Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS BISNIS

Dosen Pengampu: Dra. Hariany Idris, M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Muliati Rezki Amalia 220901501001

Eka Rislawati 220901501005

Haerianti 220901500006

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan, dengan judul:
“Analisis Bisnis”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hariany Idris,
M.Si. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan yang
telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami harap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Makassar, 13 September 2023

Kelompok 11
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauh mana angka
akuntansi suatu perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Analisis akuntansi
melibatkan sejumlah tugas yang berbeda, seperti mengevaluasi risiko akuntansi
dan kualitas laba perusahaan, mengestimasi kekuatan laba, dan membuat
penyesuaian yang diperlukan dalam laporan keuangan agar mencerminkan realitas
ekonomi dan dapat membantu analisis keuangan.

Analissi akuntansi berhubungan erat dengan kualitas laba.Saat ini kualitas


laba merupakan hal yang sangat diperhatikan sebagai isu yang menarik untuk
diteliti yang berhubungan dengan akuntansi. Kualitas laba dan kualitas pelaporan
keuangan pada umumnya menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan
untuk tujuan kontrak dan untuk pembuatan keputusan investasi. Faktor pertama
yang dapat mempengaruhi kualitas laba adalah struktur modal. Kualitas laba
merupakan salah satu informasi yang penting bagi investor dalam mengambil
keputusan dalam berinvestasi, laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan yaitu dengan memiliki karakteristik relevansi,
reliabilitas, dan komparabilitas atau konsistensi. Maka penting untuk mengetahui
kualitas laba perusahaan agar mengetahui bagaimana kinerja perusahaan di masa
depan dan dapat menjadi ukuran yang baik untuk menilai kinerja perusahaan.
tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen laba,strategi yang
umum dalam manajemen laba serta mekanisme manajemen laba.

B. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa itu analisis akuntansi?
2. Apa itu distorsi akuntansi?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen laba?
4. Apa saja strategi yang umum dalam manajemen laba?
5. Apa saja alasan untuk mengelola laba?
6. Bagaimana mekanisme manajemen laba
7. Bagaimana proses analisis akuntansi?
8. Apa itu kualitas laba?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam analisis akuntansi


2. Untuk mengetahui apa yang termasuk dalam kualitas laba
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGANTAR ANALISIS AKUNTANSI

Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauh mana angka akuntansi


suatu perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Analisis akuntansi melibatkan
sejumlah tugas yang berbeda, seperti mengevaluasi risiko akuntansi dan kualitas
laba perusahaan, mengestimasi kekuatan laba, dan membuat penyesuaian yang
diperlukan dalam laporan keuangan agar mencerminkan realitas ekonomi dan
dapat membantu analisis keuangan.

Analisis akuntansi merupakan prasyarat penting bagi analisis keuangan yang


efektif. Hal ini disebabkan kualitas analisis keuangan, dan kesimpulan yang
ditarik, tergantung pada kualitas dari informasi akuntansi yang mendasarinya,
bahan untuk analisis. Meskipun akuntansi akrual memberikan gambaran mengenai
kinerja dan kondisi keuangan perusahaan yang tidak tersedia dari akuntansi kas,
ketidaksempurnaannya dapat mendistorsi kandungan ekonomi dari laporan
keuangan. Analisis akuntansi merupakan proses yang digunakan analis untuk
mengidentifikasi dan menilai distorsi akuntansi dalam laporan keuangan
perusahaan. Analisis ini juga meliputi penyesuaian yang diperlukan laporan
keuangan untuk mengurangi distorsi dan membuat laporan keuangan tersebut agar
dapat diterima untuk analisis keuangan.

Kebutuhan untuk Analisis Akuntansi

 Pertama, akuntansi akrual meningkatkan akuntansi kas dengan mencerminkan


aktivitas bisnis secara tepat waktu. Akan tetapi, akuntansi akrual
menghasilkan beberapa distorsi akuntansi yang harus diidentifikasi dan
disesuaikan agar informasi akuntansi mencerminkan aktivitas bisnis dengan
lebih baik.
 Kedua, laporan keuangan dibuat untuk berbagai macam pengguna dan
kebutuhan informasi. Hal ini berarti informasi akuntansi biasanya memerlukan
penyesuaian untuk memenuhi tujuan analisis dari pengguna tertentu. Pada
bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor dan implikasinya terhadap
analisis laporan keuangan.

Distorsi Akuntansi

Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan informasi laporan keuangan yang


dilaporkan dari realitas bisnis yang mendasarinya. Distorsi ini timbul dari sifat
akuntansi akrual-yang meliputi standar, kesalahan estimasi, trade-off antara
relevansi dan reliabilitas, dan kebebasan dalam penerapannya. Pembahasan
masing- masing sumber distorsi adalah sebagai berikut.

