Abstrak
Hipertensi merupakan faktor risiko utama dari kejadian penyakit kardiovaskular. Penyakit hipertensi juga memiliki istilah
lain yaitu “silent killer” yang dapat diartikan bahwa tidak jarang penderita hipertensi sulit untuk menyadari atau bahkan tidak
merasakan gejala peringatan dari penyakit yang diderita. Pengobatan untuk pasien hipertensi merupakan terapi pengobatan yang
perlu dilakukan dalam jangka panjang atau seumur hidup. Adapun masalah sering terjadi pada pengobatan penyakit kronis yang
membutuhkan pengobatan jangka panjang seperti hipertensi disebabkan karena masih banyak pasien yang tidak mematuhi
terapi pengobatan yang seharusnya dijalani. Salah satu penyebab ketidakpatuhan tersebut adanya pasien yang mengalami efek
samping dari pengobatan. Efek samping obat merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan merugikan pasien akibat dari
penggunaan obat. Efek samping yang sering terjadi pada terapi pengobatan amlodipin yaitu: palpitasi, kemerahan, edema
pergelangan kaki, hipotensi, sakit kepala dan mual. Captropil dapat menyebabkan hiperkalemia dan batuk kering. Efek samping
beta blocker yang dapat terjadi yaitu insomnia, halusinasi dan depresi. Klonidin dapat menyebabkan efek samping obat berupa
mulut kering dengan gejala bibir terasa kering dan pecah-pecah. Pengobatan dengan hidroklorotiazid umumnya menimbulkan
keluhan terkait efek samping obat diantaranya yaitu sering buang air kecil, tubuh terasa lemas dan ingin pingsan, serta adanya
denyut jantung yang abnormal. Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat atau hiperurisemia
sehingga terjadi pengendapan asam urat, radang sendi akut, nefroliatiasis.
Kata Kunci: Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI), calcium-channel blocker (CCB), efek samping obat, hipertensi
Keywords: Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI), calcium-channel blocker (CCB), drug side effects, hypertension
Korespondensi: Sekar Anastry Putri, alamat Jalan Budaya Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung Tengah, HP 085269426412,
Email: sekaranastryputri@gmail.com
terapi kombinasi dosis rendah akan menjadi lambung, serta pembengkakan pada
pilihan yang lebih disarankan daripada pergelangan kaki 13.
monoterapi dengan dosis tinggi 9. Golongan ACEI seperti Captropil dapat
Sebagian besar pasien menunjukan bahwa menyebabkan hiperkalemia karena Captropil
terjadi peningkatan durasi penggunaan calcium- bekerja menghambat perubahan angiotensin I
channel blocker (CCB) terjadi pada bulan ke-6 menjadi angiotensin II sehingga menyebabkan
peningkatan insiden edema pada penggunaan penurunan produksi aldosteron dan akan
amlodipine 9,10. Adapun efek samping yang menyebabkan peningkatan konsentrasi kalium,
sering terjadi pada terapi pengobatan amlodipin sehingga suplementasi kalium dan penggunaan
yaitu: palpitasi, kemerahan, edema pergelangan diuretik hemat kalium harus dihindari jika pasien
kaki, hipotensi, sakit kepala dan mual 11. mendapat terapi ACE inhibitor. Klonidin dapat
ACEIs adalah vasodilator kuat, yang menyebabkan efek samping obat berupa mulut
menargetkan zinc metalloproteinase plupirotein kering dengan gejala bibir terasa kering dan
dengan mengkatalisis konversi angiotensin I pecah-pecah. Ini dapat disebabkan karena
menjadi angiotensin II, yang disebut angiotensin penurunan produksi saliva atau air liur karena
converting enzyme (ACE). ACE inhibitor memblok kelenjar saliva tidak bekerja sebagaimana
degradasi bradykinin dan merangsang sintesa mestinya 14 .
zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi, Kemungkinan terjadinya batuk dan
termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin. angioedema harus dipertimbangkan. Adapun ciri
Peningkatan bradikinin meningkatkan efek batuk yang diinduksi ACEI adalah batuk kering,
penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, mengiritasi, dan tidak produktif. Obat golongan
tetapi juga bertanggung jawab terhadap efek ACEI dikontraindikasikan pada kehamilan, pada
samping batuk kering yang sering dijumpai pada pasien dengan edema angioneurotik atau
penggunaan ACEI 12. hiperkalemia, dan pada pasien dengan stenosis
Obat golongan ACEI yang pertama tersedia arteri ginjal bilateral. ACEI dan ARB memiliki
untuk pengobatan hipertensi biasanya adalah kesamaan yaitu dapat melindungi organ target
captropil kemudian untuk obat lain enalapril, pada pasien hipertensi. Pemberian ACEI juga
perindopril, lisinopril, ramipril, quinapril, dikaitkan dengan konsentrasi bradikinin yang
benazepril, cilazapril, trandolapril, fosinopril, lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan risiko
moexipril, imidapril dan zofenopril. ARB yang dari angioedema 12.
tersedia untuk pengobatan pertama hipertensi Pengobatan hipertensi dengan captopril
adalah losartan, kemudian candesartan, dapat menimbulkan efek samping dalam jangka
eprosartan, irbesartan, valsartan, telmisartan, panjang, seperti mengeluhkan batuk, mengalami
dan olmesartan. Berbeda dengan ACEI, batuk demam, dehidrasi atau dehidrasi, mengalami
dan angioedema jauh lebih jarang dengan ARB peningkatan keasaman lambung, mengalami
karena mereka tidak memiliki efek pada kininase anemia atau dehidrasi. mengalami ruam,
II atau enzim lain yang terlibat dalam mengalami kelelahan, mengeluh sakit perut,
metabolisme peptide 12. mual muntah dan sakit kepala 14 .
Sebuah penelitian di Surabaya Efek samping yang muncul setelah
menunjukkan presentase kejadian efek samping menggunakan antihipertensi captopril
akibat penggunaan obat pada disebabkan oleh beberapa faktor seperti batuk
hidroklorotiazid (HCT) sebesar 0%, pada captopril bekerja dengan memblok
captopril sebesar 36% dan pada Amlodipin pembentukan Angiotensin II dari Angiotensin I,
sebesar 45%. Captropil memiliki efek samping dimana Angiotensin II dapat menghancurkan
batuk kering. Sedangkan pada pasien yang bradikinin (salah satu substansi yang diproduksi
menggunakan amlodipin, didapati efek samping tubuh secara alami). Bradikinin adalah yang
berupa pusing, mual dan lemas, gangguan pada menstimulasi batuk kering. Jadi kalau
Angiotensin II dihambat pembentukannya maka