Anda di halaman 1dari 4

SEKILAS TENTANG ANNA KUMARI

“MENEROBOS TRADISI, MENJUNJUNG SENI”

Seni bagi Hj. Anna Kumari adalah pilihan yang serius.


Sebab, tiada orang lain yang bisa mencegahnya dalam
menekuni kesenian, sekalipun suaminya sendiri.
Sebelum menikah dengan suaminya, H.A. Hakky Alian, BA
(almarhum), Anna menyodorkan surat segel agar dia
tidak dilarang dalam berkesenian dan berpakaian, jika
kelak sudah menikah. Hakky, begitu panggilan akrab
suami Anna, ternyata tidak memasalahkan hal itu,
meskipun dia seorang yang alim dan aktif di Partai Serikat
Islam Indonesia (PSII) yang umumnya memiliki
pandangan yang ketat dalam menjalankan syariat. Komitmen Hakky bahkan
lebih dari itu, dia selalu memberikan dukungan yang penuh terhadap
perkembangan karir Anna walau dalam batas yang sewajarnya.

Sebelum bertemu dengan Hakky, Anna yang lahir pada 10 November 1945,
pernah memutuskan hubungan pertunangan pada seseorang yang tinggal di
Jakarta. Ketika itu Anna mendapat kiriman telegram dari calon mertua yang
isinya melarang Anna Menyanyi dalam satu acara, dan dikatakan apa Anna kurang
uang sehingga harus menyanyi, sang calon mertua akan mengirimkan uang jika
menyanyi mencari uang. Mendengar itu, Anna langsung bereaksi dan langsung
menyatakan putus hubungan. Tunangannya itu memang orang kaya. Untuk
mahar saja, tunangannya sanggup mengadakan hingga 50 suku emas. Namun bagi
Anna mengembangkan kesenian lebih berharga daripada emas dan harta.

Anna juga hidup di lingkungan pelaksanaan syariat Islam yang diwariskan


Kesultanan Palembang Darussalam yang begitu terikat dengan nilai-nilai. Bahkan,
umumnya gadis-gadis Palembang pada waktu itu menjalani tradisi pingit. Jika
sudah menikah, perempuan haruslah berperan selayaknya isteri yang melayani
segala kebutuhan suami secara penuh. Agaknya, ketentuan nilai-nilai ini tidak
begitu berlaku bagi Anna Kumari. Dia tidak bisa terikat dengan nilai yang
membuatnya tidak bisa kreatif. Namun demikian, Anna tetap menjaga batas-
batas kehormatannya sebagai wong Palembang yang bermartabat.

Bercermin pada tokoh perempuan masa lalu, leluhurnya Ratu Sinuhun (Istri
raja Palembang, Sido ing Kenayan), misalnya, sebagai perempuan yang tangguh,
memasuki pedalaman negeri Batanghari Sembilan, menemui masyarakat,
meneliti adat istiadat setempat dan kemudian membuat Undang-undang adat
Simbur Cahaya yang sangat fenomenal bagi masyarakat uluan.

Karakter seperti Ratu Sinuhun inilah agaknya merasuk ke Anna Kumari,


sehingga dengan begitu berani dalam berfikir dan bertindak. Hasilnya adalah
prestasi budaya yang mengangkat kebesaran Palembang Darussalam. Dalam
karya tari, Anna yang sudah belajar tari sejak usia 12 tahun ini, sudah
menciptakan 50-an tari. Salah satunya adalah tari Sambut Tepak Keraton yang
menampilkan nilai-nilai Palembang Darussalam dalam berperilaku dan berbusana.
Selain gerakan tari, Anna menambahkan gerakan pencak di tengah-tengah
tarian. Gerakan Pencak silat merupakan salah satu kegiatan yang digeluti Anna
sejak usia 13 tahun.

Tidak hanya tari, ternyata anak dari A.R. Amantik Rozak, seorang Perintis
Kemerdekaan ini juga piawai dalam bermain drama. Dalam berakting Anna
pernah meraih prestasi Aktris Terbaik Pertama dalam Festival Drama Sumatera
Selatan tahun 1973.

Berkat kesungguhannya, saudara kandung seleberitis Anwar Fuadi ini juga


mendirikan sanggar tari “Anna Kumari” yang berdiri sejak tanggal 11 Maret 1966
silam di rumahnya (Jl. KH Azhari, 14 Ulu Laut Palembang). Pada tahun 2013
sanggar ini dinobatkan sebagai “Rumah Budaya” oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan R.I, melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Direktorat
Jenderal Sejarah dan Nilai Budaya. Rumah Budaya ini diresmikan pada 19 Januari
2014 dengan nama Rumah Budaya Nusantara Dayang Merindu.

Sepanjang karirnya Anak ke 3 dari 5 saudara ini telah banyak melahirkan karya dan
prestasi, di antaranya:
1. Penari Istana di era Presiden R.I. Ir. Soekarno pada tahun 1962 hingga kini telah menciptakan
50 jenis tarian.
2. Penggajar seni Tari di singapura pada tahun 1991 s/d 1992.
3. Ketua Band Putri “ Ayam Molek “
4. Pencipta Lagu Lagu daerah Kota Palembang
5. Bintang Radio Sumatera Selatan tahun 1967
6. Penyanyi ORKES Studio Palembang & ORKES Pagaruyung
7. Pengarang puisi – puisi yang disiarkan oleh RRI. Studio Palembang dalam acara Gelanggang
Sastra pimpinan Drs. Zainal Abidin Hanif
8. Ketua DPD Asosiasi Ahli Rias Pengantin Modern dan Modifikasi Katalia Sumsel
9. Pendiri sanggar kerajinan Songket Palembang yang pernah mengadakan pameran Tunggal
Songket dari Zaman ke Zaman di Jakarta serta turut juga memperkenalkan Songket
Palembang ke Singapura, Brunnai Darrussalam, Malaysia, Hongkong, Jepang, Arab Saudi, dan
California.
10. Penerima penghargaan Upakarti dari Presiden RI. Soeharto tahun 1993
11. Presenter & penyiar Radio Rama Samudra Aangkatan Laut.
12. Pengarang Buku Budaya, Pantun, dan Syair untuk upacara adat dan Tradisi Palembang.
13. Juri dalam lomba Pengantin ASEAN di Singapura tahun 1996
14. Dewan Pembina Pengelola Gedung Perjuangan Wanita Sumatera Selatan masa bhakti 2012 –
2017.
15. Ketua Rumah Budaya Nusantara Dayang Merindu Kota Palembang. Yang mendapatkan gelar
“ Dato’ Nimas Ayu Sinuhun Anna Kumari DPMP Darja Paduka Mahkota Palembang “ dari
Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin III.
16. Penerima Anugerah sebagai “Pelestari “dari Kemendikbud Th 2015

Setelah karir kesenian menghasilkan buah yang manis, Anna merasa sangat bahagia. Dia dan
suami yang tercinta dikarunia oleh Allah empat orang anak, yaitu: Hannuri Farah Dewi, Mirza Indah
Dewi, S.Pd, Muamar Khadafi, SE. Ak, dan Farhan Segentar Alam, SE. Semua anak-anaknya mengikuti
jejak beliau untuk terjun ke Dunia Seni dan Budaya.Khusus untuk anak pria, mereka mengembangkan
Tari Zafin Tradisional, yaitu tarian khusus pria yang bernuansa arab, melayu dan Palembang. Saat ini
yang meneruskan sanggar tari dan tetap melestarikan tari tari tradisi Kota Palembang,khususnya Tari
Tepak Keraton adalah Mirza Indah Dewi yang sudah bergelut di bidang tari sejak umur kanak kanak.dan
juga banyak mencipta puluhan karya tari ,sang Ibu berpesan agar tetap meneruskan sanggar tari sampai
titik darah penghabisan.agaknya karena pesan serta kecintaan sang anak terhadap dunia tari itulah sang
anak tetap meneruskan sanggar tari sudah berdiri sejak tahun 1966. Sedangkan yang meneruskan
dibidang seni music tradisional sampai sekarang adalah Farhan Segentar Alam yang juga merupakan
pemusik dan penari.

BIODATA PENULIS
Vebri Al Lintani, lahir di Pagaralam, 14 Februari 1967, saat ini
sebagai Ketua Program Dewan Kesenian Palembang dan
Direktur Lembaga Budaya Komunitas Batanghari Sembilan
(Kobar 9).

Dalam dunia seni, pada mulanya, pemilik nama asli Febri


Irwansyah ini mengenal seni teater di kelompok “Teater
Kembara” (1983). Selanjutnya, secara konsisten
mengikuti proses-proses kreatif dan berkarya, selain
sebagai aktor, juga menulis naskah, dan
menyutradarai beberapa produksi pertunjukan
teater. Bersama teman-teman teater mendirikan kelompok teater “Graha 176”,
dan kemudian berubah nama menjadi Teater Gaung (setelah bergabung dengan
teater Bingung) yang saat ini Vebri dipercaya sebagai ketuanya.

Dalam bidang menulis, selain naskah teater, Vebri aktif menulis artikel-artikel
sosial dan budaya, puisi yang tersebar di harian lokal Sumatera Selatan dan
menulis buku-buku. Adapun buku-buku yang sudah terbit adalah: ”Adat
Perkawinan Sukubangsa Besemah”, bersama Bastari Suan dan Eka Pascal (Dinas
Pendidikan Sumsel, 2007), “Tari Tanggai Selayang Pandang” bersama Sartono
dan Yuli Sudartati (Dewan Kesenian Palembang, 2007), dan “Sastra Tutur Sumatra
Selatan, Kabupaten Musi Banyu Asin dan Ogan Komering Ilir” bersama Bastari
Suan dan Eka Paskal (Dinas Pendidikan Prov. Sumatera Selatan 2008), Tari
Gending Sriwijaya bersama Isnayanti Syafrida (Dewan Kesenian Palembang,
2013), “Dulmuluk: Warisan Budaya Indonesia” (Balitbangnovda Prov. Sumsel,
2014), “Gelar-Gelar Adat Kebangsawanan Palembang” (Dinas Budpar Kota
Palembang, 2014), dan “Sastra Tutur Besemah” (Dinas Pendidikan Sumsel, 2014)

Vebri yang selalu gelisah dengan kondisi kesenian daerah ini membentuk
kelompok “Orkes Rejung Pesirah” (2007), satu kelompok musik yang

bertujuan merevitalisasi sastra tutur dan musik-musik Sumatera Selatan,


terutama musik Batanghari Sembilan agar lebih diminati secara meluas oleh
semua kalangan. Selain itu juga Vebri merupakan pengamat seni budaya kota
Palembang.

Anda mungkin juga menyukai