Anda di halaman 1dari 20

KEPRIBADIAN (PERSONALITY) DALAM BEROLAHRAGA

Dosen Pengampu: Irfandi, M.Or

Disusun oleh Kelompok I:


1. Arisnandi (1811040054)
2. Dedi Suherman (1811040055)
3. Hidayatul Mahfud (1811040043)
4. Safwan (1811040042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang telah kami
susun sedemikian rupa ini dengan judul “Kepribadian (Personality) dalam Berolahraga”.

Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam Nabi
besar Muhammad saw. yang mana beliau telah mengubah pola pikir manusia dari alam
kejahilan menuju kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi
setiap pembaca terkhusus kepada kami sendiri.

Banda Aceh, 04 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II................................................................................................................................. 3

A. Definisi Kepribadian dan Sikap............................................................................ 3

B. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian dan Sikap ............................................... 5

C. Struktur Kepribadian ............................................................................................ 7

D. Hubungan Kepribadian dan Sikap dalam Olahraga ............................................. 8

E. Peranan Olahraga terhadap Kepribadian .............................................................. 10

F. Pengaruh Kepribadian terhadap Prestasi Atlet...................................................... 12

BAB III................................................................................................................................ 16

A. Kesimpulan............................................................................................................ 16

B. Saran...................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tujuan utama dari ilmu olahraga dan aktifitas fisik adalah untuk memperoleh sebuah
pemahaman tentang perilaku. Sejak kepribadian merupakan sebuah abstraksi atau konstruksi
hipotesis dari atau tentang perilaku (Martens,1975 di dalam buku Foundations of Sport And
Exercise Psychology, edition karangan Weinberg), maka tidaklah mengejutkan bila secara
historis kepribadian merupakan salah satu isu yang paling populer dan secara luas dibahas dalam
psikologi olahraga.

Pendidikan olahraga selama ini banyak dipandang sebelah mata, ternyata banyak nilai
perilaku yang secara riil dapat diwujudkan apabila direncanakan secara sistematis. Dalam
kehidupan sehari-hari olahraga sering disikapi sebagai media hiburan, pengisi waktu luang,
senam, rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan meningkatkan derajat kesehatan. Secara fisik olahraga
memang terbukti dapat mengurangi risiko terserang penyakit, meningkatkan kebugaran,
memperkuat tulang, mengatur berat badan, dan mengembangkan keterampilan. Akan tetapi nilai-
nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu pembentukan karakter
dan kepribadian masih kurang disadari/diperhatikan. Hal ini dapat dijumpai dengan maraknya
kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, terjadinya degradasi lingkungan, radikalisme atas
nama puritanisme dan otensitas agama. Moral karakter berhubungan erat dengan perilaku dan
nilai-nilai yang dapat didefinisikan sebagai sikap yang konsisten untuk merespons situasi melalui
ciri-ciri seperti kebaikan hati, kejujuran, sportivitas, tanggung jawab, dan penghargaan kepada
orang lain yang masih kurang, nilai-nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan
psikologi, yaitu pembentukan karakter dan kepribadian, masih kurang disadari dan ditanamkan. 

Kepribadian, sosialisasi, dan pendidikan kesehatan, serta kewarganegaraan hakikatnya


adalah agenda penting yang seharusnya ada dalam proses pendidikan. Sebab, dalam perspektif
sejarah sudah sejak lama pendidikan jasmani dan olahraga dijadikan andalan sebagai wahana
yang efektif untuk pembentukan watak, karakter, dan kepribadian. Bahkan pembentukan sifat
kepemimpinan seseorang dapat dicapai juga melalui media ini (pendidikan). Untuk itu kajian
olahraga secara potensial dan aktual dapat menjadi rujukan yang efektif bagi pembentukan watak

1
kepribadian dan karakter masyarakat. Di samping itu juga dapat sebagai wahana pengembangan
kualitas SDM yang sehat, mandiri/mampu bekerjasama, bertanggung jawab dan memiliki sifat
kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan
kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara profesional akan mampu mengangkat
martabat bangsa dalam percaturan internasional.

