Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN USIA ANAK SD/MI (Usia 7-13th)

a. Segi Psikomotorik

Anak sudah memiliki gerakan yang bebas dan aman. Hal ini berguna untuk melakukan
berbagai gerakan motorik kasar (jasmani) seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga.
Memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi dan keseimbangan badan. Misalnya
ketika berjalan atau berlari dengan berbagai pola
Anak sudah dapat memperkirakan kegiatan/gerakan yang berbahaya dan tidak berbahaya
Anak sudah dapat memakai pakaian dengan rapi
Anak sudah bias menunjukkan kebersihan dalam berpakaian, badan dan alat-alat yang
dibawa

b. Segi Mental

Anak sudah mulai memahami beberapa konsep abstrak seperti menghitung tanpa
menggunakan benda
Anak sudah dapat menghubungkan suatu objek atau kejadian dengan konsep tertentu
yang bersifat abstrak. Misalnya tentang luas dan volume
Anak dapat menunjukkan kreativitasnya dalam membentuk sesatu karya tertentu
Anak dapat menciptakan sesiatu bentuk/benda dengan menggunakan alat
Anak dapat membuat gambar-gambar dengan menggunakan sudut perspektif sederhana
Anak dapat menampilkan sifat ingin tahu
Anak dapat merumuskan dan menunjukkan pengertian terhadap sesuatu
Anak sudah dapat mengikuti peraturan yang berlaku umum
Anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, baik sendiri maupun kerja sama
Anak dapat menunjukkan aktivitasnya dalam berbagai kegiatan sekolah maupun di
lingkungannya
Anak dapat memperlihatkan insiatif dan alternative untuk memecahkan masalah-masalah
tertentu

c. Segi Sosial Emosionalitas

Anak mulai tidak suka terikat dengan orang dewasa


Anak dapat menunjukkan penghargaan terhadap guru atau orang dewasa lainnya
Anak dapat menunjukkan sikap empati terhadap suatu kondisi
Anak menunjukkan keceriaan dalam berbagai aktivitas bersama kelompok teman
sebayanya
Anak dapat menunjukkan sikap marah dalam kondisi yang wajar
Anak menunjukkan kepedulian terhadap orang lain
Anak menunjukkan tenggang rasa dan penghargaan terhadap teman
Anak menunjukkan rasa solidaritas terhadap teman sekelompoknya
Anak telah memiliki kemauan untuk menceritakan sesuatu kepada teman-temannya

ASPEK MEMBACA DI KELAS RENDAH

Metode Abjad (Alphabet)

Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan


huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan
bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q
atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara
member warna yang berbeda.

Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan
beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh : b dan a dibaca ba

C dan a dibaca ca

Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi baca.

Metode Eja (Spelling Method)

Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai
diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan
huruf atauabjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kita
lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan
menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.

Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad
atau huruf (baca: beberapa konsonan).

Contoh :

Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.

Huruf d dilafalkan /ed/

Huruf c dilafalkan /ec/

Huruf g dilafalkan /ec/

Huruf f dilafalkan /ep/

Huruf k dilafalkan /ek/

Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah
dasar. Guru dianjurkan memilih salahsatu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada
siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan sebagai berikut:

1. Dapat menyenangkan siswa

2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya

3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien

4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit

Metode Suku Kata (Syllabic Method)

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca.ci,cu,ce,co,
da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata-
kata yang bermakna, misalnya:

Ba bi cu ci da da

Ba bu ca ci du da

Bi bi ca ca da du

Ba ca cu cu di di
Kemudian dari sukun kata diatas dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud
dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.

Contoh:

Da da ba bi

Bi bi ca ca

Ba bu di di (dan seterusnya)

Kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut


menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam
suku suku kata.

(kalimat kata kata suku suku kata)

Metode Kata (Whole Word Method)

Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual.
Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu. Kemudian
mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca kata secara perlahan, dan memberikan jeda
pada tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan gerakan tepukan tangan pada setiap
suku kata. Tujuannya merangsang motorik anak serta melatih anak mengenal penggalan suku
kata.

Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)

Decroly.Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah


cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan
kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di
bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar.
Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan
menguraikan suku kata menjadi huruf.

Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:

1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa
bantuan gambar, misalnya: Ini Nani

2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/

3) Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i ni - na ni

4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i

Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)

Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. MetodeSAS


merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran menulis
membaca permulaan bagi siswa pemula.

Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah berlandaskan


operasional dengan urutan :

Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada anak


Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep kata
dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata menjadi
huruf.

Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural


semula,setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata, suku kata menjadi kata
dan kata menjadi kalimat semula.

Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)

Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam pembelajaran membaca
permulaan, yaitu :

a. Mengenal kata dan maknanya (membaca kata dengan gambar)

b. Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)

c. Membaca frase atau kalimat

d. Membaca teks atau wacana

METODE MENULIS PERMULAAN

Metode menulis permulaan akan mengikuti metode yang digunakan pada metode
membaca permulaan. Misalnya, jika guru menggunakan metode abjad pada membaca permulaan
maka akan menggunakan menulis permulaan dengan menggunakan metode abjad pula.

Contoh siswa di suruh menyalin huruf: a, b, c, d, f, g, h, i, j, dan seterusnya.

Metode menulis permulaan sama seperti membaca permulaan, diantaranya :

1. Metode Abjad (Alphabet)

2. Metode Eja (Spelling Method)

3. Metode Suku Kata (Syllabic Method)

4. Metode Kata (Whole Word Method)

5. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)

6. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)

7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)

Kelebihan/Keunggulan dan Kelemahan Membaca dan Menulis Permulaan di Sekolah


Dasar

1. Metode Abjad (Alphabet)

Kelebihan metode eja

Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan
hafal dari alphabet.
Siswa langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.
Kekurangan metode eja

Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf kemudian menyusunnya


menjadi kata maka membutuh kan waktu yang lama.
Apabila tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan mudah lupa antara bentuk dan
bunyi huruf tersebut.

2. Metode Eja (Spelling Method)

Kelebihan metode eja

Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan hafal
fonem.
Siswa langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.

Kekurangan metode eja

Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf kemudian menyusunnya


menjadi kata maka membutuh kan waktu yang lama.
Apabila tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan mudah lupa antara bentuk dan
bunyi huruf tersebut.

3. Metode Suku Kata (Syllabic Method)

Kelebihan metode suku kata

Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehigga mempercepat proses
penguasaan kemampuan membca permulaan
Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata suku kata
yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya
Penyajian tidak memakan waktu yang lama
Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata

Kelemahan metode suku kata

Bagi anak kesuliatan belajar yang kurang mengenal huruf, akan mengalami kesulitan
merangkaikan huruf menjadi suku kata.
Siswa akan sulit bila disuruh membaca kata-kata lain, karena mereka akan condong
mengingat suku kata yang diajarkan saja.

4. Metode Kata (Whole Word Method)

Kelebihan metode kata

Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehigga mempercepat proses
penguasaan kemampuan membca permulaan.
Langsung mengetahui kata tanpa harus mengejenya, yang dapat meperlambat proses
pengajaran

Kelemahan metode global

Biasanya anak tidak langsung bisa membaca perkata.


Susah diterapkan pada anak yang mempunyai intelejensi kurang.

5. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)

Kelebihan metode global


Karena menggunakan gambar maka siswa lebih cepat mengerti dan hafal.

Kelemahan metode global

Metode global memakai gambar metode ini tidak bisa diterapkan di SD daerah pedesaan
karena untuk mendapatkan gambar sangat sulit, jauh dari tempat fotocopy atau print.
Mungkin siswa akan menghafal gambar saja, dan tidak terlalu memperhatikan kalimatnya.

6. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)

Kelebihan metode SAS

Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.


Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti
prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan
lancar.

Kelemahan metode SAS

Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar.
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah
sekolah tertentu dirasa sukar.
Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan.
Oleh karena agak sukar mengajarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode
ini tidak dilaksanakan.

7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)

Kelebihan metode 4 tahap steinberg

Lebih cepat memahami membaca karena kata yang diajarkan memiliki makna yang telah
diketahui oleh siswa seperti bola.
Proses pembelajaran mengikuti prinsip pendekatan spiral (dari yang mudah ke yang sulit)

Kelemahan metode 4 tahap steinberg

Sulit di terpakan pada anak-anak yang mempunyai intelejensi yang kurang

METODE MENULIS PERMULAAN

a. Metode Eja

Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis
dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran
dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari
huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:

1). Menulis huruf lepas

2). Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata

3). Merangkaikan suku kata menjadi kata

4). Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)


b. Metode kata lembaga

Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Mengenalkan kata

2). Merangkaikan kata antar suku kata

3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya

4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)

c. Metode Global

Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca
kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata,
menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).

d. Metode SAS

Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan
cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS
menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas
pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil
dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode
SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat,
sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel
kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional
metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:

a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.

b. Analitik yatu melakukan proses penguraian.

c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.

Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan


dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur analitik
sintetik (Subana:176).

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN


SASTRA

1. Menurut Akhlan dan Rahman (1997:15), perencanaan pengajaran meliputi:

a. tujuan apa yang hendak dicapai;


b. bahan pengajaran;
c. proses belajar mengajar;dan
d. alat penilaian.

2. Menurut Akhlan dan Rahman (1997:7), karakteristik perencanaan pengajaran yang


baik hendaknya mengandung prinsip sebagai berikut.
Mengembangkan hubungan interaksi yang baik di antara sesama manusia, dalam hal ini
siswa dan guru serta personal terkait.
Merupakan suatu wahana atau wadah untuk mengembangkan segala potensi yang ada dan
dimiliki oleh anak didik.
Memiliki sikap objektif rasio (tepat dan masuk akal), komprehensif dan sistematis
(menyeluruh dan tersusun rapi).
Mengendalikan kekuatan sendiri, bukan didasarkan atas kekuatan orang lain,
Didukung oleh fakta dan data yang menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Fleksibel dan dinamis, artinya mudah disesuaikan dengan keadaan serta perkembangan ke
arah yang lebih baik dan maju.

TAHAP EVALUASI PEMBELAJARAN.

1. Tahap Persiapan
Menurut Damaianti (2007: 8) tahap ini disebut juga tahapperencanaan dan
perumusan kriterium. Langkahnya meliputi:
(a) perumusan tujuan evaluasi;
(b) penetapan aspek-aspek yang akan dievaluasi
(c) menetapkan metode dan bentuk evaluasi (tes/nontes)
(d) merencanakan waktu evaluasi
(e) melakukan uji coba (untuk tes) agar dapat mengukurvaliditas dan
reliabilitasnya.Untuk evaluasi yang menggunakan tes, hasil dari tahap iniadalah kisi-
kisi soal dan seperangkat alat tes: soal,
lembar jawaban (untuk tes tulis), kunci jawaban, dan pedomanpenilaian.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau disebut juga dengan tahappengukuran dan pengumpulan
data adalah tahap untukmengumpulkan informasi tentang keadaan objek evaluasi(siswa)
dengan menggunakan teknik tes atau nontes. Bilamenggunakan teknik tes, soal yang
digunakan sebaiknyasudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Tes yang digunakandapat
berbentuk tes tulis, lisan, atau praktik.

