Etnis dan Bahasa: Timur Tengah dan Afrika Utara merupakan wilayah yang memiliki keragaman
etnis dan bahasa yang tinggi. Beberapa kelompok etnis yang ada di kawasan ini antara lain adalah
Arab, Turki, Iran, Kurdi, Berber, Yahudi, Yunani, Assyria, dan lain-lain. Masing-masing kelompok
etnis ini memiliki bahasa, budaya, dan sejarah yang berbeda-beda. Bahasa yang paling umum
digunakan di kawasan ini adalah bahasa Arab, yang merupakan bahasa resmi di sebagian besar
negara-negara Arab. Bahasa lain yang juga digunakan di kawasan ini antara lain adalah bahasa
Persia, bahasa Turki, bahasa Ibrani, bahasa Kurdi, bahasa Berber, bahasa Yunani, bahasa Assyria,
dan bahasa-bahasa lokal lainnya1.
Agama Abrahatnic: Timur Tengah dan Afrika Utara juga merupakan wilayah yang memiliki
kekayaan agama yang luar biasa. Tiga agama monoteis besar, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi,
berasal dari kawasan ini. Ketiga agama ini disebut sebagai agama Abrahatnic, karena mengakui Nabi
Ibrahim sebagai bapak dari semua orang beriman2. Islam adalah agama mayoritas di kawasan ini,
dengan sekitar 90% penduduknya beragama Islam. Kristen adalah agama minoritas, dengan sekitar
5% penduduknya beragama Kristen. Yahudi adalah agama yang paling sedikit, dengan sekitar 2%
penduduknya beragama Yahudi. Selain ketiga agama ini, ada juga agama-agama lain yang ada di
kawasan ini, seperti Baha’i, Zoroastrianisme, Manikeanisme, dan lain-lain3.
Tanah Perjanjian Yahudi: Timur Tengah dan Afrika Utara juga merupakan wilayah yang memiliki
peran penting dalam sejarah Yahudi. Menurut kitab suci Yahudi, Tanakh, Tanah Perjanjian Yahudi
adalah tanah yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya sebagai tanda
perjanjian antara Allah dan bangsa Yahudi4. Tanah Perjanjian Yahudi meliputi wilayah yang
sekarang menjadi Israel, Palestina, Yordania, Lebanon, dan sebagian dari Suriah, Mesir, dan
Irak5. Tanah Perjanjian Yahudi menjadi sumber konflik antara bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa
lain yang menghuni kawasan ini, terutama bangsa Arab, yang juga mengklaim tanah yang sama
sebagai tanah suci mereka6.
Kekristenan: Kematian dan Kebangkitan di Yerusalem: Timur Tengah dan Afrika Utara juga
merupakan wilayah yang memiliki arti penting dalam sejarah Kristen. Menurut kitab suci Kristen,
Alkitab, Yerusalem adalah kota tempat Yesus Kristus disalibkan, mati, dan bangkit
kembali7. Yerusalem juga menjadi kota tempat terjadinya Pentakosta, yaitu peristiwa turunnya Roh
Kudus kepada para rasul dan pengikut Yesus8. Yerusalem juga menjadi kota tempat berkembangnya
gereja perdana, yang dipimpin oleh Santo Petrus dan Santo Yakobus. Yerusalem menjadi kota suci
bagi umat Kristen, dan menjadi tujuan ziarah bagi banyak orang Kristen dari seluruh dunia.
Pesan Islam: Timur Tengah dan Afrika Utara juga merupakan wilayah yang memiliki makna khusus
dalam sejarah Islam. Menurut kitab suci Islam, Alquran, Mekkah adalah kota tempat lahirnya Nabi
Muhammad, yang menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril. Mekkah juga
menjadi kota tempat terdapat Ka’bah, yaitu bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail sebagai rumah Allah. Mekkah menjadi kota suci bagi umat Islam, dan menjadi tujuan
ibadah haji bagi setiap Muslim yang mampu. Selain Mekkah, ada juga kota-kota lain yang memiliki
kedudukan istimewa dalam Islam, seperti Madinah, tempat Nabi Muhammad berhijrah dan
mendirikan negara Islam pertama; Yerusalem, tempat Nabi Muhammad melakukan Isra dan Mi’raj,
yaitu perjalanan malam dan naik ke langit; dan Kairo, tempat berdirinya Al-Azhar, salah satu
universitas dan pusat ilmu Islam tertua di dunia.
