Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ BANDUNG

SOAL TUGAS TUTORIAL II

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa Indonesia di SD


Kode/SKS : PDGK 4204/4 SKS
Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-5
Tutor : Otong Abdilah, M.Pd.

Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan efektif!

1. Jelaskan metode yang dipakai dalam pembelajaran Membaca Menulis Permulaan


(MMP)!
2. Jelaskan beberapa langkah dalam pembelajaran menulis permulaan!
3. Jelaskan tujuan pembelajaran dengan berbagai fokus dilihat dari segi siswa dan guru!
4. Jelaskan dua cara keterpaduan pembelajaran bahasa Indonesia!
5. Jelaskan tiga bagian format beserta kelengkapannya model pembelajaran yang
disarankan kurikulum 2004!
(skor maksimal tiap soal 20)

Selamat mengerjakan!
1. Membaca dan menulis permulaan (MMP) adalah membaca dan menulis dalam arti
sesungguhnya menyuarakan kata atau kalimat yang tertulis (membaca) dan menuliskan
bahasa lisan atau menyalin (menulis) yang merupakan pelajaran utama di kelas permu-
laan Sekolah Dasar. Pelajaran membaca dan menulis permulaan ini bantu membantu,
ketika membaca terjadi proses menyuarakan huruf yang tertulis dan ketika menulis terjadi
proses menuliskan apa yang dilihat atau didengar (Depdikbud, 1978: 62). Berdasarkan
kemampuan MMP seseorang dapat mengikuti kegiatan bahasa tulis, untuk menerima atau
memahami dan menyampaikan informasi secara tertulis. Karenanya, pengajaran MMP
merupakan aspek pengajaran bahasa yang sangat penting, mengingat hasilnya akan sangat
bermanfaatkan untuk mengikuti atau mempelajari semua bidang studi lain (Maksan,
1982: 11 ; Soedjono, 1984: 19 ; Hastuti, 1978: 204).
Ada beberapa metode pengajaran MMP yaitu:
a. Metode Eja
Pengertian metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja hu-
ruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan
harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran
metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan penge-
nalan bunyi huruf atau fonem.
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan (MMP) dengan metode eja
memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-
huruf tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut ab-
jad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a,
be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lamb-
ing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan
seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan
suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat
menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai hu-
ruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya,
murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
b. Metode Bunyi
Metode bunyi adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan
menyuarakan huruf konsonan. Bunyi ini diletakkan di depan atau dibelakangnya.
Dalam tata bahasa tradisional huruf konsonan disebut huruf mati. Misalnya huruf kon-
sonan /b/ diucapkan /eb/ atau /be/, /ed/ atau /de/, /es/atau /es, /ek/atau /ka/, dll.
Pada metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan huruf alphabet
(a, b, c, d, e, dan seterusnya). Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak
sesuai bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahap ini, siswa diajak untuk berke-
nalan dengan suku kata dengan merangkai beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Intinya membaca itu bisa menggabungkan bunyi dengan bunyi.
Misal: m, a → ma (dibaca em. a → ma ), t, a → ta ( dibaca te, a → ta ), ma-ta
dilafalkan mata. k, a→ ka (dibaca ka, a → ka ), k, i → ki (dibaca ka, i → ki ), ka- ki
dilafalkan kaki.
c. Metode Suku Kata
Metode suku kata menurut Depdikbud (1992:12) adalah suatu metode yang
memulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah
dirangkai menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata
yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan pendapat Muhammad
Amin (1995:207) metode suku kata adalah “Suatu metode yang di mulai dengan men-
gajar suku-suku kata kemudian suku kata di gabungkan menjadi kata dan diuraikan
menjadi huruf”.
Dengan demikian, ada dua macam metode suku kata. Kedua metode ini dalam
penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
Penerapan Metode Kupas Rangka Suku Kata menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut: Guru mengenalkan huruf kepada siswa. Merangkaikan suku kata
menjadi huruf. Menggabungkan huruf menjadi suku kata.
d. Metode Kata
Proses pembelajaran membaca permulaan metode kata lembaga diawali den-
gan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini kemudian dijadikan lembaga sebagai
dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan diku-
pas menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses
perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain,
hasil pengupasan dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata semula Ke-
