Anda di halaman 1dari 4

nama : muhammad najib alhanif

kelas : xii mipa 5


ulangan harian

1.Jelaskan mengapa manusia itu harus menikah? Uraikan alasanmu secara Syari’at Islam,
biologis, sosiologis, dan psikologis!
jawab :Manusia menikah memiliki beragam alasan yang bisa dilihat dari berbagai
perspektif, termasuk Syari'at Islam, biologis, sosiologis, dan psikologis:

1. Perspektif Syari'at Islam: Menurut Islam, pernikahan adalah bagian dari sunnah dan
sunatullah (sunnah Allah). Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai cara untuk
menjaga kehormatan, melanjutkan keturunan, serta memenuhi fitrah manusia untuk
mencapai kedamaian dan keseimbangan dalam hidup. Ini juga memberikan dasar
hukum bagi hubungan seksual yang sah.

2. Perspektif Biologis: Dari sudut pandang biologis, manusia adalah makhluk sosial yang
secara alami cenderung berpasangan. Pernikahan memberikan kerangka yang stabil
untuk perkembangan anak-anak, serta memungkinkan perawatan dan dukungan dalam
membesarkan keturunan. Ini juga membantu dalam pemeliharaan keturunan dan
kelangsungan spesies.

3. Perspektif Sosiologis: Dalam masyarakat, pernikahan memiliki peran penting dalam


membentuk struktur sosial. Ini menciptakan keluarga sebagai unit dasar, yang
merupakan fondasi bagi masyarakat yang lebih luas. Pernikahan juga dapat membantu
dalam pembagian kerja dan tanggung jawab dalam masyarakat.

4. Perspektif Psikologis: Secara psikologis, pernikahan bisa memberikan rasa keaman dan
emosional dan dukungan sosial. Pasangan dalam pernikahan dapat saling mendukung
dalam mengatasi tekanan hidup dan mengejar kebahagiaan bersama. Ini juga bisa
memberikan rasa pencapaian dan tujuan hidup yang lebih besar.

2.Menurut Anda, mengapa belakangan ini banyak sekali istri menuntut cerai pada
suaminya? Bagaimana pula cara menjatuhkan talak? Jelaskan!
jawab :Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa beberapa istri mungkin
memilih untuk mengajukan permohonan cerai pada suami mereka. Beberapa faktor ini
dapat mencakup:
1. Perubahan Sosial dan Budaya: Perubahan dalam budaya dan nilai-nilai sosial dapat
memengaruhi persepsi perempuan tentang hak dan pilihan dalam pernikahan. Wanita
mungkin lebih cenderung mencari perceraian jika mereka merasa hak dan kemandirian
mereka telah meningkat.

2. Ketidakcocokan atau Konflik: Konflik yang berlarut-larut atau ketidakcocokan dalam


hubungan pernikahan dapat memicu permohonan cerai. Konflik yang tidak dapat diatasi
dapat menyebabkan ketidakbahagiaan yang signifikan di antara pasangan.

3. Kekerasan dalam Rumah Tangga: Kekerasan fisik, emosional, atau psikologis dalam
rumah tangga dapat menjadi alasan serius bagi istri untuk mengajukan permohonan
cerai demi keselamatan dan kesejahteraan mereka.

4. Kehendak Bebas: Semakin banyak perempuan yang merasa memiliki hak untuk
membuat pilihan tentang hidup mereka sendiri, termasuk hak untuk memilih mengakhiri
pernikahan jika mereka merasa itu adalah keputusan yang terbaik bagi mereka.

Untuk menjatuhkan talak dalam Islam, berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui:

1. Talak adalah Hak Pria: Dalam Islam, hak menjatuhkan talak berada pada suami. Suami
dapat memberikan talak kepada istri dengan mengucapkan kata "talak" secara tegas,
biasanya dalam tiga percakapan terpisah dengan jeda waktu tunggu tertentu.

2. Tiga Jenis Talak: Ada tiga jenis talak yang berbeda dalam Islam. Talak yang pertama
dan kedua dapat dicabut jika suami dan istri ingin berbaikan. Namun, talak yang ketiga
adalah yang paling final dan biasanya memerlukan pernikahan baru jika suami dan istri
ingin bersatu kembali.

3. Prosedur Formal: Dalam beberapa yurisdiksi Islam, prosedur formal dan syarat hukum
tertentu mungkin berlaku untuk menjatuhkan talak. Konsultasikan dengan otoritas
agama atau hukum Islam yang berwenang untuk memahami prosedur yang berlaku di
daerah Anda.

3.Mengapa istri yang diceraikan suaminya harus menjalani masa iddah? Jelaskan disertai
dengan macam-macam iddah dan lamanya masing-masing!
jawab.:Masa iddah adalah periode penantian yang harus dijalani oleh seorang wanita
setelah diceraikan oleh suaminya dalam Islam. Tujuan dari masa iddah adalah
melindungi hak-hak perempuan, memastikan status kehamilan teridentifikasi dengan
jelas, dan memberikan waktu bagi perempuan yang diceraikan untuk merenungkan
kondisinya serta memungkinkan rekonsiliasi jika itu diinginkan oleh kedua belah pihak.
Ada beberapa jenis masa iddah dengan lamanya masing-masing:

1. Iddah Setelah Talak Biasa (Talak Raj'i): Ini adalah masa iddah yang harus dijalani oleh
seorang wanita setelah suaminya memberikan talak pertama atau kedua. Lamanya
adalah tiga bulan atau tiga siklus haid, tergantung pada mana yang lebih lama. Selama
masa ini, istri tetap tinggal di rumah suaminya dan mereka masih dianggap suami-istri.

2. iddah Setelah Talak yang Ketiga (Talak Ba'in): Ini adalah masa iddah yang harus
dijalani setelah suami memberikan talak yang ketiga. Lamanya adalah tiga bulan atau
tiga siklus haid, sama seperti talak biasa. Namun, perbedaannya adalah bahwa setelah
talak yang ketiga, pernikahan dianggap benar-benar berakhir, dan suami dan istri tidak
dapat menikah kembali kecuali jika istri menikah dengan suami lain, menceraikannya,
dan menjalani masa iddah penuh dengan suami yang baru.

3. Iddah Setelah Kematian Suami: Ketika seorang wanita ditinggal mati oleh suaminya,
dia harus menjalani masa iddah selama empat bulan dan sepuluh hari. Tujuan iddah
dalam kasus ini adalah untuk memastikan tidak adanya kehamilan, dan jika ada, untuk
menentukan keturunan suami yang telah meninggal.

4. Iddah Bagi Wanita yang Belum Menikah atau yang Belum Dicampuri: Ini adalah masa
iddah yang harus dijalani oleh wanita yang belum pernah menikah atau yang belum
pernah dicampuri oleh suaminya. Lamanya adalah tiga bulan atau tiga siklus haid,
seperti talak biasa.

4.Bagaimana terjadinya pergaulan bebas dan zina kalau dihubungkan dengan konteks
lain serta dampaknya, seperti: a. Pernikahan Dini b. Status anak yang nanti terlahir (wali
nikah dan waris) c. Married by Accident (MBA) d. Pengguguran kandungan e. Kawin lari
f. Pputus sekolah
jawab :Pergaulan bebas dan zina dapat terjadi dalam berbagai konteks yang berbeda
dan memiliki dampak yang signifikan, termasuk terhadap:

a. Pernikahan Dini: Pergaulan bebas dan zina dapat memicu pernikahan dini. Terlibat
dalam hubungan seksual di luar pernikahan bisa mengakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan, yang mungkin mendorong pasangan untuk menikah secara dini agar anak
mereka lahir dalam lingkungan yang sah. Pernikahan dini ini bisa berdampak pada
kesejahteraan anak dan keluarga, serta pendidikan dan perkembangan emosional
pasangan yang masih muda.

b. Status Anak yang Nanti Terlahir (Wali Nikah dan Waris): Anak yang lahir dari zina
mungkin memiliki status hukum yang kompleks, terutama dalam hukum Islam. Mereka
mungkin tidak memiliki wali nikah yang sah, yang dapat memengaruhi hak warisan dan
hak-hak mereka dalam masyarakat.

c. Married by Accident (MBA): Istilah "Married by Accident" (MBA) digunakan untuk


menggambarkan pernikahan yang terjadi karena adanya kehamilan di luar nikah.
Pernikahan semacam ini mungkin terjadi karena tekanan sosial atau moral, bukan
karena cinta sejati antara pasangan. Ini dapat menghasilkan hubungan pernikahan yang
tidak stabil dan bahkan perceraian.

d. Pengguguran Kandungan: Zina dan kehamilan di luar nikah sering kali terkait dengan
pengguguran kandungan ilegal, yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan
fisik dan mental perempuan serta memiliki konsekuensi hukum di banyak negara.
Pengguguran yang tidak aman dapat mengancam nyawa perempuan.

e. Kawin Lari: Terkadang, pasangan yang terlibat dalam zina atau pergaulan bebas
mungkin memutuskan untuk melarikan diri dan menikah secara diam-diam tanpa izin
keluarga atau otoritas agama. Ini dapat menghasilkan masalah hukum dan sosial yang
rumit, serta meningkatkan risiko pernikahan yang tidak stabil.

f. Putus Sekolah: Pergaulan bebas dan zina dapat mengganggu pendidikan remaja dan
muda. Ketika remaja terlibat dalam hubungan seksual di luar nikah, mereka mungkin
terpaksa untuk meninggalkan sekolah karena berbagai alasan, termasuk stigma sosial
dan tanggung jawab yang lebih besar akibat kehamilan atau pernikahan dini.

Dalam banyak kasus, pendekatan yang lebih baik adalah pendidikan seks yang
komprehensif, dukungan sosial, dan akses kepada layanan kesehatan reproduksi untuk
membantu remaja dan dewasa muda membuat keputusan yang lebih bijak terkait
seksualitas mereka.

Anda mungkin juga menyukai