayah Kecamatan Ilaga Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai


terdiri dari:

1) Desa Singa;

2) Desa Hoya;

3) Desa Jila.

(2) Wilayah Kabupaten Mimika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditata dan
ditetapkan sehingga terdiri dari wilayah-wilayah Kecamatan sebagai berikut:

a. Kecamatan Mimika Barat;

b. Kecamatan Mimika Timur;

c. Kecamatan Mimika Baru;

d. Kecamatan Agimuga.

Pasal 4

Dengan dibentuknya Kabupaten Mimika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,


maka wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak dikurangi dengan wilayah
Kabupaten Mimika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan
wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai dikurangi dengan wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173

Kabupaten Mimika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b.

Pasal 5

(1) Wilayah Kabupaten Mimika mempunyai batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Uwapa, Kecamatan Mapia,


Kecamatan Kamu, Kecamatan Tigi, Kecamatan Paniai Timur dan Kecamatan
Ilaga Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sawaerma Kabupaten Daerah


Tingkat II Merauke;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafuru;

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Teluk Etna Kabupaten Daerah


Tingkat II Fak-Fak.

(2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta
sebagaimana terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.

(3) Penentuan batas wilayah Kabupaten Mimika dan Kabupaten Daerah Tingkat
II Fak-Fak dan Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai secara pasti di lapangan
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 6

Ibukota Kabupaten Mimika berkedudukan di Kota Timika Kecamatan Mimika


Baru.

Pasal 7

(1) Pusat Pemerintahan Kecamatan Mimika Barat berkedudukan di Desa


Kokonau.

(2) Pusat Pemerintahan Kecamatan Mimika Timur berkedudukan di Desa


Wania.

(3) Pusat Pemerintahan Kecamatan Mimika Baru berkedudukan di Desa


Kwamki.

(4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Agimuga berkedudukan di Desa Kaliarma.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI

Pasal 8

Pemerintah Kabupaten Mimika dikepalai oleh seorang Bupati yang berada di


bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Irian Jaya.

Pasal 9

Pemerintah Kabupaten Mimika mempunyai tugas pokok menyelenggarakan


Urusan Pemerintahan Umum, mengkoordinasikan pembangunan dan membina
kehidupan masyarakat disegala bidang dan melaksanakan urusan lain yang
ditugaskan oleh Pemerintah tingkat atasnya.

Pasal 10

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,


Pemerintah Kabupaten Mimika mempunyai fungsi:

a. meningkatkan, mengendalikan, dan mengkoordinasikan kegiatan


penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

b. mengawasi, mengarahkan, mengendalikan dan mengkoordinasikan


perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan
perkembangan kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya di wilayahnya;

c. meningkatkan pelayanan masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan


fasilitas dan pelayanan masyarakat Kabupaten Mimika di bidang pemerintahan
dan pembangunan;

d. meningkatkan pemasukan pendapatan asli daerah, mengembangkan sumber-


sumber pendapatan asli daerah serta menggali dan mengembangkan potensi di
wilayahnya;

e. menggerakkan, mendorong dan membina masyarakat Kabupaten Mimika


untuk berperan secara aktif dalam kegiatan pembangunan dan memelihara hasil-
hasil pembangunan dalam usaha meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
kesejahteraan masyarakat;

f. melaksanakan urusan-urusan pemerintahan lainnya yang ditugaskan oleh


Pemerintah tingkat atasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175

BAB IV

PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN

Pasal 11

(1) Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan di Kabupaten Mimika, dibentuk


Sekretariat Wilayah, satuan kerja atau Instansi Pemerintah lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kedudukan dan kewenangan Instansi Vertikal di Kabupaten Mimika adalah


setingkat dan sama dengan Instansi Vertikal pada Kabupaten/Kotamadya
Daerah Tingkat II.

Pasal 12

Untuk menyelenggarakan urusan-urusan otonomi Propinsi Daerah Tingkat I


Irian Jaya di Kabupaten Mimika dapat dibentuk Suku Dinas Tingkat I.

BAB V

ORGANISASI, KEPEGAWAIAN, DAN

PEMBIAYAAN

Pasal 13

Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Mimika ditetapkan lebih lanjut oleh


Menteri Dalam Negeri.