Di dalam olahraga dikenal adanya istilah fair play. Dalam kaidah tersebut terkandung
makna bahwa setiap penyelenggaraan olahraga harus dijiwai oleh semangat kejujuran dan
tunduk pada tata aturan, baik yang tersurat maupun tersirat. Setiap pertandingan harus
menjunjung tinggi sportivitas, menghormati keputusan wasit/juri, serta menghargai lawan, baik
saat bertanding maupun di luar arena pertandingan. Kemenangan dalam suatu pertandingan,
meski penting, tetapi ada yang lebih penting lagi, yaitu menampilkan keterampilan terbaik
dengan semangat persahabatan. Lawan bertanding sejatinya adalah juga kawan bermain.
Tidaklah diragukan bahwa pendidikan olahraga adalah wahana yang sangat ampuh bagi
persemaian karakter dan kepribadian anak bangsa apabila dikembangkan secara sistematis
sekaligus merupakan topik yang menarik untuk di bahas dalam tugas makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian kepribadian dan sikap
2. Apa saja faktor pembentuk kepribadian dan sikap
3. Seperti apa struktur kepribadian
4. Bagaimanakah hubungan kepribadian dan sikap dalam olahraga
5. Apa saja peranan olahraga terhadap kepribadian
6. Bagaimanakah pengaruh kepribadian terhadap prestasi atlet

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepribadian dan Sikap

Setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan karakteristik yang diperoleh
dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya, individu tidak dapat dipisahkan dari
kepribadianya karena manusia dengan segala potensi dan tingkah lakunya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Individu berbuat dan bertindak sebagian besar dilakukan secara sadar.
Kepribadian dibentuk dan berkembang selama hidup. Perkembangan kepribadian selalu dinamis,
tidak statis, dan tidak pernah berhenti, serta perubahan-perubahanya bisa terjadi selama hayat.

Kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan. Karakteristik


bawaan, baik yang bersifat biologis maupun psikologis, dimilki sejak lahir. Apa yang dipikirkan,
dikerjakan atau dirasakan seseorang atau merupakan hasil perpaduan antara faktor-faktor
psikologis yang diwariskan dan pengaruh sekitarnya.

1. Pengertian Kepribadian

Definisi kepribadian (personality) yang dipaparkan oleh beberapa ahli yang lain dalam buku
karangan Wrahatnala, Bondet (2009):

a. M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.

b. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah
laku atau tindakan seseorang.

c. Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.

3
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara
sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat
khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang yang mencakup pola-pola pemikiran dan
perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan
umum.

2. Pengertian Sikap

Definisi sikap menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a. Soetarno (1994)
Menurut Soetarno, sikap yaitu sebuah pandangan atau perasaan yang diikuti oleh
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu, kembali lagi Soetarno membawa
obyek sebagai hal utama untuk pengertian sikap.

b. Syamsudin (1997)
Pengertian sikap yang dikemukakan menurut Syamsudin (1997) adalah tingkah laku atau
gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam interaksinya dengan lingkungan sosial.
Interaksi tersebut terdapat proses saling merepon, saling mempengaruhi serta saling
menyesuiakan diri dengan lingkungan sosial.

c. La Pierre (2003)
La Pierre yang dikuti dalam buku Azwar tahun 2003. Mengemukakan pendapat bahwa sikap
adalah suatu pola atau perilaku tendensi ataupun kesiapan untuk seseoran agar bisa
menyesuaikan diri atau mungkin disebut sebagai adaptasi. Dimana adaptasi itu bisa dilakukan
dengan cara rumit ataupun sederhana. Sikap juga bentuk respon dari stimulan sosial yang
sudah terkondisikan.

Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa
sikap adalah kesediaan untuk merespon  secara konstan denan cara positif atau negatif
terhadap objek atau situasi tertentu.

4
B. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian dan sikap

Menurut F.G. Robbins, ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar,
lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.
 
1. Sifat Dasar

Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan
ibunya. Sifat dasar tersebut terbentuk pada saat konsepsi, yaitu saat terjadi pembuahan benih.
Sifat dasar yang masih merupakan potensi-potensi juga dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. telur yang telah
dibuahi tersebut berkembang menjadi embrio dalam lingkungan prenatal. Pada periode
prenatal ini, individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu. Pengaruh-
pengaruh tersebut, antara lain sebagai berikut:

 Struktur tubuh ibu (daerah panggul) merupakan kondisi yang memengaruhi pertumbuhan
bayi dalam kandungan.
 Beberapa jenis penyakit, seperti halnya kanker, diabetes, hepatitis, dan aids yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan.
 Gangguan endokrin yang dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan anak.
 Shock pada saat melahirkan dapat memengaruhi kondisi yang menyebabkan berbagai
kelainan, seperti cerebral, palsy, dan lemah pikiran.

