Tugas
Tugas
SKRIPSI
Oleh
NIM : A.111.20.0081
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2023
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : A.111.20.0081
1. Skripsi dengan judul tersebut tidak terdapat karya yang pernah diajukan
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Semarang, ………………
Penulis
Materai
Rp. 10.000,00
Nurul Azizah
A.111.20.0081
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
USM
Oleh
NURUL AZIZAH
A.111.20.0081
Skripsi dengan judul tersebut sudah disetujui untuk diperbanyak dan diuji di
hadapan Penguji
……………… …………………..
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
USM
Oleh :
NURUL AZIZAH
A.111.20.0081
Semarang, ………..
Penguji I,
…………….
………….. ……………
Mengetahui Dekan
…………………
iv
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar Dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor
penulisan proposal ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua
dari berbagai pihak sehingga penyusunan proposal ini dapat berjalan dengan baik.
2. Dr. Amri Panahatan Sihotang, S.H., S.S., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
3. Dr. Subaidah Ratna Juita, S.H., M.H. selaku Dosen Wali Fakultas Hukum
Universitas Semarang
v
7. Ibu dari penulis yang selalu memberi kasih sayang, doa, motivasi untuk
8. Ayah dari penulis yang selalu memberi kasih sayang, doa, pengingat untuk
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Demikian penulisan skripsi ini semoga dapat memberi inspirasi dan informasi
Semarang, ………2023
Penulis
Nurul Azizah
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
PERSEMBAHAN
untuk adiknya dan menjadi alasan penulis untuk bersyukur sehingga dapat
4. Untuk tanteku, Sri Sugiyati. Terima kasih telah memberi kasih sayang dan
doa kepada penulis sebagai keponakan agar kelak menjadi orang yang
bermanfaat
6. Almamater
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
ix
BAB I PENDAHULUAN
bertindak sesuai norma dan hukum, agar sikap dan perbuatannya tidak merugikan
kepentingan dan hak orang lain. Salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan telah dijelaskan dalam Undang-
memberikan pengaruh yang besar dalam semua sektor kehidupan, karena tujuan
upaya kesehatan ini tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan yang
berupa tenaga, sarana, dan prasarana dalam jumlah dan mutu yang memadai. 2
1
Dalam menunjang kesehatan, kadang kala dibutuhkan obat.
pada manusia atau hewan untuk memperelok badan atau bagian tubuh manusia. 3
Setiap orang yang sakit akan berusaha mencari obatnya, ataupun cara
dengan dosis yang tepat, penyakit yang sesuai, serta dengan cara pemakaian yang
tepat sesuai aturan. Bila tidak, dapat memicu hal yang tidak di inginkan bagi
Salah satu contohnya adalah pengedaran tanpa izin edar jenis sediaan farmasi
khususnya obat keras, yang seharusnya diperjualbelikan oleh seseorang yang ahli
Pada sisi lainnya, ada beragam obat-obatan bebas yang dapat dibeli tanpa
resep dokter, baik di eceran, apotek, dan toko obat tradisional. Biasanya obat
tanpa analisa dan pemeriksaan dokter. Penjualan obat secara bebas inilah yang
kemudian menjadi salah satu faktor adanya pihak-pihak yang memproduksi dan
mengedarkan obat atau jenis sediaan farmasi lainnya yang tidak memiliki izin
3
Hanik Mujiati, ”Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Stok Obat Pada Apotek
Arjowinangun” (Jurnal Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi, Vol. 11, No. 2, 2014).
4
Heldy Elfariana, “Analisis Disparitas Putusan Hakim Terhadap Pemidanaan Pelaku
Tindak Pidana Pengedaran Sediaan Farmasi Yang Tidak Memiliki Izin Edar”. (Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Lampung, 2023), halaman 3.
2
Obat atau jenis sedian farmasi tanpa izin edar atau palsu tersebut muncul
karena perdagangan bebas yang ada dalam Era globalisasi ini. Dalam Era
atau jasa yang beredar belum tentu menjamin keamanan, keselamatan dan
berada di pihak yang lemah dalam menghadapi pihak produsen. Keadaan yang
seperti ini, dapat mengakibatkan kedudukan dari konsumen dan pelaku usaha
menjadi tidak seimbang. Konsumen hanya menjadi objek aktivitas bisnis untuk
produsen yang bersaing dalam meraup untung dari para konsumen, sehingga tidak
sedikit dari mereka yang melakukan kecurangan untuk hal itu. Menanggapi hal itu
dan Makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai lembaga
dan pengawasan terhadap obat dan makanan sesuai dengan Peraturan Presiden
5
Hijawati, “Peredaran Obat Ilegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen”
(Solusi, Vol. 18, No. 3, September 2020), halaman 395-396.