mendikbud, 2012: 12. Metode kata ini diawali dengan pengenalan kata-kata yang
bermakna atau sudah dikenal siswa. Misalnya kata papa, meja, bola, lari, dan seba-
gainya.
e. Metode Global
Metode ini disebut juga sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses pembe-
lajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beber-
apa kalimat global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud biasanya digu-
nakan gambar. Di bawah gambar tersebut ditulis sebuah kalimat yang kira-kira meru-
juk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang diperkenalkan
berbunyi “ini nani”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah
gambar seorang anak perempuan.
Setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses pembela-
jaran MMP dimulai. Mula-mula guru mengambil sebuah kalimat dari beberapa kali-
mat yang diperkenalkan kepada anak pertama kali tadi. Kalimat ini dijadikan dasar/
alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses degloblalisasi selanjutnya anak men-
galami proses belajar MMP.
f. Metode SAS
Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah salah satu metode pem-
belajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa dengan cara menampilkan su-
atu kalimat utuh kemudian diurai menjadi kata, suku kata, dan huruf yang berdiri
sendiri selanjutnya kalimat yang diurai tersebut digabungkan kembali menjadi kalimat
yang utuh seperti sedia kala.
Langkah-langkah Metode SAS
Menurut Alfin (2008), langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan
menggunakan metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut:
a. Membaca permulaan tanpa buku
Pada tahap ini, guru menggunakan alat atau media kecuali buku. Langkah-langkah
dalam pembelajaran membaca permulaan tanpa buku adalah sebagai berikut:
1. Merekam bahasa siswa. Pada saat awal masuk pembelajaran, guru menulis
kata-kata siswa sebagai bahan pelajaran dalam pembelajaran membaca
permulaan agar siswa tidak mengalami kesulitan.
2. Menampilkan gambar sambil bercerita. Di dalam kelas biasanya terdapat
gambar-gambar yang dipasang di dinding kelas. Guru dapat menampilkan
gambar tersebut sebagai bahan cerita yang dimulai melalui pertanyaan-
pertanyaan pancingan dari guru yang kemudian siswa mengemukakan kalimat
sehubungan dengan gambar. Guru menunjukkan sebuah gambar kepada
siswanya sambil mengucapkan kalimat, misalnya gambar pahlawan.
3. Membaca gambar dengan kartu kalimat. Pada tahap ini, guru menempelkan
kartu kalimat di bawah gambar. Siswa dapat melihat gambar dan tulisan secara
keseluruhan yang ditempel oleh guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda
untuk setiap gambar.
Pada saat membaca gambar dan tulisan, proses struktural (S), analitik (A) dan
sintetik (S) adalah sebagai berikut:
1. Proses struktural (S)
Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian sedikit
demi sedikit dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu-kartu kalimat yang
terlihat oleh siswa. Siswa mulai belajar membaca secara struktural kartu
kalimat.
2. Proses analitik (A)
Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap
ini mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf. Melalui tahap analitik ini, siswa diharapkan mampu mengenali
huruf-huruf yang terdapat pada kalimat yang telah dibacanya.
Contoh:
ini sepeda
i - ni se - pe – da
i-n-is-e-p-e-d-a
3. Proses sintetik (S)
Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-
huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata, kata menjadi kalimat.
Contoh:
i-n-is-e-p-e-d-a
i - ni se - pe - da
ini sepeda
b. Membaca permulaan dengan buku
Pada pembelajaran dengan menggunakan buku ini, guru menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan
buku (bacaan) dan mau belajar dengan keinginannya sendiri. Kegiatan membaca
dengan buku bertujuan untuk melancarkan dan memantapkan siswa dalam
membaca. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan dengan
menggunakan buku adalah sebagai berikut:
1. Siswa diberi buku paket yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat isi
buku tersebut.
2. Siswa diberi penjelasan mengenai buku tersebut.
3. Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang
menunjukkan halaman-halaman buku.
4. Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/ bacaan yang
terdapat pada halaman tertentu.
5. Jika bacaan itu disertai dengan gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru
bercerita tentang gambar yang dimaksud.
6. Guru dapat mengawali pembelajaran dengan memberikan contoh membaca
pola kalimat dengan lafal dan intonasi yang benar.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Permulaan:
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yakni (1)
pengenalan huruf, dan (2) latihan.
1. Pengenalan Huruf
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta
pelafalannya dengan benar. Fungsi pegenalan ini dimaksudkan untuk melatih indeta
siswa dalam mengenal dan membeda-bedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan.
Salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD.
Misalnya guru hendak mengenalkan huruf a, i, dan n. Langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
 Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.
Dua anak tersebut diberi nama "nana" dan "nani".
 Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan "nani" dan
"nana" yang tertera di bawah masing-masing gambar.
 Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan
mana "nani" dan mana "nana" sambil diminta menunjuk bentuk tulisannya.
 Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di
papan tulis, dan anak diminta untuk memerhatikannya. Guru hendaknya menulis
secara perlahan-lahan, dan anak diminta untuk memperhatikan gerakan-gerakan
tangan, serta contoh pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
 Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan
contoh tulisan berikut.
Demikianlah seterusnya, kegiatan ini dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan
pembelajaran membaca permulaan.
2. Latihan
Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan mengutip prinsip dari yang mudah ke
yang sukar, dari latihan sederhana menuju latihan yang kompleks.
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, antara lain
berikut ini.
a. Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar. Tangan
kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis, agar tidak
mudah bergeser. Pensil diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk. Ujung jari telunjuk,
dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika duduk
hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak antara mata dengan buku
kira-kira 25-30cm.
b. Latihan gerakan tangan. Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan
telunjuk sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil. Kemudian dilanjutkan
dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai
dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk melatih membuat garis lurus, guru dapat
bercerita yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan dengan telur, dan sebagainya.
c. Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan
menindas tulisan yang sudah ada. Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan
anak, misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakan kertas tipis, menebalkan
tulisan yang sudah ada. Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya
memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis, kemudian anak menirukan
gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah kegiatan
mengeblat dimulai. Pengawasan dan bimbingan harus dilakukan secara individual
sampai seluruh anak terperhatikan.
d. Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan. Latihan
dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
e. Latihan menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi
antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak dapat mengingat
bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke jemari tangannya.
Dengan demikian, gambaran kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan
pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.
f. Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan
tulis. Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah
mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin. Di
antaranya menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin
tulisan dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung. Atau
sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.
g. Latihan menulis halus/indah. Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku
bergaris untuk latihan menulis atau buku otak. Ada petunjuk berharga yang dapat
anda ikuti, jika murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti itu. Perhatikan
petunjuk berikut denga cermat.
1) Untuk tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris halaman buku menjadi dua.
2) Untuk tulisan tegak bersambung, bagilah setiap baris halaman menjadi tiga.
h. Latihan dikte/imla. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengoordinasikan ucapan, pendengaran, igatan, dan jari-jarinya (ketika menulis),
sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan.
i. Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara
sengaja dihilangkan. Melengkapi tulisan dapat berupa:
1) Melengkapi huruf
2) Melengkapi suku kata
3) Melengkapi kata
j. Menuliskan nama benda yang terdapat dalam gambar.
k. Mengarang sederhana dengan bantuan gambar. Dengan langkah sebagai berikut.
1) Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri.
2) Guru bercerita dan bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar.
3) Siswa diberi tugas untuk menulis karangan sederhana, sesuai dengan penafsirannya
mengenai gambar tadi, atau sesuai dengan cerita gurunya dengan menggunakan kata-
kata sendiri.

Anda mungkin juga menyukai