3. Tahap Pengolahan Hasil


Tahap pengolahan hasil adalah tahap pemeriksaan hasilevaluasi dengan
memberikan skor. Skor yang diperoleh siswaselanjutnya diubah menjadi nilai. Pada tes
tulis pemeriksaanhasil dilakukan setelah tes selesai, sedangkan pada tes
lisandan praktik, pemberian nilai dilakukan bersamaan denganwaktu pelasanaan tes
tersebut

4. Tahap Tindak Lanjut


Tahap tindak lanjut atau disebut juga tahap penafsiranadalah tahap untuk
mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dihasilkan pada tahap pengolahan hasil,
misalnya:
a. memperbaiki proses belajar mengajar
b. memperbaiki kesulitan belajar siswa
c. memperbaiki alat evaluasi
d. membuat laporan evaluasi (rapor).

JENIS-JENIS MEMBACA

Menurut Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu: membaca
bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan
membaca bebas.
1) Membaca bahasa

Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Membaca bahasa
mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca bahasa
adalah kesesuian pikir dengan bahasa, perbendaharaan bahasa yang meliputi kosa kata, struktur
kalimat, dan ejaan.

2) Membaca cerdas atau membaca dengan hati

Membaca cerdas adalah membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai ungkapan
pikiran, perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui isinya, membaca cerdas
bersifat lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk memahami dan memilki isi bacaan, maka
disebut membaca belajar.

3) Membaca teknis

Membaca teknis adalah membaca dengan mengarahkan bacaan secara wajar. Wajar
maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran, perasaan, dan kemauan yang
tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik.

4) Membaca emosional

Membaca emosional adalah membaca sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yaitu
keindahan isi, dan keindahan bahasanya.

5) Membaca bebas

Membaca bebas adalah membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa adanya unsur
paksaan dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau pihak-pihak lain.

Sesuai dengan pengertian jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di atas, maka
membaca puisi termasuk ke dalam membaca teknis karena membaca puisi harus memperhatikan
ucapan, tekanan, dan intonasinya, sehingga dapat mengaktualisasikan pembacaan puisi dengan
baik.

Nb: tambahan

1. Membaca Nyaring
Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut
demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini
yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi
bacaan itu sendiri.

2. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti
(1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat.
Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan
waktu yang cepat dan singkat. Yang termasuk membaca Ekstensi adalah :
a. Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum isi dan ruang lingkup bacaan. Membaca survei merupakan kegiatan
membaca, seperti melihat judul, pengarang, daftar isi, pengantar, dan lain-lain.
b. Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat dan
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat.
Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan membaca secara cepat dan
selektif serta bertujuan. Istilah lain membaca sekilas adalah membaca layap, yaitu
membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya.
Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat.
c. Membaca dangkal adalah kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang
dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan jenis bacaan
ringan karena membaca dangkal hanyalah untuk mencari kesenangan atau sekadar
mengisi waktu.

3. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan
merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara
kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci
terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.

Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca
telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca
kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan
membaca sastra.

BERDASARKAN MAKSUD DAN TUJUAN MEMBACA

Anderson dalam Tarigan (1979:9-10) mengemukakan beberapa tujuan membaca antara


lain:

1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or


facts). Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau mengetahui penemuan-
penemuan telah dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang
dibuat oleh sang tokoh.

2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Membaca untuk
mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan
membaca halamn demi halaman.

3. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita (reading for sequenceor
organization). Membaca tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan
hubungan antar bagian-bagian cerita.

4. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for inference). Pembaca
diharapkan dapat merasakan sesuatu yang dirasakan penulis.

5. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading for classify). Membaca


jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal
(Anderson dalam Tarigan 1979:10).

PENDEKATAN DESKRIPSI

Pendekatan pendeskripsian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Pendekatan Ekspositoris

Penulis berusaha agar deskripsi yang dibuat dapat memberi keterangan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat ikut melihat atau merasakan
objek yang dideskripsikan. Karangan jenis ini berisi daftar rincian sesuatu secara lengkap atau
agak lengkap, sehingga pembaca dengan penalarannya memperoleh kesan keseluruhan tentang
sesuatu. Pemerolehan kesan ini lebih banyak didasarkan pada proses penalaran ketimbang
emosional.