Standar Akuntansi. Standar akuntansi terkadang menyebabkan terjadinya


distorsi Setidaknya tiga sumber distorsi ini dapat diidentifikasi. Pertama, standar
akuntansi merupakan hasil atau output dari proses politik. Berbagai kelompok
pengguna melakukan lobi untuk memproteksi kepentingan mereka. Dalam proses
ini, standar terkadang gagal untuk meminta informasi yang paling relevan. Salah
satu contohnya adalah akuntansi untuk opsi saham karyawan (employee stock
options-ESO).
Sumber distorsi kedua dari standar akuntansi yang ditimbulkan dari prinsip
akuntansi tertentu. Misalnya, prinsip biaya historis dapat mengurangi relevansi
laporan posisi keuangan karena tidak mencerminkan nilai pasar kini dari aset dan
liabilitas. Basis transaksi akuntansi juga mengakibatkan akuntansi goodwill yang
tidak konsisten di mana goodwill yang dibeli dicatat sebagai aset, tetapi goodwill
yang dikembangkan secara internal tidak dicatat. Selain itu, pembukuan ganda
mengimplikasikan bahwa laporan posisi keuangan berartikulasi dengan laporan
laba rugi-yang berarti bahwa banyak transaksi yang memengaruhi kedua laporan
keuangan tersebut. Namun, aturan akuntansi yang memperbaiki satu pernyataan
sering merugikan pernyataan lainnya. Misalnya, aturan persediaan FIFO
memastikan akun persediaan pada laporan posisi keuangan mencerminkan biaya
kini dari persediaan yang belum terjual. Namun, aturan persediaan LIFO
mencerminkan biaya kini dari penjualan pada laporan laba rugi.
Sumber distorsi ketiga adalah konservatisme. Misalnya, akuntan sering kali
menurunkan atau menghapus nilai aset yang mengalami penurunan nilai, tetapi
sangat jarang menaikkan nilai aset. Konservatisme menyebabkan terjadinya bias
pesimistis dalam laporan keuangan yang terkadang diinginkan untuk analisis
kredit, tetapi akan bermasalah untuk analisis ekuitas.

Kesalahan Estimasi. Akuntansi akrual memerlukan prakiraan dan estimasi


lainnya mengenai konsekuensi arus kas masa depan. Penggunaan estimasi ini
dapat meningkatkan kemampuan angka ²akuntansi untuk mencerminkan transaksi
bisnis secara tepat waktu. Namun, estimasi ini menyebabkan kesalahan yang
dapat mendistorsi relevansi angka akuntansi akrual. Sebagai ilustrasi, perhatikan
penjualan kredit. Barang atau jasa yang dijual secara kredit terdapat kemungkinan
pelanggan akan mengalami gagal bayar. Ada dua pendekatan untuk menghadapi
ketidakpastian ini. Pendekatan pertama adalah mengadopsi akuntansi kas yang
mencatat pendapatan hanya ketika kas akhirnya diterima dari pelanggan.

Reliabilitas versus Relevansi. Standar akuntansi melibatkan trade off antara


reliabilitas dan relevansi. Penekanan pada reliabilitas sering menunda pengakuan
dampak peristiwa bisnis dan transaksi tertentu dalam laporan keuangan hingga
konsekuensi arus kas dapat diperkirakan secara wajar. Salah satu contoh adalah
kerugian kontinjensi. Sebelum kerugian kontinjensi dicatat sebagai kerugian,
maka harus diestimasi secara wajar. Dikarenakan adanya kriteria ini, banyak
kerugian kontinjensi yang tidak dilaporkan dalam laporan keuangan bahkan
beberapa tahun setelah keberadaannya ditetapkan tanpa adanya keraguan.

Manajemen Laba. Manajemen laba mungkin merupakan hasil dari akuntansi


akrual yang paling bermasalah. Penggunaan penilaian dan estimasi dalam
akuntansi akrual memungkinkan manajer untuk menggunakan informasi dalam
(inside information) dan pengalamannya mereka untuk meningkatkan kegunaan
angka akuntansi. Akan tetapi, beberapa manajer menggunakan kebijakannya
untuk mengelola angka akuntansi, khususnya laba, untuk keuntungan pribadi,
sehingga mengurangi kualitas labanya. Manajemen laba terjadi karena beberapa
alasan, seperti untuk meningkatkan kompensasi, menghindari perjanjian utang,
memenuhi prakiraan analis, dan memengaruhi harga saham. Manajemen laba
dapat dilakukan dengan dua cara: (1) mengubah metode akuntansi, yang
merupakan bentuk manajemen laba yang terlihat, dan (2) mengubah estimasi dan
kebijakan akuntansi yang menentukan angka akuntansi, yang merupakan bentuk
manajemen laba yang tersembunyi. Manajemen laba merupakan realitas yang
sebagian besar pengguna enggan menerima sebagai bagian dari akuntansi akrual.
Meskipun penting untuk mengakui bahwa manajemen laba tidak seluas media
keuangan yang mendorong untuk percaya, tidak ada keraguan bahwa hal ini dapat
mencedarai kredibilitas informasi akuntansi.

