Habib Luthfi bin Yahya: Tangkal Paham Radikal dengan Tasawuf
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya sangat familiar dikalangan semua
lapisan masyarakat dari kalangan atas sampai kelas bawah. Sehingga tidak mengherankan jika banyak yang memanggilnya dengan sebutan “Abah”, yang artinya Habib ibarat seorang Ayah yang bijaksana dapat membimbing anak- anaknya karena beliau dipandang mampu mengajak masyarakat menuju jalan kebenaran yaitu jalan Allah SWT dan Rasul-Nya. Pribadi yang bersemangat ini semakin terasa ketika Habib Luthfi dituntut menyelesaikan banyak pekerjaan sebagai Pendiri Forum Keyakinan Umat Beragama, Dewan Pertimbangan Presiden, Rais ‘Am Jamiat Ahli Ţariqah An- Nahdliyah (JATMAN), dan sebagai Ketua World Sufi Forum yang tujuan utamanya merangkul umat untuk menciptakan perdamaian dunia Kehadiran Habib Luthfi yang dikenal kearifannya dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme sangat diperlukan, mengingat berbagai gejala yang mengindikasikan intoleransi dan radikalisme masih saja terjadi di tengah kehidupan masyarakat kita. Sikap intoleran terhadap antar agama bahkan kelompok-kelompok yang notabennya se-agama, jihad yang mengatasnamakan islam radikal, terorisme, penyerangan dan pengusiran terhadap kelompok minoritas, pelarangan kegiatan keagamaan. Indonesia masih menyimpan potensi intoleransi dan radikalisme, sebagian dari itu sudah terjadi meski hanya di beberapa daerah, sebagian besarnya bukan tak mungkin akan muncul ke permukaan secara masif di waktu yang akan datang, jika tidak ditangani secara sungguh-sungguh. Jaringan terorisme terus bekerja dan perekrutan orang baru untuk menularkan paham radikal dan islam ektrim. Terungkap pula bahwa, ada indikasi penyebaran paham-paham intoleran di kalangan siswa sekolah menengah umum dan perguruan tinggi negeri, yang menyamarkan gerakan mereka sebagai kelompok studi yang mendorong pemurnian-agama. Dilansir dari kompas.com, 26 Mei 2022. Salah satu kasus yang tidak lama ini terjadi pada mahasiswa Universitas Brawijaya dengan inisial IA yang diduga menyebarkan ajaran ISIS dengan media sosialnya dan membuka donasi untuk mendanai jaringan tersebut di Indonesia, ditangkap di kos-kosannya oleh tim Densus 88. Kasus tersebut tak luput dari kurang mendalamnya pengetahuan agama seseorang, padahal sejatinya tidak ada agama apapun yang mengajarkan kekerasan dan bahkan merugikan banyak orang. Namun di tangan kelompok radikal-teroris, agama menjadi serba formal, baku, beku dan kaku. Hal itu mencerminkan agama semakin kehilangan esensinya, yaitu sebagai media penghubung manusia dengan Allah SWT dalam bentuk ibadah ritual dan dengan sesama, dalam bentuk interaksi sosial yang bermoral. Hilangnya dimensi spiritual (tasawuf) dari agama menjadikan agama kehilangan keindahannya. Agama tidak lagi mempesona dan kehilangan daya tarik. Perjuangan Habib melalui JATMAN, BNPT, dan lembaga lainnya, ingin mengembalikan spiritualitas agama (tasawuf) dalam kehidupan. Tasawuf adalah metode dan solusi fundamental bagi krisis umat manusia. Karena itu Habib Luthfi pernah menyatakan bahwa dengan munculnya pertikaian di berbagai belahan dunia seperti terorisme, radikalisme, perang dan saling hujat, maka satu-satunya jalan yang bisa membersihkan hati dan memperbaiki pola pikir masyarakat adalah tasawuf. Karena tasawuf mengandung nilai-nilai universal yang berhasil dipadukan dengan komitmen pada norma-norma partikular. Habib yang mempunyai jiwa nasionalis dan toleransi menuturkan Tasawuf mengajarkan penyucian hati (tazkiyatul qulub). Jika hati manusia bersih, maka hal-hal yang selalu mengotori tabiatnya itu akan sirna dengan sendirinya. Sehingga manusia akan senantiasa mengingat Allah dan bertajalli dengan sifat Rahman RahimNya kepada seluruh manusia bahkan alam semesta. Dan jika seseorang bisa mengamalkan ajaran itu maka tidak ada kekerasan dalam beragama, orang akan saling menghargai satu sama lain, kita tidak akan mudah di pecah-belah, negara kita akan aman tentram bahkan dunia akan senantiasa damai."[] Wallahu a'lam bisshowab