Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Genetika

PEMBELAHAN SEL : MITOSIS DAN MEIOSIS


Muhammad Khafidz Razaq*, T.A.R. Kusuma, N.B. Andiandari, A.K. Sekartaji, J.
Ong, R.L.Z. Wibowo
Universitas Indonesia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi

September 2023

Abstrak
Mitosis dan meiosis adalah pembelahan yang terjadi di sel hewan dan sel tumbuhan,
pembelahan sel ini termasuk ke dalam siklus sel yang terdiri dari interfase dan fase mitotik.
Mitosis berperan dalam pengandaan sel dan perbaikan sel yang rusak dan mati sedangkan
meiosis berperan dalam pembentukan gamet. Mitosis dan meiosis memiliki empat tahapan
utama dalam pembelahannya yaitu profase, metafase, anafase dan telofase yang membedakan
adalah meiosis membelah dua kali yaitu meiosis I dan meiosis II. Pengamatan untuk mitosis
dilakukan pada akar bawang (Allium sp.) dan ditemukan empat tahap yaitu profase, metafase,
anafase dan telofase, sedangkan pengamatan meiosis dilakuan pada preparat testis Rattus
norvegicus dan ditemukan tubulus seminiferus, lumen dan sel leydig.

Kata kunci: mitosis; meiosis; Allium sp.; Rattus norvegicus.

1. Pendahuluan
Suatu Organisme memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan menghasilkan
keturunan adalah sifat yang paling jelas untuk membedakan makhluk hidup dan tak hidup.
Pembelahan sel adalah salah satu cara makhluk hidup bereproduksi, seperti organisme
uniseluler yaitu amoeba yang melakukan pembelahan dan menggandakan dirinya untuk
membentuk duplikatnya. Pembelahan sel juga dapat berfungsi sebagai perbaikan dan
penggantian sel-sel yang rusak dan mati akibat alami maupun buatan (Urry dkk. 2020: 235).

Genome adalah informasi genetik yang dimiliki oleh DNA yang ada di sel, sel eukariot
memiliki genom yang terdiri dari beberapa molekul DNA. Molekul DNA ini bergabung dengan

*) Kelompok B1
2

protein histon membentuk kromatin (chromatin), dan kromosom terbentuk dari kromatin ini.
Penamaan kromosom karena dapat menyerap zat-zat warna tertentu yang digunakan saat
pengamatan (dari kata Yunani chroma yang berarti warna dan soma yang berarti tubuh). Satu
kromosom terdiri dari satu untai DNA yang sangat panjang yang mengandung ratusan hingga
ribuan gen, yaitu unit-unit yang membawa warisan sifat dari suatu organisme. Protein yang
terkait membantu menstabilkan bentuk kromosom dan pengontrolan gen. Setiap spesies eukariot
mempunyai jumlah kromosom yang berbeda-beda (Urry dkk. 2020: 235).

Mitosis merupakan salah satu bagian dari siklus sel. Fase M atau fase mitotic yang di
dalamnya termasuk mitosis dan juga sitokinesis merupakan fase terpendek yang hanya
mencakup 10% dari siklus sel, nyatanya 90% dari siklus sel merupakan interfase (interphase),
pada fase inilah sel menduplikasi organel dan kromosom yang dimilikinya. Interfase terbagi
menjadi tiga bagian, pertama G1 (first gap atau gap pertama) yang menghabiskan waktu 5-6
jam untuk menduplikasi organel seperti reticulum endoplasma dan mitokondria, fase S ‘sintesis’
yang berlangsung paling lama yaitu 10-12 jam untuk repliksi DNA, dan fase G2 (second gap
atau gap kedua) yang memakan waktu sekitar 4-6 jam untuk pertumbuhan sel dan perisiapan
sebelum melakukan pembelahan. Dengan demikian, sel tumbuh dengan interfase lalu fase
mitotik dan kedua fase ini bertukar-tukar (Urry et al., 2020: 237). Jika sel ingin melewati G1, sel
harus menerima sinyal yang mengindikasikan maju-terus, jika sel menerima sinyal tersebut sel
kemungkinan akan menyelesaikan seluruh siklus sel, tetapi jika tidak menerima sinyal maju-
terus maka sel akan keluar dari siklus sel dan memasuki fase G0, fase G0 adalah ketika sel
berfungsi tetapi tidak melakukan pembelahan seperti sel saraf dan juga sel otot dewasa (Urry
dkk. 2020: 245).