“Hadiah”: Timur Tengah dan Afrika Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi ekonomi yang
sangat besar, terutama karena ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak bumi,
gas alam, fosfat, dan lain-lain. Minyak bumi dan gas alam adalah “hadiah” yang diberikan oleh alam
kepada kawasan ini, karena menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian besar negara-negara di
kawasan ini. Menurut data dari BP Statistical Review of World Energy 2023, Timur Tengah
memiliki cadangan minyak bumi terbesar di dunia, yaitu sekitar 48,3% dari total cadangan dunia,
dengan Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab sebagai negara-negara dengan cadangan
terbesar. Timur Tengah juga memiliki cadangan gas alam terbesar kedua di dunia, yaitu sekitar
40,6% dari total cadangan dunia, dengan Iran, Qatar, Arab Saudi, dan Irak sebagai negara-negara
dengan cadangan terbesar. Timur Tengah dan Afrika Utara juga merupakan produsen dan eksportir
Isu dan Bentang Alam Regional Timur Tengah dan Afrika Utara
Israel dan Palestina: Isu ini berkaitan dengan konflik sejarah, politik, dan agama antara bangsa
Yahudi dan bangsa Arab di wilayah yang disebut sebagai Tanah Suci atau Tanah Perjanjian. Israel
merupakan negara yang didirikan pada tahun 1948 sebagai tempat perlindungan bagi bangsa Yahudi
yang mengalami penganiayaan dan Holocaust di Eropa. Palestina merupakan nama yang digunakan
oleh bangsa Arab yang mengklaim sebagai penduduk asli dan mayoritas di wilayah tersebut. Konflik
antara Israel dan Palestina meliputi masalah perbatasan, pengungsi, pemukiman, Yerusalem,
keamanan, dan hak asasi manusia. Konflik ini telah menimbulkan banyak korban jiwa, kekerasan,
dan ketidakstabilan di kawasan ini, serta melibatkan campur tangan dari negara-negara lain, seperti
Amerika Serikat, Mesir, Yordania, Iran, Turki, dan organisasi internasional, seperti Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Liga Arab, dan Uni Eropa12.
Musim Semi Arab: Isu ini berkaitan dengan gelombang protes dan revolusi yang terjadi di beberapa
negara di Timur Tengah dan Afrika Utara pada tahun 2010-2012. Musim Semi Arab dipicu oleh
kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap rezim-rezim otoriter, korup, dan represif yang
telah berkuasa selama puluhan tahun. Musim Semi Arab juga didorong oleh faktor-faktor ekonomi,
sosial, dan teknologi, seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan, sensor, media sosial, dan
aktivisme. Musim Semi Arab telah berhasil menjatuhkan beberapa pemimpin, seperti Zine El
Abidine Ben Ali di Tunisia, Hosni Mubarak di Mesir, Muammar Gaddafi di Libya, dan Ali Abdullah
Saleh di Yaman. Namun, Musim Semi Arab juga menghadapi tantangan dan konsekuensi, seperti
kekerasan, perang saudara, kudeta militer, intervensi asing, dan krisis kemanusiaan di beberapa
negara, seperti Suriah, Libya, Yaman, dan Bahrain34.
Irak: “Gudang Tembikar” Amerika Serikat?: Isu ini berkaitan dengan invasi dan pendudukan
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya terhadap Irak pada tahun 2003-2011. Invasi ini dilakukan
dengan alasan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal dan mendukung terorisme, yang
kemudian terbukti tidak benar. Invasi ini menggulingkan rezim Saddam Hussein, yang telah
berkuasa sejak tahun 1979 dengan kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia. Namun, invasi ini
juga menimbulkan banyak masalah dan dampak negatif, seperti kematian, luka-luka, pengungsi,
kerusakan, korupsi, ketidakstabilan, perpecahan, radikalisasi, dan munculnya kelompok-kelompok
teroris, seperti Al-Qaeda dan ISIS. Invasi ini juga menimbulkan kontroversi dan kritik, baik di dalam
maupun di luar Amerika Serikat, terkait dengan legalitas, moralitas, dan efektivitasnya. Invasi ini
sering disebut sebagai “gudang tembikar” Amerika Serikat, karena telah menimbulkan banyak
kerugian dan kesulitan bagi Amerika Serikat dan rakyat Irak .
Bangsa Kurdi: Isu ini berkaitan dengan nasib dan aspirasi bangsa Kurdi, yang merupakan kelompok
etnis terbesar di dunia yang tidak memiliki negara sendiri. Bangsa Kurdi berjumlah sekitar 30-40 juta
orang, yang sebagian besar tinggal di wilayah yang disebut Kurdistan, yang meliputi bagian dari
Turki, Irak, Iran, dan Suriah. Bangsa Kurdi memiliki sejarah, bahasa, budaya, dan identitas yang
khas, serta memiliki perjuangan panjang untuk mendapatkan otonomi, hak, dan pengakuan. Bangsa
Kurdi telah mengalami diskriminasi, penindasan, dan kekerasan dari negara-negara yang menguasai
wilayah mereka, seperti pembantaian, pengusiran, larangan, dan penangkapan. Bangsa Kurdi juga
terlibat dalam beberapa konflik bersenjata, baik melawan negara-negara tersebut, maupun melawan
kelompok-kelompok teroris, seperti ISIS. Bangsa Kurdi memiliki beberapa organisasi politik dan
militer, seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Turki, Partai Demokratik Kurdistan (PDK) dan
Persatuan Patriotik Kurdistan (PUK) di Irak, Partai Demokratik Persatuan (PYD) dan Pasukan
Demokratik Suriah (SDF) di Suriah, dan Partai Demokratik Kurdistan Iran (KDPI) dan Partai untuk
Kehidupan Bebas Kurdistan (PJAK) di Iran .
Pahlavis, Ayatollah, dan Anak-anak Muda Iran: Isu ini berkaitan dengan sejarah dan situasi politik
Iran, yang mengalami beberapa perubahan dan pergolakan sejak abad ke-20. Iran, yang dahulu
dikenal sebagai Persia, merupakan negara yang memiliki warisan peradaban, kebudayaan, dan agama
yang kaya. Iran pernah menjadi monarki konstitusional di bawah dinasti Pahlavi, yang berkuasa dari
tahun 1925 hingga 1979. Dinasti Pahlavi dipimpin oleh dua raja, yaitu Reza Shah Pahlavi dan
Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang berusaha untuk memodernisasi dan membaratkan Iran, tetapi
juga menghadapi banyak tantangan dan kritik, seperti kemiskinan, ketidakadilan, korupsi,
ketergantungan, dan represi. Dinasti Pahlavi digulingkan oleh revolusi Islam pada tahun 1979, yang
dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, seorang pemimpin agama dan politik yang menentang
rezim Pahlavi dan pengaruh Barat. Revolusi Islam mengubah Iran menjadi republik Islam, yang
berdasarkan pada konsep wilayat al-faqih atau kepemimpinan hukum Islam. Republik Islam
dipimpin oleh seorang pemimpin tertinggi, yang saat ini adalah Ayatollah Ali Khamenei, yang
memiliki kekuasaan tertinggi di bidang politik, militer, dan agama. Republik Islam juga menghadapi
banyak tantangan dan kritik, seperti sanksi, isolasi, konflik, pelanggaran hak asasi manusia, dan
ketidakpuasan. Republik Islam juga menghadapi tantangan dari generasi muda Iran, yang merupakan
mayoritas penduduk Iran, yang memiliki aspirasi, harapan, dan keinginan yang berbeda dari rezim
yang berkuasa, seperti demokrasi, kebebasan, hak-hak perempuan, dan pembukaan .
Turki: Di Mana Timur Bertemu Barat: Isu ini berkaitan dengan identitas dan peran Turki, yang
merupakan negara yang berada di perbatasan antara Eropa dan Asia, serta antara dunia Islam dan
dunia Kristen. Turki merupakan negara yang memiliki sejarah, budaya, dan geopolitik yang
kompleks dan dinamis. Turki merupakan penerus dari Kekaisaran Ottoman, yang pernah menjadi
kekuatan besar dan berpengaruh di dunia Islam dan dunia Kristen, tetapi runtuh setelah Perang Dunia
I. Turki kemudian menjadi republik sekuler dan nasionalis di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal
Ataturk, yang berusaha untuk memodernisasi dan membaratkan Turki, serta memisahkan agama dan
negara. Turki juga menjadi anggota NATO dan sekutu Amerika Serikat, serta berusaha untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Namun, Turki juga menghadapi banyak masalah dan kontroversi,
seperti konflik dengan bangsa Kurdi, krisis dengan negara-negara tetangga, seperti Suriah, Irak, Iran,
dan Yunani, kudeta militer, krisis ekonomi, dan polarisasi politik. Turki saat ini dipimpin oleh Turki
saat ini dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan, yang merupakan presiden dan pemimpin Partai
Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang berhaluan Islam dan konservatif. Erdogan telah berkuasa
sejak tahun 2003, dan telah melakukan banyak reformasi dan pembangunan di bidang politik,
ekonomi, dan sosial. Namun, Erdogan juga dikritik karena menjadi otoriter, korup, dan intoleran
terhadap oposisi, media, minoritas, dan aktivis. Erdogan juga menghadapi tantangan dari gerakan
Gulen, yang dipimpin oleh Fethullah Gulen, seorang ulama dan aktivis yang tinggal di Amerika
Serikat, yang dituduh sebagai dalang di balik upaya kudeta gagal pada tahun 2016. Erdogan juga
mengubah arah kebijakan luar negeri Turki, yang menjadi lebih aktif dan agresif, terutama di
kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, seperti di Suriah, Libya, Irak, dan Mediterania Timur .
Wilayah Minyak Teluk: Isu ini berkaitan dengan situasi dan dinamika di wilayah Teluk Persia, yang
merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya minyak dan gas alam, serta memiliki peran
strategis dan geopolitik yang penting. Wilayah ini meliputi enam negara yang tergabung dalam
Dewan Kerjasama Teluk (GCC), yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan
Oman, serta dua negara yang berseberangan dengan GCC, yaitu Iran dan Irak. Wilayah ini memiliki
beberapa karakteristik dan tantangan, seperti monarki absolut, konservatisme, fundamentalisme,
ketimpangan, migrasi, urbanisasi, diversifikasi, dan modernisasi. Wilayah ini juga menghadapi
banyak konflik dan persaingan, baik internal maupun eksternal, seperti perang Teluk, krisis nuklir
Iran, krisis Teluk, perang proxy di Suriah dan Yaman, intervensi asing, dan ancaman terorisme .