Manajemen Laba

Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai "intervensi dengan tujuan tertentu


oleh manajemen dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi
tujuannya sendiri" (Schipper, 1989). Manajemen laba sering melibatkan window-
dressing atas laporan keuangan, khususnya jumlah laba bottom-line. Manajemen
laba dapat berupa cosmetic, jika manajer memanipulasi akrual tidak memiliki
konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat menjadi real, jika manajer
mengambil tindakan terkait dengan konsekuensi arus kas untuk tujuan mengelola
laba.
Manajemen laba kosmetik (cosmetic earnings management) merupakan hasil
potensial dari kebebasan dalam menerapkan akuntansi akrual. Standar akuntansi
dan mekanisme pengawasan mengurangi kebebasan ini. Namun, tidak mungkin
untuk menghilangkan kebebasan tersebut karena kompleksitas dan variasi dalam
aktivitas bisnis. Bahkan, akuntansi akrual memerlukan perkiraan dan penilaian.
Hal ini menyebabkan kebijakan manajerial dalam menentukan angka akuntansi.
Meskipun kebijakan ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk
mengungkapkan gambaran yang lebih informatif mengenai aktivitas bisnis
perusahaan, tetapi juga memungkinkan bagi mereka untuk melakukan window-
dressing atas laporan keuangan dan mengelola laba.
Manajer sering mengambil tindakan dengan konsekuensi arus kas, biasanya
merugikan untuk tujuan mengelola laba. Misalnya, manajer terkadang
menggunakan metode FIFO pada penilaian persediaan untuk melaporkan laba
yang lebih tinggi bahkan jika menggunakan metode LIFO dapat menghasilkan
penghematan pajak. Insentif manajemen laba juga memengaruhi keputusan
manajer terkait investasi dan pendanaan. Manajemen laba riil (real earnings
management) lebih bermasalah dibandingkan manajemen laba kosmetik (cosmetic
earnings management) karena mencerminkan keputusan bisnis yang sering
mengurangi kekayaan para pemegang saham.

Strategi Manajemen Laba

1. Meningkatkan laba. Salah satu strategi manajemen laba adalah dengan


meningkatkan laba yang dilaporkan periode berjalan untuk menggambarkan
keadaan perusahaan lebih baik. Hal ini mungkin untuk meningkatkan laba
dengan cara tersebut untuk beberapa periode. Dalam skenario yang sedang
mengalami pertumbuhan, pembalikan akrual lebih kecil dibandingkan akrual
kini sehingga dapat meningkatkan laba. Hal ini menyebabkan suatu keadaan di
mana perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi dari manajemen
laba yang agresif untuk jangka waktu yang lama. Selain itu, perusahaan dapat
mengelola kenaikan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalikkan
akrual sekaligus hanya dengan biaya satu kali (one-time charge). Biaya satu
kali sering dilaporkan “di bawah garis (below the line)”yaitu di bawah laba
dari lini operasi dilanjutkan pada laporan laba rugisehingga dipandang kurang
relevan.
2. Big Bath. “Strategi big bath” dilakukan dengan cara penghapusan sebanyak
mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan
kinerja yang sangat buruk (sering kali pada masa resesi di mana sebagian
besar perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau periode saat
terjadi satu peristiwa seperti perubahan manajemen, merger, atau
restrukturisasi. Strategi big bath juga sering digunakan bersamaan dengan
strategi peningkatan laba untuk satu tahun lagi. Oleh karena sifat dari big bath
yang tidak biasa dan tidak berulang, penggunanya cenderung untuk
mengabaikan dampak keuangan.
3. Perataan Laba. Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba.
Dalam strategi ini, manajer menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan
sehingga mengurangi fluktuasinya. Perataan laba mencakup tidak melaporkan
adanya bagian laba pada tahun yang baik melalui pembentukan cadangan atau
“bank” laba. Dan kemudian melaporkan laba ini pada tahun yang buruk.

Motivasi Manajemen Laba

Ada beberapa alasan untuk mengelola laba, termasuk meningkatkan kompensasi


manajer yang terikat pada laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan
melobi untuk memperoleh subsidi pemerintah. Insentif utama untuk manajemen
laba diidentifikasi pada bagian ini.

 Insentif Kontrak. Banyak kontrak yang menggunakan angka akuntansi.


Misalnya. Kontrak kompensasi manajerial sering kali memasukkan bonus
berdasarkan atas laba. Kontrak bonus tertentu memiliki batas bawah dan batas
atas, yang berarti bahwa manajer tidak diberikan bonus apabila laba turun di
bawah batas bawah dan tidak dapat memperoleh bonus tambahan ketika laba
melebihi batas atas. Ini berarti manajer memiliki insentif untuk menaikkan
atau menurunkan laba berdasarkan tingkat laba yang tidak dikelola dalam
hubungannya dengan batas atas dan batas bawah. Apabila laba yang tidak
dikelola masih berada di dalam batas atas dan batas bawah, manajer memiliki
insentif untuk menaikkan laba. Apabila laba di atas batas maksimum atau di
bawah batas minimum, manajer memiliki insentif untuk menurunkan laba dan
membentuk cadangan untuk bonus masa depan.
 Dampak Harga Saham. Insentif lain untuk manajemen laba adalah dampak
potensial terhadap harga saham. Misalnya, manajer bisa meningkatkan laba
untuk mendongkrak harga saham perusahaan secara temporer untuk kejadian
seperti merger yang akan datang atau penawaran efek, atau rencana untuk
menjual saham atau menggunakan opsi. Manajer juga melakukan perataan
laba untuk menurunkan persepsi pasar mengenai risiko dan menurunkan biaya
modal. Insentif terkait Lainnya untuk manajemen laba adalah untuk memenuhi
harapan pasar. Strategi ini sering dilakukan dengan car berikut: manajer
menurunkan harapan pasar melalui pengungkapan sukarela pesimistis
(prapengumuman) dan kemudian mengelola kenaikan laba untuk memenuhi
harapan pasar. Semakin pentingnya investor akan momentum dan kemampuan
mereka untuk menghukum saham yang tidak memenuhi harapan telah
semakin meningkatkan tekanan pada manajer untuk menggunakan semua
sarana yang tersedia agar harapan pasar terpenuhi.
 Insentif Lain. Ada beberapa alasan lain untuk mengelola laba. Laba terkadang
diturunkan untuk mengurangi biaya politik dan pengawasan dari badan
pemerintah, seperti regulator antitrust dan IRS. Selain itu, perusahaan
mungkin menurunkan laba untuk memperoleh bantuan pemerintah, seperti
subsidi dan perlindungan dari persaingan luar negeri. Perusahaan juga
menurunkan laba untuk melawan permintaan serikat pekerja. Insentif umum
lainnya untuk manajemen laba adalah perubahan manajemen. Ini biasanya
menimbulkan big bath karena beberapa alasan. Pertama, ini dapat dituduhkan
pada manajer yang menjabat. Kedua, ini menandakan bahwa manajer baru
akan membuat keputusan yang sulit untuk memperbaiki perusahaan. Ketiga,
dan mungkin yang paling penting, membersihkan geladak untuk
meningkatkan laba di masa depan. Salah satu big bath terbesar terjadi ketika
Louis Gerstner menjadi CEO di IBM. Gerstner menghapuskan hampir $4
triliun pada tahun ia mengambil alih. Meskipun sebagian besar biaya yang
terdiri dari beban yang terkait dengan perputaran tersebut, ini juga mencakup
banyak pos yang merupakan beban bisnis di masa depan. Analis
memperkirakan bahwa kenaikan laba yang dilaporkan IBM pada tahun
berikutnya sebagian besar disebabkan oleh big bath ini.

