Laporan Dokumen Program Layanan BK Dalam Bidang Pengembangan Pribadi Sosial Akademik Dan Pendidikan Lanjut Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Margomulyo Kerek Tuban
Laporan Dokumen Program Layanan BK Dalam Bidang Pengembangan Pribadi Sosial Akademik Dan Pendidikan Lanjut Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Margomulyo Kerek Tuban
Kata Pengantar
Dengan penuh kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa,karena atas berkat rahmatnya dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan program kerja bimbingan dan konseling yang akan dijadikan pedoman bagi
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Margomulyo
Kerek, sehingga diharapkan program ini dapat berhasil untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang dalam hal ini adalah out put peserta didik. Dalam setiap satuan pendidikan
bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap kegiatan
belajar,karena memiliki peranan yang sangat penting untuk memberikan layanan yang prima
bagi segenap peserta didik memerlukan bantuan untuk mengatasi setiap permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. Agar kegiatan bimbingan dan konseling di
Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Margomulyo Kerek dapat berjalan secara efektif dan efisien,
maka perlu landasan pacu yang baik untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling tersebut, untuk itulah penulis menyadari perlunya program kerja bimbingan dan
konseling, maka sedikit demi sedikit penulis menyusun program kerja ini dari awal hingga
terselesaikannya program ini secara keseluruhan.
Segenap personal sekolah lainnya, terutama kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali
kelas diharapkan dapat bekerjasama untuk membantu kelancaran tugas tugas guru bimbingan
dan konseling sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Sebagai manusia biasa penulis
tentu memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dalam menyusun program ini,
sehingga penulis menyadari bahwa program ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagai upaya
penyempurnaan program bimbingan dan konseling ini, maka penulis secara terbuka menerima
saran dan masukan dari semua pihak demi perbaikan program bimbingan dan konseling ini.
Tak lupa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih kepeda semua pihak yang telah
membantu memberikan data,masukan dan saran dalam kaitannya dengan penyusunan program
kegiatan bimbingan dan konseling ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. LANDASAN REGULASI
2. LANDASAN KEILMUAN
3. LANDASAN FILOSOFIS
4. LANDASAN PSIKOLOGIS
5. LANDASAN SOSIAL BUDAYA
6. LANDASAN RELEGIUS
7. LANDASAN PEDAGOGIK
B. DASAR HUKUM BIMBINGAN DAN KONSELING
C. TUJUAN
D. MANFAAT
E. UNSUR-UNSUR PENYUSUNAN PROGRAM
BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A. VISI DAN MISI BIMBINGAN DAN KONSELING
1.. VISI SEKOLAH
2. MISI SEKOLAH
B. TUJUAN KHUSUS
C. PERMASALAHAN
D. RENCANA KEGIATAN DAN OPERASIONAL
E. BIDANG BIMBINGAN
F. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
G.. JENIS-JENIS LAYANAN
H.. KEGIATAN PENDUKUNG
I. FORMAT KEGIATAN
BAB III PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A. JENIS JENIS PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1. PROGRAM HARIAN
2. PROGRAM MINGGUAN
3. PROGRAM BULANAN
4. PROGRAM SEMESTERN
5. PROGRAM TAHUNAN
B. PENYUSUNAN PROGRAM
C. KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
D. PENILAIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
E. TAHAP-TAHAP PENILAIAN
F. PENJADWALAN
G. PENGAWASAN KEGIATAN
H. PEMBAGIAN TUGAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
I. TINDAK LANJUT
J. LAPORAN
BAB IV PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. LANDASAN REGULASI
2. LANDASAN KEILMUAN
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling ada beberapa prinsip dasar yang
dipandang sebgai pondasi dalam memberikan layanan. Prinsip ini berasal dari konsepkonsep
filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar dalam pemberian layanan bantuan atau
bimbingan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu ( guidance is for all individuals). Prinsip ini
berarti bimbingan diberikan kepad semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah
maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak,remaja maupun dewasa.
Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat prefentif dan
pengembangan daripada penyembuhan(kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada
perseorangan (individual).
