Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRAKTIKUM

MATA KULIAH MANAJEMEN RISIKO

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 - HIP 2A SURABAYA
Eva Seftiya Tomi Putri 43221018

Faridhatul Qoimah 432221020

Muhamad Imaduddin Firmansyah 432221021

Aisyah Dwi Rahmawati 432221022

Putri Kartika 432221023

Ade Putra Pamungkas 43221024

Amelia Naswhayandila Susanto 432221025

Ryan Fariski 432221026

Charisya Dea Candra Devi 432221027

Ryandra Putra Chodiriansyah 432221029

Farah Zakiyah Astar 432221030

Nurmanda Sabilla Ya Saro 432221031

Ellania Pramitha Hadi 432221032

Laila Nur Aini 432221033

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
PENDAHULUAN

Perusahaan manufaktur makanan dan minuman adalah perusahaan yang memproduksi,


menghasilkan, dan menjual produk berupa makanan dan minuman. Operasional manufaktur
makanan dan minuman terbagi menjadi beberapa sistem dan proses kerja, mulai dari bahan baku,
planning, produksi, dan lain-lain. Berikut adalah deskripsi produksi perusahaan manufaktur
makanan dan minuman:
1 Bahan baku : Perusahaan manufaktur makanan dan minuman membutuhkan bahan baku
untuk memproduksi makanan dan minuman. Bahan baku ini bisa berupa bahan mentah
seperti gula, tepung, susu, dan lain-lain.
2 Proses produksi : Proses produksi makanan dan minuman meliputi beberapa tahapan,
seperti pengolahan bahan baku, pencampuran bahan, pengadukan, pemanggangan,
pengemasan, dan lain-lain. Setiap tahapan produksi harus dilakukan dengan hati-hati dan
sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
3 Pengemasan : Setelah produk selesai diproduksi, produk harus dikemas dengan baik agar
dapat bertahan lama dan terhindar dari kerusakan. Pengemasan makanan dan minuman bisa
menggunakan kemasan plastik, kertas, atau botol kaca.
4 Distribusi : Setelah produk selesai diproduksi dan dikemas, produk harus didistribusikan
ke pasar. Distribusi bisa dilakukan dengan menggunakan truk atau kapal laut, tergantung
pada jarak dan lokasi pasar.
Perusahaan manufaktur makanan dan minuman memiliki sistem operasional yang kompleks
dan harus dilakukan dengan hati-hati agar produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan aman
untuk dikonsumsi.
IDENTIFIKASI RISIKO
FMEA
PENILAIAN RISIKO
KONTROL RISIKO

Evaluasi dan pengendalian risiko K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) sangat penting untuk
dilakukan di perusahaan manufaktur guna memastikan keselamatan pekerja, pengguna, dan
lingkungan sekitar operasi pabrik. Berikut adalah evaluasi dan pengendalian risiko K3 pada sektor
manufaktur food and beverage berdasarkan hasil FMEA dan HAZOP:

Evaluasi Risiko K3
• Kontaminasi pada bahan baku
Berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan (bahan baku tidak steril) akibat bahan baku
yang telah terkontaminasi. Penyebabnya adalah kualitas bahan baku yang berasal dari
supplier buruk atau penanganan bahan baku yang tidak tepat. Risiko ini memiliki tingkat
keparahan menengah (M) dan tingkat kejadian tinggi (H). Evaluasi risiko dilakukan dengan
mengalikan tingkat keparahan dan tingkat kejadian, sehingga didapatkan nilai RPN (Risk
Priority Number) sebesar 27.
• Terjadi kerusakan dan kesalahan pada mesin
Berpotensi terjadi kerusakan peralatan dan terhambatnya proses pengolahan. Penyebabnya
adalah kurangnya perawatan pada peralatan atau sudah aus. Risiko ini memiliki tingkat
keparahan menengah (M) dan tingkat kejadian menengah (M). Evaluasi risiko dilakukan
dengan mengalikan tingkat keparahan dan tingkat kejadian, sehingga didapatkan nilai RPN
sebesar 27.
• Kontaminasi pada produk
Berpotensi terjadi permasalahan kecacatan produk dan manusia dalam mengoperasikan
mesin. Penyebabnya adalah langsung pada mesin dan produk yang dihasilkan. Risiko ini
memiliki tingkat keparahan menengah (M) dan tingkat kejadian menengah (M). Evaluasi
risiko dilakukan dengan mengalikan tingkat keparahan dan tingkat kejadian, sehingga
didapatkan nilai RPN sebesar 48.