Mekanisme Manajemen Laba

Dua metode utama manajemen laba-pergeseran laba dan klasifikasi manajemen


laba
Pergeseran Laba. Pergeseran laba merupakan proses pengelolaan laba denga
mengalihkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pergeseran laba dilakukan
dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Contoh
pergeseran laba adalah sebagai berikut.

- Mempercepat pengakuan pendapatan dengan meyakinkan dealer atau gr


untuk membeli kelebihan produk di pengujung akhir tahun fiskal. Dala
praktik ini, disebut pemuatan saluran (channel loading), biasa terjadi
dalam industri seperti manufaktur mobil dan rokok.
- Menunda pengakuan beban dengan mengapitalisasi beban das
mengamortisasinya selama periode mendatang. Contohnya melipus
kapitalisasi bunga dan kapitalisasi biaya pengembangan perangkat lunak.
- Menggeser behan ke periode berikutnya dengan mengadopsi metode
akuntansi tertentu. Misalnya, pengadopsian metode FIFO untuk penilaian
persediaan (dibanding dengan LIFO) dan penyusutan garis lurus
(dibanding dengan percepatan) dapat menunda pengakuan beban.
- Menggunakan biaya satu kali yang besar seperti penurunan nilai aset dan
biaya restrukturisasi secara berselang. Hal ini memungkinkan perusahaan
untuk mempercepat pengakuan beban sehingga membuat laba berikutnya
terlihat lebih baik.

Klasifikasi Manajemen Laba. Laba juga dikelola dengan mengklasifikasikan


beban (dan pendapatan) secara selektif pada bagian-bagian tertentu dari laporan
laba rug Bentuk yang paling umum dari klasifikasi (penggolongan) manajemen
laba adalah memindahkan beban di bawah garis, yang berarti melaporkannya
bersamaan dengan pos tidak biasa dan tidak berulang yang biasanya dianggap
kurang penting oleh analis Manajer berupaya untuk mengklasifikasikan beban
pada bagian tidak berulang dan laporan laba rugi sebagaimana diilustrasikan pada
contoh berikut ini.

 Ketika perusahaan tidak melanjutkan sebuah segmen bisnis, laba dari segmen
tersebut harus dilaporkan terpisah sebagai laba (rugi) dari operasi dihentikan.
Pos ini sebaiknya diabaikan dalam analisis karena terkait dengan unit bisnis
yang tidak berdampak lagi pada perusahaan. Akan tetapi beberapa perusahaan
memuat porsi yang lebih besar dari biaya bersama (seperti overhead
perusahaan) pada segmen yang dihentikan, sehingg meningkatkan laba untuk
perusahaan lainnya.
 Penggunaan biaya khusus seperti penurunan nilai aset dan biays restrukturisasi
yang telah meroket (hampir 40% perusahaan melaporkan sedikitnya satu
pengenaan biaya tersebut), Motivasi dalam praktik in disebabkan oleh
kebiasaan sebagian besar analis untuk mengabaikan biaya khusus karena
sifatnya yang tidak biasa dan tidak berulang. Dengan cara mengambil biaya
khusus secara periodik dan memasukkan beban operas dalam biaya ini,
sehingga mengakibatkan analis mengabaikan sebagian beban operasi.