3. Perbedaan Individual atau Perorangan


Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi.
Sejak dilahirkan oleh ibunya, anak akan tumbuh dan berkernbang sebagai individu yang unik,
serta berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan-
perbedaan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna mata, rambut, bentuk badan, serta ciri
personal dan sosial.

5
4. Lingkungan

Situasi dan kondisi di sekitar individu yang memengaruhi proses sosialisasi dapat
dibedakan atas lingkungan alam, lingkungan kebudayaan, serta lingkungan sosial.

 Lingkungan alam meliputi keadaan iklim, tanah, flora, fauna, dan sumber daya di sekitar
individu.
 Lingkungan kebudayaan meliputi cara hidup masarakat ym tempat individu itu hidup.
Kebudayaan ini mepunyai aspek materiil (rumah, perlengkapan hidup, dan hasil-hasil
teknologi lainnya) dan aspek nonmateriil (nilai-nilai pandangan hidup dan adat istiadat).
 Lingkungan sosial adalah pengaruh manusia lain dan masyarakat di sekitarnya dan dapat
membatasi proses sosialisasi serta memberi stimulasi terhadap perkembangannya.
 Kondisi lingkungan tersebut memang tidak menentukan secara mutlak, tetapi membatasi
dan  sosialis memengaruhi proses asi manusia. Selain itu, kita juga menolak kebenaran
determinisme geografi dan determninisme ekonomi mengenai peranan kondisi geografi
dan ekonomis terhadap proses sosialisasi individu.

5. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkannya


untuk berbuat sesuatu dibedakan menjadi dua yakni dorongan dan kebutuhan.
 
a. Dorongan
Dorongan adalah keadaan tidak seimbang dalam diri individu karena pengaruh dari
dalam dan luar dirinya. Dorongan itu memengaruhi dan mengarahkan perbuatan individu
dalam mencapai adaptasi atau keseimbangan. Pada diri individu terdapat dorongan makan,
minum, dan menghindarkan diri dari bahaya yang mengancamnya.

b. Kebutuhan
Kebutuhan adalah dorongan yang telah ditentukan secara personal, sosial, dan kultural.
Kebutuhan-kebutuhan manusia yang penting, antara lain:

6
 kebutuhan bebas dari rasa takut
 kebutuhan bebas dari rasa bersalah
 kebutuhan untuk bersama dengan orang lain
 kebutuhan untuk berprestasi
 kebutuhan akan afeksi
 kebutuhan untuk turut serta mengambil keputusan mengenai persoalan-persoalan yang
menyangkut dirinya, kebutuhan akan kepastian ekonomis
 kebutuhan akan terintegrasinya sikap, keyakinan, dan nilai-nilai. 
 Melalui proses aksi, reaksi, dan interaksi maka kelima faktor yang menjadi dasar
kepribadian manusia akan memengaruhi proses sosialisasi.

C. Struktur Kepribadian

Personality dibagi menjadi tiga tingkatan terpisah, namun saling berhubungan sebagai
berikut.
1. Inti (psychological core).

Struktur paling dalam yang mempresentasikan personality sebagai sifat internal yang
konsisten menggambarkan citra diri sebenarnya, termasuk konsep tentang dirinya sendiri
(self-concept), meliputi sikap-sikap dasar (basic attitudes), nilai-nilai (values), minat
(interest), dan motif (motives).

2. Respons yang khas (typical responses).

Struktur lapisan kedua yang menggambarkan aspek personality individu dalam


menanggapi lingkungan.
3. Tingkah laku yang berhubungan dengan peran (role-releated behavior).

Struktur kepribadian yang paling luar yang menggambarkan aspek kepribadian individu
yang paling supervisial untuk mengadaptasi persepsi dengan lingkungan pada saat itu.