Terdapat dua macam pembelahan sel, ada mitosis dan meiosis, mitosis adalah
pembelahan nukleus yang diikuti pembelahan sel untuk menghasilkan dua sel anakan yang
memiliki jumlah dan tipe kromosom yang sama dengan induk (Hartwell dkk. 2018: 79). Peran
dari pembelahan secara mitosis adalah bertanggung jawab atas dihasilkannya 200 triliun sel
somatik yang ada pada tubuh kita saat ini dan juga memproduksi sel sel baru untuk
menggantikan sel yang sudah rusak dan mati. Mitosis sendiri secara umum terdiri dari lima
tahap : profase (Prophase), prometafase (Prometaphase), metaphase (metaphase), anafase
(anaphase), dan telofase (telophase) (Suryo 2010: 56-57). Dimulai dengan profase, di mana
benang benang-benang kromatin mulai terkondensasi menjadi kromosom berbentuk tetrad dan
dapat di amati di bawah mikroskop cahaya, dna mengalami replikasi maka kromosom juga
terduplikasi menjadi kromatid saudara yang dihubungkan dengan protein kohesin, terbentuknya
gelondong mitotik yang tersusun dari sentrosom, mikrotubulus yang memanjang dari sentrosom
3

dan juga mikrotubus ‘aster’, sentrosom-sentrosom mulai bergerak ke arah yang berlawanan.
Selanjutnya prometafase yang mikrotubulusnya sudah mencapai bagian nukleus atau sudah
lebih panjang, kromosom makin terkondensasi, masing masing dari kedua kromatid mempunyai
kinetokor yaitu struktur protein yang terletak di sentromer. Berikutnya metafase di mana
sentrosom sudah terletak di tempat yang berseberangan, kromosom berjajar di lempeng
metafase, mikrotubulus kinetokor melekat ke kinetokor masing-masing kromatid saudara.
Mengikuti metafase adalah anafase yaitu dimulai dengan protein kohesin yang terpotong lalu
kromatid saudara dapat memisah dan ditarik ke arah yang berlawanan oleh mikrotubulus
kinetokor yang memendek. Terakhir telofase dan sitokinesis di mana dua nukleus anakan dan
selaput nukleus muali terbentuk, kromosom mulai tidak terkondensasi, lalu sitokinesis di sel
hewan membentuk lekukan penyibakan dan di sel tumbuhan membentuk lempeng sel yang
membagi sel menjadi dua (Urry dkk. 2020: 238-239).