Implikasi Analisis Manajemen Laba

Oleh karena manajemen laba mendistorsi laporan keuangan, maka dalam


mengidentifikasi dan membuat penyesuaian untuk manajemen laba merupakan
tugas penting dalam analisis laporan keuangan.
Sebelum menyimpulkan apakah suatu perusahaan melakukan pengelolaan
laba, Seorang analis harus memeriksa hal-hal sebagai berikut.
 Insentif bagi manajemen laba. Laba tidak akan dikelola kecuali jika
terdapat insentif untuk mengelolanya. Beberapa insentif telah dibahas
sebelumnya dan seorang analis harus mempertimbangkannya.
 Reputasi dan histori manajemen. Penting untuk menilai reputasi dan
integritas manajemen. Pembacaan dengan teliti atas laporan keuangan
masa lalu, penegakan aturan SEC, laporan audit, riwayat perubahan
auditor, dan media keuangan yang memberikan informasi berguna untuk
tugas ini.
 Pola konsisten. Tujuan manajemen laba adalah untuk memengaruhi angka
baris bawah ringkasan seperti laba atau rasio penting seperti utang
terhadap ekuitas atau cakupan bunga. Penting untuk memverifikasi apakah
komponen yang berbeda dari laporan laba rugi (atau laporan posisi
keuangan) secara konsisten dikelola dengan arah tertentu. Misalnya, jika
perusahaan tampak menggelembungkan laba melalui, katakanlah,
kebijakan pengakuan pendapatan sambil secara bersamaan menurunkan
laba melalui perubahan metode persediaan, maka kecil kemungkinan
perusahaan ini mengelola labanya.
 Peluang manajemen laba. Sifat aktivitas bisnis menentukan sejauh mana
laba dapat dikelola. Ketika sifat aktivitas bisnis memerlukan penilaian
yang cukup untuk menentukan angka laporan keuangan, maka semakin
besar peluang yang ada untuk mengelola laba.

Proses Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi mencakup beberapa proses dan tugas yang saling berkaitan.
Pembahasan analisis akuntansi mencakup dua bidang-evaluasi kualitas laba dan
penyesuaian laporan keuangan.

Evaluasi Kualitas Laba

Kebanyakan analis mendefinisikan kualitas laba dengan tingkat konservatisme


yang diterapkan oleh perusahaan tersebut, perusahaan dengan kualitas laba yang
lebih tinggi diharapkan memiliki rasio harga terhadap laba yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kualitas laba yang lebih rendah.

Tahap-Tahap dalam Evaluasi Kualitas Laba. Evaluasi kualitas laba mencakup


tahap tahap sebagai berikut.

 Mengidentifikasi dan menilai kebijakan akuntansi utama. Tahap


penting dalam mengevaluasi kualitas laba adalah dengan mengidentifikasi
kebijakan akuntansi utama yang diterapkan oleh perusahaan tersebut.
 Mengevaluasi tingkat fleksibilitas akuntansi. Penting untuk
mengevaluasi tingkat fleksibilitas yang tersedia dalam menyiapkan laporan
keuangan Tingkat fleksibilitas akuntansi pada beberapa industri lebih
besar dari industri lainnya. Misalnya, akuntansi pada industri yang
memiliki banyak aset takberwujud, volatilitas yang lebih besar dalam
operasi bisnis, sebagian besar biaya produksinya dikeluarkan sebelum
berproduksi, dan metode pengakuan pendapatan yang tidak biasa
membutuhkan lebih banyak penilaian dan perkiraan. Secara umum,
kualitas laba pada industri tersebut lebih rendah daripada industri yang
akuntansinya lebih sederhana.
 Menentukan strategi pelaporan. Mengidentifikasi strategi akuntansi
yang diterapkan oleh perusahaan. Apakah perusahaan menerapkan praktik
pelaporan yang agresif? Apakah perusahaan memiliki laporan audit yang
bersih? Apakah ada riwayat masalah akuntansi? Apakah manajemen
memiliki reputasi karena integritas, atau dikenal mengambil jalan pintas?
Penting juga untuk memeriksa insentif untuk manajemen laba dan mencari
pola indikatif yang konsisten dengan hal tersebut. Analis perlu
mengevaluasi kualitas pengungkapan suatu perusahaan. Meskipun
pengungkapan bukan merupakan pengganti untuk laporan keuangan yang
berkualitas baik, tetapi pengungkapan yang berorientasi ke depan dan
terperinci dapat mengurangi kelemahan laporan keuangan.
 Mengidentifikasi dan menilai red flags (indikasi adanya sesuatu yang
tidak biasa). Salah satu tahap yang berguna dalam mengevaluasi kualitas
laba adalah agar waspada terhadap red flags. Red flags merupakan item
yang memberikan peringatan kepada analis akan adanya potensi masalah
yang lebih serius.

Penyesuaian Laporan Keuangan

Tugas terakhir dan paling banyak terlibat dalam analisis akuntansi adalah
membuat penyesuaian yang layak atas laporan keuangan, terutama laporan laba
rugi dan laporan posisi keuangan. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya,
kebutuhan akan penyesuaian ini timbul karena distorsi pada angka yang
dilaporkan dan karena tujuan analisis secara spesifik. Penekanan utama dari empat
bab berikutnya merupakan identifikasi dan penyesuaian yang layak atas angka
akuntansi. Beberapa penyesuaian umum atas laporan keuangan mencakup:

 Kapitalisasi sewa operasi jangka panjang, dengan penyesuaian pada


laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.
 Pengakuan beban ESO untuk penentuan laba.
 Penyesuaian untuk biaya satu kali seperti penurunan nilai aset dan biaya
restrukturisasi.
 Pengakuan dari status ekonomi (didanai) pensiun dan program manfaat
purnakarya lainnya pada laporan posisi keuangan.
 Penghapusan dampak beberapa pajak penghasilan tangguhan atas liabilitas
dan aset dari laporan posisi keuangan.