Contoh: Ratusan ribu pengunjuk rasa berpawai di pusat kota Los Angeles. Mereka
memprotes rancangan peraturan yang secara dramatis akan memperketat ketentuan imigrasi
Amerika Serikat. Pada puncak unjuk rasa, 500.000 orang terlibat, demikian dilaporkan oleh
Kantor Berita Associated Press (AP) Minggu (26/3). Rancangan peraturan tersebut akan
membuat semua pelanggar imigrasi yang tercatat, mengharuskan semua majikan menjelaskan
status pegawai mereka, dan membangun tembok di sebagian besar perbatasan AS-Meksiko.
Majelis Perwakilan Rakyat sudah mengesahkan rancangan undang undang itu. (Kyodo, Anti
Pikiran Rakyat, 27 Maret 2006).

2. Pendekatan Impresionistik

Bertujuan untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca atau kesan pembaca.


Deskripsi ini di antaranya ditentukan juga oleh kesan apa yang diinginkan penulisnya.

Contoh: Pada hari Rabu sore, hanya 12 jam kemudian separuh jantung kota telah lumat.
Pada waktu itu, saya melihat nyala api dari teluk. Kelihatannya sangat tenang, tidak ada angin
bertiup. Tetapi dari sekeliling kota angin menyerbu ke dalam. Udara panas membumbung ke
angkasa. Dengan demikian, udara sekitarnya tertarik ke dalam kota.Keadaan seperti tenang ini
berlangsung siang malam, tetapi di dekat nyala api, angin yang menyerbu masuk hampir
menyamai kecepatan angin topan.

3. Pendekatan Menurut Sikap Pengarang

Pendekatan ini bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai , sifat objek, dan pembaca.
Dalam menguraikan gagasannya penulis mungkin mengharapkan agar pembaca merasa tidak
puas terhadap suatu tindakan atau keadaan atau penulis menginginkan agar pembaca juga harus
merasakan bahwa persoalan yang dihadapi merupakan masalah yang gawat. Penulis juga dapat
membayangkan bahwa akanterjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga pembaca dari mula
sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak, seram, takut, dan sebagainya
( Akhadiah,1997).

Pengarang harus menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum mulai menulis. Semua
rincian harus dipusatkan untuk menunjang efek yang ingin dihasilkan. Perincian yang tidak ada
kaitannya dan menimbulkan keragu-raguan pada pembaca harus disingkirkan. Penulis dapat
memilih, misalnya salah satu sikap, seperti masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, sikap
seenaknya, atau sikap yang ironis ( Keraf, 1981).

Contoh: Seorang lelaki kelihatan mengorek-ngorek tumpukan sampah. Dia kelihatan


mendapat beberapa kardus bekas, sudah agak lusuh dan basah, tapi dimasukkannya juga ke
dalam keranjang besar yang dibawanya di punggungnya. Tidak ada yang memperhatikannya,
kecuali saya agaknya. Astaga, pikir saya, malam-malam begini masih ada orang yang mencari
barang bekas di tumpukan sampah. Namun, saya dan teman saya terus saja menikmati bakso.
Dari dekat bak sampah, di malam yang sejuk seperti ini, bakso ini memang terasa lebih sedap.
(Apipudin SM,1994 dalam Ismail Marahimin, 1994 : 77).

4. Pendekatan realistik yaitu

suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswa dengan menampilkan
hal-hal yang nyata yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Pendekatan
realistik lebih menampilkan model pembelajaran yang nyata berdasarkan kenyataan yang
dihadapi siswa.Maxinus Jaeng, (2008: 82)
PRINSIP-PRINSIP NARASI

Prinsip dasar narasi diantaranya yaitu alur, penokohan, latar, sudat pandang, dan pemilihan detail
peristiwa.

a. Alur (Plot)

Pengertian alur atau plot dapat dipahami melalui contoh berikut: Raja Mati itu disebut
jalan cerita. Akan tetapi Raja mati karena sakit hati dalah alur.