Selain mitosis ada satu macam pembelahan lainnya yaitu meiosis, meiosis adalah
pembelahan sel yang diawali dengan replikasi kromosom lalu diikuti dengan dua kali
pembelahan yaitu meiosis 1 dan meiosis 2, kedua pembelahan ini menghasilkan empat sel
anakan yang masing masing mengandung separuh kromosom sel induk. Meiosis berperan dalam
pembentukan gamet, tipe pembelahan ini mengurangi jumlah set kromosom untuk
menyeimbangkan penggandaan yang terjadi saat fertilisasi, pada sel hewan meiosis terjadi di
testis dan ovarium yang mengakibatkan sel sperma dan ovum memiliki jumlah kromosom
haploid (Urry et al., 2020). Fase awal dari meiosis adalah profase I yaitu kromosom
berkondensasi, homolog berpasangan, terjadi crossing over atau pindah silang yaitu pertukaran
antara kromatid-kromatid bukan saudara, saat pindah silang juga terbentuk sinapsis untuk
mengikat antar kromosom homolog agar berdekatan ketika terjadi pindah silang, setiap
kromosom homolog memiliki kiasmata atau tempat terjadinya pindah silang, sentrosom mulai
bergerak ke arah yang berlawanan, pembentukan gelondong dan luruhnya selaput nukleus juga
terjadi di profase I ini. Dilanjutkan dengan metafase I di mana pasangan kromosom homolog
sudah berjajar di lempeng metafase. Selanjutnya Anafase I kedua kromosom homolog bergerak
ke arah yang berlawanan ditarik oleh mikrotubulus kinetokor tetapi kromatid saudara tidak
memisah karena protein kohesin yang ada, jadi yang berpisah hanya kromosom homolog. Lalu
telofase 1 dan sitokinesis terjadi pembelahan sel yang mengandung satu set haploid dan setiap
kromosom memiliki dua kromatid saudara. Setelah meiosis I selesai, mulailah meiosis II di
mana sama dengan mitosis dimulai dengan profase II aparatus gelondong mulai terbentuk dan
kromosom bergerak ke lempeng metafase. Selanjutnya metafase II kromosom sudah berjejer di
lempeng metafase. Dilanjutkan anafase II yang di dalamnya terdapat penguraian protein-protein
yang menyatukan kromatid-kromatid saudara yaitu protein kohesin dan mengakibatkan
4

kromatid saudara memisah ke arah yang berlawanan. Fase terakhir untuk penutup dari meiosis
II adalah telofase II dan sitokinesis di mana nukleus terbentuk kembali dan kromosom mulai
terurai dan pembelahan sel terjadi. Di akhir meiosis terbentuk empat sel anakan yang memiliki
satu set haploid dan berbeda secara genetic dengan induk ataupun sel-sel anakan lainnya (Urry
dkk. 2020: 259-261).

Dari praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana proses mitosis dan
meiosis pada tumbuhan dan sel hewan, dapat juga membedakan proses mitosis pada akar
bawang dan meiosis pada testis Rattus norvegicus, tidak lupa pula kita dapat mengetahui
metode terbaik dalam pengamatan mitosis di akar bawang.

2. Metode
Untuk melakukan praktikum mitosis dan meiosis ini dibutuhkan beberapa alat dan
bahan, dimulai dari mitosis alat yang digunakan adalah mikroskop, kaca objek, cover glass,
pinset, silet, dan bunsen burner, sedangkan untuk bahannya dibutuhkan kertas tisu, akar bawang
(Allium sp.), larutan HCL 1 M dan asetokarmin. Di sisi lain untuk praktikum meiosis pada testis
Rattus norvegicus terdapat alat dan bahan yang diperlukan diantaranya untuk alat ada
mikroskop, kaca objek dan cover glass, sedangkan untuk bahan hanya satu yaitu preparat testis
Rattus norvegicus.

Saat praktikum mitosis pada akar bawang terdapat dua perlakuan yang membedakannya
adalah dalam penggunaan bunsen burner di mana salah satunya ada yang tidak menggunakan
pembakaran dari bunsen burner. Perlakuan pertama dimulai dengan akar bawang dipotong
menggunakan silet dan di potong pada bagian sweet spot yaitu 1-2 mm dari ujung akar, sweet
spot merupakan daerah meristematic yang terdiri atas sel-sel yang aktif membelah. Lalu
tambahkan satu tetes HCL 1 M dan diamkan selama empat menit, lalu keringkan atau hisap
HCL menggunakan kertas tisu. Selanjutnya tambahkan satu tetes asetokarmin, lalu diamkan
selama dua menit dan keringkan dengan menggunakan kertas tisu. Berikutnya tambahkan satu
tetes aquades lalu letakkan cover glass di atas preparate akar. Selanjutnya preparat diberi
perlakuan squashing dengan memberi sedikit tekanan dan mengetuk ngetuk cover glass
menggunakan penghapus atau benda tumpul lainnya.

Perlakuan kedua memiliki langkah langkah yang hampir sama, namun yang
membedakan adalah ditambahkannya fase pembakaran. Dimulai dengan akar bawang dipotong
pada bagian sweet spot. Lalu di tambahkan satu tetes HCL 1 M dan diamkan selama empat
menit lalu keringkan menggunakan kertas tisu. Selanjutnya tambahkan satu tetes asetokarmin
dan diamkan selama dua menit lalu keringkan menggunakan tisu. Berikutnya tambahkan satu
5

tetes aquades lalu tutup preparat menggunakan cover glass. Pada preparat yang sudah siap
diberikan teknik squashing agar preparat siap untuk digunakan.

Setelah semua preparat siap, preparat di letakan di bawah mikroskop untuk di amati dan
dilakukannya dokumentasi.

Praktikum meiosis menggunakn preparat testis Rattus norvegicus yaitu berupa preparat
awetan, proses dimulai dengan preparat Rattus norvegicus ditaruh di bawah mikroskop lalu
dapat dilakukan pengamatan dan pendokumentasian.

3. Hasil dan pembahasan


Hasil yang kami dapatkan dari pengamatan mitosis pada akar bawang dan meiosis pada
testis Rattus norvegicus adalah untuk mitosis, hasil yang didapatkan berupa preparat kurang
jernih karena pada saat squashing kurang maksimal, sedangkan meiosis, hasil yang di dapat
terlihat bagus karena memakai preparat awetan tetapi preparat tersebut sudah lama
mengakibatkan beberapa bagian pada hasil yang didapatkan berwarna putih.

Penelitian pembelahan sel secara mitosis dilakukan pada akar bawang (Allium sp.)
karena pada akar bawang terdapat zona aktif pembelahan atau zona meristematik yang
dinamakan sweet spot, di zona ini sel-sel yang aktif membelah banyak ditemukan, sehingga
fase-fase dari setiap pembelahan sel terlihat jelas dan pengamatan yang dilakukan dapat
dilakukan dengan mudah (Kusumaningrum dkk. 2012: 48).

Pada saat praktikum akar bawang terdapat HCL dan asetokarmin yang digunakan,
bahan-bahan tersebut memiliki fungsi masing masing di mana HCL berfungsi dalam pelunakan
dinding sel yang menyebabkan asetokarmin dapat memasuki sel tumbuhan, asetokarmin ini
berfungsi untuk pewarnaan kromosom agar kromosom dapat diamati dengan mudah pada fase-
fase pembelahan, adapun teknik squashing atau penekanan dapat bermanfaat dalam kemudaham
penelitian akar bawang karena jaringan akar dapat tersebar merata dan terlihat jelas di bawah
pengamatan mikroskop (http://people.bridgewater.edu.2010: 1).
6

Keterangan gambar: (a) profase, (b) metafase, (c) anafase, (d) telofase.

Gambar 1. Sampel 1 preparat akar bawang (Allium sp.)

[Sumber: Dokumentasi kelompok B1]

Gambar 2. Sampel 2 preparat akar bawang (Allium sp.)

[Sumber: Dokumentasi kelompok B1]

Hasil dari pengamatan yang dilakukan, kami mendapat hasil berupa beberapa fase dari
mitosis diantaranya profase, metafase, anafase dan telofase. Jika dibandingkan dengan gambar-
gambar yang ada di letiratur, hasil dari pengamatan kami memiliki gambar yang cenderung
buram atau kurang jelas karena preparat kurang merata saat diberikan penekanan atau
squashing. Metode yang terbaik dalam praktikum ini adalah dengan diberikan perlakuan
tambahan berupa fase pembakaran menggunakan bunsen burner, karena hasil yang didapatkan
lebih jernih dan mudah diamati.
7

Proses meiosis terdapat pada sel kelamin contohnya spermatogenesis pada testis Rattus
norvegicus. Pada pengamatan meiosis digunakan testis dari Rattus norvegicus karena testis ini
memiliki struktur yang sama dengan testis dari manusia, kesamaan ini disebabkan oleh
kekerabatan yang dekat antara manusia dan Rattus norvegicus yang di mana dua duanya
mamalia, oleh karena itu pengamatan dapat dilakukan dengan testis Rattus norvegicus.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa testis Rattus norvegicus memiliki tiga bagian yaitu sel
leydig yang berfungsi dalam memproduksi hormon testosteron, tubulus seminifirus yaitu tempat
terjadinya spermatogenesis dan terakhir ada lumen tempat penampungan sperma yang telah
matang. Proses spermatogenesis diawali dengan pembelahan mitosis dari spermatogonium
menjadi spermatosit primer, spermatosit primer mengalami meiosis I menjadi spermatosit
sekunder dan spermatosit sekunder mengalami meiosis II menjadi spermatid, terakhir spermatid
mengalami pematangan menjadi spermatozoa. Jika dibandingkan dengan literatur maka semua
bagian memiliki bentuk dan posisi sama yang terlihat jelas di bawah pengamtan mikroskop
(Urry dkk. 2020: 1028).

Perbandingan perbedaan dari kedua pengamatan mitosis dan meiois yang dilakukan
adalah tempat dan jumlah pembelahan yang dilakukan, tempat dari mitosis berada di sel
somatik untuk pengamtan ini terdapat pada ujung akar bawang sedangkan tempat dari meiosis
terdapat pada sel gamet, dari pengamatan ini testis Rattus norvegicus. Mengikuti dari hal
tersebut jumlah pembelahan yang terdapat pada mitosis akar bawang hanya satu kali sedangkan
meiosis testis Rattus norvegicus dua kali pembelahan yaitu meiosis I dan meiosis II.
8

Keterangan gambar: (a) tubulus seminifirus, (b) lumen, (c) sel leydig.

Gambar 2. Sampel 1 preparat testis Rattus norvegicus

[Sumber: Dokumentasi kelompok B1]

4. Kesimpulan
1) Proses pembelahan sel secara mitosis dan meiosis memiliki fase yang sama yaitu
profase, metafase, anafase dan telofase, yang membedakan adalah meiosis melakukan
pembelahan dua kali yaitu meiosis I dan meiosis II. Anakan yang dihasilkan oleh
mitosis berjumlah dua dan indentik dengan induk sedangkan meiosis memiliki empat
anakan yang tidak identic dengan induk.
2) Pengamatan pada akar bawang (Allium sp.) terdapat pembelahan sel secara mitosis yang
di mana pada tahap sitokinesis sel tumbuhan membentuk cell plate yaitu dinding sel
yang terbentuk dari dalam ke luar untuk memisahkan dua sel anakan.
3) Pada testis Rattus norvegicus terdapat spermatogenesis yang menggunakan pembelahan
sel secara meiosis di mana pada tahap sitokinesisnya sel hewan membentuk cleaveage
furrow atau lekukan penyibakan yang dimulai dari luar ke dalam.
4) Metode yang terbaik dalam melakukan pengamatan pada akar bawang adalah dengan
menggunakan bunsen burner untuk pengeringan preparate, hasil yang didapatkan lebih
jelas dan mudah diamati.
5. Daftar Pusaka

Bridgewater college.2010. Step by step instructions for staining and studying plant
9

chromosomes. 1 hlm. http://people.bridgewater.edu/~lhill/chromtechnique.htm#Formulas,


diakses 10 September 2023, pk. 16.00 WIB.
Hartwell, L., Goldberg, M. L., Fischer, J. A., Hood, L. E., & Aquadro, C. F. 2018. Genetics:
From Genes to Genomes. McGraw-Hill Education. 917 hlm.
Kusumaningrum, H. P., Lunggani, A. T., & Nurhakim, M. A. 2012. Chromosomes and Mitotic
Cell Division Phase In Onion Roots After 24 Hours Acetoorcein Soaking Time. Bioma :
Berkala Ilmiah Biologi, 14(2): 46-48.
Suryo.2010. Genetika manusia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta: xvi + 523 hlm.

Urry, L. A., Cain, M. L., Minorsky, P. V., Wasserman, S. A., & Orr, R. B. 2020. Biologi 12th
Edition. In Biology. xivi + 1287 hlm.

Anda mungkin juga menyukai