7
D. Hubungan Kepribadian dan Sikap dalam Olahraga

Terdapat banyak pendapat mengenai hubungan antara olahraga dan kepribadian seorang
atlet. Atlet dianggap sebagai individu yang kompetitif dan agresif sesuai dengan hakikat olahraga
itu sendiri. Akan tetapi, hal ini belum tentu sesuai dengan tingkah laku atlet tersebut pada
interaksinya sehari-hari. Oleh karena itu, pengaruh olahraga terhadap ciri kepribadian seorang
atlet masih diperdebatkan.

Sekalipun demikian, jelas bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh
khusus terhadap kepribadian seseorang. Berolahraga secara teratur dapat mengakibatkan efek-
efek psikologis tertentu seperti perasaan nyaman dan segar (wellness). Hal ini secara tidak
langsung tentu berpengaruh terhadap tingkah lakunya sehari-hari, termasuk caranya berinteraksi
dan menampilkan diri dalam kehidupan keluarga ataupun masyarakat.

Sebagai contoh, penderita diabetes dan pasien dengan gangguan fungsi jantung sering
kali diberikan nasihat oleh dokter atau ahli medis untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik
(physical exercise) secara teratur. Kegiatan fisik ini dapat berupa jalan pagi atau jogging secara
teratur, atau latihan-latihan fisik dengan peralatan stasioner yang dapat dilakukan di rumah.
Latihan fisik semacam ini tidak terbatas bagi para penderita penyakit tertentu saja, namun juga
bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kebugarannya.

Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai


dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis.
Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga,
seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri
terhadap lingkungan sosialnya.

Bidang yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan olahraga dikenal sebagai
Sport Personology. Seperti telah disinggung di atas, pengaruh timbal balik antara kepribadian
dan prestasi seorang atlet dalam bidang olahraga yang ditekuninya, memunculkan banyak
perdebatan atau pendapat di antara para psikolog olahraga. Pendapat-pendapat tersebut terbagi
menjadi 3 golongan besar.

8
1. Olahraga tertentu memiliki banyak kaitan dengan kepribadian.

Golongan pertama adalah yang menganggap bahwa suatu olahraga tertentu memiliki
banyak kaitan dengan kepribadian. Misalnya, dalam suatu pertandingan basket, seorang
pemain merasa terlalu percaya diri atau over confidence, sehingga cenderung untuk
memaksakan diri memasukkan bola ke ring dibandingkan dengan meneruskan kepada
rekannya. Atau, dalam suatu pertandingan sepakbola, seorang pemain lebih percaya untuk
memberikan bola kepada seorang rekan tertentu yang ia senangi, serta enggan untuk
memberikan bola kepada rekan yang tidak ia senangi atau percayai. Kecenderungan yang
dilakukan oleh pemain basket ataupun sepakbola tersebut akan mempengaruhi penampilannya
masing-masing.

Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa ciri kepribadian atau gambaran umum kepribadian
seseorang, banyak mempengaruhi penampilannya dalam berolahraga, sekaligus juga
mempengaruhi prestasinya. Uraian ini menekankan bahwa terdapat ciri atau karakter khusus
yang membedakan suatu cabang olahraga dengan cabang olahraga lainnya. Jika kita telah
memahami hal ini, maka tampak bahwa prestasi atlet dalam suatu cabang olahraga tertentu,
banyak dipengaruhi oleh ciri pribadi atlet yang bersangkutan. Keadaan menjadi lebih rumit
apabila olahraga tersebut adalah olahraga perseorangan seperti bulutangkis, tenis meja,
ataupun tinju. Oleh karena itu, psikologi olahraga mengulas mengenai aspek kepribadian atlet
yang positif maupun negatif, sehubungan dengan upaya untuk meningkatkan prestasinya.

2. Olahraga yang tidak terlalu mementingkan aspek-aspek kepribadian

Selanjutnya, terdapat golongan kedua yang menganggap bahwa pada beberapa cabang
olahraga, pengaruh dari aspek-aspek kepribadian dan gambaran kepribadian atlet tidak terlalu
berpengaruh terhadap prestasinya. Misalnya pada cabang atletik. Kecuali dibutuhkan adanya
suatu ketangguhan mental (mental toughness), prestasi dari seorang pelari jarak pendek atau
pelari jarak menengah tidak banyak dipengaruhi oleh aspekaspek kepribadian yang ia miliki
seperti introvert atau ekstrovert. Demikian pula pada pelompat tinggi, pelompat jauh,
pelompat galah, pelempar lembing, maupun pelempar peluru, di mana pengaruh aspek
kepribadian tidak terlampau terlihat.