Apa yang disebut alur dalam narasi memanglah sulit dicari. Alur bersembunyi dibalik
jalannya cerita (Suparno, 2004:4.36). Perlu dipahami benar, namun jalan cerita bukanlah alur.
Jalan cerita hanyalah manifestasi , bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Alur dan
jalan cerita memang tak terpisahkan, tetapi harus dibedakan. Kadangkadang orang sering
mengacaukan kedua pengertian tersebut. Jalan cerita bermuatan kejadian-kejadian. Akan tetapi,
suatu kejadian ada karena ada sebabnya, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Suatu kejadian baru
disebut narasi kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Dari suatu kejadian berkembang
kalau ada yang menyebabkan terjadinya perkembangan. Dalam hal ini, adanya konflik.

Intisari alur adalah konflik. Tetapi suatu konflik dalam narasi tidak dapat dipaparkan
begitu saja. Harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur sering dibagi lagi menjadi beberapa
elemen berikut ini:

Pengenalan (eksposisi dimana pengarang mulai melukiskan situasi dan memperkenalkan


tokoh-tokoh cerita sebagai pendahuluan)
Timbulnya konflik (pengarang mulai memperkenalkan pertikaian-pertikaian yang terjadi
di antara tokoh)
Konflik memuncak (pertikaian semakin meruncing)
Klimaks (puncak pertikaian)
Pemecahan masalah (resolusi dari masalah yang muncul)
Ending (akhir cerita)

Itulah susunan alur yang berpusat pada konflik. Dengan adanya alur di atas, pengarang
membawa pembaca ke dalam suatu keadaan yang menegangkan, timbul suatu
tegangan (suspense) dalam cerita. Dari suspense inilah yang menarik pembaca untuk terus
mengikuti cerita.

b. Penokohan

Adapun salah satu ciri khas narasi adalah adanya pengisahan tokoh cerita bergerak dalam
suatu rangkaian perbuatan atau pengisahan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa atau
kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian itu disusun bersama-sama, sehingga mendapatkan kesan
atau efek tunggal.

c. Latar ( Setting)

Latar di sini adalah tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang
dialami tokoh. Dalam karangan narasi kadang tidak disebutkan secara jelas tempat atau waktu
tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkan
latar secara umum.

Contoh: Senja di sebuah kampus, di sebuah pantai, di sebuah kampung. di malam gelap,
di pagi hari nan indah dan sebagainya.

Namun, ada juga yang menyebutkan latar tempat dan waktu secara pasti dan jelas.

d. Sudut Pandang (Point of View)

Sebelum mengarang narasi terlebih dahulu kita harus menentukan sudut pandang. Sudut
pandang dalam narasi akan menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apa pun
sudut pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita karena
watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pengarang kepada
pembacanya. Seperti kita maklumi bahwa setiap orang mempunyai pandangan hidup,
intelegensi, kepercayaan, dan teperamen yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, keputusan
pengarang untuk menentukan siapa yang akan menceritakan kisah, menetukan sekali apa yang
ada dalam cerita. Jika pencerita (narrator) berbeda maka detail-detail cerita yang dipilih pun
berbeda pula.

JENIS-JENIS PARAGRAF

1. Narasi

Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang
rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.

Ciri-ciri Karangan Narasi

Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.


Dirangkai dalam urutan waktu.
Berusaha menjawab pertanyaan "apa yang terjadi?"
Ada konfiks. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika
tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih
lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi,
dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
Memiliki nilai estetika.
Menekankan susunan secara kronologis.

Langkah-langkah menulis karangan narasi

Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan


Tetapkan sasaran pembaca
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung
cerita
Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandangan
mengerti aturan tanda bacanya dalam kalimat tersebut

2. Deskripsi

Pengertian Paragraf deskripsi adalah paragraf yg berisi penggambarkan suatu objek,


tempat, atau peristiwa tertentu kepada pembaca secara jelas dan terperinci sehinggga pembaca
seolah-olah mlihat dan merasakan sendiri apa yg dideskripsikan oleh penulis.

Ciri-ciri :

1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.

2. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.

3. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara
terperinci.
3. Persuasif

Karangan persuasif merupakan karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk


berbuat sesuatu. Karangan ini biasanya berisi ide, gagasan, atau pendapat penulis disertai
imbauan atau ajakan kepada orang lain, dimana pengarang mengharapkan adanya sikap motorik
berupa gerakan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam
karangannya dan pembaca yakin bahwa ide, gagasan atau pendapat tersebut adalah benar dan
terbukti.

Oleh karena itu, biasanya disertai penjelasan dan fakta atau bukti (benar-benar terjadi)
sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca. Pendekatan yang dipakai dalam
persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.

Ciri-ciri Karangan Persuasif

Ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu


Persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya
Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan
antara penulis dengan pembaca.
Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya
kesepakatan pendapatnya tercapai.
Persuasif memerlukan fakta dan data

Langkah-langkah Menyusun Karangan Persuasif

Menentukan topik atau tema


Merumuskan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuas

4. Ekspositoris

Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang isinya memaparkan, menerangkan,


menjelaskan suatu topik yang berupa informasi dengan urut, jelas dan detail dan bertujuan untuk
memberikan informasi sejelas jelasnya kepada para pembacanya.

Ciri Ciri Paragraf Ekspositoris


1. Paragraf ini berusaha untuk menjelaskan suatu pokok persoalan atau memberikan suatu
informasi.
2. Paragraf ini hanya memaparkan persoalan persoalan tersebut tanpa mengajak, atau
mempengaruhi pembacanya, sehingga keputusan akhir dikembalikan kepada
pembacanya.
3. Paragraf ini menggunakan data berupa contoh atau grafik, serta berbagai bentuk fakta dan
contoh lainnya yang dipakai sebagai alat kontrasasi yaitu rumusan rumusan
permasalahan yang kemudian dijabarkan agar lebih konkret.

5. Persuasif

paragraf yang isinya berusaha untuk merebut perhatian pembaca. Paragraf ini disajikan
secara menarik, meyakinkan mereka bahwa pengalaman yang disiratkan itu merupakan suatu
hal yang amat penting. Karena itu, terkadang paragraf persuasi sering digunakan sebagai
paragraf propaganda oleh lembaga kesehatan, pemerintah, dan lain-lain.
Jadi, secara sederhana, kita dapat memahami paragraf persuasif dari ciri utamanya
sebagai sebuah paragraf yang berusaha menarik, meyakinkan, dan merebut perhatian pembaca.
Lebih jelasnya, cermati ciri-ciri paragraf persuasif berikut.

Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1. Tahap Enaktif.

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat
dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.
Untuk gambar a ukurannya: Panjang = 20 satuan , Lebar = 1 satuan
b ukurannya: Panjang = 10 satuan , Lebar = 2 satuan
c ukurannya: Panjang = 5 satuan , Lebar = 4 satuan

2. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana
pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak,
berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
Penyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan sebagai berikut.

3. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol
atau lambang-lambang objek tertentu.
mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan
abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan
pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin dominan.

4. Implikasi
Untuk memahami implikasi, pelajarilah uraian berikut. Misalnya, Elzan berjanji pada
Gusrayani, Jika Sore nanti tidak hujan, maka saya akan mengajakmu nonton. Janji Elzan ini
hanyalah berlaku untuk kondisi sore nanti tidak hujan. Akibatnya, jika sore nanti hujan, tidak ada
keharusan bagi Elzan untuk mengajak Gusrayani nonton.

Anda mungkin juga menyukai