KELOMPOK OLAHRAGA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Olahraga Dalam Pembentukan Watak
Manusia Dan Kelompok Olahraga” tepat waktu. Makalah olahraga dalam pembentukan
watak manusia dan kelompok olahraga disusun guna memenuhi tugas sosiologi
olahraga .Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.. Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar isi
Kata pengantar...................................................................................................................2
Daftar isi............................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................6
D. Manfaat..................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Pengertian Karakter atau Watak...............................................................................7
B. Karakter dalam Olahraga..........................................................................................8
C. Semangat olahraga sejati.........................................................................................10
A. Pengertian Kelompok Olahraga..............................................................................13
b. syarat-syarat kelompok............................................................................................22
C. Tujuan kelompok olahraga......................................................................................27
BAB III PENUTUP........................................................................................................37
kesimpulan...................................................................................................................37
Daftar pustaka..................................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah
ini adalah:
1. Apa pengertian karakter atau watak?
2. Apa yang dimaksud kelompok Olahraga?
3. Bagaimana hubungan antara olahraga dan pembinaan karakter atau watak manusia ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan bahwa olahraga
ternyata memiliki peranan dan manfaat yang sangat besar dalam hubungannya dengan
pembinaan karakter dan watak serta untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sepupu.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan wawasan/pengetahuan tambahan tentang hubungan olahraga
dan pembinaan karakter atau watak, sehingga diharapkan para mahasiswa dapat lebih
berperan aktif dalam mengembangkan olahraga di Indonesia khususnya terkait tujuan
untuk pembinaan karakter atau watak.
2. Bagi Masyarakat/pembaca
Dapat dijadikan masukan dan motivasi agar masyarakat lebih aktif berpartisipasi
dalam membentuk karakter generasi muda yang lebih baik melalui kegiatan olahraga
yang positif.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu, oleh karena itu apabila pengetahuan mengenai karakter
seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut
akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Karakter didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi
pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandapat disebut dengan
kebiasaan. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena di
dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya dan
merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan
yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya.
Program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal,
maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam dan hasil dari perilaku tersebut
membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila program tersebut tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan
dan menghasilkan penderitaan.
Dari hal di atas dapat di kaji bahwa pikiran harus mendapatkan perhatian serius,
dengan memahami cara kerja pikiran, seseorang akan memahami bahwa pengendalian
pikiran menjadi sangat penting. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan pikiran
ke arah kebaikan, maka seseorang juga akan mudah mendapatkan apa yang
diinginkannya, yaitu kebahagiaan. Sebaliknya, jika pikiran seseorang lepas kendali
sehingga terfokus kepada keburukan dan kejahatan, maka akan terus mendapatkan
penderitaan-penderitaan yang disadari maupun tidak. Semakin banyak informasi yang
diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka
semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Setiap
individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self-image),
dan kebiasaan (habit) yang unik. Apabila sistem kepercayaannya benar dan selaras,
karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan
semakin membahagiakan. Sebaliknya, apabila sistem kepercayaannya tidak selaras,
karakternya tidak baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi
banyak permasalahan dan penderitaan.
contoh cita-cita fair play diidentifikasi oleh Komisi: (a) menghormati aturan, (b)
menghormati pejabat dan keputusan mereka, (c) menghormati lawan , (d)
menyediakan semua individu dengan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi,
dan (e) mempertahankan kontrol diri setiap saat, (Gibbons, dkk, 1995: p. 247).
Sebagai konsep moral, suatu gagasan, fair play berisi penghargaan terhadap lawan
serta harga diri.Dalam kaitan inilah, antara kedua belah pihak harus
memandang lawannya sebagai mitra.Lawan adalah kawan bermain.Keseluruhan
upaya dan perjuangan itu dilaksanakan dengan bertumpu pada standart moral
yang dihayati masing-masing kedua belah pihak. Definisi Kepercayaan Doyle, dkk
(2012) menyatakan bahwa kepercayaan menggambarkan informasi hubungan yang
simetris antara yang dipercaya dan yang mempercayai. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa karakter kepercayaan adalah suatu nilai atau karakter yang
dimiliki oleh seseorang dimana seseorang tersebut dapat diakui dan diyakini
akan melakukan sesuatu yang benar dan nyata
.Pentingnya karakter kepercayaan terhadap kesuksesan dalam segala hal telah
diungkapkan oleh Ko dkk (2014) dalam penentuan keputusan dalam pemberian
dana organisasi olahraga faktor penentuanya adalah kepercayaan dan komitmen.