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Pada kenyataanya masih ada individu yang memiliki
persepsi yang negatif terhadap bimbingan,karena bimbingnan dianggap sebagai satu cara yang
menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan
proses bantuan yang menekankna pada kekuatan dan kesuksesan, kerena bimbingan merupakan
cara untuk membangun pandangan positif terhadap diri sendiri,memberikan dorongan dan
peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya menjadi tugas dan tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas dan tanggung jawab guru-guru dan kepala sekolah. Mereka
sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.
e. Pengambilan keputusan adalah hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan
untuk membantu individu agar dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan
mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu
semuanya merupakan hal yang penting sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, sedangkan bimbingan hanya memfasilitasi
individu untuk mempertimbangkan,menyesuaikan diridan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Jones.et.al (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk
membuat keputusan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus
dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
Untuk mencapai hasil bimbingan yang maksimal tentunya diperlukan banyak informasi
dari konseli, untuk menjamin itu semua diperlukan cara asas yang dapat meyakinkan konseli
agar tidak memiliki keraguan lagi dalam memberikan informasi kepada konselor, hal itu
diwujudkan dalam bentuk asas bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Kerahasiaan. Yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini konselor berkewajiban penuh memelihara dan
menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
e. Kemandirian. yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta
didik(konseli) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-
individu Yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya,mampu mengambil keputusan,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Konselor dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta
didik.
f. Kekinian. yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan pesrta didik ( konseli) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan
dengan masa depan atau kondisi masa lampaupun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
konddisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g. Kedinamisan. yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan(konseli) Yang terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menhghendaki agar berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling,baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak
lain,saling menunjang,harmonis dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara konselor dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap layanan /kegiatan bimbungan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
i. Keharmonisan yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan
norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,hukum dan peraturan,adat istiadat,ilmu
pengetahuan,dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggung jawabkan dan apabila isi dan pelaksanaannya tidak
benrdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik(konseli)
memahami,meanghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
j. Keahlian yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
Keprofesionalan konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Alih tangan kasus yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik(konseli) mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang
lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,guru-guru lain,atau ahli
lain: dan demikian pula konselor dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata
pelajaran/praktik dan lain-lain.
l. Tut wuri handayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan
serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (konseli) untuk maju demikian juga
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai
dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan dan dorongan seperti itu.
C. Bidang Bimbingan
Bidang-bidang bimbingan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai
berikut :
a. Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah
akademik yaitu, pengenalan kurikulum,pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas
dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar perencanaan pendidikan lanjutan, dan
lain-lain. Bimbingan akademik dilakukan dengan cara menegmabangkan suasana belajar
mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membentuk
individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif,membantu
individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tutntutan
program/pendidikan dalam bimbingan akademik para pembimbingan berupaya memfasilitasi
individu dalam mencapai tujuan akademik yamg diharapkan.
b. Bimbingan sosial pribadi, yaitu merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
emecahkan masalah-masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial
pribadi adalah: masalah hubungan dengan teman dengan guru, serta staf, pemahaman sifat dan
kemampuan diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat
mereka tinggal, penyelesaian konflik. Bimbainga sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan
kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang
seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permaslahan yang
dialami individu. Bimbinagn sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang
kondusif,interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-
sikap yang positif serta ktrampilan-ketrampilan sosial pribadi yang tepat.
D. Jenis-jenis Layanan
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai
informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok
e. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga,
dan masyarakat.
f. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan
masalah pribadinya.
g. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan
keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
h. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
i. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik.
j. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antarmereka.
3. LANDASAN FILOSOFIS
John J. Pietrofesa et.al. mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang terkait
dengan landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling yaitu,
1. Objective viewing, dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh perspektif
tentang masalah khusus yang dihadapinya, dan membantunya untuk menilai atau mengkaji
berbagai alternatif atau strategi kegiatan yang menungkinkan klien mampu merespon interes,
minat atau keinginannya secara konsruktif. Seseorang akan berada dalam dilema apabila dia
merasa tidak memiliki pilihan. melalui bimbingan seseorang akan dapat menggali atau
menemukan potensi dirinya dan kemampuan untuk beadaptasi dengan peristiwa-peristiwa
kehidupan baru yang dialaminya.
2. The counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini konselor harus
merasa puas dalam membantu klien dalam mengatasi masalahnya. Sedangkan James Cribbin
dalam Jhon J. Pietrofesa (1980) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan
adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan
atas hak-haknya untuk mendapat bantuan
b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya bimbingan
merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak klien yang minta bantuan.
d. Bimbingan bukan preogatif kelompok khusus kesehatan mental namun dilaksanakan melalui
kerja sama berdasarkan keahlian dan kompetensinya sendiri.