9
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penerapan dasar-dasar psikologi
olahraga untuk meningkatkan motivasi berprestasi seperti latihan-konsentrasi atau latihan
visualisasi. Hal ini tentunya dapat dilakukan baik oleh atlet sendiri, maupun dibimbing atau
diarahkan oleh pelatihnya. Seorang pelatih hendaknya menggunakan asas-asas psikologi
dalam kegiatannya menghadapi atau mendampingi atlet.

3. Kepribadian terhadap atlet dalam olahraga bersifat moderat

Golongan ketiga adalah pendapat yang mengatakan bahwa pengaruh kepribadian


terhadap penampilan seorang atlet dalam olahraga bersifat moderat. Artinya, pengaruh
tersebut tetap ada, namun tidak terlalu dominan. Aspek atau gambaran kepribadian dan
seorang atlet memiliki pengaruh terhadap prestasinya, namun pengaruh tersebut tidak besar
dan bukan merupakan faktor yang menentukan.

Contohnya adalah seorang atlet sepakbola yang penampilannya di lapangan ditandai oleh
penguasaan teknik bersepakbola yang luar biasa. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh bakat
yang baik, sehingga keterampilan tekniknya pun menjadi luar biasa baiknya. Dengan kata
lain, dominasi kemantapan berprestasi atau keberhasilan seseorang dalam berolahraga,
diakibatkan oleh kemampuan dasar dan bakat yang ia miliki, jauh lebih dominan daripada
kepribadiannya. Meskipun demikian, kemauan untuk bekerja sama dan membentuk suatu
regu yang kompak, solid, terpadu, dipengaruhi pula oleh pribadi-pribadi dengan
kepribadiannya.

E. Peranan Olahraga terhadap Kepribadian

Olahraga mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak mudah
menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama, mengerti akan
adanya aturan, berani mengambil keputusan. Pendek kata,olahraga akan membentuk manusia
dengan kepribadian yang sehat.
Olahraga juga membina manusia menuju kesempurnaan seperti tercermin dalam motto.
Citius, Altius, Fortius yang telah diakui dunia sebagai Gerakan Olympiade (Olympic Movement).
Citius, sesungguhnya tidak hanya diartikan sebagai lebih cepat atau tercepat, seperti terekam
pada prestasi seorang atlet dalam berlari. Namun makna sesungguhnya menunjukkan kualitas

10
mental seseorang yang mampu mengambil keputusan lebih cepat atau lebih cerdas. Makna
altius,bukan dalam pengertian lebih tinggi atau tertinggi mencapai prestasi, misalnya lompat
tinggi atau lompat galah dalam atletik, namun merujuk pada moral yang lebih luhur atau mulia.
           
Beberapa hasil riset terkait dengan pengaruh aktivitas olahraga terhadap beberapa
dimensi psikologis. Hasil tersebut menyebutkan bahwa olahraga mempunyai peranan terhadap
sikap dan kepribadian seseorang. Adapun peranan yang dimaksud antara lain:

1. Olahraga dan Konsep Diri (Self-concept)

Kebanyakan studi menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara keterlibatan
dalam olahraga dengan perkembangan identitas remaja (Biddle, Salis,&Cavill,1998). Mereka
yang terlibat aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan tingkat kepercayaan diri (self-
confidence) yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak terlibat. Ketika para remaja
terlibat dalam olahraga kompetitif, ternyata mereka juga menunjukkan konsep diri yang lebih
positif dibanding mereka yang tidak terlibat dalam olahraga kompetitif (Brettscneider &
Klimek,1998, Richartz & Brettscneider,1996). Konsep diri yang tampak positif tampak tidak
hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga sosial dan yang lebih surprise adalah pengaruhnya pada
perkembangan intelektual.

2. Kemampuan Mengatasi Stress (coping with stress)

Sebagaimana dimaklumi bahwa kehidupan remaja sangat rentan terhadap persoalan-


persoalan psiko sosial, seperti godaan terhadap obat-obat terlarang, minuman keras, pergaulan
bebas, dan penyakit sosial linya. Hasil studi membuktikan bahwa remaja yang terlibat dalam
aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu mengatasi stressor dari lingkunganya
(Brinkhoff,1998).