Seseorang yang memiliki karakter kepercayaan yang baik tentunya akan
melakukan sesuatu seperti yang seharusnya mungkin bukan seperti yang
diharapkan oleh orang lain. Contoh orang yang memiliki karakter
kepercayaan yang baik, ketika dalam suatu pertandingan sepakbola seorang
wasit diminta untuk memenangkan salah satu tim melalui cara yang curang,
maka wasit tersebut menolak untuk melakukannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Frogozo (2006) yang meneliti pengaruh olahraga terhadap pembangunan
karakter dalam pendidikan karakter pada sampel kelas 6 sampai 8 dengan
treatmen 13 minggu program olahraga sepakbola menemukan hasil terjadi
perubahan karakter terjadap sifat
Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti
pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi. Karakter
kepercayaan juga harus mengimbangi fair play, kepercayaan guru terhadap
siswanya dalam suatu tugas untuk siswa mengerjakannya maka akan menimbulkan
rasa tanggung jawab yang besar pada diri siswa tersebut. Siswa yang
bertanggung jawab serta sportif maka akan mendapatkan kepercayaan penuh
ketika melakukan suatu hal. Hubungan fair play dan kepercayaan sangat erat
hubungannya, seorang pendidik hendaknya lebih menekankan sifat fair play dan
kepercayaan kepada siswanya mulai sedini mungkin.
Secara universal dunia olahraga mengenal dua jalur pencapaian prestasi, yaitu
amatir dan profesional. Keduanya bagai dua sisi mata uang, berbeda namun saling
melekat. Apa yang membedakan keduanya? Secara harfiah istilah keduanya mempenyai
arti yang sangat berbeda. Arti kata amatir berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan bukan untuk memperoleh
nafkah. Sementara, profesional adalah suatu hal yang bersangkutan dengan profesi dan
mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Definisi tersebut sejalan dengan batasan yang diatur oleh UU No 3 tahun Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Pada pasal 1 UU itu dijelaskan
olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran
berolahraga. Sementara, olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk
memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain.
Batasan Kualifikasi
Dalam dunia olah raga, batasan amatir dan profesional sempat menjadi batu
ganjalan, khususnya dalam pelaksanaan olimpiade. Awalnya, olimpiade hanya
diperuntukan untuk atlet amatir yang tidak mencari nafkah melalui kemahiran olahraga.
Akibat friksi pandangan mengenai batasan amatir dan profesional ini, cabang olahraga
tenis sempat didepak dari olimpiade mulai tahun 1928. Namun, akhirnya diterima
kembali menjadi cabang olimpiade secara resmi pada Olimpiade Seoul 1988.
Hal yang sama juga terjadi pada olahraga golf. R&A Rules Limited dan The
United States Golf Association menetapkan aturan status atlet amatir dan profesional
dengan sangat ketat. Atlet golf amatir tidak diperkenankan menerima hadiah dalam
bentuk keuntungan finansial.
Batasan pelaku olahraga kedua jenjang ini juga telah diatur secara jelas dan tegas. Pasal
55 UU SKN menegaskan, setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional setelah
memenuhi persyaratan:
Pengaturan ini dilakukan secara jelas untuk melindungi setiap olahragawan profesional.
Sehingga, dalam melaksanakan profesinya, olahragawan profesional harus membuat
perjanjian berupa kontrak kerja. Tujuannya agar haknya terkait masalah pendapatan,
kesehatan, manajemen, pelatihan dan hukum yang layak dapat dilindungi. Sementara
itu, Alih status olahragawan amatir menjadi olahragawan profesional secara lebih rinci
diatur dalam Pasal 57 PP Penyelenggaraan Keolahragaan. Yaitu wajib memenuhi
persyaratan:
1. Memenuhi batasan usia sesuai ketentuan induk organisasi cabang olahraga atau
federasi olahraga internasional;
2. Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani berdasarkan keterangan dokter yang
ditunjuk oleh Badan Olahraga Profesional;
3. Pernah menjadi anggota perkumpulan olahraga amatir;
4. Pernah mewakili Indonesia dalam Olimpiade, Pekan Olahraga Internasional
Tingkat Asia (Asian Games), Pekan Olahraga Internasional Tingkat Asia
Tenggara (South East Asian Games), kejuaraan olahraga tingkat
dunia/internasional, menjadi juara nasional, atau menjadi juara tingkat provinsi;
dan
5. Mendapat rekomendasi dari induk organisasi cabang olahraga.
Visualisasi Olahraga dan Rasisme Secara umum pengertian olahraga adalah
sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. “Olahraga” datang
dari bahasa Perancis Kuno “de sport” yang bermakna “kesenangan”, serta
pengertian berbahasa Inggris tertua ditemukan seputar tahun 1300 yakni “segala
hal yang mengasyikkan serta menghibur untuk manusia”. Olahraga adalah satu
diantara sumber utama dari hiburan karenanya ada pendukung olahraga yang
umumnya terbagi dalam beberapa besar orang dan bisa disiarkan lebih luas lagi
lewat tayangan olahraga. Menurut Cholik Mutohir, olahraga adalah proses
sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong
mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk
permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan
langkah. Dua pekan lalu, pada 16 Maret 2015, England's Member Club, sebuah
kelompok fans sepak bola, dinyatakan terlarang oleh Pemerintah Inggris.
Kelompok dengan anggota sekitar 30.000 orang ini dinilai selalu
mengampanyekan ''huliganisme'' dan rasisme setiap melawat ke luar negeri
menemani tim nasional (Bonnett, 2000). 3. Monyet Hitam vs Gipsi Sialan
Arrigo Sacchi tahu persis apa yang dialami kedua pemainnya itu. Penggemar
sepak bola mana pun tahu, betapa Rijkaard dan Gullit telah menyuguhkan
permainan sepak bola kelas satu kepada publik Italia. Sacchi tak habis mengerti,
mengapa kedua pemain Belanda berkulit hitam asal Suriname itu masih selalu
mengalami perlakuan rasis yang kasar di stadionstadion sepak bola Italia.''Di
stadionstadion kami, budaya olahraga nyaris tak lagi tersisa,'' kata Sacchi. Tak
hanya Sacchi yang merasakan atmosfer rasisme yang buruk di stadionstadion
Italia. Persatuan Sepak Bola Inggris, FA, malah secara resmi pernah mengajukan
protes keras pada UEFA, atas perlakuan yang diterima salah satu pemainnya di
Stadion Delle Alpi di Turin (Bonnett, 2000). 4. Klub Diktator Mussolini
Pendukung klub Lazio memang sudah lama dikenal sebagai kubu paling rasis di
antara seluruh kubu pendukung klub-klub Seri A di Liga Italia. Maklum saja,
dulu klub ini adalah klub kecintaan diktator Italia, Benito Mussolini. Tak
mengherankan bila pendukung fanatik kesebelasan ini enak saja menghina
pemain Lazio yang menurut mereka tak pantas mewakili klub kesayangannya.
Aron Winter, pemain nasional Belanda, adalah pesepak bola kulit hitam terakhir
yang bermain bagi Lazio. Ketika pada 1992 Aron Winter datang ke Lazio, ia
b. syarat-syarat kelompok
Olahraga merupakan pilar penting dalam kehidupan. Olahraga bukan sekedar kegiatan
yang berorientasi kepada faktor fisik belaka, olahraga juga dapat melatih sikap dan
mental seseorang. Pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan salah satunya melalui
olahraga, dengan olahraga dapat mengembangkan karakter bangsa, sportivitas sekaligus
merekatkan persatuan bangsa. Ada banyak nilai-nilai universal olahraga yang dapat
ditransfer dikehidupan, yaitu nilai karakter percaya diri dan nilai karakter kerja keras.
percaya diri adalah penilaian positif terhadap diri sendiri mengenai kemampuan yang
ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai situasi dan tantangan serta kemampuan
mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keragu-raguan yang mendorong
individu untuk meraih keberhasilan atau kesuksesan tanpa tergantung kepada pihak lain
dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah ditetapkannya. kerja keras adalah
berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan
keingingaPercaya Diri.