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya.
f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi, dan
sosialisasi. Dari uraian diatas dapat diringkas sebagai berikut :
a) Landasan filosofis bimbingan terkait dengan cara pandang para ahli berdasarkan olah pikirnya
tentang hakikat manusia tujuan hidup di dunia ini serta upaya-upaya untuk
mengembangkan,mengangkat, atau memlihara nilainilai kemanusiaan manusia
b) Bimbingan merupakan kegiatan manusiawi yang terkait dengan upaya mengembangkan
potensi insaniayah manusia, sehingga manusia berada dalam alur kehidupan yang bermartabat
dan beradab.
c) Konselor seyogyanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang filasafat manusia (filsafat
antropologi) agar memiliki pedoman yang akurat dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada konseli kearah kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
dimiliki.
4. LANDASAN PSIKOLOGIS
Landasan psikologis merupakan orientasi layanan bimbingan dan konseling yang menitik
beratkan pada aspek kejiwaan dengan menerima segala keunikannya masingmasing, sehingga
proses layanan yang terjadi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Masing- masing individu memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat
perbedaan individual diantara mereka seperti yang menyangkut aspek
kecerdasan,emosi,sosialitas, sikap, kebiasaan dan penyesuaian diri.
b) Setiap individu memiliki kebutuhan dan senantiasa dinamik dalam interaksinya dengan
lingkungannya,disamping itu individu senantiasa mengalami berbagai perubahan baik dalam
sikap maupun tingkah lakunya.
c) Sebagai suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung
secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi
berlangsung secara fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.
Dalam proses pendidikan, tidak jarang peserta didik mengalami stagnasi perkembangan sehingga
menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti perilaku menyimpang (deliquency) atau
bersifat infantilitas.
d) Agar perkembangan peserta didik dapat berlangsung dengan baik dan terhindar dari
munculnya masalah-masalah psikologis maka kepada mereke perlu diberikan bantuan yang
bersifat pribadi. e) Bagi konselor memahami aspek-aspekpsikologis klien merupakan tuntutan
yang mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk
memfasilitasi perkembangan aspek-aspek pskologis,pribadi atau prilaku klien,sehingga mereka
memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna, baik bagi dirinya
maupun orang lain.
Landasan sosial budaya adalah merupakan bentuk kebutuhan akan bimbingan yang
timbul dari masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan
masyarakat, semakin rumit struktur nasyarakat dan keadaannya semakin rumit dan banyak pula
masalah yang dihadapi oleh individu dalam masyarakat itu. Dalam suatu penelitian terhadap
masyarakat barat dikemukakan bahwa akibat sampingan dari gaya hidup modern, seperti di
negara-negara industri adalah munculnya berbagai problem sosial dan personal yang cukup
kompleks. Problema tersebut seperti:
(5) rasa tersaing dari anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya,
(8) hilangnya identitas diri (Rusdi Muslim, Suara pembaharuan, 9 oktober 1993).
Masalah lain sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah semakin
kompleknya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola kehidupan, jenis dan
kesempatan pendidikan, persaingan antar individu, dan sebagainya. Dengan demikian individu
dituntut untuk lebih mampu mengahadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian diri
misalnya pemilihan pekerjaan, masalah perencabaan dan pemilihan pendidikan, masalah-
masalah hubungan sosial, masalah keluarga, masalah keuangan,dan masalah-masalah pribadi.
Dapat dimaklumi bahwa tiap individu dapat berhasil dengan sebaik-baiknya mengatasi masalah-
masalah yang diahdapinya dalam hal ini individu-individu tertentu perlu mendapatkan bantuan
yang memadai dalam usaha mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah yang
dihadapinya itu. Dari uraian diatas dapat maka, landasan sosial budaya bimbingan dan
konseling dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh
individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan
keadaanya semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat
dalam masyarakat itu.
2) Ketidak berfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak. Bagi
keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali dihadapkan kepada
kebuntuhan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya,
sehingga apabila tidak segera mendapatkan bantuaqn dari luar maka, masalah yang dihadapinya
akan semakin parah, salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi untuk memecahkan masalah
yang dihadapi adalah bimbingan dan konseling.
