Oleh :
Nama : Nur Ain Almunawwarah Tahir
Npm : 19220200067
Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di hadapan tim
penguji.
(......................)
NIDN
i
LEMBAR PENGESAHAN
SEMINAR KASUS
Menyetujui,
KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini
(…………………………………)
NIDN :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Seminar
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada By,A, Dengan Ikterus Fisiologis Di Ruang
yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu serta dukungan yang diberikan
Sangat disadari bahwa penulisan laporan seminar kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini, penulis memperoleh bimbingan, petunjuk, arahan serta bantuan dari
berbagai pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
iii
9. Ernita Prima S.ST.M Kes sebagai dosen pembimbing kelompok yang senantiasa
mendampingi penulis dan tim, serta berkenan untuk memberikan pengarahan dan dukungan
dalam membimbing penyusunan laporan ini
10. Madinah Munawaroh S. Tr.Keb, M.Kes selaku dosen responsi yang senantiasa memberikan
masukan serta arahan dalam penyusunan laporan ini
11. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Profesi Kebidanan Departeman Kebidanan S
ekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
iv
DAFATAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFATAR ISI...............................................................................................................................v
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................4
C. Manfaat....................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................7
A. Pengertian Neonatus................................................................................................................7
B. Pengertian Ikterus Neonatorum................................................................................................7
C. Macam-macam Ikterus Neonatorum........................................................................................7
D. Faktor Penyebab Ikterus Neonatorum......................................................................................8
E. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum...................................................................................10
F. Penilaian Ikterus menurut Kramer.........................................................................................10
G. Penanganan Ikterus Neonatorum...........................................................................................11
H. Tanda Bahaya Pada Neonatus................................................................................................13
I. Teknik Menyusui Yang Benar...............................................................................................13
J. Teori SOAP...........................................................................................................................14
BAB III.........................................................................................................................................16
TINJAUAN KASUS....................................................................................................................16
BAB IV..........................................................................................................................................24
PEMBAHASAN...........................................................................................................................24
A. PENGKAJIAN SUBJEKTIF......................................................................................24
B. PENGKAJIAN OBJEKTIF.........................................................................................24
C. PENGKAJIAN ANALISA..........................................................................................25
D. PENGKAJIAN PELAKSANAAN DAN EVALUASI...............................................26
BAB V...........................................................................................................................................28
PENUTUP....................................................................................................................................28
A. Kesimpulan............................................................................................................................28
v
B. Saran......................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................2
LAMPIRAN...................................................................................................................................2
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau
organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka
ikterus akan terlihat, namun pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar
Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirek (unconjugated) dan atau
kadar bilirubin direk (conjugated). Ikterus itu terbagi atas dua jenis, yaitu fisiologis dan
patologis. Ikterus Fisiologis merupakan ikterus yang sering terdapat pada bayi dengan
bobot berat badan lahir rendah. Ikterus biasanya terlihat pada hari kedua dan ketiga lalu
tidak terlihat lagi setelah sepuluh hari atau saat terakhir minggu kedua. Ikterus fisiologis
dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3
mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl /24 jam (2).
Sedangkan Ikterus patologis (abnormal) terjadi muncul saat 24 jam awal setelah
persalinan, dengan kadar bilirubin yang meningkat ≥ 5 mg % per hari, kadar ≥ 12,5 mg %
pada bayi aterm atau 10 mg % pada bayi kurang bulan dan hasilnya tidak berubah setelah
minggu awal kelahiran selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung > 1 mg setiap
waktu (3).
Salah satu kasus yang seringkali terjadi pada kelahiran adalah kejadian ikterus
mana 30-50% kelahiran bayi mengalami ikterus neonatorum. Menurut WHO angka
kematian bayi pada Negara ASEAN seperti di singapura 3/1000 kelahiran hidup, Vietnam
1
18/1000 kelahiran hidup dan di Indonesia 27/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi
di Indonesia masih tinggi dari Negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target
dari MDGs tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup, target SDGs 2030 adalah
menurunkan AKB menjadi 12/1000 kelahiran hidup (4). Angka kejadian ikterus
Neonatorum di dunia yang cukup tinggi terjadi di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus
yang lahir setiap tahunnya sekitar 65% menderita ikterus dalam minggu pertama
kehidupannya (2).
50% untuk kelahiran normal (cukup bulan) dan kelahiran bayi premature (kurang bulan)
mencapai 58% (15). Laporan SDKI tahun 2017 menampilkan pengurangan angka kematian
neonatal dari 20, bayi dari 35 di tahun 2002 menjadi neonatal 15 dan bayi 24 per 1.000 KH
saat tahun 2017. Tetapi, angka itu masih lumayan jauh dari sasaran tahun 2024, diharapkan
angka kematian neonatal dapat turun dari 10 per 1.000 kelahiran hidup, bayi 16 per 1.000
Menurut Dinkes Jawa barat (2019), pada angka kematian bayi saat tahun 2012, BPS
mengadakan penerbitan bersumber pada SDKI tahun 2012, yang pada saat itu Provinsi
Jawa Barat memiliki angka kematian bayi sebanyak 30/1.000 KH. Skala Kematian pada
bayi di tahun 2019 sebanyak 3,26/1000 KH ataupun berjumlah 2.851 perkara, kemudian
mengalami penurunan 0,14 poin daripada di tahun 2018 sebanyak 3,4/1000 KH ataupun
ikterus) yang merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain
memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala berupa cerebral
2
palsy, tuli nada tinggi, retardasi mental dan gangguan proses pertumbuhan. Peningkatan
kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan
dalam pengeluaran bilirubin, ikterus pada bayi dapat bersifat fisiologis dan sebagian dapat
menyebabkan kesakitan, kecatatan dan kematian neonatal. Berdasarkan teori dan penelitian
sebelumnya kejadian hiperbilirubin pada bayi baru lahir disebabkan oleh beberapa faktor
pasase mekonium, kurangnya asupan ASI, dan asfiksia Berdasarkan, faktor risiko ikterus
dibedakan menjadi 3 faktor yaitu, faktor maternal meliputi Ras, komplikasi kehamilan
(DM, inkompatibilitas ABO dan Rh), penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik,
dan ASI. Faktor perinatal meliputi trauma lahir (sefalhematom, ekimosis), dan infeksi
Faktor lain yaitu BBLR dan asfiksia. Bayi berat lahir rendah dapat berisiko terjadinya
mengalami ikterus dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.
Kematangan pada organ bayi BBLR belum maksimal dibandingkan dengan bayi yang
memiliki berat badan lahir normal. Proses pengeluaran bilirubin melalui organ hepar yang
belum matang menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi. Sehingga terjadi penumpukan
3
Peran bidan dalam mengatasi iktrus fisiologi pada bayi adalah dengan mengkaji dan
menjelaskan penyebab yang mungkin terjadi, mengedukasi mengenai pemberian ASI dan
di Jemur dipagi hari serta cara mengatasi masalah, mengarahkan ibu ke fasilitas kesehatan
BPM Daratullailah, dari bulan April hingga bulan Mei tahun 2022, didapatkan 3 bayi
dengan gejala ikterus neonatorum fisiologis. Walaupun angka kejadian ikterus neonatorum
di BPM Daratullaialh hanya sedikit, namun mengingat komplikasi yang dapat ditimbulkan
apabila bayi ikterus tidak segera ditangani dan kadar bilirubinnya semakin tinggi, yakni
dapat menyebabkan kern ikterus dimana bayi dengan keadaan ini mempunyai resiko
terhadap kematian atau jika dapat bertahan hidup akan mengalami gangguan
perkembangan neurologis. Pada setiap bayi yang mengalami ikterus harus dibedakan
apakah ikterus yang terjadi merupakan keadaan yang fisiologik atau non-fisiologik. Maka
dari itu penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Pada By, Ny A, Dengan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan ikterus fisiologis di PMB
2. Tujuan Khusus
4
a. Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada pasien By, A, neonatus cukup
b. Mampu melakukan pengkajian data Obyektif pada pasien By, A, neonatus cukup
c. Mampu melakukan Analisa data dengan menegakkan diagnosa pada pasien By,
diberikan pada By, A, neonatus cukup bulan, dengan ikterus fisiologis di PMB
Daratullailah.
C. Manfaat
1. Bagi klien
pengetahuan bagi ibu dan dapat mendeteksi secara dini apabila ditemukan masalah
khusunya bayi dengan Ikterus sehingga dapat diberikan intervensi yang sesuai.
pelayanan kebidanan khusus nya bagi asuhan kebidanan neonatus. sesuai Standart
3. Bagi Institusi
5
Untuk menambah bahan bacaan maupun wawasan untuk semua civitas
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah masa kehidupan (0–28) hari, Bayi baru lahir normal (BBL) adalah
bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu atau 294 hari, dan berat badan lahir 2500
gram sampai dengan 4000 gram, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada
Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga
Ikterus adalah warna kuning di kulit, konjungtiva, dan mukosa bayi yang
terjadi karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus mulai tampak jika
kadar bilirubin dalam serum ≥5 mg/dl dan dimulai pada daerah wajah (2). Bilirubin
merupakan hasil penguraian sel darah merah di dalam darah. Penguraian sel darah merah
merupakan proses yang dilakukan oleh tubuh manusia apabila sel darah merah telah
berusia 120 hari. Hasil penguraian hati (hepar) dan dikeluarkan dari badan melalui buang
Ikterus terbagi menjadi dua jenis yaitu fisiologis dan patologis ( 8).
1. Ikterus fisiologis
7
Ikterus fisiologis merupakan ikterus yang sering terdapat pada bayi dengan bobot berat
badan lahir rendah. Ikterus biasanya terlihat pada hari kedua dan ketiga, lalu tidak
terlihat lagi setelah sepuluh hari atau saat terakhir minggu kedua. Ikterus fisiologis
dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl
dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl /24 jam. Kadar bilirubin
indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan
10mg/dL pada kurang bulan, serta tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis tertentu.
2. Ikterus patologis
Ikterus patologis (abnormal) terjadi muncul saat 24 jam awal setelah persalinan,
dengan kadar bilirubin yang meningkat ≥ 5 mg % per hari, kadar ≥ 12,5 mg % pada
bayi aterm atau 10 mg % pada bayi kurang bulan dan hasilnya tidak berubah setelah
minggu awal kelahiran. kemudian Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama,
Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis lain yang telah diketahui. selain itu juga ikterus dengan kadar bilirubin direk
Faktor penyebab ikterus pada bayi baru lahir dikarenakan fungsi usus dan hati
yang belum bekerja secara sempurna sehingga banyak bilirubin yang tidak terkonjugasi
dan tidak terbuang dari tubuh. Selain itu, icterus dapat terjadi dikarenakan kurangnya ASI
8
kurangnya asupan ASI, dan asfiksia, berdasarkan faktor risiko ikterus dibedakan menjadi 3
1. Faktor maternal: meliputi Ras, komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan
ekimosis), dan infeksi (bakteri, virus, protozoa). Jenis persalinan adalah salah satu
faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum dimana pada
proses persalinan secara sectio caesaria akan menunda ibu untuk inisiasi menyusu dini
(IMD) yang dapat berdampak pada lambatnya pemecahan kadar bilirubin pada bayi.
Ibu yang melahirkan dengan operasi sectio caesaria membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk pemulihan kesehatan pasca bersalin dan tingkat rasa sakit yang lebih tinggi
dibanding dengan ibu yang melahirkan per vaginam (spontan). Hal ini akan
rendahnya asupan ASI, hipoglikemia, dan hipoalbuminemia. Faktor lain yaitu BBLR
dan asfiksia. Bayi berat lahir rendah dapat berisiko terjadinya ikterus neonatorum.
dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Kematangan pada
organ bayi BBLR belum maksimal dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat
badan lahir normal. Proses pengeluaran bilirubin melalui organ hepar yang belum
9
E. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum
1. Tanda dan gejala ikterus fisiologis memilki karakteristik sebagai berikut (10):
b) Kadar bilirubin indirek sesudah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
e) Kadar tertinggi pada hari kelima untuk bayi cukup bulan dan pada hari ketujuh
f) Ikterus yang menghilang pada 10 hari pertama tidak terbukti terkait dengan keadaan
patologis.
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5
Menurut Kramer ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya.untuk penilaian
ikterus , Kramer membagi tubuh bayi baru lahir menjadi 5 bagian , cara pemeriksaan nya
10
ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung (11).
pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi.
Pemberian minum sedini mungkin akan meningkatkan mortilitas usus dan juga
menjadi urobilin yang tidak dapat di absorpsi kembali. Dengan demikian, kadar
bilirubin serum akan turun. Dan meletakkan bayi dibawah sinar matahari selama 15-20
menit, ini dilakukan setiap hari antara pukul 06.30-08.00. selama ikterus masih terlihat,
dan tetap harus memperhatikan pemberian minum bayi dengan jumlah cairan dan
kalori yang mencukupi dan memantau perkembangan ikterus. Apabila ikterus makin
11
2. Penatalaksanaan Medis Bayi Ikterus
a. Tindakan umum
1) Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu hamil
2) Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir
3) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
b. Tindakan khusus
Setiap bayi kuning harus ditangani menurut keadaan nya masing-masing. Bila
kadar bilirubin serum bayi tinggi sehingga diduga akan terjadi kernicterus,
dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%, sebelum transfuse tukar atau
dari donor dengan cara mengeluarkan darah neonatus dan memasukkan darah
donor secara berulang dan bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah
12
yang diganti sama dengan darah yang dikeluarkan. Penggantian darah bias
Tanda bahaya pada neonatus adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi baru lahir
yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi (12) Maka jika ditemukan satu atau lebih
tanda bahaya dibawah ini , segera bawa bayi ke fasilitas kesehatan seperti (Puskesmas,
dokter praktik, dan Rumah sakit). Adapun tanda bahayanya adalah sebagai berikut (13) :
5. Bayi kejang
6. Sesak nafas
Dalam buku kesehatan ibu dan anak ada teknik menyusui yang benar yaitu :
3. Keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada putting dan sekitar areola payudara
13
6. Beri rangsangan agar bayi dapat membuka mulut dan pastikan sebagian besar areola
J. Teori SOAP
dokumentasi dalam penerapan proses asuhan kebidanan dengan langkah yang terdiri dari
A. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi
klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang
menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda
huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna
wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun
(17).
B. Data Objektif
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan informasi
dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
14
C. Analysis
analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan
klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang
D. Penatalaksanaan
15
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL
BIODATA
Nama bayi : By, A
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 05-05-2023
Nama ibu : Ny, I
Umur : 28 tahun
Nama ayah : Tn, W
Umur : 32 tahun
Alamat : KP Parakan Jati 2/4
SUBJEKTIF
a. Riwayat persalinan yang lalu
17
c. Riwayat Persalinan
Keadaan umum ibu : Baik
Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmhg N : 145 x/menit
RR : 18 x/menit S : 36,5℃
Jenis persalinan : Normal
Penolong persalinan : Bidan
Komplikasi persalinan :-
Lama persalinan : ± 1 jam
Ketuban pecah selama :-
Warna air ketuban : Jernih
Pengobatan selama persalinan : Tidak ada
Kondisi plasenta
Berat : 500 gram Diameter : 17 cm
Panjang tali pusat : 45 cm Insertio tali pusat : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
d. Keadaan Bayi
Kelahiran : Normal
Pemeriksaan penilaian bayi baru lahir
Menangis : iya
Warna kulit : kemerahan
Tonus Otot : baik
Tindakan resusitasi jika ada : Tidak ada
Berat bada.............................................................. gram
Peniupan dan penghisapan.................................... menit