KUALITAS LABA

Kualitas Laba merupakan ukuran untuk mencocokkan apakah laba yang


dihasilkan sama dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut
Sutopo (2009) kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat yang
menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan. Informasi laba dapat
menjadi ukuran keberhasilan dalam suatu perusahaan dan dapat digunakan
sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur kinerja perusahaan.
Penentu kualitas laba meliputi lingkungan bisnis perusahaan serta pemilihan dan
penerapan prinsip akuntansi.

Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana laba sebuah perusahaan itu dapat
diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan, dan baik bank (memenuhi syarat
untuk mengajukan kredit/pinjaman pada bank), diantara faktor-faktor lainnya,
kualitas laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan
beragam diantara perusahaan sebagai fungsi dari karakter dasar bisnis dan secara
beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukkan apakah dampak
ekonomi pokoknya lebih baik dalam memperkirakan arus kas atau dapat
diramalkan.

PENENTU KUALITAS LABA

Analisis laba sebelumnya menekankan bahwa laba akuntansi bukan jumlah yang
unik, tetapi bergantung pada asumsi yang digunakan dan prinsip yang
diterapkan. Hal ini merupakan reaksi ekstrem dan kurang bijaksana karena
kekayaan informasi yang relevan dikomunikasikan dalam pengukuran
akrual. Analisis harus berfokus pada asumsi dan prinsip yang diterapkan, dan
penyesuaian yang layak untuk tujuan analisis. Informasi yang digunakan dalam
akrual untuk keunggulan kompetitif dan untuk membantu dalam memahami
kinerja perusahaan pada saat ini dan masa depan.

Pengukuran kualitas laba menimbulkan kebutuhan untuk membandingkan laba


perusahaan yang berbeda dan keinginan untuk mengakui perbedaan kualitas
dalam rangka tujuan penilaian. Tidak ada kesepakatan bulat mengenai apa yang
merupakan kualitas laba. Bagian ini mempertimbangkan tiga faktor yang biasanya
diidentifika sebagai penentu kualitas laba dan beberapa contoh penilaiannya.

1. Prinsip akuntansi

Salah satu penentu kualitas laba adalah kebijaksanaan manajemen dalam memilih
prinsip akuntansi yang berlaku. Kebijaksanaan ini dapat menjadi agresif
(optimistis) atau konservatif. Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif
dianggap lebih tinggi karena kecil kemungkinan untuk menilai secara berlebihan
harapan kinerja saat ini dan masa depan dibandingkan dengan laba yang
ditentukan dengan cara yang agresif Konservatisme mengurangi kemungkinan
laba dinyatakan secara berlebihan (overstatement) dan perubahan retrospektif.
Namun, konservatisme yang berlebihan, meskipun berkontribusi sementara untuk
kualitas laba, mengurangi keandalan dan relevansi laba pada jangka panjang.
Pemeriksaan terhadap prinsip akuntansi yang dipilih akan memberikan petunjuk
akan kecenderungan dan sikap manajemen.
2. Penerapan akuntansi.

Penentu kualitas laba lainnya adalah kebijaksanaan manajemen dalam


menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku. Manajemen memiliki kebijaksanaan
atas jumlah laba dengan penerapan prinsip akuntansi dalam menentukan
pendapatan dan beban. Beban diskresioner seperti iklan, pemasaran, perbaikan,
pemeliharaan, penelitian dan pengembangan dapat diberi batas waktu untuk
mengelola tingkat laba (atau rugi) yang dilaporkan. Laba mencerminkan elemen
waktu yang tidak terkait dengan operasi atau kondisi bisnis yang dapat
mengurangi kualitas laba. Tugas analisis adalah mengidentifikasi implikasi
penerapan akuntansi manjemen dan menilai motivasinya.

3. Risiko bisnis.

Penentu kualitas laba yang ketiga adalah hubungan antara laba dengan risiko
bisnis. Hal ini mencakup pengaruh siklis dan kekuatan bisnis lain terhadap tingkat
laba, stabilitas, sumber, dan variabilitas. Misalnya variabilitas laba umumnya
tidak diinginkan dan meningkatnya variabilitas laba tersebut akan memperburuk
kualitas laba. Kualitas laba yang lebih tinggi terkait dengan perusahaan yang lebih
terlindung dari risiko bisnis. Meskipun risiko bisnis tidak disebabkan oleh
tindakan diskresioner manajemen, risiko ini dapat dikurangi dengan strategi
manajemen yang terampil.

