Anda di halaman 1dari 10

RESUME

DASAR-DASAR PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA


KARAKTER DAN WATAK DALAM OLAHRAGA

Dosen Pengampu:

Drs. Jonni, M.Pd

Ibnu Andli Marta, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

AQSAL ILHAM SAPUTULLAH (22086168)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS
NEGERI PADANG 2023
i
4
KARAKTER DAN WATAK DALAM OLAHRAGA

A.Karakter
1. Pengertian karakter
Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran penting dan andil besar dalam
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional yang menunjang pendidikan
karakter bangsa. Pendidikan jasmani disajikan di sekolah yang memiliki tujuan kognitif,
psikomotor, dan afektif. Aktivitas fisik (jasmani) akan berhasil apabila dilakukan
berdasarkan prinsip yang benar, memiliki isi, strategi yang tepat, dan dilakukan evaluasi
secara tepat. Pembentukan karakter berada pada tahap asosiasi; peserta didik diberi
kesempatan untuk melakukan kegiatan fisik sebanyak mungkin melalui permainan dan
olahraga, sehingga karakternya akan terbentuk. Karakter merupakan sebuah konsep dari
moral, yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas
olahraga, antara lain: rasa terharu (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif
(sport-personship), integritas (integrity) (Weinberg & Gould, 2003:527). Pendidikan
jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di
dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa? Paling tidak fokusnya pada
keterampilan anak. Dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, berpikir dan
memecahkan masalah, bisa juga emosional dan sosial.
2. Tujuan
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik atau buruk, memelihara apa
yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati (Kemdiknas, 2010). Nilai-nilai karakter yang tercantun dalam, semangat, percaya diri,
disiplin, kerja keras, keberanian, estetika, pantang menyerah, tanggung jawab, mengikuti
aturan kebersihan dan keselamatan. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan,
pelaksanaan, dan kebiasaan. Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang
yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan
5
tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. .

6
3. Pendidikan Karakter dalam Olahraga
Menurut Avis (2003), pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang sengaja
dilakukan untuk memelihara nilai-nilai universal yang melintasi batas ras, agama, sosial,
dan budaya, serta merupakan usaha untuk menciptakan suatu komunitas yang ditandai
dengan kualitas, seperti tanggungjawab, keadilan, empati, dan disiplin diri. Nilai-nilai
karakter dalam olahraga meliputi nilai sosial dan moral. Nilai-nilai karakter sosial
termasuk loyalitas, dedikasi, pengorbanan, dan kerjasama tim, sedangkan nilai- nilai
moral yaitu kejujuran, keadilan, sportivitas, kebenaran, dan tanggungjawab (Beller, 2002).
Karena olahraga mampu membantu perkembangan nilai-nilai sosial, maka perkembangan
karakter melalui olahraga seharusnya mampu membantu atlet belajar untuk
mempertimbangkan nilai-nilai sosial dan moral dan kemudian bertindak berdasarkan
nilai-nilai moral tersebut. Pengembangan karakter moral adalah kombinasi proses
pembelajaran sepanjang kehidupan, baik formal maupun informal dengan tiga dimensi,
yaitu mengetahui, menilai, dan mengerjakan hal yang benar, dengan hasil menjadi
karakter moral. Proses informal pengembangan karakter moral sangat dipengaruhi
lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan luar seperti televisi, media,
film, dan lain-lain. Mulanya individu-individu belajar dari keluarga, tradisi, teman,
kelompok agama. Saat mereka memasuki dunia olahraga, mereka cenderung dipengaruhi
oleh nilai-nilai dan perbuatan teman-teman sepermainan. Norma, nilai, dan praktik sosial
secara umum dan di dalam olahraga juga membentuk lingkungan tersebut sebagaimana
yang dilakukan oleh media melalui TV, film, dan media cetak.
B. Watak
1. Pengertian Watak
Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat
tetap sehingga menjadi “tanda” khusus untuk membedakan antara satu orang dengan
orang lainnya. Dalam bahasa Yunani, Charasein (karakter) berarti mengukir corak yang
tetap dan tidak terhapuskan. Sedangkan Barnadib (1988) mengartikan watak dalam arti
psikologis dan etis, yaitu menunjukkan sifat memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji,
dan dapat dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral. Pembangunan
karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.
Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar.
Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang
kukuh-kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya,
mempunyai kehormatan diri. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

7
Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Strategi Pembentukan Karakter/Watak
Untuk menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter
yang idealis. Menurut Anifral Hendri (2008), ada beberapa strategi dalam pembentukan
karakter, antara lain:
1. Keteladanan; Memiliki Integritas Tinggi serta Memiliki Kompetensi:
Pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
2. Pembiasaan.
3. Penanaman kedisiplinan.
4. Menciptakan suasana yang konduksif.
5. Integrasi dan internalisasi.

Watak dalam olahraga merujuk pada sifat dan karakteristik yang penting untuk
menjadi seorang atlet yang sukses. Beberapa watak yang umumnya dihargai dalam
olahraga meliputi:
1. Disiplin: Kemampuan untuk menjalani jadwal latihan yang konsisten dan
mengikuti aturan.
2. Keterampilan Teknis: Keahlian dalam menjalankan teknik-teknik khusus dalam
olahraga tertentu.
3. Ketahanan: Kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang sulit dan tidak menyerah.
4. Semangat Persaingan: Keinginan untuk bersaing dan mencapai yang terbaik, tanpa
takut kalah.
5. Kerjasama Tim: Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim, berkomunikasi, dan
mendukung rekan satu tim.
6. Fokus Mental: Kemampuan untuk tetap fokus dan menjaga ketenangan dalam tekanan.
7. Kesabaran: Kemampuan untuk menghadapi kegagalan atau cedera, dan tetap berusaha
untuk memperbaiki diri.
8. Etika: Bermain dengan fair play, menghormati lawan, dan mengikuti aturan olahraga.
9. Kepemimpinan: Kemampuan untuk memotivasi dan memimpin tim.
10. Kemandirian: Kemampuan untuk berlatih dan mempersiapkan diri sendiri.
11. Watak-watak ini dapat sangat berkontribusi pada kesuksesan seorang atlet dalam
olahraga mereka.

Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan


karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:
1. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder).
Peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa. Hal ini
tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari
generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat
sekaligus upaya kolektif untuk menginternalisasikannya.
2. Sebagai pemberdaya karakter (character enabler).

8
9
1
0

Anda mungkin juga menyukai