3
Nomor 80 Tahun 2017 tentang BPOM. 6 Yang mana obat-obat itu harus
adanya nomor izin edar dari BPOM ini dapat dipastikan bahwa kosmetik yang
diedarkan di pasaran sudah lulus tes uji laboratorium dan aman untuk digunakan
oleh konsumen.
pengawasan barang. Pelaku usaha juga berperan penting untuk berkomitmen pada
terutama obat atau sediaan farmasi. Tetapi ini saatnya pelaku usaha sebagai
konsumen.7
perlindungan hukum bagi konsumen terhadap sediaan farmasi tanpa izin edar
Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor
432/Pid.Sus/2018/PN.Smn”.
6
Inayatul Mukaromah, "Pengedaran Farmasi Ilegal Golongan Kosmetika Dalam
Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen (Studi Putusan Pengadilan Negeri Martapura No.
361/Pid. Sus/2017/Pn. Mtp.)" (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2019), halaman 2.
7
Hijawati, “Peredaran Obat Ilegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen”
(Solusi,Vol. 18, No. 3, September 2020), halaman 397.
4
1.2. Perumusan Masalah
1. Apa sediaan farmasi tanpa izin edar dalam Putusan Pengadilan Negeri
Nomor 432/Pid.Sus/2018/PN.Smn?
sediaan farmasi tanpa izin edar dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor
432/Pid.Sus/2018/PN.Smn?
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
serupa tetapi berbeda dalam nomor putusan dan tempat putusan, yaitu :
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Karya Nur Hefni dan Sri Ratna
6
pemakai di Indonesia, dan bentuk perlindungan hukum terhadap
tanpa ijin edar, dan perlindungan konsumen dalam hal pengawasan dan
penindakan terhadap peredaran obat tanpa izin edar yang dijual secara
karena dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada penelitian dan pembahasan
tentang sediaan farmasi tanpa izin edar dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor
pengedaran sediaan farmasi tanpa izin edar dalam Putusan Pengadilan Negeri
dikatakan asli baik dari segi substantif maupun segi permasalahan sehingga dapat
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
antar pihak, dimana dalam hal ini adalah yang mempunyai hubungan dengan
bagian dari hukum konsumen yang lebih luas. Az. Nasution, misalnya
8
Devita Ferdianty, “Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Terkait Peredaran
Makanan Kemasan yang Tidak Memenuhi Standar Kesehatan di Kota Batam”, (online),
(http://repository.uib.ac.id/1753/5/s-1551128-chapter2.pdf, diunduh 15 Mei 2023), 2019.
9
Rizka Syafriana, “Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik” (Jurnal De
Lega Lata, Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2016), halaman 430.
1
d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin
kepastian hukum.”
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia juga memiliki
dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum
undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-
konsumen adalah:
10
Nina Juwitasari, "Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna Jasa Ekspedisi",
(online), (http://repository.usm.ac.id/files/skripsi/A11A/2014/A.131.14.0032/A.131.14.0032-05-
BAB-II-20181106104210.pdf, diunduh 15 Mei 2023), 2021.
2
e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
i) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar,
Konsumen yaitu:
11
Tangges Dines, Kusbianto dan Ayu Trisna Dewi, “Perlindungan Hukum Konsumen
Sebagai Pemegang Leasing Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Leasing (Studi Pada PT. Federal
International Finance Group)” (Law Jurnal, Vol. III, No. 1, Juli 2022), halaman 6.
3
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.
Perlindungan konsumen tersebut dilakukan apabila dalam suatu transaksi
ini diatur dalam UUPK yang melindungi konsumen dari praktik-praktik yang
kepada konsumen dalam memperoleh barang dan jasa, yang berawal dari tahap
kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai adanya akibat-akibat
dari orang yang satu kepada yang lainnya”. 13 Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan : “sediaan farmasi adalah obat,
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, pengamanan sediaan farmasi dan alat
4
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi
dalam Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
“Pasal 98 ayat (1) menyatakan bahwa sediaan farmasi dan alat kesehatan
harus aman, berakhasiat/bermanfaat bermutu, dan terjangkau. Pasal 98 ayat
(2) menyatakan bahwa setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah,
mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berakhasiat obat.
Pasal 98 ayat (3) menyatakan bahwa ketentuan mengenai pengadaan,
penyimpanan, pengolahan, promosi, pengendaraan sediaan farmasi dan alat
kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pasal 98 ayat (4) menyatakan
bahwa pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan
mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengendaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat 3. Pasal 99 ayat (1) menyatakan bahwa
sumber sediaan farmasi yang berasal dari alam semesta dan sudah terbukti
berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, dan/ atau
perawatan, serta pemeliharaan kesehatan tetap harus dijaga kelestariannya.
Pasal 99 ayat (2) menyatakan bahwa masyarakat diberi kesempatan yang
seluas–luasnya untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan,
mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan sediaan farmasi yang
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Pasal 99 ayat (3)
menyatakan bahwa pemerintah menjamin pengembangan dan
pemeliharaan sediaan farmasi. Pasal 106 ayat (1) menyatakan bahwa
sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat di edarkan setelah
mendapat izin edar. Pasal 106 ayat (2) menyatakan bahwa penandaan dan
informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan
objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan. Pasal 106 ayat (3)
menyatakan bahwa pemerintah berwenang mencabut izin edar, dan
memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak
memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan,
dapat disita dan dimusnakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan.”
14
Nur Hefni dan Sri Ratna Suminar, “Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Kosmetik
Berbahan Merkuri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan” (Prosiding Ilmu Hukum, Vol. 5, No. 2, 2019), halaman 886.
5
Dalam Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No. 36 tentang Kesehatan
Pengertian Izin Edar menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
persetujuan pendaftaran obat dan makanan yang diberikan oleh Kepala Badan
Izin edar adalah : “bentuk persetujuan registrasi bagi produk obat, obat
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia agar produk tersebut
secara sah dapat diedarkan di wilayah Indonesia”. 17 Izin edar juga merupakan
15
Asliani, “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Dengan Sengaja Menjual Sediaan
Farmasi Tanpa Izin Edar” (Jurnal Kajian Hukum, Vol. I, No. 1, Juni 2020), halaman 4.
16
Gunawan Nachrawi dan Christiyanti Dewi, “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Pengedar Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar (Studi Kasus Putusan Pengadilan
Nomor: 351/Pid.Sus/2018/PN Smn)” (Justitia Jurnal Hukum, Vol. 6, No. 2, Oktober 2021),
halaman 179.
17
Heldy Elfariana, “Analisis Disparitas Putusan Hakim Terhadap Pemidanaan Pelaku
Tindak Pidana Pengedaran Sediaan Farmasi Yang Tidak Memiliki Izin Edar”. (Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Lampung, 2023), halaman 40.
6
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sebelum obat beredar di masyarakat.
Izin edar itu sangat penting, sehingga mekanisme untuk mendapatkan izin edar
sangat ketat dan sulit karena Badan Pengawas Obat dan Makanan sangat
Izin edar obat dan makanan diatur dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-
Undang Kesehatan, bahwa : “sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
Peredaran sediaan farmasi obat tanpa izin edar diatur didalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 197, yaitu :
keahlian dan kewenangan ini juga dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 98 ayat
(2) UU Kesehatan bahwa : “setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
7
konsumen terhadap pelaku usaha yang mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin
edar, dikaitkan dengan peraturan dan teori-teori hukum yang berlaku. Peneliti
kepustakaan ini akan dianalisis dan dijadikan dasar sebagai kerangka pemikiran
terhadap pelaku usaha yang mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar.
hasil-hasil penelitian sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yang
diperoleh dengan cara studi pustaka dan studi dokumentasi, yaitu teknik
literatur, dan laporan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
dalam penelitian ini, serta dokumen dari instansi pemerintah. Data sekunder yang
1) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang utama, sebagai bahan
8
otoritas. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Konsumen;
penelitian ini.
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis kualitatif yaitu metode analisis yang sifatnya non-statistik atau non-
matematis. Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan maupun studi
dan peraturan hukum yang berlaku sehingga akan diperoleh simpulan yang benar
9
dan objektif tentang perlindungan hukum bagi konsumen terhadap pelaku usaha
yang mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin dalam Putusan Pengadilan Negeri
dengan menggunakan metode induksi karena penelitian ini dari keadaan yang
khusus ke umum.
JADWAL KEGIATAN
1. Persiapan 30 hari
10
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Siswati, Sri. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
B. JURNAL
Hefni, Nur dan Suminar, Sri Ratna. “Perlindungan Hukum Bagi Pemakai
Kosmetik Berbahan Merkuri ditinjau dari Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Jo Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan”. Prosiding Ilmu Hukum, Vol. 5, No. 2, halaman 886.
Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, 2019.
i
Zuhaid, Muhammad Alfan Nur, Turisno, Bambang Eko dan Suharto, R.
"Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Obat Tanpa Izin Edar
Yang Dijual Secara Online Di Indonesia". Diponegoro Law Review,
Vol. 5, No. 3, halaman 5. Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro,
2016.
C. INTERNET
D. SKRIPSI
ii