Pasal 14

Pengaturan mengenai kepegawaian dan pembiayaan ditetapkan oleh Menteri


Dalam Negeri dan atau Menteri terkait, secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 15

(1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Mimika,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak menyerahkan kepada


Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya mengenai tanah, bangunan,
barang bergerak, barang tidak bergerak, Badan-badan Usaha Milik Daerah,
Utang-piutang, perlengkapan kantor, arsip, dan dokumentasi, yang kegunaan
dan keberadaannya ada di wilayah Kabupaten Mimika.

(2) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Menteri Dalam Negeri.

Pasal 16

Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Kabupaten


Daerah Tingkat II Fak-Fak tetap berlaku bagi Kabupaten Mimika sebelum
diubah atau dicabut berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan peraturan


perundang-undangan yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah


ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 19

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di: Jakarta

pada tanggal 13 Agustus 1996

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 13 Agustus 1996

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

ttd

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1996 NOMOR 78

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 54 TAHUN 1996

TENTANG

PEMBENTUKAN KABUPATEN MIMIKA DI WILAYAH

PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA

I. UMUM.

Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak mempunyai wilayah yang cukup luas


yaitu 50.592 Km2, geografis wilayah membujur dari barat ke timur, terletak
dibagian selatan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya.

Mengingat luasnya wilayah dan terbatasnya sarana dan prasarana transportasi


dan komunikasi di Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak, dalam rangka
pembinaan pemerintahan dan pembangunan yang lebih intensif kepada
masyarakat, maka di kawasan bagian timur Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-
Fak dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Fak-Fak wilayah Mimika yang
meliputi tiga wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Mimika Barat, Kecamatan
Mimika Timur dan Kecamatan Agimuga dengan pusat kedudukan di Kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178

Timika.

Meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan,


pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Wilayah Kerja Pembantu
Bupati Fak-Fak wilayah Mimika dan dalam rangka pembinaan, pengendalian,
koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan wilayah, sesuai
dengan perkembangan kehidupan ekonomi, politik dan sosial budaya di
wilayah, dipandang perlu Wilayah Kerja pembantu Bupati Fak-Fak di Mimika
yang meliputi Kecamatan Mimika Barat, Kecamatan Mimika Timur dan
Kecamatan Agimuga serta ditambah dengan sebagian wilayah Kecamatan Ilaga
Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai terdiri dari Desa Singa, Desa Hoya dan
Desa Jila dibentuk menjadi Kabupaten yang bersifat administratif yaitu
Kabupaten Mimika.

Dibentuknya Kabupaten Mimika pada dasarnya telah disetujui oleh DPRD


Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak sebagaimana dinyatakan dalam
Keputusan Nomor 01/KPTS/DPRD-FF/1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang
Persetujuan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak terhadap
Pembentukan Kabupaten Mimika.

II. PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Jumlah Desa dan Kelurahan dimasing-masing Kecamatan setelah Kabupaten


Mimika ditata dan ditetapkan menjadi 4 Kecamatan, menjadi sebagai berikut:

Wilayah Kecamatan Mimika Barat terdiri dari:

a. Desa Potoway Buru;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179

b. Desa Umar;

c. Desa Pronggo;

d. Desa Uta;

e. Desa Paripi;

f. Desa Kokonao;

g. Desa Yapakopa;

h. Desa Tapormai;

i. Desa Aindua;

j. Desa Kipia;

k. Desa Mapar;

l. Desa Akar;

m. Desa Wumuka;

n. Desa Mapuruka;

o. Desa Kapiraya;

p. Desa Amar;

q. Desa Apiri;

r. Desa Yaraya;

s. Desa Kiyura;

t. Desa Mimika;

u. Desa Migiwiya;

v. Desa Kawar;

w. Desa Manaware.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180

Wilayah Kecamatan Mimika Timur terdiri dari:

a. Kelurahan Wania;

b. Desa Kekwa;

c. Desa Tiwaka;

d. Desa Atuka;

e. Desa Kamora;

f. Desa Aikawapuka;

g. Desa Mwapi;

h. Desa Kaugapu;

i. Desa Hiripau;

j. Desa Tipuka;

k. Desa Amamapare;

l. Desa Pomako;

m. Desa Omowita;

n. Desa Ohotna;

o. Desa Fanamo;

p. Desa Iwaka.