1. Pengertian Percaya Diri Menurut Fatimah (2006) kepercayaan diri adalah sikap
positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Sedangkan menurut Guilford ( dalam Hakim, 2004) bahwa kepercayaan
diri adalah pengharapan umum tentang keberhasilan. Branden (dalam Iswidarmanjaya
dan Agung, 2005) mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang
pada kemampuan yang ada dalam dirinya. Bandura (dalam Iswidarmanjaya dan Agung,
2005) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu perasaan yang berisi kekuatan,
kemampuan, dan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang
dilandasi keyakinan untuk sukses. Selanjutnya Radenbach (1998) menyatakan bahwa
percaya diri bukan berarti menjadi keras atau seseorang yang paling sering menghibur
dalam suatu kelompok, percaya diri tidak juga menjadi kebal terhadap ketakutan.
Percaya diri adalah kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari
keraguraguan, dengan demikian biarkan rasa percaya diri setiap orang digunakan pada
kemampuan dan pengetahuan personal untuk memaksimalkan efek. n pencapaian hasil
yang maksimal pada umumnya
Kepercayaan diri merupakan keyakinan dan harapan dan terbentuk tidak instan, tetapi
ada proses tertentu di dalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya
diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut : a.
Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang
melahirkan kelebihan kelebihan tertentu. b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala
sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya tersebut. c. Pemahaman dan
reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak
menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri. d. Pengalaman di dalam
menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada
pada dirinya.
3. Karakteristik Individu yang Percaya Diri Beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu
yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah sebagai berikut Fatimah
(2006):
a. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan pujian,
pengakuan penerimaan ataupun hormat dari orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain
atau kelompok
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil)
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di
luar dirinya g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Selain itu penelitian Hartanti dkk (2004) tentang aspek psikologis dan pencapaian
prestasi atlet nasional Indonesia yang membuktikan bahwa kepercayaan diri merupakan
salah satu aspek psikologis yang mempengaruhi prestasi atlet. Setyobroto (2002)
mengungkapkan bahwa tanpa memiliki penuh rasa percaya diri sendiri atlet tidak akan
dapat mencapai prestasi tinggi, karena ada hubungan antara motif berprestasi dan
percaya diri. Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk
mencapai prestasi tertentu; apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang
bersangkutan akan lebih percaya diri. Angelis (2003:58-77), dalam mengembangkan
percaya diri terdapat tiga aspek yaitu:
1) Tingkah laku, yang memiliki tiga indikator; melakukan sesuatu secara maksimal,
mendapat bantuan dari orang lain, dan mampu menghadapi segala kendala,
3) Spiritual, terdiri dari tiga indikator; memahami bahwa alam semesta adalah sebuah
misteri, meyakini takdir Tuhan, dan mengagungkan Tuhan.
4. Manfaat Percaya Diri Berdasarkan penjabaran definisi percaya diri dapat diketahui
bahwa percaya diri mampu meningkatkan performa seseorang khususnya atlet. Percaya
diri seseorang ditandai dengan harapan keberhasilan yang tinggi. Hal ini dapat
membantu individu untuk membangkitkan emosi positif, memfasilitasi konsentrasi,
menetapkan tujuan, meningkatkan usaha, fokus strategi permainan, dan
mempertahankan momentum. Pada intinya, kepercayaan diri dapat mempengaruhi
perilaku dan kognisi. Berikut ini akan di bahas masing-masing secara singkat manfaat
percaya diri dalam olahraga.
Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi. Ciri-ciri dasar dari kelompok yaitu:
Sejarah Kelompok
a. rasa harga diri, yang tampak sebagai keinginan untuk dihargai dan untuk kelihatan
berharga.
b. hasrat untuk patuh, yang pada asasnya berkaitan dengan keinsyafan keagamaan.
d. hasrat bergaul, yang mendorong manusia untuk berhubungan dengan orang lain
dalam menyatakan perasaannya secara bersama-sama.
e. hasrat tolong-menolong dan bersimpati, yang mendorong terjadinya pembentukan
perasaan bersatu padu.
f. hasrat berjuang, yang secara sepintas nampak sikap menantang sesamanya, tetapi
pada hakikatnya memperkuat ikatan kemasyarakatan.
g. hasrat memberitahukan dan sikap untuk menerima kesan, yang mendorong individu
untuk mengadakan hubungan dan mempererat ikatan hubungan itu, yang pada akhirnya
akan memantapkan kehidupan berkelompok atau bermasyarakat.
2. Memudahkan pekerjaan.
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.[1]
Kelompok Primer
Kelompok Sekunder
Kelompok Formal
Kelompok Informal
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Pembentukan Kelompok
Persepsi
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan
yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat.
[1]
Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar
bisa memotivasi diri untuk maju.
Tujuan
Organisasi
Independensi
Interaksi
2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk ]: a) menunda kepuasan
dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama b) membina dan
memperluas pola c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan
pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
1. Kelebihan Kelompok
Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi
& pendapat anggota yang lain.
Ada beberapa negara menetapkan bahwa umur kronologis sebagai pembeda bagi
lansia. Di Indonesia seseorang dianggap lanjut usia ketika ia pensiun dari p e k e r j a a n
n y a p a d a u s i a 5 5 t a h u n (Wirakusuma, 2002). Di Amerika Serikat, seseorang
dikategorikan sebagai lansia pada usia 77 tahun yang didahului masa pra lansia yaitu
usia 69-76 tahun. Bagi orang jepang kesuksesan justru dimulai pada usia 60 tahun.
Banyak wanita jepang yang masih bekerja meski umurnya sudah 60 tahun ke atas.
Sedangkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan usia 60 tahun sebagai titik
awal seseorang memasuki masa lansia. (http://anggaway89.wordpress.com) Inovasi
dalam pengembangan sarana dan prasarana khususnya dibidang kesehatan yang berupa
perbaikan dan peningkatan layanan kesehatan masyarakat telah banyak membuahkan
hasil. Diantaranya adalah meningkatnya angka harapan hidup bagi lansia. Pada tahun
1980-1987 usia harapan hidup bangsa Indonesia baru mencapai 52-57.
Tahun, dan pada PJPT I sudah mencapai usia di atas 60 tahun dan pada tahun
2000 sudah mendekati 70 tahun. Jumlah orang lanjut usia akan semakin bertambah,
pada tahun 1990 jumlah orang lanjut usia 6,3% dari jumlah penduduka Indonesia (11,3
Juta orang). Tahun 2015 jumlah orang lanjut usia diperkirakan akan mencapai 24,5 juta
orang dan akan melewati jumlah balita yang lahir pada masa itu yang diperkirakan
mencapai 18.8 juta orang. Pada tahun 2020 jumlah orang lanjut usia di Indonesia
diperkirakan akan menempati urutan keenam terbanyak di dunia (Pidato Presiden RI
tahun 1995 dalam Kartinah, 2000) Angka harapan hidup dari waktu kewaktu terbukti
mengalami peningkatan sehingga memungkinkan lansia berusia 70 tahun masih dapat
menikmati hari tua dengan tetap dapat mengabdikan dirinya untuk kepentingan dirinya
sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Peningkatan angka harapan hidup merupakan
konsekuensi dari berbagai bentuk akumulasi peningkatan sarana dan fasilitas serta
layanan kesehatan yang memadai bagi lansia.
Terdapat faktor lain yang di yakini memiliki kontribusi yang cukup signifikan
bagi upaya peningkatan harapan hidup lansia dengan tetap menomor satukan kualitas
hidup yaitu aktifitas fisik yang terprogram, terukur dan bertujuan yaitu berolahraga. Bila
kita melihat orang yang sudah lanjut usia sedang sibuk menyapu, bersihbersih halaman
atau menata taman bahkan mengerjakan pekerjaan rumah tagga biasanya ada yang
menyuruhnya untuk beristirahat dan diminta agar jangan terlalu banyak bergerak.
Tubuh yang mulai lamban bergerak sering membuat kita yang lebih muda berfikir
bahwa yang terbaik bagi beliau adalah duduk-duduk santai sambil menonton televisi.
Pemikiran yang demikian tentu salah kaprah, karena justru lansia sangat membutuhkan
aktivitas agar dapat mengisi waktu luang dengan baik sesuai dengan kemampuananya.
Tujuannya agar secara fisik ia bisa tetap eksis dan memiliki kebugaran yg baik. Selain
itu juga perlu dipahami bahwa gaya hidup santai justru menjadi faktor resiko relative
untuk penyakit jantung.
Untuk mengetahui intensitas latihan dapat dilihat pada daftar berikut ini. Usia 55
tahun berlatih dalam denyut nadi 115- 140/menit, usia 56 tahun berlatih dalam denyut
nadi 115-139/menit, usia 57 tahun berlatih dalam denyut nadi 114-138/menit, 58 tahun
berlatih dalam denyut nadi 113- 138/menit, Usia 59 tahun berlatih dalam denyut nadi
113-137/menit, Usia 60 tahun berlatih dalam denyut nadi 112-136/menit. S e m e n t a r
a i t u a d a p e n d a p a t y a n g mengemukakan bahwa latihan dengan intensitas
rendah yaitu antara 60% - 75% dengan rincian usia 50 tahun berlatih dalam denyut nadi
102-127/menit, usia 55 tahun berlatih dalam denyut nadi 99-123/menit, sedangkan 60
tahun berlatih dalam denyut nadi 96-120/menit juga memiliki efek yang signifikan bagi
pengembangan kebugaran lansia. (Satriyo, 2010).
Hal ini sesuai tinjauan teori menurut Saryono dan Sejati (2009) yang
menyatakan bahwa pada sebagian besar wanita, olahraga mampu mengurangi gejala
PMS yaitu mengurangi kelelahan, stress dan meningkatkan kesehatan tubuh. Olahraga
meningkatkan rangsang simpatis, yaitu suatu kondisi yang menurunkan detak jantung
dan mengurangi sensasi cemas. Olahraga teratur juga dapat mengurangi stress,
meningkatkan pola tidur yang teratur, dan meningkatkan produksi endorphin
(pembunuh rasa sakit alami tubuh), dimana hal ini dapat meningkatkan kadar serotonin.
Serotonin merupakan neotransmiter yang diproduksi di otak yang berperan penting
dalam pengaturan mood, kecemasan, gairah seksual, dan perubahan suasana hati
1 . Rasa nyeri karena retensi cairan dan rasa tidak enak pada payudara juga berkurang
karena pengaruh olahraga terhadap neurotransmitter sentral misalnya β-endorphin dan
atau berkurangnya prostaglandin
2 . Selain itu beta endorphin dapat merelaksasikan otot-otot dalam tubuh terutama otot
sekitar bagian perut yang dapat menyebabkan aliran darah menjadi lancar sehingga
nyeri dapat berkurang. Endorphin juga berperan dalam mengendalikan nafsu makan dan
pelepasan hormon seks.
Manfaat olahraga akan dapat lebih dirasakan apabila dilakukan secara cukup.
Olahraga cukup artinya dilakukan sesuai takarannya, yaitu dilakukan 3-5 kali dalam
satu minggu selama 20-60 menit dan mencapai denyut nadi sasaran. Jika olahraga
dilakukan kurang dari takarannya maka manfaat olahraga yang dirasakan juga kurang
maksimal. Hal ini yang menyebabkan responden yang berolahraga cukup mayoritas
hanya mengalami PMS ringan. Responden yang berolahraga cukup, mendapatkan
manfaat olahraga lebih maksimal, sehingga gejala PMS yang dirasakan lebih sedikit
atau lebih ringan. Sedangkan responden yang berolahraga kurang, mayoritas mengalami
PMS sedang hingga berat karena manfaat dari olahraga kurang dapat dirasakan oleh
responden kelompok olahraga kurang.
BAB III
PENUTUP
kesimpulan
Daftar pustaka
https://yuki24.wordpress.com/2010/03/30/kelompok-dalam-olahraga/.
Junaidi, S. (2011). Pembinaan fisik lansia melalui aktivitas olahraga jalan kaki. Media
Ilmu Keolahragaan Indonesia, 1(1).
Mirhan, J. B. K. J. (2016). Hubungan Antara Percaya Diri Dan Kerja Keras Dalam