ANALISIS KUALITAS LABA PADA LAPORAN LABA RUGI

Penentu penting dari kualitas laba adalah pilihan manajemen dan penerapan
prinsip akuntansi. Pengeluaran diskresioner merupakan pengeluaran yang
manajemen dapat bethesda antarperiode untuk melestarikan sumber daya dan/atau
memengaruhi laba yang dilaporkan. Pengeluaran tersebut sering dilaporkan pada
laporan laba rugi atau catatan atas laporan keuangan, sehingga evaluasi dari pos
ini disebut sebagai analisis kualitas laba pada laporan laba rugi. Berikut ini ada
dua contoh penting.
1. Beban iklan. Sebagian besar pengeluaran iklan memiliki dampak di luar
periode berjalan. Hal ini menyebabkan hubungan yang lemah antara
pengeluaran iklan dengan kinerja jangka pendek. Hal ini juga
menunjukkan bahwa manajemen dalam kasus tertentu dapat memotong
biaya iklan tanpa terkena dampak langsung pada penjualan. Namun,
penjualan jangka panjang akan terkena dampaknya. Analisis harus melihat
variasi beban iklan dari tahun ke tahun untuk menilai dampak penjualan
masa depan dan kualitas laba.
2. Beban penelitian dan pengembangan. Biaya penelitian dan
pengembangan merupakan pengeluaran pada laporan keuangan yang
paling sulit untuk dianalisis dan diinterpretasi. Namun, beban ini penting
karena belum tentu jumlahnya disebabkan oleh kinerja masa depan.
Menariknya, biaya penelitian dan pengembangan telah memperoleh aura
potensi produktif dalam analisis melebihi apa yang sering dibenarkan dari
pengalaman. Ada sejumlah kasus aktivitas penelitian dan pengembangan
yang berhasil dalam bidang genetika, kimia, elektronik, fotografi, dan
biologi. Akan tetapi, setiap proyek yang berhasil pasti ada kegagalan yang
tak terhitung jumlahnya. Kegagalan penelitian ini mencerminkan sejumlah
besar dana dibebankan atau dihapuskan tanpa manfaat yang dapat diukur.
Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah biaya penelitian dan
pengembangan saat ini mempunyai manfaat masa depan. Manfaat ini
biasanya diukur dengan mengaitkan pengeluaran penelitian dan
pengembangan dengan pertumbuhan penjualan dan pengembangan produk
baru.

ANALISIS BIAYA DISKRESIONER LAINNYA

Ada beberapa pengeluaran diskresioner lainnya yang ditujukan di masa depan.


Contohnya adalah biaya pelatihan, penjualan, dan pengembangan manajerial, serta
perbaikan dan pemeliharaan. Meskipun biaya ini biasanya dibebankan pada
periode terjadinya, tetapi memiliki utilitas masa depan. Sejauh biaya ini
diungkapkan secara terpisah pada laporan laba rugi atau catatan atas laporan
keuangan, analisis harus mengakui dampak biaya ini dalam menilai laba berjalan
dan prospek masa depan.

ANALISIS KUALITAS LABA PADA LAPORAN POSISI KEUANGAN

Konservatisme dalam Aset yang Dilaporkan

Relevansi nilai aset yang dilaporkan adalah terkait (dengan sedikit pengecualian
seperti uang tunai, investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo, dan tanah) dengan
pengakuan akhir mereka sebagai beban yang dilaporkan. Hal ini dapat dinyatakan
sebagai proposisi umum sebagai berikut.

Jika aset dinyatakan terlalu tinggi, maka laba kumulatif dinyatakan terlalu
tinggi.

Pernyataan ini benar karena laba tidak dikenakan biaya yang diperlukan untuk
menurunkan aset ke nilai realisasi. Contohnya mencakup penundaan dalam
mengakui penurunan nilai aset, seperti persediaan yang telah usang atau aset tetap
yang tid produktif, dan penyisihan piutang tidak tertagih yang dinyatakan terlalu
renda Sebaliknya, pernyataan ini juga benar jika aset dinyatakan terlalu rendah,
maka kumulatif dinyatakan terlalu rendah Contohnya adalah kenaikan yang belum
dika pada bisnis yang diakuisisi yang dicatat sebesar harga pembelian aslinya.

Konservatisme dalam provisi dan liabilitas yang dilaporkan

Analisis harus mewaspadai proposisi yang berkaitan dengan nilai provist


(penyisihan dan liabilitas terhadap laba. Secara umum,

Jika provisi dan liabilitas dinyatakan terlalu rendah, maka laba kumulatif
dinyatakan terlalu tinggi.

Pernyataan ini benar karena laba tidak dikenakan biaya yang diperlukan untuk
menaikkan provisi atau liabilitas ke nilai pasarnya. Contohnya adalah provisi
garan produk dan liabilitas lingkungan yang dinyatakan terlalu rendah
menghasilkan labs kumulatif yang dinyatakan terlalu tinggi. Sebaliknya, provisi
pada saat ini dan liabilit atau kerugian masa depan yang terlalu tinggi
menghasilkan laba yang dinyatakan terials rendah (atau kerugian yang dinyatakan
terlalu tinggi).

