Anda di halaman 1dari 5

Dampak Psikologis(atau dampak yg lainya) terhadap kekerasan verbal&non verbal terhadap guru

dan murid

1. Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal (Verbal Abuse) adalah setiap ucapan yang ditujukan kepada seseorang yang
mungkin dianggap merendahkan, tidak sopan, menghina, mengintimidasi, racist, seksis,
homofobik, ageism, atau menghujat. Termasuk membuat pernyataan sarkastik, menggunakan
nada suara yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak
diinginkan. Selanjutnya, Huraerah (2018), menyebutkan bahwa kekerasan verbal dilakukan
dalam bentuk memarahi, memaki, mengomel, dan membentak secara berlebihan, termasuk
mengeluarkan kata-kata yang tidak patut diucapkan. Perbuatan yang termasuk dalam kekerasan
verbal antara lain:

a. Name-calling, perbuatan dimana seseorang melakukan pemanggilan pada orang lain dengan
sebutan yang menghina.
b. Manipulasi, jenis kedua dari kekerasan verbal adalah manipulasi. Orang yang memanipulasi
bertujuan untuk memerintah, hanya saja tidak menggunakan kalimat yang imperatif.
c. Degrasi, perbuatan dimana seseorang mengatakan sesuatu dengan tujuan membuat lawan
bicaranya merasa bersalah dan merasa tidak berguna.
d. Merendahkan, pelaku akan mengeluarkan kata-kata merendahkan yang akan membuat korban
merasa lebih lemah dan merasa pelaku jauh lebih superior
e. Menyalahkan, pelaku kekerasan akan mengeluarkan kata-kata yang cenderung memojokkan
korbannya. Mereka akan menjadikan kesalahn korban sebagai pembenaran dari perbuatan
mereka.

Kekerasan verbal menjadi lebih buruk daripada kekerasan fisik karena merupakan bentuk
kekerasan psikologis. Kekerasan jenis ini menyerang emosional serta mental anak. Dalam
konsep yang lebih luas, kekerasan verbal bahkan bisa dikatakan juga sebagai penganiayaan
terhadap anak-anak. Selanjutnya, penganiayaan ini merusak perkembangan diri dan kompetensi
sosial anak, serta pola psikis nya. Dengan sanksi sosial yang lebih besar dan larangan hukum
untuk memukul anak, orang tua mungkin lebih sering menggunakan kritik atau induksi rasa
bersalah untuk mengontrol atau menghukum anak mereka.
Kekerasan verbal terhadap guru dan murid dapat memiliki dampak serius yang dapat
memengaruhi baik korban maupun pelaku. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin
terjadi akibat kekerasan verbal di lingkungan pendidikan:

a. Stres dan Gangguan Mental


Korban kekerasan verbal, baik guru maupun murid, dapat mengalami stres emosional yang
signifikan. Ini dapat mengarah pada gangguan mental seperti kecemasan, depresi, atau
gangguan stres pasca-trauma.
b. Gangguan Belajar
Murid yang menjadi korban kekerasan verbal mungkin kesulitan fokus dan belajar di
sekolah. Ini dapat mempengaruhi prestasi akademis mereka dan kemampuan untuk merasa
nyaman di lingkungan pendidikan.
c. Penurunan Motivasi
Kekerasan verbal dapat merusak motivasi belajar murid. Mereka mungkin kehilangan minat
dalam pelajaran atau merasa putus asa karena perlakuan negatif yang mereka terima.
d. Gangguan Hubungan Sosial
Kekerasan verbal dapat merusak hubungan antar murid atau antara guru dan murid. Ini bisa
mengarah pada isolasi sosial, konflik yang berkelanjutan, dan perasaan kesepian.
e. Dampak Psikologis Jangka Panjang
Kekerasan verbal yang berkepanjangan dapat meninggalkan bekas psikologis yang dalam
pada korban. Mereka mungkin mengalami kerentanan terhadap kekerasan verbal lebih lanjut
di masa depan atau mengembangkan pandangan negatif tentang diri mereka sendiri.
f. Meningkatnya Risiko Kekerasan Fisik
Kekerasan verbal dalam beberapa kasus dapat menjadi pemicu bagi kekerasan fisik. Ketika
situasi berlarut-larut tanpa intervensi yang tepat, konflik verbal dapat eskalasi menjadi
konflik fisik.
g. Dampak pada Kesejahteraan Guru
Guru yang menjadi korban kekerasan verbal dapat mengalami penurunan kepuasan kerja,
stres berlebihan, dan bahkan keinginan untuk meninggalkan profesi mereka. Hal ini dapat
mengganggu sistem pendidikan secara keseluruhan.
h. Penciptaan Lingkungan yang Tidak Aman
Kekerasan verbal dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak mendukung di
sekolah. Hal ini dapat mengganggu proses belajar-mengajar dan menciptakan ketegangan di
antara semua anggota komunitas pendidikan.

2. Kekerasan Non Verbal


Kekerasan nonverbal adalah tindakan agresi atau kekerasan yang tidak melibatkan kata-kata atau
bahasa verbal, tetapi menggunakan tindakan fisik atau perilaku nonverbal untuk menyakiti atau
mengancam seseorang. Kekerasan nonverbal dapat mencakup berbagai bentuk perilaku,
termasuk kekerasan fisik, kekerasan gestur dan lain sebagainya. Adapun bentuk-bentuk
kekerasan non verbal yang sering terjadi adalah :
a. Posting foto tanpa persetujuan
Posting foto seseorang tanpa persetujuan mereka adalah pelecehan verbal. Ini sama untuk
pekerjaan dan cinta. Harap dicatat bahwa gambar tidak harus bersifat pribadi. Memposting
gambar tanpa persetujuan sebelumnya tidak dianggap sebagai pelecehan verbal.
b. Mengirim Foto yang Tidak Diminta
Di era media sosial, semua orang terhubung dan memiliki akses, kemampuan, dan
kebebasan untuk saling mengirim foto. Namun, mengirim gambar yang tidak diminta tanpa
pandang bulu adalah pelecehan non-verbal.
c. Kesenjangan atau Tatapan
Tatapan, tatapan, atau celah yang canggung adalah pelecehan non-verbal.
d. Hadiah yang Tidak Diinginkan
Menerima hadiah yang tidak diinginkan atau menyinggung adalah pelecehan yang tidak
diucapkan. Ini mungkin termasuk menerima bantuan atau dukungan yang tidak diinginkan.
e. Sentuhan Fisik yang Tidak Pantas
Semua bentuk sentuhan fisik yang tidak pantas adalah bagian dari pelecehan non-verbal. Ini
termasuk meletakkan tangan di bahu, menggosok sesuatu saat berjalan, berdiri dekat dengan
tidak nyaman, atau kontak lain yang membuat orang tersebut tidak nyaman.
f. Gerakan Wajah
Seringai kasar, bersiul, dan bersiul juga merupakan bentuk pelecehan non-verbal.
g. Gerakan Tangan yang Tidak Pantas
Gerakan tangan yang mempermalukan orang lain adalah pelecehan non-verbal.
h. Memposting pesan atau foto pribadi di forum publik
Memposting pesan atau foto pribadi seseorang di forum publik adalah pelecehan verbal. Ini
termasuk memposting langsung di platform publik dan membagikan gambar dan pesan ini
melalui komunitas orang.
i. Cyberstalking: Ini adalah bentuk baru pelecehan non-verbal yang memungkinkan
pengiriman pesan melalui platform online. Ini termasuk pelacakan lokasi ponsel dan
menggunakan data itu untuk mengintip seseorang di kehidupan nyata.

Dampak kekerasan non-verbal menimbulkan efek bisa bersifat psikologis dan fisik. Konsekuensi
dari pelecehan nonverbal bervariasi dan tergantung pada jenis pelecehan dan durasinya .Dampak
kekerasan non-verbal meliputi penolakan,Takut ditolak masyarakat,menghindari
pelakunya,kurangnya kepercayaan, menyalahkan diri sendiri atas pelecehan,tingkat percaya diri
yang rendah,takut diganggu lagi,kehilangan moral,merasa terhina,sedikit konsentrasi,dan
Frustasi. Kekerasan non-verbal, seperti ekspresi wajah yang merendahkan, gerakan tubuh yang
mengancam, atau komunikasi non-verbal lainnya, juga dapat memiliki dampak serius pada guru
dan murid dalam konteks pendidikan. Berikut beberapa dampak yang akan terjadi akibat
kekerasan non-verbal terhadap guru dan murid:

a. Gangguan Kesehatan Fisik


Stres yang berkepanjangan akibat kekerasan non-verbal dapat berkontribusi pada masalah
kesehatan fisik seperti insomnia, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular.
b. Kegagalan dalam Proses Pengajaran dan Pembelajaran
Kekerasan non-verbal dalam kelas dapat mengganggu proses pengajaran dan pembelajaran.
Guru mungkin kesulitan menjalankan pelajaran dengan efektif, dan murid mungkin
kesulitan untuk menerima informasi dengan baik.
c. Perasaan Tidak Aman di Sekolah
Kekerasan non-verbal yang sering terjadi dapat menciptakan perasaan tidak aman di seluruh
sekolah, yang dapat memengaruhi iklim sekolah secara keseluruhan dan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi semua anggota komunitas pendidikan.
d. Dampak pada Kualitas Pendidikan
Kekerasan non-verbal yang tidak diatasi dengan baik dapat mengganggu kualitas pendidikan
yang diberikan di sekolah. Ini dapat menghambat pencapaian akademik dan perkembangan
sosial murid.
e. Isolasi Sosial
Murid yang mengalami kekerasan non-verbal mungkin cenderung menarik diri dari interaksi
sosial atau menghindari situasi di mana mereka merasa terancam, yang dapat berdampak
negatif pada perkembangan sosial mereka.
f. Terkucilkan dari Pembelajaran
Murid yang merasa terancam atau tidak aman akibat kekerasan non-verbal mungkin
cenderung mengabaikan pelajaran atau tidak mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Ini
dapat merugikan proses pendidikan mereka.
g. Konflik Antarindividu yang Terus Menerus
Kekerasan non-verbal yang tidak diatasi dapat menyebabkan konflik yang berlarut-larut di
antara guru, murid, atau bahkan antarmurid. Hal ini dapat menciptakan suasana yang tidak
kondusif untuk pembelajaran.
h. Penghambat Pengembangan Bakat dan Potensi
Kekerasan non-verbal dapat menghalangi murid untuk mengembangkan bakat dan potensi
mereka sepenuhnya. Mereka mungkin merasa tidak cukup nyaman atau percaya diri untuk
mengambil risiko dalam belajar dan eksplorasi.

Daftar pustaka :

Nisfulaily. (2021). Kekerasan Verbal dan Non-verbal pada Anak. KOMPASIANA.


https://www.kompasiana.com/nisfulaily14103/60dc0494152510510c300732/
kekerasan-verbal-dan-non-verbal-pada-anak

Hutajulu, N. (2022). Kekerasan Verbal Dan Dampaknya Dalam Psikologi. Universitas Airlangga.
https://www.ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2487-kekerasan-
verbal-dan-dampaknya-dalam-psikologi

Anda mungkin juga menyukai