Anda di halaman 1dari 2

Andi Agussalim Sang Petualang Kecapi

Sumber: Facebook Andi Asussalim AJ

Terlihat seorang paru baya duduk di lantai ruangan jurusan Bahasa dan Sastra dengan
beralaskan karpet merah yang kontraks dengan celana hitam berpadu baju merah emas bertuliskan
Bone Choir yang ia kenakan. Dengan kacamata yang bertengker di hidungnya, ia sibuk mengamati
dan memperbaiki bingkai foto yang rusak. Tangan yang lincah menggunting selotip, menyambung
kerangka yang terlepas. Dia sedang mengisi waktu luangnya sebagai dosen Pedidkan Bahasa dan
Sastra Daerah.

Lengkungan bibir keatas hingga mata menyipit dibalik kacamatanya menyambut saat
mendekat kepadanya, terkesan begitu hangat menyapa. Dia begitu rendah hati dengan sederet
prestasi yang telah diraih.

Bapak dr. Agussalim AJ, M.Hum menceritakan ketika dirinya berpikir masih perlu
meperjuangkan perekonomian keluarga selain menjadi pengajar, pria kelahiran Ugi, Sabbag Paru,
Kabupaten wajo ini menjadi arranger, menjadi prlatih Vokal, dan menjadi pemain kecapi. Dengan
menjadi pemain kecapi pria lulusan D3 IKIP Ujung Pandang bidang Seni Musik ini, bisa mendapatan
bayaran sesuai kualitas permainannya. “saya mainkan adalah permainan kecapi yang unik, yang
langkah, yang tidak banyak lagi bisa kita dapatkat di kampung-kampung,” Ucapnya, Kamis 4 Mei
2023.

Pria lulusan S1 IKIP Yogyakarta Pendidikan Seni Musik ini, sering diundang bermain kecapi
pada acara pernikahan, tampil pada acara-acara penting, ataupun acara sebuah komunitas. Dirinya
bisa memainkan kecapi yang unik dan langkah karena memiliki background musik. “Saya mencoba
menggali dengan cara yang berbeda dengan orang-orang yang ada di kampung yang berlajar dengan
cara otodidak, sedangkan saya karena memiliki background musik, musik barat, musik tradisonal
sehingga berusaha untuk mengombinasikan menjadi permainan kecapi yang unik,” Sambungya.

Pria kelahiran 17 Agustus 1971 itu mengatakan permainan kecapinya kemudian diunggah di
akun Youtubenya yang menggiring masyarakat penasaran akan sosoknya bermain kecapi secara
langung sehingga mendapat banyak undangan “Saya diundang oleh komunitas orang bugis yang
berada diranatauna (luar negeri) saya pernah main di Kendari, Tarakang,” Lanjutnya.

Pria berumur 52 tahun itu juga memanfaatkan kecapi untuk menggali potensi budaya bugis
“Saya berkarya dengan lagu bugis dalam bentuk elong, puisi-puisi bugis, nyanyian, prosa, bercerita,
saya angkat dan kombain dnegn permainan kecapi,’’ ujarnya.
Dengan kemampuan bernyanyi, bermain kecapi, dan berprofesi sebagai dosen dalam bidang
Sastra, pria yang tinggal di Makassar ini berusaha mengombinasikan ketigaanya “kalau saya, puisi
tidak hanya dibaca tetapi juga dinyanyikan seperti, sompa raja, warekkeng, dll,” katanya.

Dari karyanya tersebut sehingga pria yang identik dengan kecapi ini, bisa masuk kompetisi
Internasional Choir Festival di Bali, Thailand, dan Vietnam “Saya latih kelompok penyanyi yang
disebut Pitch Choir, dan Alhamdulillah mendapatkan mendali emas dan menjadi Champions di
Vietnam,’’ Sambungnya

Pada tahun 2014 di London Inggris Beliau bersama timnya mengajukan sebuah program
Muhibah Seni di KTI UNM dalam rangka Cross-Culture dan mengajak 20 Mahasiswa untuk bermain di
dalamnya dengan anggaran bersumber dari Dikti sebesar kurang lebih 800 juta. Mereka berkunjung
ke Roehampton University, dan West England University untuk berinterkasi dengan mahasiswa di
sana “Mahasiswa di sana antusias belajar lagu Indo Logo dan mencoba mempraktikkan melodinya.
Orang sana merasa bahwa bahasa bugis adalah bahasa yang unik dipendengaran, menarik,” Lanjut
Pria berdarah Bugis ini.

Sebagai dosen dengan pendidikan terakhir S3 di Universitas Indonesia, dirinya medorong


mahaiswanya untuk bisa bermain kecapi “kalian boleh ahli bermian gitar klasik, piano klasik. Saya
juga pemain gitar klasik, piano klasik, bass, band, dan macam-macam. Tapi, saya tidak pernah
diundang ke luar negeri karena itu, begitu dengan kecapi karena unik, langkah, orang-orang tertarik
bisa menghadirkan saya di sana. Saya sendiri pernah main kecapi di Hongkong, Malaysia, Sigapur,”
tutupnya dengan senyuman Khas.

Anda mungkin juga menyukai