3. Penyimpangan tingkah laku Remaja

Hasil studi Biddle, Sallis. & cavvill (1998) menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam
olahraga penyimpangan tingkah lakunya lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak
berpartisipasi dalam olahraga. Meskipun demikian dalam studi tersebut juga dikemukakan

11
bahwa diantara beberapa cabang olahraga, mereka yang terjun dalam sepak bola kasus
penggunaan obat-obat terlarang lebih tinggi dibandingkan cabang olahraga yang lain.

.
4. Integrasi Sosial

Umumnya anak-anak dan remaja yang tidak terlalu betah tinggal di institusi-institusi
sosial seperti rumah, sekolah, tetangga dan tempat ibadah. Sebagian besar waktunya
dicurahkan bersama teman dan kelompoknya, sehingga terkesan eksklusif. Kegiatan olahraga
memberikan kesempatan yang baik bagi para remaja, baik pria dan waniita untuk terintegrasi
dalam jaringan sosial dan mengembangkan kepercayaan sosial (social confidence). Studi yang
dilakukan Brettscneider (1999) menunjukkan bahwa remaja umumnya membutuhkan
interaksi dengan yang lain dan membutuhkan dukungan sosial, tidak saja dari kelompoknya
melainkan juga dari kelompok yang lain.

F. Pengaruh Sikap dan Kepribadian terhadap Prestasi Atlet

Prestasi atlet sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan sikap atlet itu sendiri. Aldermen
(1974) mengemukakan bahwa traits merupakan sifat kecenderungan yang khusus, sehingga
menunjukan kecenderungan tabiat (watak) untuk bertindak dan berkelakuan dengan cara
tertentu. Sekalipun demikian, jelas bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh
khusus terhadap kepribadian seseorang. Berolahraga secara teratur ri dalam kehidupan keluarga
ataupun masyarakat.

Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai


dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis.
Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga,
seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri
terhadap lingkungan sosialnya.

Urusan energi dan emosi begitu signifikan dampaknya bagi prestasi dan penampilan sang
atlet, sementara kita tidak bisa mensterilkan atlet dari masalah yang datang dan pergi dalam
kehidupannya. Namun jika ditelaah, rupanya menurut Nasution (2007) ada beberapa faktor yang
menentukan mudah tidaknya seorang atlet terpengaruh oleh masalah.

12
Adapun beberapa pengaruh tersebut antara lain:

1. Berpikir positif

Bisa atau tidaknya seorang atlet berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di
lapangan. Kemampuan menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta orang yang
dihadapi adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering terdengar bahwa pemain A
atau B tidak terduga bisa memenangkan pertandingan padahal targetnya adalah berusaha main
sebaik mungkin. Alasannya, karena lawannya bagus dan pertandingan ini jadi moment
penting untuk meng up grade¬ kualitas diri dan permainannya.

Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain yang membuat dirinya tidak terbebani ambisi.
Pikiran rileks dan focus pada permainan berkualitas akhirnya mempengaruhi sikap atlet
tersebut saat bertanding dimana ia jadi berhati-hati dan cermat dalam proses, dan tidak grasah
grusuh ingin cepat-cepat mencetak skor. Jadi, pikiran positif bisa menggerakkan motivasi
yang tepat, sehingga mengeluarkan besaran energi dan tekanan yang tepat untuk
menghasilkan tindakan konstruktif. Dampaknya bisa beragam, bisa kerja sama yang baik,
performance yang optimum, atau pun kemenangan.

2. Motivasi

Tingkat motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau
kurang termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang. Kalau highly motivated, maka daya
juangnya juga tinggi. Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya
daya juang sang atlet pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus.
Contoh, makin besar hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya, makin
kecil usahanya.

Yang paling baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi
iming-iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih
dia sudah secara konsisten dan persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak
pada keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses latihan, bukan
hanya saat bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh, namun selama motivasi

13
internalnya kuat, atlet tersebut mampu untuk sementara waktu menyingkirkan beban emosi
yang dirasa memperberat gerakannya.