Pengendalian Risiko K3
• Kontaminasi pada bahan baku
Untuk mengendalikan risiko ini, perlu dilakukan peningkatan kualitas sterilisasi pada area
penyimpanan dan melakukan perbaikan pengendalian kualitas pemasok. Tindakan
perbaikan ini dilakukan oleh Quality Manager.
• Terjadi kerusakan dan kesalahan pada mesin
Untuk mengendalikan risiko ini, perlu dilakukan perawatan pada peralatan sebagai upaya
pencegahan kerusakan peralatan. Tindakan perbaikan ini dilakukan oleh Tim perawatan
alat.
• Kontaminasi pada produk
Untuk mengendalikan risiko ini, perlu dilakukan peningkatan prosedur dan supervisi.
Tindakan perbaikan ini dilakukan oleh Supervisor.

Dalam melakukan evaluasi dan pengendalian risiko K3, perusahaan harus memastikan bahwa
tindakan perbaikan yang dilakukan efektif dan terus dipantau untuk meminimalkan risiko K3 di
perusahaan.
KESIMPULAN

Berdasarkan proses manajemen risiko yang telah dilakukan pada perusahaan di sektor
manufaktur food and beverage ikan sarden kaleng, dilakukan identifikasi risiko menggunakan
metode FMEA. Dalam metode ini yang di analisis pada proses pengolahan produk yang berisi
kegiatan pemeriksaan bahan baku, pengolahan bahan makanan, aktivitas penyegelan dan
pengemasan, penyimpanan produk dalam gudang, dan yang terakhir pengontrolan kualitas dan
pengujian produk. Berdasarkan identifikasi risiko menggunakan metode FMEA ditemukan hasil
risiko paling tinggi menurut matriks risiko pada kegiatan penyegelan dan pengemasan sebesar 12
yang mana dalam kategori kemungkinan besar tetapi risikonya kecil.
Setelah dilakukan identifikasi risiko menggunakan metode FMEA, selanjutnya terdapat evaluasi
risiko. Evaluasi risiko pada kasus ini adalah :
1. Kontaminasi pada bahan baku, berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan (bahan
baku tidak steril) akibat bahan baku yang telah terkontaminasi.
2. Terjadi kerusakan dan kesalahan pada mesin, berpotensi terjadi kerusakan peralatan dan
terhambatnya proses pengolahan.
3. Kontaminasi pada produk, berpotensi terjadi permasalahan kecacatan produk dan
manusia dalam mengoperasikan mesin.
Hasil evaluasi risiko tersebut menjadi bahan untuk melakukan pengendalian risiko lebih
efektif lagi, diantaranya:
1. Kontaminasi pada bahan baku
Untuk mengendalikan risiko ini, perlu dilakukan peningkatan kualitas sterilisasi pada
area penyimpanan dan melakukan perbaikan pengendalian kualitas pemasok. Tindakan
perbaikan ini dilakukan oleh Quality Manager.
2. Terjadi kerusakan dan kesalahan pada mesin
Untuk mengendalikan risiko ini, perlu dilakukan perawatan pada peralatan sebagai upaya
pencegahan kerusakan peralatan. Tindakan perbaikan ini dilakukan oleh Tim perawatan
alat.
3. Kontaminasi pada produk
Untuk mengendalikan risiko ini, perlu dilakukan peningkatan prosedur dan supervisi.
Tindakan perbaikan ini dilakukan oleh Supervisor.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa identifikasi risiko
menggunakan metode FMEA untuk mengetahui potensi kegagalan dalam risiko setiap proses di
perusahaan. Dalam perusahaan di sektor manufaktur food and beverage ikan sarden kaleng ini
perlu dilakukan evaluasi risiko meskipun sudah diidentifikasi dengan metode FMEA. Evaluasi
risiko ini dapat mengetahui bahwa pengendalian yang sebelumnya dilakukan dapat dilihat
kekurangan dan kelebihannya. Hal tersebut karena setiap risiko dapat berkembang menjadi lebih
tinggi atau lebih rendah. Kemudian jika sudah melakukan evaluasi risiko, maka dilakukan
pengendalian yang diharapkan lebih efektif dari pengendalian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai