To"g901
Hlm/klm
Oleh M SYAlFULLAH
Bakhtiar Sanderta
Media
Tanggol
Hlm/klm
dia lakukan sejak 20 tahun terakhir. la juga memiliki sedikitnya 30 naskah drama kesenian
Banjar k1asik.
"Para seniman itu sudah banyak yang
Kalaupun
ada, tak banyak yang bermain
lagi karena usia lanjut. Dari persahabatan dengan mereka, saya
menuliskan naskah cerita yang
mereka mainkan. Selama ini
mereka bennain tanpa naskah,
kepandaian itu mereka dapat
dari berguru secara lisan dan
langsung," katanya
Bakhtiar mewarisi darah seni
dari ayahnya, Hasan (almarhum), seorang seniman madihin,
seni bertutur berisi pesan moral
dan humor dengan iringan alat
musik perkusi yang disebut terbang.
Sedari masa kecil hingga sekarang ia terlibat langsung dengan seni pertunjukan rakyat.
Sebagai pegawai negeri sipil pada 1974, Bakhtiar ditempatkan
sebagai tenaga teknis kesenian
pada Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan Kalsel. Di posisi ini
ia tak hanya bertugas mendokumentasi seni pertunjukan rakyat itu, tetapi juga ikut bermain.
"Wayang gong (wayang orang)
Banjar dan mamanda (teater
rakyat khas Banjar) sebagai seni
teater kolektif tradisional memerlukan banyak orang. Saya
sering ikut bermain untuk melengkapi. Istilah mereka sebagai
bon, pemain cabutan. Saya tak
pilih-pilih lakon, diberi peran
apa pun, termasuk menjadi khadam (pelayan), saya laksanakan.
Ibarat penelitian, saya membuat
naskah setelah observasi partisipan," ceritanya.
Makin dalam
Keterlibatannya pada seni
pertunjukan rakyat Banjar makin dalam setelah ia menjadi peniIik keblUiayaan. Di sisi lain karier PNS-nya pun terus "menanjak". Setelah menjadi Kepala
Seksi Kebudayaan Dinas P
dan K Kota Banjannasin, dia dipindah ke Kanwil P dan K Kalsel
Kepala Seksi Bina
Program Kebudayaan. PembuatPAS/M SYAJYOLLAH
an naskah paling intensif dia lakukan saat menjadi Kepala Taman Budaya Banjarmasin.
Hasilnya, kata pria yang tinggal di Kompleks Kayu Tangi n,
Banjarmasin, ini, kesenian Banjar seperti wayang gong dan mamanda sampai sekarang bisa dipelajari oleh siapa pun tanpa harus berguru langsung atau ikut
pertunjukan dari kampung ke
kampung.
Bakhtiar juga berusaha mendokumentasikan kesenian tradisi Banjar lainnya, seperti madihin, kuda gepang carita (semacam kudang lumping yang
membawakan cerita pewayangan), dan lamut (seni bertutur
yang mengisahkan pesan moral
dan percintaan dari negeri seribu satu malam), yang dibawakan dengan diiringi alat musik
terbang.
Malm, para peneliti seni, baik
dari dalam maupun luar Kalsel,
mendatangi Bakhtiar untuk
mempelajari naskah kesenian
iakyat. Beberapa perkumpulan
seni pun memainkan karyanya,
seperti pada mamanda.
Taman Budaya Kalsel pada
akhir 2007 memainkan karyanya bersama karya tari dan lagu
ciptaan Anang Ardiansyah serta
Adjim Arijadi dalam pertunjukan Ansamble Drama, Lagu, dan
Tari Tiga Seniman Kalsel. Naskah seni lamut miliknya juga ditampilkan pada Gebyar Festival
Sastra Nusantara di Lombok,
Nusa Tenggara Barat, pertengahan 2007.
Bakhtiar tak hanya menulis
naskah dan mendokumentasikan kesenian rakyat, tetapi ia
pun pandai bermain, antara lain
dalam wayang gong, mamanda,
dan lamut. Semua itu tak didapatkannya dari pendidik3l1
formal.
"Ini terbentuk dari tempat lahir saya di Kecamatan Awayan,
Kabupaten Balangan. Di sana
kesenian itu menjadi hiburan
yang hidup di
Warga menggelar kesenian tak hanya saat pesta perkawinan,
tetapi juga setiap kali petani panen," tuturnya
Medio
,
,
Ton9901
,
,
Hlm/klm
FUL