Pemberian oksigen dengan tekanan...................... menit
Pernafasan mulut ke mulut................................... menit
Waktu sampai bernafas teratur............................. menit
Waktu sampai menangis....................................... menit
18
OBJEKTIF:
1. Pemeriksaan Umum
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 49 cm
Suhu : 36,7℃
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar perut : 33 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
Kepala:
Bentuk : ( √ ) Bulat ( ) Kaput ( ) Cepal Hematon
Ubun-ubun : Besar : Normal
Kecil : Normal
Sutura : Tidak ada molase / kelainan
Mata : Posisi bola mata
( - ) Kotoran
( - ) Perdarahan
Konjungtiva : Kemerahan
Sclera : Ikterik
Telinga : Posisi daun telinga
( √ ) Lubang telinga
( - ) Kotoran
Kelainan : Tidak ada
Mulut : ( √ ) Simetris
( - ) Palatum mole
( - ) Palatum hidung
Kelainan : Tidak ada
Hidung : ( √ ) Lubang hidung
( - ) Pengeluaran secret
( - ) Pernafasan cuping hidung
19
Leher : ( √ ) Pergerakan leher
Dada ( - ) Asimetris
( - ) Retraksi
Pergerakan dada : ( 60x/m ) / positif
Denyut jantung : 145 x/menit, teratur/tidak teratur
Bunyi nafas : Normal
Pernafasan : 50 x/menit
Perut : ( - ) Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis
( - ) Pendarahan tali pusat
( - ) Benjolan/tumor
Kelainan : Tidak ada
Punggung : Keadaan tulang punggung : Simetris/Asimetris
Kelainan tulang punggung : Tidak ada
Ekstremitas : Posisi tangan : Normal
Posisi kaki : Normal
Jari tangan : Lengkap kelainan : Tidak ada
Jari kaki : Lengkap kelainan : Tidak ada
Pergerakan : aktif/tidak aktif
Rotasi paha : Normal
Kulit : Warna : Kemerahan
( √ ) Vernik caseosa
( √ ) Lanugo
( √ ) Tugor kaki
Genitalia : Laki-laki
( √ ) Testis berada di scrotum
( √ ) Penis berlobang
Perempuan
( ) Vagina berlubang
( ) Labia mayora
( ) Labia minora
Anus : Berlubang ( √ )
20
Mekoneum ( √ )
Kelainan pada genitalia : Tidak ada
Status Neurologi
Reflek : ( √ ) Tendon
( √ ) Moro
( √ ) Rooting
( √ ) Menghisap
( √ ) Menggenggam
( √ ) Menagis
( √ ) Babinski
Eliminasi
BAB pertama : Warna kehitaman jam : 06.00
BAK pertama : Jernih jam : 02.00
IDENTITAS BAYI
CAP KAKI KIRI CAP KAKI KANAN
IDENTITAS IBU
CAP JEMPOL KIRI IBU CAP JEMPOL KANAN IBU
21
22
ANALISA DATA:
By,A, Usia 7 hari, neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan ikterus fisiologis.
PENATALAKSANAAN:
1. Membina hubungan baik dengan pasien (Inform konsent)
E : ibu membina hubungan baik dengan bidan dan bersedia dilakukan pemeriksaan
pada bayinya, serta bersedia menandatangani surat persetujuan.
2. Melakukan konseling dengan ibu bayi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan
menggunakan masker.
E : bidan dan ibu pasien menggunakan masker.
3. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bayi nya yaitu BB : 3000 gram,
PB :49 cm, S : 36,7℃, LK : 32 cm. dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik terlihat
warna kuning di sclera mata bayi.
E : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya dan ibu mengatakan mata bayi mulai
terlihat kuning pada hari ke 3.
4. Memberitahu ibu bahwa bayinya mengalami ikterus neonatorum serta menjelaskan
kepada ibu (memberikan penkes) tentang ikterus adalah warna kuning pada bayi
yang terdapat di kulit, konjungtiva, dan mukosa yang terjadi karena peningkatan
kadar bilirubin dalam darah yang dibagi menjadi 2 yaitu fisiologis dan patologis.
Ikterus patologis (abnormal) terjadi muncul saat 24 jam awal setelah persalinan,
dengan kadar bilirubin yang meningkat ≥ 5 mg % per hari, kadar ≥ 12,5 mg % pada
bayi aterm atau 10 mg % pada bayi kurang bulan dan hasilnya tidak berubah setelah
minggu awal kelahiran. Dan Ikterus fisiologis warna kuning yang terdapat pada bayi
yang mulai timbul pada hari ke 2 atau ke 3, dan akan hilang pada hari ke 10 atau saat
terakhir minggu kedua. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa kuning pada bayinya
masih tergolong normal, karena timbul pada hari ke 3 dan biasanya akan menghilang
setelah 10 hari atau akhir minggu ke dua.
E : Ibu mengerti dan faham apa yang sudah dijelaskan bidan dan merasa lebih tenang
5. Memberikan edukasi pada ibu cara mengatasi ikterus, yaitu dengan cara mencukupi
asupan kalori atau cairan pada bayi, agar organ hati bayi dapat bekerja secara optimal
untuk memproses bilirubin. Sehingga ibu harus menyusui bayinya secara on demand,
23
dan cara mengatasinya juga dapat dibantu dengan rutin menjemur bayi di bawah
sinar matahari pagi selama 10-15 menit pada pukul 7-8 pagi.
E : ibu mengerti dan faham apa yang sudah dijelaskan dan mau melaksanakan
anjuran bidan.
6. Mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar yaitu :
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui, atur posisi ibu senyaman mungkin,
keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada putting dan sekitar areola payudara,
posisikan dada bayi menghadap dada ibu , mulut tepat didepan putting susu ibu, beri
rangsangan agar bayi dapat membuka mulut dan pastikan sebagian besar areola dapat
masuk ke dalam mulut saat bayi menyusu.
E : ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan.
7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif yaitu selama 6 bulan
tanpa makanan pendamping lain
E : ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran bidan
8. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan perkembangan bayinya, apakah warna
kuning pada kulit bayi semakin hari semakin berkurang atau justru semakin
bertambah. dan bila ikterus / warna kuning pada bayi belum menghilang selama 10-
14 hari atau semakin meningkat drajatnya maka anjurkan ibu untuk segera membawa
bayinya ke faskes terdekat agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
E : ibu mengerti dan faham apa yang di jelaskan serta mau melaksanakan anjuran
bidan.
9. Memberikan support dukungan pada ibu agar ibu tidak merasa cemas yang berlebih,
bahwa bayinya akan baik-baik saja, serta memberikan dukungan dan semangat pada
ibu dalam merawat bayi nya.
E : ibu mersa lebih tenang dan semangat dalam merawat bayinya.
10. Kunjungan ulang lagi pada tanggal 19 Mei atau saat bayi berusia 14 hari namun jika
warna kuning pada bayi semakin meningkat maka segera bawa bayinya ke faskes
terdekat.
E : ibu dan bayi telah melakukan kunjungan ulang, hasil pemeriksaan semua normal
dan mata bayi sudah tidak kuning lagi.
24
11. Dokumentas
E : dokumentasi telah dilakukan dalam bentuk SOAP.
Pengkaji,
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan pada kasus “Praktik
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus Fisiologis”. Yang dilakukan di PMB
Daratullailah pada tanggal 12 Mei 2023 pukul 16.02 WIB. akan dilakukan pembahasan
mengenai kesenjangan dan perbandingan antara teori dan praktik, dengan menggunakan
A. Pengkajian SUBJEKTIF
mengatakan hari ini anaknya berusia 7 hari, ibu mengatakan bahwa bayinya mulai terlihat
kuning dibagian muka sejak hari ke 3 dan di dapatkan By A dengan riwayat Ikterus
fisiologis. Menurut teori Ikterus timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membehayakan atau
mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan satu morbiditas pada bayi
ikterus ini biasanya menghilang pada hari minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari
pertama (8). Peningkatan bilirubun dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu
sendiri (2). setelah dilakukan pemeriksaan menurut kasus By A berdasarkan teori yang ada
penyebab ikterus salah satunya adalah kenaikan kadar bilirubin. Maka dapat disimpulkan
B. OBJEKTIF
manajemen kebidanan, pada langkah ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu diagnosa,
26
masalah, dan kebutuhan. Bayi Ny I berusia 7 hari dengan ikterus fisiologis. Masalah Ibu
mengatakan kulit bayinya tampak menguning sejak 3 hari stelah lahir Nadi : 140 x/menit,
Pernapasan : 40 x/menit, Suhu :36,5 ºC, Berat badan : 3500 gram. Faktor penyebab ikterus
pada bayi baru lahir dikarenakan fungsi usus dan hati yang belum bekerja secara
sempurna sehingga banyak bilirubin yang tidak terkonjugasi dan tidak terbuang dari tubuh.
Selain itu, ikterus dapat terjadi dikarenakan kurangnya ASI pada 2-3 hari pertama
setelah kelahiran (9). Ibu membutuhkan perawatan untuk menghilangkan ikterus pada bayi
dibawah sinar matahari pada pagi hari, dan memeberikan ASI sesering mungkin. Dari kasus
C. ANALISA
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa dan masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi . Langkah ini
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak
mempunyai dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus. Warna
kuning di kulit, konjungtiva, dan mukosa bayi yang terjadi karena peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Ikterus mulai tampak jika kadar bilirubin dalam serum ≥5
mg/dl dan dimulai pada daerah wajah hal ini sesuai dengan teori (2).
Setelah dilakukan pembahasan pada bayi Ny.I tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan kasus, sebab perencanaan yang dibuat merupakan kelanjutan untuk menangani
masalah sebelumnya.
27
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Bayi Ny I dengan icterus fisilogis usia 7 hari meengalami kenaikan berat badan
sebanyak 500 gram dari sebelumnya 2500 gram dan sekarang 3000 gram, ibu mengalami
kesulitan saat pemberian ASI. Hal ini dapat mempengaruhi warna kuning di kulit,
konjungtiva, dan mukosa bayi yang terjadi karena peningkatan kadar bilirubin dalam
darah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Ikterus disebabkan oleh asupan makanan yang
kurang karena produksi ASI masih kurang di hari pertama. Akibatnya, bilirubin direk yang
sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus
bersama makanan.Hal ini akan berdampak pada resiko bayi mengalami ikterus
neonatorum. (2). Maka dapat di simpulkan bahwa kasus pada bayi Ny.I tidak ada
Kemudian bidan menjelaskan kepada Ny, I, bahwa ikterus itu dibagi menjadi 2
yaitu fisiologis dan patologis. Ikterus patologis (abnormal) terjadi muncul saat 24 jam awal
setelah persalinan, dengan kadar bilirubin yang meningkat ≥ 5 mg % per hari, kadar ≥ 12,5
mg % pada bayi aterm atau 10 mg % pada bayi kurang bulan dan hasilnya tidak berubah
setelah minggu awal kelahiran. Dan Ikterus fisiologis warna kuning yang terdapat pada
bayi yang mulai timbul pada hari ke 2 atau ke 3, dan akan hilang pada hari ke 10 atau saat
terakhir minggu kedua. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa kuning pada bayinya
masih tergolong normal/ fisiologis, karena timbul pada hari ke 3 dan biasanya akan
menghilang setelah 10 hari atau akhir minggu ke dua. Hal ini sesuai dengan teori (8).
Memberikan edukasi pada ibu cara mengatasi ikterus, yaitu dengan cara mencukupi
asupan kalori atau cairan pada bayi, agar organ hati bayi dapat bekerja secara optimal untuk
28
memproses bilirubin. Sehingga ibu harus menyusui bayinya secara on demand, dan cara
mengatasinya juga dapat dibantu dengan rutin menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi
selama 10-15 menit pada pukul 7-8 pagi. Hal ini sesuai dengan teori dari (9).
Mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar yaitu dengan cara Cuci tangan
sebelum dan sesudah menyusui, atur posisi ibu senyaman mungkin, keluarkan ASI sedikit
dan oleskan pada putting dan sekitar areola payudara, posisikan dada bayi menghadap dada
ibu , mulut tepat didepan putting susu ibu, beri rangsangan agar bayi dapat membuka mulut
dan pastikan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut saat bayi menyusu. Hal ini
sesuia dengan teori dari (13) yang terdapat dalam buku KIA keluaran 2020. Agar ibu dapat
warna kuning pada kulit bayi semakin hari semakin berkurang atau justru semakin
bertambah. dan bila ikterus / warna kuning pada bayi belum menghilang selama 10-14 hari
atau semakin meningkat drajatnya maka anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke
faskes terdekat agar mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan teori dari
(11).
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dilakukan penulis pada tanggal 12 Mei 2023 pada By, A, Neonatus cukup bulan sesuai
masa kehamilan usia 7 hari dengan icterus fisiologis, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data Subyektif
Pengkajian yang didapatkan Ibu mengatakan hari ini anaknya berusia 7 hari, dan ibu
2. Data Obyektif
Didapatkan keadaan umum bayi masih dalam batas normal, BB : 3000 gram, PB : 51
cm, S : 36,7℃, LK : 32 cm. LD : 34 cm. dan ditemukan sclera mata bayi tampak
warna kekuningan.
3. Analisa Data
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan pada tanggal 12 Mei 2023, baik
secara subyektif maupun obyektif dapat dianalisa bahwa bayi mengalami ikterus
fisiologis, dan dapat dtuliskan diagnosa yaitu By, A, Neonatus cukup bulan sesuai
Membina hubungan baik dengan pasien (Inform konsent), Memberitahu ibu mengenai
hasil pemeriksaan bayi nya. Memberitahu ibu bahwa bayinya mengalami ikterus
30
Memberikan edukasi pada ibu cara mengatasi ikterus. Mengajarkan pada ibu teknik
menyusui yang benar . Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif
yaitu selama 6 bulan tanpa makanan pendamping lain. Menganjurkan ibu untuk tetap
memperhatikan perkembangan bayinya, apakah warna kuning pada kulit bayi semakin
hari semakin berkurang atau justru semakin bertambah. Kunjungan ulang lagi pada
tanggal 19 mei atau saat bayi berusia 14 hari namun jika warna kuning pada bayi
Dokumentasi.
B. Saran
1. Bagi klien
wawasan kepada ibu yang memiliki bayi terkhusus rentang usia 0-28 hari, agar dapat
melakukan penanganan atau pencegahan secara dini apabila bayinya terdapat tanda-
tanda ikterus.
3. Bagi Institusi
Menumbuhkan pada lingkup belajar supaya lebih efektif baik dalam segi
31
khususunya dalam keadaan via daring untuk penyusunan laporan tugas bagi
mahasiswa.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Tando NM. Asuhan Kebidanan neonatus, bayi & anak Balita. Jakarta: EGC; 2018.
2. Megasari K. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus Fisiologis Di Pmb
Dince Safrina Tahun 2020. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru lahir dengan Ikterus Fisiol
3. Tafhamin T, Widowati H. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Ikterus
Fisiologis Neonatorum pada Umur 6 Hari di Klinik. Indones J Innov Student 2021;15:1–
13.
5. Lestari. Hubungan berat badan lahir bayi dan usia kehamilan dengan kejadian ikterus
6. Auliasari NA, Etika R, Krisnana I, Lestari P. Faktor Risiko Kejadian Ikterus Neonatorum.
7. Baiq Ricca Afrida NPA. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra-
9. Yusuf N, Aupia A, Sari RA. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Kejadian
Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB. J Med Hutama.
2021;02(02):764–71.
33
10. Nur A. Pengaruh Frekuensi Dan Durasi Menyusui Terhadap Kejadian Ikterus Pada Bayi
11. Surasmi A, Handayani S. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Ester M, editor. Jakarta: Penerbit
13. Kementrian Kesehatan RI. Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian
14. Inkes Jabar (2019) ‘Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2019’. Available at:
www.diskes.jabarprov.go.id.
15. Puspita, S. (2018) . Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di Dunia. 2
Juli
2020.https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-
sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia.
16. Handayani SR, Mulyati. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI; 2017.
17. Surtinah N, Sulikah, Nuryani. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Herlina T, editor.
Surabaya; 2019.
34
LAMPIRAN
A. FOTO
35
B. LINK VIDIO
https://drive.google.com/file/d/1QrfXxCngsPqFbCDsz1JXD2j4WM7iPFCC/view?
usp=sharing
36
C. INFORMED CONSENT
37