Anda di halaman 1dari 4

Dahulu kala, di istana kerajaan Pakuan, ada dua orang gadis cantik jelita yang sehari-hari

selalu rukun dan akur. Mereka adalah putri Endahwarni, calon pewaris tahta kerajaan Pakuan
dan Anteh, dayang pribadi putri Endahwarni. Anteh adalah anak dari Nyai Dadap, seorang
dayang kesayangan permaisuri. Ia meninggal saat melahirkan Anteh. Oleh karena itu, Anteh
kemudian dibesarkan bersama putri Endahwardani yang saat itu masih bayi.

Sampai keduanya beranjak dewasa, putri Endahwarni dan Anteh semakin akrab walaupun
memiliki status yang berbeda. Sang Putri sudah menganggap Anteh sebagai adik sendiri.
Namun demikian di dalam hatinya ada rasa cemburu karena Anteh memiliki wajah yang lebih
cantik dari dirinya.

Alkisah pada suatu hari, Ratu memanggil Putri Endahwarni dan berpesan bahwa kelak dirinya
akan mewarisi tahta kerajaan Pakuan dari ayahnya. Tapi syaratnya Putri Endahwarni harus
sudah punya pendamping hidup. Karena itu Putri akan dijodohkan dengan pangeran
Anantakesuma, putra adipati dari Kadipaten Wetan. Ratu juga memberi tugas kepada Anteh
untuk melayani segala kebutuhan Putri Endahwarni. Keputusan sang ibunda itu tentu saja
membuat hati Putri Endahwarni menjadi resah gelisah. Hatinya menjadi was-was. Ada
kekhawatiran dalam dirinya kalau-kalau Pangeran Anantakesuma tidak mencintai dirinya.
Begitu juga sebaliknya, belum tentu dia bisa mencintai sang Pangeran yang akan dijodohkan
dengan dirinya itu.

***

Di suatu pagi ceria, Anteh bersenandung ria di taman bunga istana sembari mengumpulkan
bunga-bunga yang akan digunakan untuk menghias sanggul Putri Endahwarni. Suaranya yang
merdu terdengar sampai keluar tembok istana. Pada saat itu ada seorang pemuda gagah dan
tampan sedang melintas di balik tembok istana. Tak lain dia adalah Pangeran Anantakesuma.
Dia terpesona dan tertarik untuk mengetahui siapakah sang pemilik suara merdu itu. Dengan
kesaktiannya, ia melompati tembok istana kemudian bersembunyi di balik pohon. Tampak
olehnya seorang gadis cantik sedang memetik bunga. Hatinya bergetar, api asamara langsung
membakar isi dada. Maka muncullah rasa cintanya kepada gadis pemetik bunga itu. Ia berpikir
dan mengira, apakah gadis di hadapannya ini adalah Putri Endahwarni?
Anteh terkejut ketika menyadari ada seorang pemuda yang tak dikenalnya berada di taman
istana Pakuan.

“Siapakah tuan? Mengapa tuan ada di taman istana?

“Saya Pangeran Anantakesuma, putra Adipadi Kadipaten Wetan. Apakah kamu ini Putri
Endahwarni?”

Anantakusuma mengira kalau gadis di hadapannya itu adalah putri Endahwarni. Dengan agak
gemetar karena takut, Anteh menjawab: “Bukan. Saya Anteh, dayang putri Endahwarni,”
kemudian berlari masuk ke dalam istana. Pangeran Anantakusuma merasa kecewa karena
gadis yang telah membuat hatinya tersandung cinta itu ternyata hanya seorang dayang, bukan
putri Endahwarni.

Beberapa hari kemudian, Adipati Kadipaten Wetan datang bersama anaknya, Anantakusuma,
untuk melamar putri Endahwarni secara resmi. Raja dan Ratu menjamu tamunya dengan
sukacita. Putri Endahwarni juga tampak senang ketika melihat calon suaminya ternyata sangat
gagah dan tampan. Lain halnya dengan Anantakusuma yang terlihat tidak semangat. Dia
kecewa karena ternyata bukan gadis impiannya yang akan dinikahinya.

Saat perjamuan tiba. Anteh dan beberapa dayang istana lainnya masuk ke ruangan dengan
membawa nampan berisi minuman dan hidangan.Pangeran Anantakusuma tersentak kaget
ketika melihat Anteh, sang gadis yang dicintainya kini ada di hadapannya. Cara Pangeran
Anantakusuma memandang Anteh tidak luput dari perhatian putri Endahwarni. Hatinya
langsung terbakar api cemburu. Mengertilah ia kalau Pangeran Anantakusuma, calon suaminya
sudah jatuh cinta kepada Anteh, bukan kepada dirinya. Saat itu juga ia sangat marah kepada
Anteh.

Setelah perjamuan selesai dan putri kembali ke kamarnya, Anteh dipanggil agar segera
menghadap untuk menemui putri Endahwarni. Di dalam kamar, putri Endahwarni langsung
menumpahkan kemarahannya kepada Anteh yang tentu saja membuat Anteh kebingungan.
Putri menganggap Anteh sudah mengkhianatinya, karena telah membuat Pangeran
Anantakusuma berpaling darinya. Anteh pun diusir keluar dari istana. Karena tak punya pilihan
lain, Anteh kemudia mengemasi barang-barangnya, lalu pergi meninggalkan istana melalui
pintu belakang. Dengan hati sedih, Anteh pergi meinggalkan istana tanpa menoleh sedikitpun
juga. Istana Pakuan adalah rumahnya sejak ia lahir hingga dewasa. Dan sekarang, satu-
satunya tempat yang bisa ia datangi adalah kampung halaman ibunya. Maka iapun berjalan
dengan langkah gontai menuju kampung halaman ibunya, Nyai Dadap.

Tiba di kampung halaman ibunya hari sudah malam. Anteh kemudian bertanya-tanya kepada
penduduk yang ia temui, di mana rumah keluarga Nyai Dadap. Seorang penduduk berbaik hati
mengantarkan Anteh ke rumah adik Nyai Dadap yang bernama Waru. Mengetahui kalau putri
kakaknya tiba, paman Waru sangat senang. Paman Waru mempersilahkan Anteh untuk tinggal
di rumahnya. Sejak saat itu Anteh tinggal di rumah pamannya. Paman Waru sangat
menyayangi Anteh seperti menyayangi anaknya sendiri. Untuk membantu pamannya, Anteh
menerima pesanan menjahit baju. Mula-mula Anteh menjahitkan baju-baju tetangga, karena
hasil jahitannya bagus, orang-orang dari desa yang jauh pun ikut menjahitkan baju mereka
kepada Anteh. Sehingga ia dan keluarga pamannya bisa hidup cukup dari hasilnya menjahit.

Seiring jalannya waktu, tahun demi tahun telah berlalu. Anteh kini sudah bersuami dan memiliki
dua orang anak. Pada suatu hari di depan rumahnya ada sebuah Kereta Kencana berhenti, dan
banyak sekali pengawal yang menunggang kuda. Begitu pemilik Kereta Kencana itu
melongokkan kepalanya keluar, Anteh menjerit. Ternyata itu adalah putri Endahwarni. Sang
Putri turun dari kereta dan langsung menangis memeluk Anteh.

Putri Endahwarni meminta maaf karena telah mengusir Anteh. Ia meminta Anteh untuk kembali
tinggal di istana dengan membawa serta keluarganya. Akhirnya Anteh dan keluarganya pindah
ke istana. Putri Endahwarni telah membuatkan sebuah rumah di pinggir taman untuk mereka
tinggal.

Kembalinya Anteh ke istana membuatnya mau tidak mau bertemu kembali dengan Pangeran
Anantakusuma yang saat itu telah menjadi suami Putri Endahwarni. Pangeran Anantakusuma
ternyata tidak pernah melupakan gadis impiannya. Kembalinya Anteh ke istana Pakuan
membuat cintanya yang selama ini terpendam menjadi mekar kembali. Namun menyadari kalau
dirinya sudah menjadi seorang suami, ia mencoba untuk menahan diri dari sengatan cinta
lamanya. Mulanya, Pangeran Anantakusuma mencoba bertahan untuk tidak memperdulikan
kehadiran Anteh. Namun semakin ditahan, semakin api asmara dalam dada semakin
menggelora sengatannya.

Pada suatu malam ketika terang purnama, Pangeran Anantakusuma nekat pergi ke taman
istana, dengan harapan bisa bertemu dengan Anteh. Benar saja, pucuk dicita ulam tiba.
Dilihatnya Anteh sedang berada di beranda rumahnya, sedang bercanda dengan Candramawa,
kucing kesayangannya sambil menikmati indahnya sinar bulan purnama. Walau kini sudah
berumur, namun di mata Pangeran Anantakusuma, Anteh masih secantik dulu saat pertama
mereka pertama kali bertemu. Perlahan-lahan didekatinya Anteh.

Melihat kedatangan Pangeran Anantakusuma, Anteh menjadi was-was, ketakutan, dan


berusaha untuk melarikan diri. Namun pangeran Anantakusuma mengejarnya. Anteh berdoa
kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk dapat melepaskan diri dari gangguan Pangeran
Anantakusuma. Tiba-tiba Anteh merasa ada kekuatan yang menarik tubuhnya ke atas. Dia
melihat ke atas dan dilihatnya sinar bulan menyelimutinya dan menariknya.

Walaupun memiliki kesaktian yang tinggi, namun Pangeran Anantakusuma tidak bisa berbuat
apa-apa ketika ia melihat Anteh terbang menuju ke bulan, semakin lama semakin tinggi dan
akhirnya hilang bersama sinar bulan yang tertutup awan.

Sejak saat itu Nyai Anteh tinggal di bulan bersama Candramawa, kucing kesayangannya. Anteh
tidak berani kembali ke bumi karena takut pangeran Anantakusuma akan mengejarnya. Namun
rasa rindunya kepada keluarga membuat Anteh ingin pulang. Anteh lalu menenun kain untuk
dijadikan tangga pulang, turun ke bumi. Tapi sayang, Candramawa kucing kesayangannya
selalu merusak tenunannya. Akibatnya hingga kini Anteh tinggal di bulan dan tidak pernah
kembali lagi ke bumi.

***

Anda mungkin juga menyukai