6. LANDASAN RELEGIUS
Landasan religius adalah merupakan landasan yang didasarkan pada pandangan bahwa
hakikat manusia yang merupakan homo religius atau mahluk beragama, yaitu mahluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari
agama, serta sekaligus menjadikan agama itu sebagai referensi sikap dan prilakunya. Dapat juga
dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai motif beragama, rasa keagamaan, dan
kemampuan serta memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama, kefitrahannya inilah yang
membedakan dirinya dengan hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau
kemiliaannya disisi Tuhan. Adapun alasan yang menjadikan agama sebagai landasan bimbingan
dan konseling adalah;
a) Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencari kebahagiaan yang
hakiki di dunia ini dan di akhirat kelak. Karena agama sebagai pedoman hidup, maka dalam
semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk kepada nilai-nilai agama.
b) Manusia adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama (homo religius) yang berpotensi
untuk dapt memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama.
c) Hakikat manusia adalah makhluk Alloh yang berfungsi sebagai hamba dan khalifahnya.
Sebagai hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah kepadanya. Sebagai khalifah,
manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata kehidupan yang
bermakna bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan lil alamiin).
d) Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa
agama sangat berperan ( berkontribusi sangat signifikan) terhadap pencerahan diri dan kesehatan
mental individu. Bertitik tolak dari hal ini maka pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai agama
dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus ditumbuh
kembangkan.
e) Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara
baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang
dianutnya dan menghormati agama konseli.
7. LANDASAN PEDAGOGIK
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6
yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d
Pasal 18 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur kurikulum setiap satuan pendidikan.
4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Tahun 2004 yang memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar
sekolah.
5. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ) yang
harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kopetensi kemandirian
untuk mewujudkan diri ( self actualization ) dan pengembangan kapasitasnya ( capacity
development ) yang dapat mendukung pencapaian kelulusan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera Nomer 16 Tahun 2009 tentang Salah satu pilar utama penyelenggara proses pendidikan
di tingkat mokro sekolah hendaknya mampu melaksanakan tugasnya secara professional, baik
dalam mengiplementasikan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pelaporan, dan
menindaklanjutin pelayanan bimbingan konseling di sekolah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 27 Tahun 2008 tentang Guru Bimbingan
dan Konseling diharapkan mampun melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan
pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan kompetensinya sebagai konselor diantaranya
Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional.
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009 tentang
Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
11. SK Kepala MTs Salafiyah Margomulyo Kerek tentang Pembagian Tugas Guru BK dan
Jumlah Siswa Asuh tahun pelajaran 2021-2022
C. TUJUAN
1. Sebagai pedoman yang jelas terhadap arah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah,
2. Memudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
3. Agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efisien dan efektif serta hasil-
hasilnya dapat dinilai
D. MANFAAT
Program bimbingan konseling yang baik akan membawa manfaat kepada peserta didik.
Adapun manfaat program bimbingan konseling :
a. Aplikasi Instrumentasi
b. Himpunan Data
c. Home Visit
d. Alih Tangan Kasus
e. Koverensi Kasus
f. Kepustakaan
4. Bidang Bimbingan
a. Bimbingan Belajar
b. Bimbingan Pribadi
c. Bimbingan Sosial
d. Bimbingan Karir
e. Bimbingan Keluarga
f. Bimbingan Budi Pekerti Keagamaan, akhlaq Mulia
5. Jenis Layanan
a. Layanan Orientasi
b. Layanan Informasi
c. Layanan Penempatan/Penyaluran
d. Penguasaan Konten
e. Konseling Individu
f. Konseling kelompok
g. Bimbingan kelompok
h. Konsultasi
i. Mediasi
j. Advokasi
BAB II
1. VISI
Pembentukan kader umat yang unggul dalam prestasi, beriman, berakhlak mulia, yang mampu
menyongsong globalisasi.
2. MISI
c. Mewujudkan MTs Salafiyah Margomulyo Kerek sebagai Madrasah yang unggul dalam
penyesuaian komunikasi verbal Arab dan Inggris.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Siswa mempunyai rasa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Siswa memahami dan dapat menyikapi perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada dirinya
3. Siswa mempunyai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya sebagai pria dan wanita
serta kematangan social
4. Siswa berkepribadian santun sesuai dengan nilai yang ada di masyarakat
5. Siswa memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki serta mengembangkannya
6. Siswa mempunyai gambaran tentang studi lanjut dan pengetahuan yang harus dikembangkan
7. Siswa mempunyai kesadaran tanggung jawab intelektual yang tinggi
8. Siswa mampu mengembangkan dirinya dengan berbudi pekerti luhur sebagai pribadi, anggota
masayarakat dan warga Negara.