3. Sasaran yang jelas

Mengetahui sejauh mana dan setinggi apa sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi
tingkat daya juang, usaha dan kualitas tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa
melemahkan motivasi. Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas siapa
musuhnya, sasarannya, medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya, waktunya, akan
membuat sang atlet kebingungan dan energi nya juga tidak fokus, strategi nya pun tidak
spesifik dan standar kualitas nya jadi tidak bisa ditentukan, bisa terlalu rendah bisa juga
terlalu tinggi. Dalam keadaan membingungkan seperti ini, atlet jadi sangat rentan terhadap
masalah.

4. Pengendalian emosi

Ketidakmampuan mengendalikan emosi bisa mengganggu konsentrasi dan keseimbangan


fisiologis. Pengendalian emosi tidak bisa muncul dalam semalam, karena sudah menjadi
bagian dari kepribadian atlet. Hal ini bukan berarti tak bisa dirubah, namun perlu proses untuk
mengembangkan kemampuan mengelola emosi dengan proporsional. Jadi, kalau atlet tersebut
masih punya masalah dalam pengendalian emosi, maka dia lebih mudah terstimulasi oleh
berbagai masalah apapun bentuknya, entah itu kelakuan penonton / supporter, sikap pelatih,
tindakan teman-temannya, dsb.

5. Daya tahan terhadap stress

Jika tingkat stres berada di atas ambang kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya
maka akan mengakibatkan prestasi atlet menurun, namun jika tingkat stres berada dibawah
ambang maka atlet tidak akan termotivasi untuk berprestasi. Jika tingkat stres berada pada
level toleransi kemampuannya maka atlet akan mampu berprestasi.

14
6. Rasa percaya diri

Kurangnya rasa percaya diri akan mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet.
Masalah yang muncul saat berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa percaya
dirinya, meski sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika masalah yang dihadapi
berkaitan dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya kurang baik,
kurang sempurna, maka sorakan penonton bisa dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya,
meskipun pada kenyataannya atlet tersebut tergolong berprestasi. Maka dari itu pelatih harus
bisa memberikan masukan-masukan, motivasi atau pelatihan terhadap atlet agar atlet memiliki
mental yang kuat.

7. Daya konsentrasi

Atlet yang punya kemampuan konsentrasi tinggi, cenderung mampu mempertahankan


performance meski ada gangguan, interupsi atau masalah. Kalau daya konsetrasi atlet rendah,
maka ia mudah melakukan kesalahan jikalau terjadi interupsi baik saat latihan maupun
pertandingan.

8. Kemampuan evaluasi diri

Kemampuan evaluasi ini juga diperlukan untuk melihat hubungan antara masalah dengan
performance-nya. Tanpa kemampuan untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak dalam
masalah dan kesalahan yang berulang.

9. Minat

Jika si atlet memang memiliki minat yang tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya
maka ia akan melakukan olahraga tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai beban.

10. Kecerdasan (emosional dan intelektual)

Kecerdasan emosional dan intelektual merupakan elemen yang dapat memproduksi


kemampuan berpikir logis, obyektif, rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang
bijak atas peristiwa apapun yang dialami atau siapapun yang dihadapi.

15
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai


dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis.
Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga,
seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri
terhadap lingkungan sosialnya karna mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa
sportivitas, tidak mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja
sama, mengerti akan adanya aturan, berani mengambil keputusan.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa olahraga mampu membentuk kepribadian
dan sikap sesorang, melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap
kepribadian seseorang.

B. Saran

Dalam berolahraga haruslah selalu ditanamkan jiwa sportivitas, bertanggung jawab, nilai-


nilai kejujuran. keuletan, semangat baja, dan pantang menyerah ,karan,olahraga merupakan salah
satu alternatif yang dapat digunakan sebagai alat pembentukan karakter manusia, agar menjadi
pribadi yang lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-kepribadian-dan-faktor-pembentuknya.html
Alderman. 1974. Psychological Behavior in Sport. W.B. sanders, company, philadelphia
http://dosenpsikologi.com/pengertian-sikap-menurut-para-ahli
http://berachunk-amrank.blogspot.co.id/2012/10/psikologi-kepribadian-sikap-dan-mental_3.html

17

Anda mungkin juga menyukai