Wilayah Kecamatan Mimika Baru terdiri dari:

a. Kelurahan Tembagapura;

b. Kelurahan Kwamki;

c. Desa Tsinga;

d. Desa Arwandop;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181

e. Desa W a a;

f. Desa Harapan;

g. Desa Koperapoka;

h. Desa Inaoga;

i. Desa Naweripi;

j. Desa Komoro Jaya;

k. Desa Singa.

Wilayah Kecamatan Agimuga terdiri dari:

a. Desa Kiliarma;

b. Desa Amungun;

c. Desa Aromsolki;

d. Desa Fakafuku;

e. Desa Newa;

f. Desa Pafak;

g. Desa Wenin;

h. Desa Sumapro;

i. Desa Wapu;

j. Desa Hoya;

k. Desa Jila.

Pasal 4

Dengan dikuranginya wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak, dan


wilayah hasil pengurangan tersebut menjadi Kabupaten Mimika, maka urusan
Otonomi Daerah di wilayah dimaksud yang selama ini diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak diserahkan pula kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182

Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penentuan batas wilayah secara pasti antara Kabupaten Mimika, Kabupaten


Daerah Tingkat II Fak-Fak dan Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai ditetapkan
oleh Menteri Dalam Negeri setelah mempertimbangkan usul dan saran
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya yang didasarkan atas hasil
penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Mimika ditetapkan oleh Menteri


Dalam Negeri sesuai dengan Pola Organisasi Pemerintah Kabupaten yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat persetujuan Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Dengan terbentuknya Kabupaten Mimika, maka untuk mencapai daya-guna dan


hasilguna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
dan pembinaan serta pelayanan masyarakat digunakan pegawai, tanah, gedung
perkantoran beserta perlengkapannya, dan fasilitas pelayanan umum yang telah
ada selama ini dan telah dipakai oleh Pembantu Bupati Fak-Fak wilayah
Mimika yang wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Mimika Barat, Kecamatan
Mimika Timur dan Kecamatan Agimuga diserahkan kepada Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya oleh Pemerintah Kabupaten Daerah
Tingkat II Fak-Fak, untuk dipergunakan bagi kepentingan Kabupaten Mimika.

Untuk itu dalam rangka tertib administrasi diperlukan tindakan berupa


penyerahan dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Fak-Fak kepada
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya.

Demikian pula halnya dengan Badan-badan Usaha Milik Daerah Kabupaten


Daerah Tingkat II Fak-Fak yang tempat kedudukan dan kegiatannya berada di
wilayah Kabupaten Mimika, untuk mencapai dayaguna dan hasilguna dalam
penyelenggaraannya diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Fak-Fak kepada Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya.

Begitu juga mengenai utang-piutang yang kegunaannya untuk wilayah


Kabupaten Mimika diserahkan kepada Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Irian Jaya.

Ayat (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

© Copyright UNIPA - ANU - UNCEN PapuaWeb Project, 2002-2003.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI210

Lampiran 4
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2000

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999


TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH,
PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN
MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA,
DAN KOTA SORONG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa dengan memperhatikan belum siapnya perangkat daerah, terbatasnya


fasilitas pendukung, tidak tersedianya pembiayaan yang memadai, belum
dibentuknya pengadilan tinggi dan pengadilan negeri pada beberapa kabupaten
baru, serta situasi keamanan daerah yang tidak memungkinkan, maka pemilihan
umum lokal untuk pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di
Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Panial,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong sebagaimana
diatur dalam Pasal 20 Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten
Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, tidak
dapat dilaksanakan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu


diubah Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi
Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten
Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong dengan Undang-undang;

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, dan Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Pertama Tahun 1999;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor V/MPR/ 1999
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004;
3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi
Daerah Otonom nan Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di
Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2907);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI211

4. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pennilihan Umum


(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3810);
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3811);
6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
7. Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi
Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 173, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3894);

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-


UNDANG NOMOR 45
TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA
TENGAH, PROPINSI
IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA,
KABUPATEN PUNCAK
JAYA, DAN KOTA SORONG.

Pasal I

Ketentuan Pasal 20 Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten
Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 173, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3894) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 20

(1) Dengan terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota
Sorong, pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI212

Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten
Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong untuk pertama kali
dilakukan dengan cara:

a. penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik


peserta
Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di Propinsi Irian Jaya,
Kabupaten
Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Mimika, serta di Kabupaten
Sorong;
dan

b. pengangkatan dan anggota TNI/POLRI.

(2) Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(3) Dengan terisinya keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi


Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten
Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Timur dan Kabupaten Sorong
tidak berubah sampai terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil
pemilihan umum berikutnya.

(4) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Timur, yang
keanggotaannya mewakili kabupaten-kabupaten yang masuk dalam wilayah
Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat serta anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sorong yang keanggotaannya mewakili
kecamatan-kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Sorong, dengan
sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian
Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, dan Kota Sorong.

(5) Pengisian kekurangan jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Propinsi Irian Jaya Timur dan Kabupaten Sorong, sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah
ke Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, dan Kota Sorong.

Pasal II

Undang-undang mi mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI213

undang mi dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik


Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 7 Juni 2000

PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Juni 2000

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DJOHAN EFFENDI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 72

Salman sesual dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI

Kepala Biro Peraturan


Perundang - undangan II

ttd

Edy Sudibyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI214

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2000
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999
TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH,
PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN
MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG

I . UMUM

Dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi


nan Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten
Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, telah ditetapkan bahwa
penyelenggaraan pemihhan umum lokal dilaksanakan selambat-Iambatnya satu
tahun sejak peresmian daerah otonom tersebut untuk pengisian keanggotaan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian
Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan
Kota Sorong.

Untuk keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum lokal yang Iangsung,


umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan beradab, diperlukan sejumlah persyaratan,
seperti kesiapan perangkat daerah, fasilitas pendukung, pembiayaan yang
memadai, situasi keamanan daerah yang memungkinkan, serta terbentuknya
Panitia Pengawas Pemilihan Umum. Namun, Panitia Pengawas Pemilihan
Umum sesuai amanat Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tidak dapat
dibentuk karena belum terbentuknya pengadilan tinggi di Propinsi Irian Jaya
Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat serta pengadilan negeri di Kabupaten
Paniai, dan Kabupaten Puncak Jaya.

Sementara itu, Pemilihan Umum Tahun 1999 telah menghasilkan komposisi


suara partai-partai politik peserta pemilihan umum yang mencerminkan aspirasi
rakyat.

Berkenaan dengan itu, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-undang


Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,
Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten
Puncak Jaya, dan Kota Sorong, untuk mengisi keanggotaan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten
Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong tidak
dilaksanakan dengan pemihhan umum lokal, tetapi dengan menggunakan
komposisi hasil perolehan suara partai-partai politik peserta Pemilihan Umum
Tahun 1999 yang dilaksanakan di Propinsi Inian Jaya, Kabupaten Paniai,
Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Sorong secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI215

proporsional.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Pasal 20

Ayat (1)

huruf a

Cukup jelas

Ayat (1)

huruf b

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasa II

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR


3960
Sumber (source): http://www.indonesia.nl/

© Copyright UNIPA - ANU - UNCEN PapuaWeb Project, 2002-2003.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI216

Lampiran 5

Sumber: Ross Garnaut dan Chris Manning, Perubahan Sosial-Ekonomi di Irian Jaya, Jakarta,
Gramedia, 1979, hlm. 20-21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI217

Lampiran 6

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI218

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI219

Lampiran 7

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 17 & 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI220

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 28-29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI221

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI222

Lampiran 8

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 17 & 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI223

Lampiran 9

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI224

Lampiran 10

Sumber: S. Budhisantoso, dkk., Masyarakat Terasing Amungme di Irian Jaya, Jakarta, Depdikbud,
1995, hlm. 25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 14
PETA PEMBAGIAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2001

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.

241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PETA UMUM IRIAN JAYA

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc., 1996, hlm. 41.

242
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 15
KOTA TIMIKA DILIHAT DARI UDARA

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc., 1996, hlm. 328-329.
243
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 17
PETA DAERAH KERJA PTFI

Sumber: Ngadisah, Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di Papua, Yogyakarta, Pustaka Raja, 2003, hlm. 65.

245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PETA WILAYAH PROYEK TAMBANG FREEPORT

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper &
Gold Inc., 1996, hlm. 97.

246
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 18
PETA WILAYAH SUKU-SUKU DI SEKITAR AREA PERTAMBANGAN FREEPORT

Sumber: Ngadisah, Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di Papua, Yogyakarta, Pustaka Raja, 2003, hlm. 45.

247
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 19

Bagan 1
Struktur Pemerintahan Adat Suku Amungme

Sumber: Ngadisah, Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di Papua, Yogyakarta, Pustaka Raja, 2003, hlm. 56.

248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI216

Lampiran 20

Sumber: Ngadisah, Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di Papua, Yogyakarta,
Pustaka Raja, 2003, hlm. 61.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 21

GUNUNG GRASBERG

Gunung yang ditambang oleh Freeport

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI251

Lampiran 22

PROSES OPERASI PENAMBANGAN FREEPORT

Gambaran umum kegiatan

Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) memakai dua teknik pertambangan, yakni open-pit
atau tambang terbuka yang menggunakan truk pengangkut dan sekop listrik besar di
tambang Grasberg, serta teknik block -caving pada cadangan bawah tanah yang dikenal
sebagai Intermediate Ore Zone (IOZ) dan Deep Ore Zone (DOZ).

Gambaran umum kegiatan pengolahan bijih mulai dari proses penambangan hingga
pengapalan konsentrat dapat terlihat pada gambar di bawah. Bijih yang telah
dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui rangkaian ban berjalan dan
terowongan bijih (ore pass). Proses konsentrasi meliputi berbagai teknik, termasuk
penghancuran, penggilingan, dan pengapungan. Gabungan teknik penghancuran yang
termasuk penggunaan mesin Semi Autogenous Grinding (SAG) dan Ball Mill digunakan
untuk menghancurkan bijih tambang menjadi pasir yang sangat halus.

Selanjutnya, diikuti dengan proses pengapungan yang menggunakan re-agent, bahan


yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang mengandung
mineral tembaga, emas, dan perak. Mineral-mineral yang mengapung ke permukaan
kemudian diciduk permukaannya (skimmed-off) sebagai produk akhir. Sisa dari batuan
yang tidak memiliki nilai ekonomi akan mengendap di bagian dasar sebagai tailing, yang
dilepaskan melalui arus sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI252

PABRIK PENGOLAHAN FREEPORT

Pabrik Pengolah

Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan


menuju pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa
sepanjang 110 km. Konsentrat yang telah dikeringkan disimpan di
pelabuhan Amamapare sebelum dijual dan dikapalkan ke pabrik-
pabrik peleburan di seluruh dunia.

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI253

PELABUHAN PENGAPALAN FREEPORT DI AMAPARE

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI254

Lampiran 23

DAERAH PEMBUANGAN TAILING SUNGAI AIJWA

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 268.

DAERAH PENGOLAHAN TAILING

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI255

Lampiran 24
PERKAMPUNGAN BANTI SUKU AMUNGME

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.

RUMAH RAKYAT DI TEMBAGAPURA

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI256

Lampiran 25
KOTA TEMBAGAPURA

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 26
KOTA KUALA KENCANA

Sumber: Dokumentasi PT Freeport Indonesia, 2001.

257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI258

Lampiran 27
JEAN JACQUES DOZY

Jean Jacques Dozy adalah anggota ekspedisi Colijn dari Belanda yang
menemukan kandungan mineral tembaga pada Gunung Ertsberg di Papua. Foto
diambil oleh Kal Muller tahun 1995.

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 65.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI259

EKSPEDISI COLIJN

Gambar Ekspedisi Colijn tahun 1936 yang dalam perjalanannya disertai oleh
orang Kamoro. Foto diambil J. J. Dozy pada tahun 1936.

Gambar Ekspedisi Colijn yang dalam perjalanannya disertai oleh orang Dayak.
Foto diambil J. J. Dozy pada tahun 1936.

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI260

Lampiran 28
ORANG AMUNGME

Gambar seorang laki-laki Amungme yang sekarang tinggal di Perkampungan


Banti. Di sana Freeport melengkapi mereka dengan fasilitas kesehatan,
pendidikan, pekerjaan dan perumahan. Foto diambil oleh Kal Muller tahun 1995.

Gambar sekelompok laki-laki Amungme dari Nargi hamlet. Foto diambil J. J.


Dozy pada tahun 1936. Nargi berada di sebelah barat Perkampungan Banti antara
Wanagong dan Opitawak.

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 292-293.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI261

ORANG AMUNGME

Gambar tiga orang Amungme penjual sayuran di pasar Kwamki Lama. Meskipun
mereka berasal dari dataran tinggi yang masih tradisional tetapi memberikan
keuntungan bagi masyarakat Timika. Foto diambil oleh Kal Muller tahun 1995.

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 320.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI262

Lampiran 29
ORANG KAMORO

Gambar sekelompok orang Kamoro di sebuah rumah panjang Kamoro di Tiwaka.


Foto diambil oleh Kal Muller tahun 1995.

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 297.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI263

ORANG KAMORO

Gambar orang Kamoro. Foto diambil oleh Kal Muller tahun 1985.

Sumber: Mealey, George A., Grasberg, Singapore, Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc.,
1996, hlm. 40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

268

SILABUS

Mata Pelajaran : Sejarah


Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : XI/2
Tahun Pelajaran : 2007/2008
Standar Kompetensi : Menganalisis sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20.

Penilaian
Kompetensi Pengalaman
Indikator Materi Jenis Bentuk Waktu Sumber
Dasar Belajar Contoh Tagihan
Tagihan Tagihan
Menganalisis Mendeskripsikan 1. Proses awal Melalui diskusi Test Essay 1. Jelaskan latar 2x45 George A.
pengaruh masuknya sistem berdirinya Kota kelompok siswa belakang menit Mealey,
revolusi perekonomian Timika mendeskripsikan berdirinya Kota Grasberg,
industri di Eropa di Papua a. Latar belakang proses awal Timika dan 1996,
Eropa abad ke-20 yang berdirinya kota berdirinya Kota faktor-faktor Singapore:
terhadap berpengaruh b. Berdirinya kota Timika yang Freeport-
perubahan terhadap c. Faktor-faktor yang mempengaruhi McMoRan
sosial, perubahan sosial, mempengaruhi nya! Copper &
ekonomi dan yaitu berdirinya kota Gold Inc.
politik di terbentuknya
Indonesia Kota Timika

Menganalisis 2. Pengaruh Melalui tanya 2. Jelaskan Ngadisah.


pengaruh usaha PT. Freeport jawab siswa pengaruh 2003. Konflik
tambang Indonesia terhadap menjelaskan PT. Freeport Pembangunan
Freeport di lingkungan fisik di pengaruh usaha Indonesia dan Gerakan
Timika terhadap sekitarnya dan tambang Freeport terhadap Sosial Politik
lingkungan fisik di masyarakat Kota terhadap lingkungan fisik di Papua.
sekitarnya dan Timika lingkungan fisik di di sekitarnya Yogyakarta:
kehidupan a. Pengaruh sekitarnya dan dan masyarakat Pustaka Raja.
masyarakat Kota PT. Freeport kehidupan Kota Timika!
Timika Indonesia masyarakat Kota
terhadap Timika
lingkungan fisik di
sekitarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

269

b. Pengaruh
PT. Freeport
Indonesia terhadap
masyarakat Kota
Timika
Mendeskripsikan 3. Perkembangan Melalui diskusi Test Essay 3. Jelaskan Budhisantoso,
perkembangan Timika tahun 1960- kelompok siswa perkembangan S., dkk., 1995.
Timika tahun 2001 mendeskripsikan Timika tahun Masyarakat
1960- a. Perkembangan perkembangan 1960-2001 di Terasing
2001sebagai Timika di bidang Timika tahun bidang Amungme di
dampak ekonomi, sosial, 1960-2001 ekonomi, Irian Jaya.
perekonomian sarana dan sebagai dampak sosial, sarana Jakarta:
Freeport prasarana fisik perekonomian dan prasarana Depdikbud.
serta Freeport fisik serta
pemerintahan pemerintahan
b. Faktor-faktor dan faktor-
yang faktor yang
mempengaruhi mempengaruhi
perkembangan nya!
Timika
c. Posisi penduduk
asli dalam
perkembangan
Timika

Mengetahui, Yogyakarta, 23 Maret 2007


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Nama Anna Asmara S.


NIP

Anda mungkin juga menyukai