FAKTOR EKSTERNAL DAN KUALITAS LABA

Kualitas laba dipengaruhi oleh faktor eksternal terhadap perusahaan. Faktor


eksternal ini membuat laba lebih atau kurang andal. Salah satu faktor adalah
kualitas laba luar negeri. Kualitas laba luar negeri dipengaruhi oleh kesulitan dan
ketidakpastian dalam pemulangan kembali (repatriasi) dana, fluktuasi mata uang,
kondisi sosial dan politik, serta adat dan peraturan setempat. Pada negara tertentu,
perusahaan kurang memiliki fleksibilitas dalam menolak tenaga kerja, yang secara
esensial mengubah tenaga kerja ke dalam biaya tetap. Faktor lain yang
memengaruhi kualitas laba adalah peraturan. Misalnya, lingkungan peraturan
menghadapi fasilitas umum memengaruhi kualitas labanya. Lingkungan peraturan
yang tidak simpatik atau berlawanan dapat memengaruhi biaya dan harga
penjualan sehingga mengurangi kualitas laba karena meningkatnya ketidakpastian
keuntungan masa depan. Selain itu, stabilitas dan reliabilitas sumber laba juga
memengaruhi kualitas laba. Pendapatan yang berkaitan dengan pertahanan
pemerintah sangat diandalkan pada saat ketegangan internasional memanas, tetapi
terpengaruh oleh peristiwa politik pada saat aman Tingkat perubahan harga
memengaruhi kualitas laba. Ketika tingkat harga sedang meningkat. "keuntungan
persediaan" atau beban yang dinyatakan terlalu tingg seperti penyusutan akan
menurunkan kualitas laba. Terakhir, karena ketidakpastian yang disebabkan oleh
kompleksitas operasi, laba konglomerasi tertentu akan dianggap memiliki kualitas
yang rendah.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS LABA


 Faktor pertama yang dapat mempengaruhi kualitas laba adalah struktur
modal. Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang
jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu
perusahaan.
 Faktor kedua yang dapat mempengaruhi kualitas laba adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata
total penjualan dan rata-rata total aktiva (Ferry dan Jones dalam
Andriyanti, 2007).
 Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi kualitas laba adalah likuiditas.
Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Current ratio
yang tinggi biasanya dianggap menunjukkan tidak terjadi masalah dalam
likuiditas, sehingga semakin tinggi likuiditas artinya laba yang dihasilkan
suatu perusahaan berkualitas karena manajemen perusahaan tidak perlu
melakukan praktik manajemen laba .
 Faktor keempat, yaitu Return On Asset (ROA) adalah rasio keuangan
perusahaan yang berhubungan dengan aspek Earnings atau Profitabilitas.
ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mengasilkan
laba dan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis akuntansi melibatkan sejumlah tugas yang berbeda, seperti
mengevaluasi risiko akuntansi dan kualitas laba perusahaan, mengestimasi
kekuatan laba, dan membuat penyesuaian yang diperlukan dalam laporan
keuangan agar mencerminkan realitas ekonomi dan dapat membantu analisis
keuangan.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan dua cara: (1) mengubah metode
akuntansi, yang merupakan bentuk manajemen laba yang terlihat, dan (2)
mengubah estimasi dan kebijakan akuntansi yang menentukan angka
akuntansi, yang merupakan bentuk manajemen laba yang tersembunyi.
Hal ini menyebabkan suatu keadaan di mana perusahaan dapat melaporkan
laba yang lebih tinggi dari manajemen laba yang agresif untuk jangka waktu
yang lama.
Motivasi Manajemen Laba Ada beberapa alasan untuk mengelola laba,
termasuk meningkatkan kompensasi manajer yang terikat pada laba yang
dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan melobi untuk memperoleh subsidi
pemerintah.
Laba juga dikelola dengan mengklasifikasikan beban (dan pendapatan) secara
selektif pada bagian-bagian tertentu dari laporan laba rug Bentuk yang paling
umum dari klasifikasi (penggolongan) manajemen laba adalah memindahkan
beban di bawah garis, yang berarti melaporkannya bersamaan dengan pos
tidak biasa dan tidak berulang yang biasanya dianggap kurang penting oleh
analis Manajer berupaya untuk mengklasifikasikan beban pada bagian tidak
berulang dan laporan laba rugi sebagaimana diilustrasikan pada contoh berikut
ini.
Evaluasi Kualitas Laba Kebanyakan analis mendefinisikan kualitas laba
dengan tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan tersebut,
perusahaan dengan kualitas laba yang lebih tinggi diharapkan memiliki rasio
harga terhadap laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki kualitas laba yang lebih rendah.
Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana laba sebuah perusahaan itu dapat
diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan, dan baik bank (memenuhi
syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman pada bank), diantara faktor-faktor
lainnya, kualitas laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang
terjadi akan beragam diantara perusahaan sebagai fungsi dari karakter dasar
bisnis dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukkan
apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam memperkirakan arus kas
atau dapat diramalkan.
Analisis laba sebelumnya menekankan bahwa laba akuntansi bukan jumlah
yang unik, tetapi bergantung pada asumsi yang digunakan dan prinsip yang
diterapkan.
Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih tinggi karena
kecil kemungkinan untuk menilai secara berlebihan harapan kinerja saat ini
dan masa depan dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang
agresif Konservatisme mengurangi kemungkinan laba dinyatakan secara
berlebihan (overstatement) dan perubahan retrospektif.
Contohnya mencakup penundaan dalam mengakui penurunan nilai aset,
seperti persediaan yang telah usang atau aset tetap yang tid produktif, dan
penyisihan piutang tidak tertagih yang dinyatakan terlalu renda Sebaliknya,
pernyataan ini juga benar jika aset dinyatakan terlalu rendah, maka kumulatif
dinyatakan terlalu rendah Contohnya adalah kenaikan yang belum dika pada
bisnis yang diakuisisi yang dicatat sebesar harga pembelian aslinya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca mengenai analisis
akuntansi dan kualitas laba.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai