**Pendahuluan**
Perkembangan di era digital membawa dampak signifikan pada kehidupan masyarakat. Meskipun
teknologi memberikan kemudahan akses informasi, terdapat dua sisi, baik dan buruk. Era digital
menciptakan keterbukaan informasi tanpa batasan, namun, dampaknya tidak terhindarkan, terutama
terkait dengan moral dan norma masyarakat. Pertumbuhan teknologi memudahkan interaksi dan
komunikasi, tetapi juga memunculkan tantangan terhadap moralitas dan norma sosial.
Kemajuan teknologi seringkali diiringi oleh penyimpangan nilai, norma, aturan, dan moral. Digitalisasi
merusak batas sikap sopan dan moralitas, membuat perilaku yang dahulu dianggap tabu menjadi
terbiasa. Degradasi moral dapat terlihat dari penyimpangan nilai sosial, termasuk kejahatan,
tawuran, penggunaan obat-obatan terlarang, dan perubahan dalam norma agama.
Degradasi moral merupakan penurunan perilaku individu akibat kurangnya kesadaran diri terhadap
norma sosial. Dalam era digital, fenomena ini semakin merajalela, terutama dengan tersebarnya
pandangan duniawi tanpa spiritualitas, penekanan pada kesuksesan materiil, dan pengaruh budaya
global.
Menurut Thomas Lickona, terdapat sepuluh indikator degradasi moral, seperti kejahatan, curang,
mencuri, tidak taat peraturan, dan lainnya. Faktor-faktor global, seperti pandangan duniawi dan
kesuksesan materiil, juga turut menyumbang terhadap degradasi moral.
Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa degradasi moral remaja dan gerakan sosial berbasis
agama menjadi perhatian khusus. Penelitian ini menggunakan metode SLR (systematic literature
review) dengan tahapan identifikasi, penyaringan, kelayakan, dan inklusi artikel dari berbagai sumber
seperti Google Scholar dan Sinta.
**Dampak Era Digital Terhadap Moral Masyarakat**
Era digital memberikan dampak positif, seperti kemudahan akses informasi, namun juga dampak
negatif, seperti degradasi moral. Banyak kalangan, dari remaja hingga pejabat publik, terpengaruh
oleh digitalisasi. Tokoh agama, public figure, dan pejabat publik pun tidak luput dari degradasi moral.
Media sosial menjadi platform yang memengaruhi citra public figure. Kebesaran dan keburukan
public figure tercermin dalam pandangan masyarakat. Degradasi moral yang ditunjukkan oleh public
figure tidak hanya merugikan citra mereka sendiri, tetapi juga dapat mempengaruhi penggemar
untuk meniru perilaku negatif.
Pendidikan di era digital tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga melibatkan pengaruh media
teknologi. Anak-anak cenderung meniru perilaku yang mereka saksikan, dan dengan mudahnya akses
informasi, peran pendidikan di sekolah dan di rumah menjadi krusial.
Indonesia, sebagai negara mayoritas beragama Islam, menghadapi penyimpangan norma agama
terutama terkait dengan pornografi dan LGBT. Sosok tokoh agama yang melakukan penyimpangan
terhadap norma agama menunjukkan bahwa degradasi moral telah merasuki lapisan masyarakat
yang seharusnya menjadi penjaga nilai-nilai agama.
Perubahan batas kesopanan dan moralitas terjadi dalam masyarakat. Terlambat sekolah, melanggar
aturan, tawuran, dan ancaman terhadap guru adalah contoh penyimpangan etika kesopanan yang
semakin merebak di tengah kemajuan teknologi.
**Kesimpulan**
Era digital membawa dampak kompleks terhadap moral masyarakat. Degradasi moral terjadi di
semua lapisan, mulai dari remaja hingga tokoh agama. Studi ini menunjukkan perlunya peran agama,
pendidikan, dan keluarga dalam mencegah dan mengatasi degradasi moral di era digital. Upaya
bersama dari berbagai sektor diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih bermoral di
tengah arus digitalisasi.