C. PERMASALAHAN
Ada beberapa kendala yang muncul dan belum tuntas dalam pelaksanaan program BK
pada tahun yang lalu, antara lain:
1. Layanan Data Dari data yang masuk dapat diolah dalam bentuk grafis, sosiogram dan lain-lain
2. Layanan Konseling Dari layanan konseling 80% klien menunjukkan perubahan tingkah laku
yang positif
3. Layanan Bimbingan Karir Dari layanan ini sebanyak 82% siswa dapat memahami dirinya,
mampu merencanakan masa depannya sehubungan dengan cita-citanya
4. Layanan Bimbingan Kelompok Dari layanan ini sebanyak 90% siswa dapat memilih sekolah
sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
1. PERSIAPAN
a. Penyusunan program
b. Pembagian tugas guru BK
c. Konsultasi program kegiatan BK Bila kegiatan BK sudah tersusun maka langkah-langkah
berikutnya konsultasi dengan kepala sekolah untuk mendapatkan pengarahan dan persetujuan
program.
d. Penyediaan fasilitas BK
e. Pembenahan dan pengadaan alat-alat administrasi BK
f. Buku piket BK
g. Buku lembar siswa
a. Tujuan Memperoleh data atau keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang data siswa yang
diperoleh untuk bantuan kepada siswa.
1) Identitas pribadi siswa Nama, nomor induk, kelas, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir,
agama, suku bangsa, alamat dan lain-lain.
6) Data kesehatan
a) Dokumentasi
b) Angket siswa dan orang tua
c) Sosiometri
d) Observasi
e) Wawancara
f) Home Visite
8) Sumber data
a) Siswa
b) Kawan-kawanya
c) Orang tua
d) Saudara-saudaranya
e) Guru dan staf lainnya
f) Instansi lain misalnya: rumah sakit, organisasi kemasyarakatan dan lainlain
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta
kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan
belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir
F. FUNGSI LAYANAN
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan
menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan
atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
G. JENIS-JENIS LAYANAN
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami berbagai
informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,
program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga,
dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan
masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan
keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau
masalah peserta didik.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antar mereka. Implementasi Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum
2013 mengamanahkan layanan peminatan peserta didik. Bukan berarti bahwa layanan BK hanya
memuat layanan peminatan tetapi layanan peminatan merupakan bagian dari pelayanan
Bimbingan dan Konseling secara utuh. Peminatan di SMP/MTs : diberikan pada peserta didik
SMP/MTs yang akan melanjutkan ke SMA/MA dan SMK mereka dibantu untuk memperoleh
informasi yang cukup, lengkap tentang jenis dan penyelenggaraan masing-masing SMA/MA dan
SMK. Pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, Peminatan lintas mata pelajaran, Peminatan
pendalaman materi mata pelajaran, dan arah karir yand ada dan kemungkinan study lanjut
H. Kegiatan Pendukung
a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan
lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta
didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat
rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan
khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.
e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat
digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan
karir/jabatan.
f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke
pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
I. FORMAT KEGIATAN
a. Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui
suasana dinamika kelompok.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu
kelas.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik
melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan. Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan
konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang
dapat memberikan kemudahan.
BAB III
Program bimbingan dan konseling yang perlu dibuat guru pembimbing guna
merencanakan kegiatan bimbingan antara lain:
1. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada hari-hari tertentu dalam satu
minggu.
2. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu
satu minggu tertentu dalam satu bulan.
3. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu
bulan tertentu dalam satu catur wulan.
4. Program semester, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu
satu semester tertentu dalam satu tahun ajaran.
5. Program Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu
satu tahun tertentu dalam satu jenjang sekolah. Kelima jenis program tersebut satu sama lain
saring terkait. Program tahunan didalamnya meliputi program semester, program semester
didalamnya meliputi program bulanan, program bulanan didalam meliputi agenda mingguan, dan
agenda mingguan didalamnya meliputi agenda harian. Agenda harian ini merupakan jabaran dari
agenda mingguan guru pembimbing pada kelas yang diasuhnya. Agenda ini dibuat secara tertulis
pada buku agenda yang berupa satuan layanan dan atau satuan pendukung. lebih jelasnya lihat di
lampiran.
Memerluhkan langkah langkah yang menyeluruh dan integral menurut Harold J Burback
dan Larry e Deker ( 1977 : 198 ) mengemukakan langkah-langkah dalam suatu perencanaan
sebagai berikut :
e. Menentukan Prioritas
h. Mengadakan beberapa perubahan perubahan yang perlu untuk perbaikan Sedangkan menurut
Yosep W. Holis ( 1965;23-24 )
a. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Study mengenal layanan bimbingan yang telah adad dan mengembangkan pedoman kegiatan
untuk layanan yang baru atau layanan yang diperbaiki lagi
c. Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan menyebarkan data
d. Memodifikasi program
e. Seleksi tipe organisasi Bimbingan dan Konseling dan menetapkan peranan tenaga pelaksana
f. Menyeleksi koordinatordan pimpinan masing-masing bimbingan program layanan bimbingan
dan konseling
g. Menetapkan fasilitas yang memadai
h. Pemeliharaan catatan dan dan laporan yang memadai dalam seluruh kegiatan layanan
bimbingan dari setiap individu
i. Pendidikan In-Survice bagi rekan sekerja ( Sejawat )
j. Memanfaatkan sumberdaya masyarakat dan referral
k. Menyusun alokasi dan biaya kegiatan Bimbingan.
Mencermati proses perencanaan program Bimbingan dan Konseling diatas, maka dalam
penyusunan program Bimbingan dan Konseling ada beberapa aspek yang seharusnya
mendapatkan penekanan :
a. Tujuan
b. Kebutuhan-kebutuhan siswa
c. Materi dan kegiatan layanan yang diberikan
d. Kegiatan evaluasi
e. Sumber daya manusia
f. Sarana dan prasarana Jadi dari beberapa pendapat di atas dalam penyusunan program menimal
mencakup hal sebagai berikut:
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment)
yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan
pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.
1. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam
pembelajaran.
2. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen
dengan beban tugas wajib konselor di sekolah.
3. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG
dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak
yang terkait.
1. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan
informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta
layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
2. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 1 (satu) jam per kelas per minggu dan
dilaksanakan secara terjadwal
3. Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi,
kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih
tangan kasus.
1. Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi,
konseling perorangan,, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan
lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
2. Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran
ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
3. Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah maksimum 50% dari seluruh
kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madras
4. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).
5. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar
kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
a. Pengentasan masalah siswa : sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi pengentasan
masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang terbinanya tingkah laku positif,
khususnya berkenaan dengan permasalahan dan perkembangan diri siswa.
b. Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi, kebiasaan,
keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemampuan berkomunikasi, kreatifitas,
apresiasi terhadap nilai dan moral.
a. Pemahaman baru; yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan masalah yang
dibahas.
b. Perasaan positif; sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.
Rencana kegiatan;yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka
mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya. Semua fokus penilaian
itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas mengacu kepada kompetensi yang diaplikasikan
siswa untuk pengentasan permasalahan yang dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari
yang lebih efektif.
1.. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan
pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.
2.. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu
sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling
diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
3.. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan
sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung
konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan
pendukung konseling terhadap peserta didik. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling
dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam
SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.
Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG Hasil kegiatan
pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik
dilaporkan secara kualitatif. F. Penjadwalan Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam
bentuk
(1) kontak langsung, dan (2) tanpa kontak langsung dengan siswa. Untuk kegiatan kontak
langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas perlu dialokasikan waktu terjadwal 1 2 jam
pelajaran per-kelas per-minggu. Sementara kegiatan langsung yang dilakukan secara individual
dan kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar jam
pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan siswa dapat dilaksanakan
melalui tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home visit),
konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referral )
G. Pengawasan Kegiatan
1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan
pengawasan.
2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara: a. interen, oleh kepala sekolah. b.
eksteren, oleh pengawas sekolah bidang konseling.
J. LAPORAN
PENUTUP
1. Pihak sekolah, bantuan dan dukungan material dan spritual demi tercapainya suasana
pendidikan yang menyenangkan.
2. Guru dan wali kelas dapat kontribusi dalam penanganan membantu permasalahan yang
dialami oleh siswa.
3. Tenaga kependidikan yang ada di sekolah agar turut berperan serta dalam pelaksanaan
dibidang administrasi yang dibutuhkan.
4. Peran serta siswa dan seluruh unsur-unsur yang ada disekolah agar dapat memahami dan
menempatkan pungsi bimbingan konseling secara nyata, ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab.