DWI HANGGORO
Widyaiswara Ahli Madya PPSDM Regional Yogyakarta
dwihang70@gmail.com
ABSTRAK
Setiap negara di dunia memiliki cara tertentu dalam membentuk karakter masyarakatnya.
Cara dari masing-masing negara yang memiliki poin penekanan tertentu dalam tujuan
pencapaiannya. Pendidikan sendiri memiliki peran yang strategis, hal ini dikarenakan
pendidikan merupakan kunci kemajuan dari sebuah bangsa. Oleh karenanya pendidikan
memiliki peran yang mana dapat menjadi alat yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya untuk
mewujudkan perdamaian, kebebasan, dan keadilan sosial bangsa tersebut. Tujuannya agar
mereka dapat tumbuh bukan sebagai kelompok individualis, namun unggul secara
berkelompok dalam tim yang solid. Mengevaluasi kembali poin penekanan mengenai sikap
sosial dalam sistem pendidikan di Indonesia dan membandingkannya dengan negara
Jepang sebagai tolak ukur. Dengan harapan dapat menjadi acuan perbaikan dalam
penanaman ilmu-ilmu sosial dan kebangsaan di Indonesia. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif, dimana pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dari
beberapa jurnal serta artikel terkait. Kemudian disusun menjadi sebuah tulisan ilmiah yang
tujuannya agar dapat menambah wawasan para pembaca. Melalui analisis perbandingan
sistem pendidikan ini, khususnya dalam perbandingan sistem pendidikan Indonesia dan
sistem pendidikan Jepang, semoga dapat menambah khazanah keilmuan bagi generasi
muda dalam berkontribusi memunculkan solusi baru yang dikemudian hari diharapakan
dapat mengembangkan lebih baik lagi perihal sistem pendidikan di Indonesia.
PENDAHULUAN
Setiap negara di dunia memiliki cara tertentu dalam membentuk karakter
masyarakatnya. Cara dari masing-masing negara yang memiliki poin penekanan tertentu
dalam tujuan pencapaiannya. Sehingga, tak dapat dipungkiri bahwa segala sesuatunya akan
menghasilkan dampak positif dan negatif. Pentingnya pendidikan karakter sendiri
dikarenakan mengajarkan tentang bagaimana kebiasaan cara berpikir serta bagaimana cara
berprilaku yang membantu individu untuk bekerjasama dan hidup sebagai keluarga,
masyarakat, bernegara sehingga dapat membantu mereka untuk membuat keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Maka Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembentukan karakter. Begitu pula dengan keberhasilan pencapaian suatu negara
dalam membentuk karakter bangsanya tidak dapat dilihat melalui satu sudut pandang saja,
melainkan dari beberapa sudut pandang yang berbeda.
Pendidikan sendiri memiliki peran yang strategis, hal ini dikarenakan pendidikan
merupakan kunci kemajuan dari sebuah bangsa. Oleh karenanya pendidikan memiliki peran
yang mana dapat menjadi alat yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya untuk mewujudkan
perdamaian, kebebasan, dan keadilan sosial bangsa tersebut. Pendapat ahli yang
menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah pendidikan dikemukakan oleh Delors (1996;
Hidayat, 2013) yang mana beliau menyatakan bahwa, “Pendidikan walaupun bukan
merupakan sebuah obat ajaib atau magic formula merupakan pembuka pintu dunia untuk
kehidupan yang ideal, menumbuhkan kehidupan yang lebih manusiawi dan dapat
mengurangi kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertindasan dan perang.”
Melalui beberapa pemaparan di atas, penulis ingin mengangkat tema mengenai
perbandingan sistem pendidikan dua negara yaitu Indonesia dan Jepang sehingga dapat
menjadi sebuah referensi dalam bagaimana memajukan atau memperbaiki sistem
pendidikan Indonesia yang telah ada saat ini. Disini, penulis memilih negara Jepang sebagai
perbandingan karena beberapa aspek, salah satu nya adalah kemajuan negara serta
perbedaan pola dan sistem pendidikan yang ada.
PEMBAHASAN
Sistem Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Pendidikan berasal dari kata
“didik” dan mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka kata ini memiliki arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa, definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 2), berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Pasal 3)( Depdiknas, 2003; Judiani, 2010).
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha sadar yang disengaja, terencana,
terpola, dan dapat dievaluasi, yang diberikan kepada peserta didik oleh pendidik agar
tercapai kemampuan yang optimal. Pendidikan sejatinya bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri peserta didik. Potensi-potensi yang
dimaksud diharapkan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu pendidikan bagi manusia
merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan,
mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera
dan bahagia
Sedangkan Menurut H. Fuad Ihsan (2005:1), Pendidikan secara sederhana adalah
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan, proses pengembangan, dan proses menumbuhkan
sikap, prilaku, watak maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rangking Adanya sistem peringkat didalam Adanya sistem peringkat yang ada
kelas maupun di sekolah, di dalam kelas.
sehingga menciptakan adanya
sekolah terbaik, siswa terbaik, dsb
Sistem Ujian kenaikan kelas yang Tidak ada ujian kenaikan kelas
kenaikan kelas dilakukan setiap tahun pada pada jenjang pendidikan dasar
setiap jenjang pendidikan. tidak, tetapi siswa yang telah
menyelesaikan proses belajar di
kelas satu secara otomatis akan
naik ke kelas dua, demikian
seterusnya. Ujian akhir juga tidak
ada sehingga siswa yang telah
menyelesaikan studinya di tingkat
SD dapat langsung mendaftar ke
SMP. Akan tetapi sekolah tetap
mengadakan ulangan atau tes kecil
untuk tetap memacu kualitas dan
kuantitas belajar
Sistem Sistem penilaian menggunakan 3. Jenjang Pendidikan Dasar
Penilaian penilaian dengan acuan KKM. System penilaian ulangan
KKM merupakan batas kriteria adalah dengan menggunakan
ketuntasan minimal yang harus huruf A, B, dan C untuk semua
dicapai siswa untuk dapat mata pelajaran kecuali
dikategorikan lulus. Apabila matematika. Untuk kelas 4
terdapat siswa yang belum hingga kelas 6, dilakukan tes IQ
memenuhi KKM, dilakukan untuk melihat kemampuan dasar
pembelajaran remidial. siswa. Hasil tes ini digunakan
sebagai bahan acuan dalam
memberikan perhatian lebih
kepada siswa-siswanya
terutama bagi siswa yang
kemampuannya di bawah
normal.
4. Pada tingkat SMP dan SMA,
sama ada dua kali ulangan yaitu
mid tes dan final tes. Akan tetapi
tidak bersifat wajib atau pun
nasional. Namun di beberapa
provinsi tetap melaksanakan
ujian. Final tes dilaksanakan
serentak selama tiga hari,
dengan materi ujian yang dibuat
oleh sekolah berdasarkan
standar dari Educational Board
di setiap provinsi. Penilaian
kelulusan siswa SMP dan SMA
tidak berdasarkan hasil final tes,
tapi akumulasi dari nilai ulangan
harian, ekstra kurikuler, mid tes
dan final tes.
PENUTUP
Pada kenyataannya sistem pendidikan yang ada di Indonesia jika dibandingkan
dengan Jepang sudah bagus apabila dilaksanakan sesuai dengan aturan ideal yang berlaku.
Misalnya pada kurikulum 2013 yang menekankan adanya pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Namun kenyataannya banyak proses pembelajaran yang berlangsung belum
berjalan semestinya. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor penghambat
seperti, fasilitas pendidikan yang kurang memadai, kurangnya kesiapan guru dalam
pengajaran dan karakter-karakter masyarakat Indonesia yang kurang mendukung.
Kemudian secara umum kedua negara yang dipaparkan di atas sudah menanamkan
karakter kebangsaan negaranya melalui pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal
dilakukan di dalam pendidikan sekolah, sedangkan pendidikan nonformal dilakukan di luar
sekolah. Di negara Jepang, tidak hanya sekolah yang diberi tanggungjawab besar oleh
pemerintah dalam pembentukan karakter, tetapi juga masyarakat dan perusahaan tempat
mereka bekerja begitu pula halnya dengan Indonesia.
Melihat banyaknya kekurangan suatu sistem pendidikan membuat banyak negara
yang mengambil langkah untuk meningkatkan pendidikan mereka dengan mengadopsi atau
memperbaiki sistem pendidikannya. Akan tetapi, masih banyak tantangan disertai dilema
dengan berkembangnya zaman, oleh sebab itu pemerintah harus mengubah strategi belajar
dan mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Al-ansi, 2017).
Oleh karena itu hal penting yang bisa dijadikan masukan untuk kemajuan pendidikan
di Indonesia yaitu penekanan pada kualitas pendidikan bukan kuantitas. Misalnya saja
dengan pengurangan materi pelajaran pada setiap jenjang pendidikan, pengurangan jam
pelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik, serta sistem
evaluasi pendidikan yang tidak menekankan penilaian pada suatu kuantitas tertentu.
Dengan melihat dari adanya kemungkinan kekurangan dari sistem pendidikan di
Indonesia bukan berarti dapat menarik kesimpulan bahwa sistem pendidikan di Indonesia
buruk, justru sebaliknya. Sistem pendidikan di Indonesia sudah disusun dengan sangat baik
akan tetapi penerapan dalam praktiknya saja yang belum maksimal. Tentu dengan kerja
sama pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat memperbaiki sistem pendidikan yang
ada mungkin bisa mengambil beberapa unsur sistem pendidikan Jepang namun tidak lupa
pula disesuaikan dengan kebutuhan serta kebudayaan masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Peningkatan Kualitas Guru, Belajar dari Sistem Jepang.
http://hifizahn.wordpress.com/2013/05/25/peningkatan-kualitas-guru-belajar-dari-
sistem-jepang/.
Al-ansi, A. M. (2017). Reforming Education System in Developing Countries, 5(7), 349–366.
Damanik, Caroline dan Hertanto. 2009. Kemana Arah pendidikan Nasional”. Kompas.com.
http://edukasi.kompas.com/read/2009/10/08/11453246/Ke.Mana.Arah.Pendidikan.Na
sional. diakses: 3 Juni 2012.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas. 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hidayat, Rais dan Yuyun Elizabeth Patras. 2013. “Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia”. 2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE).
Hal. 235-244.
Ministry of Education, Culture, Sports, S. and T. J. (2016). Principles Guide Japan’s
Educational System. Retrieved December 12, 2016, from
http://www.mext.go.jp/en/policy/education /overview/index.htm.
Mulyadi, Budi. 2014. “Model Pendidikan Karakter dalam Masyarakat Jepang”. Jurnal Izumi.
Vol. 3 (1):69-80 Raka, Ida I Dewa Gede. 2008. Pembangunan Karakter dan
Pembangunan Bangsa: Menengok Kembali Peran Perguruan Tinggi. Bandung:
Senatama Wikarya.
Munirah, M. (2015). SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan
realita. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 2(2), 233-245
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1987. Belajar Dari Jepang. Jakarta: UI Pres
Teuchi, A. 2006. Japanese Social Education. CRICED. University of Tsukuba
Widisuseno, Iriyanto. (2017). Mengenal Profil Karakter Bangsa Jepang melalui Filsafat
Ganbaru, Kiryoku: Jurnal IlmiahProdi Bahasa dan Budaya Jepang, FIB. Undip.
http://yana.staf.upi.edu/2017/01/06/menge nal-sistem-pendidikan-jepang.
Wulandari, R. (2014). Makalah Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia, dan
Jepang.