Abstrak: Peserta didik adalah manusia seutuhnya yang berusaha untuk
mengasah potensi supaya lebih potensial dengan bantuan pendidik atau orang dewasa. Sementara itu, secara terminologi peserta didik berarti anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran. Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya. Adapun esensi manusia itu adalah sebagai makhluk ciptaan Allah bukanlah makhluk yang ada dan bereksitensi dengan sendirinya, dan di dalam diri manusia itu terdapat beberapa unsur yaitu unsur al-jism dan al-ruh atau fisik dan psikis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa esensi peserta didik tidak akan bisa untuk diketahui jika mereka tidak mengetahui hakikat atau esensi dari manusia itu sendiri. Kemampuan untuk itu tentu tidak hanya bisa berdiri sendiri tapi haruslah ada bantuan dari orang dewasa, atau bahasa yang lebih teknis pendidikan. Dengan pendidikan inilah peserta didik ditempa, baik terhadap jasmani mapun rohaninya agar semuanya bisa aktif untuk membesarkan dan mengagungkan Allah semata-mata.
Kata Kunci: Esensi, Peserta Didik, Pendidikan Islam
PENDAHULUAN sebagai kelompok, baik manusia yang
Dalam Islam peserta didik ialah beragama Islam maupun tidak, atau setiap manusia yang sepanjang dengan kata lain manusia secara hayatnya selalu berada dalam keseluruhan, setiap orang yang terlibat perkembangan, jadi bukan hanya anak- dalam satu kegiatan pendidikan, baik anak yang sedang dalam pengasuhan itu formal, informal, maupun non dalam pengasihan orang tuanya, bukan formal harus mampu mengembangkan pula hanya anak-anak dalam usia dan mensosialosasikan berbagai sekolah, tetapi mencakup seluruh persoalan yang berkaitan dengan manusia baik sebagai individu maupun peserta didik secara baik dan benar,
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 140
demi terselenggaranya kegiatan dan bimbingan dari orang dewasa atau pembelajaran yang menyenangkan bagi dengan bahasa yang lebih teknis adalah guru dan juga bagi peserta didik. òpendidik󆇕‰ƒ• –—Œ—ƒ• untuk Diantara yang perlu mengantarkannya menuju suatu diperhatikan adalah tentang pematangan diri. Dari sudut pandang bagaimanakah eseensi dari peserta yang lain, ada juga yang mengatakan didik, kewajiban dan tugas peserta bahwa peserta didik itu adalah manusia didik, atau etika peserta didik dalam yang memiliki fitrah atau potensi untuk menuntut ilmu. Untuk menjadi peserta mengembangkan diri, sehingga ketika didik yang baik, sebaiknya memiliki dan fitrah ini ditangani secara baik maka mengembang sifat-sifat mulia dan sebagai eksesnya justru anak didik itu meghindari sifat-sifat tercela, sebab nantinya akan menjadi seorang yang sifat-sifat mulia tersebut akan bertauhid kepada Allah (Al Rasyidin, mempermudah peserta didik dalam 2012: 148). menuntut ilmu, sebaliknya sifat-sifat Sementara itu, bila merujuk tercela akan menghambat peserta didik kepada Undang-Undang Republik dalam menuntut ilmu. Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang terdapat dalam BAB I Pasal 1 poin keempat, KONSEP TEORI dijelaskan bahwa peserta didik itu Definisi Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang yang Sebelum membicarakan esensi berusaha mengembangkan potensi diri peserta didik dalam perspektif filsafat melalui proses pembelajaran yang pendidikan Islam secara panjang lebar, tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis alangkah baiknya dirumuskan dulu pendidikan tertentu. kerangka berpikirnya melalui Maka dari keterangan di atas amat perumusan arti peserta didik itu. Sebab sangat jelas terlihat peserta didik itu dengan mengetahui definisi yang maknanya tidaklah hanya dalam tataran mapan terhadap pengertian dua kata pendidikan formal saja, juga tidak ini, tentu tidaklah terjadi kesalahan memberi batasan usia, dan bahkan dalam memberikan penafsiran nantinya tekanannya sangat mejemuk dengan ketika membicarakan esensi yang tidak melihat bentuk perbedaan karena sesungguhnya. mengacu kepada sebuah kesadaran Memang diakui pemberian akan kemajemukan bangsa Indonesia definisi terhadap suatu objek tidak akan itu sendiri. Namun yang paling bisa memberikan hasil yang maksimal, terpenting dalam pengertian itu adalah dan hal itulah yang terjadi dan ‹•–‹ŽƒŠ ò„‡”—•ƒŠƒ •‡•‰‡•„ƒ•‰•ƒ• membuat para pakar memiliki rumusan ’‘–‡••‹óá ‹–— ƒ”–‹•›ƒ Ž‡™ƒ– ’‡•†‹†‹•ƒ• yang beragam ketika mendefinisikan atau proses pembelajaran yang terarah apa itu peserta didik. Tapi walaupun dan positif diharapkan dapat untuk begitu setidaknya di awal tulisan dalam mengoptimalkan potensi para peserta makalah ini dengan pemberian definisi didik itu, baik dalam wilayah tersebut diharapkan akan menjadi pendidikan formal, non formal, informal dasar untuk mengulas apa yang menjadi dan juga pada tataran jenis dan bentuk substansi persoalan nantinya. pendidikannya. Ada yang berpendapat peseta Sejalan dengan apa yang termuat didik itu adalah manusia yang belum dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun dewasa, oleh karenanya ia 2003, maka senafas benar apa yang membutuhkan pengajaran, pelatihan, dikemukakan oleh Moh. Roqib, bahwa
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 141
peserta didik adalah semua manusia, secara umum tidak berbeda, yaitu yang mana pada saat yang sama dapat sama-sama pembelajar yang terikat menjadi pendidik sekaligus peserta oleh regulasi-regulasi yang didik (Roqib, 2009: 59). Maka dari itu ada.Mungkin disebabkan inilah yang semakin jelaslah apa yang dimaksudkan membuat pemerintah membuat dengan peserta didik, yaitu manusia formulasi bahwa peserta didik adalah seutuhnya yang berusaha untuk anggota masyarakat yang berusaha mengasah potensi supaya lebih mengembangkan potensi. potensial dengan bantuan pendidik atau Namun bila mengacu kepada orang dewasa. penggunaan bahasa sehari-hari peserta Setelah mendapatkan gambaran didik itu sering disebut sebagai murid, apa yang dimaksud peserta didik, pelajar dan anak didik. Pemakaian kiranya perlu juga untuk dijelaskan istilah bagi ini masyarakat awam sepintas bahwa kata kunci peserta didik mungkin tidak ada persoalan. Tapi dikalangan masyarakat kita sangat justru bila pendekatannya variatif, hal ini dipahami sebagai menggunakan kaca mata ilmiah, istilah- penjabaran dari SISDIKNAS, misalkan: istilah tersebut ternyata memiliki Siswa/Siswiò‹•–‹ŽƒŠ „ƒ‰‹ peserta didik perbedaan yang sangat mendasar. Hal pada jenjang pendidikan dasar dan ini sesuai dengan gagasan yang •‡•‡•‰ƒŠóá dikemukakan oleh Tafsirbahwa istilah Mahasiswa/Mahasiswiò‹•–‹ŽƒŠ —•—• penyebutan terhadap manusia usia bagi peserta didik pada jenjang bersekolah itu bukanlah peserta didik pendidikan tinggi yaitu perguruan seperti yang termuat dalam Sistem –‹•‰‰‹ ƒ–ƒ—’—• •‡•‘ŽƒŠ –‹•‰‰‹óá Warga Pendidikan Nasional Tahun 2003, tapi belajar òistilah bagi peserta didik yang istilah yang tepat adalah murid (Tafsir, mengikuti jalur pendidikan nonformal. 2008: 164). Misalnya seperti warga belajar Memang kesannya istilah murid ’‡•†‹†‹•ƒ• •‡ƒ••ƒ”ƒƒ• ˆ—•‰•‹‘•ƒŽóá ini akan mengembalikan pendidikan Pelajarò‹•–‹ŽƒŠ Žƒ‹• ›ƒ•‰ †‹‰—•ƒ•ƒ• „ƒ‰‹ kita terhadap masa tradisi guru sentris, peserta didik yang mengikuti tapi menurutnya tidaklah ada persoalan pendidikan formal tingkat dasar jika guru dan murid meresapi dan maupun pendidikan formal tingkat mengamalkannya karena diyakini akan •‡•‡•‰ƒŠóá Murid òistilah lain peserta lebih mempercepat dan tepat †‹†‹•óá òSantriò‹•–‹ŽƒŠ „ƒ‰‹ ’‡•‡”–ƒ †‹†‹• menghasilkan lulusan yang menjadi di pesantren atau sekolah-sekolah manusia. Pandangan ini didasari oleh salafiyah yang dijiwai oleh ajaran sebuah keyakinan ilmiah, bahwa istilah Islamó. murid ini mengandung kesungguhan Kemudian menurut hemat penulis belajar, memuliakan guru, keprihatinan istilah-istilah di atas patut untuk guru terhadap murid. Dalam istilah direnungkan terutama kaitannya murid ini terkandung makna mendalam dengan SISDIKNAS kita, artinya ketika bahwa mengajar dan belajar adalah disebutkan peserta didik apa berarti sebuah kewajiban. Dalam perbuatan istilah yang lain dianggap telah belajar mengajar itu ada berkah. terwakili di dalamnya atau sebaliknya, Pendidikan yang dilakukan memenuhi artinya penggunaan istilah ini sangat unsur-unsur profan dan transendental umum. Logika berpikirnya kelihatannya (Tafsir, 2008: 165). begitu, walaupun memang secara Istilah murid ini dari pandangan konten pembelajarannya satu sama lain Tafsir benar-benar dipengaruhi oleh berbeda tapi prinsip-prinsip dasarnya ajaran Islam itu sendiri yaitu
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 142
menekankan kesungguhan belajar, dalam membentuk kepribadian serta menyucikan diri, kepatuhan murid sebagai bagian dari struktural proses terhadap guru dan sedang berjalan pendidikan. Dengan kata lain peserta menuju Tuhan. Disinilah letak didik adalah seorang individu yang mendasar perbedaan istilah murid ini tengah mengalami fase perkembangan dengan istilah-istilah yang lain. Apalagi atau pertumbuhan baik dari segi fisik penggunaan istilah ini juga jauh dan mental maupun fikiran. sebelum sekarang telah diperkenalkan Sebagai individu yang tengah oleh kalangan sufi. Pada akhirnya mengalami fase perkembangan, tentu kelebihan dalam istilah murid ini jauh peserta didik tersebut masih banyak lebih terasa dibandingkan dengan memerlukan bantuan, bimbingan dan istilah lain. Apalagi bila dikaitkan arahan untuk menuju kesempurnaan. dengan kondisi pelajar sekarang, yaitu Hal ini dapat dicontohkan ketika terjadinya perosotan capaian subtansi seorang peserta didik berada pada usia pendidikan yaitu menjadi sosok balita seorang selalu banyak mendapat manusia berakhlak yang mulia. Dengan bantuan dari orang tua ataupun demikian pada tahap ini akan semakin saudara yang lebih tua. Dengan memperkuat relavansi penggunaan dari demikian peserta didik merupakan istilah ini (Tafsir, 2008: 165-166). barang mentah (raw material) yang Dari berbagai uraian di atas, telah harus diolah dan dibentuk sehingga memberi gambaran-gamabaran teoritis, menjadi suatu produk pendidikan dan dan dalam diskursus ini adalah suatu tetap mengacu kepada prinsip dasar keniscayaan sebab membicarakan pendidikan tersebut secara benar dan esensi peserta didik dalam Islam tidak terarah. bisa dilepaskan dari bagaimana cara Berdasarkan hal tersebut secara pandang manusia terhadap manusia, singkat dapat dikatakan bahwa setiap barulah kemudian melihat bagaimana peserta didik memiliki eksistensi atau cara pandang Islam tentang manusia itu kehadiran dalam sebuah lingkungan, sendiri. Memang disadari dalam kajian seperti halnya sekolah, keluarga, diawal tidaklah banyak didiskusikan pesantren bahkan dalam lingkungan pendapat-pendapat tokoh filsuf masyarakat. Dalam proses ini peserta ternama yang pernah membicarakan didik akan banyak sekali menerima manusia seperti, Plato, Socrates, bantuan yang mungkin tidak Aristoteles dan sebagainya, namun disadarinya. persoalan yang diangkat hanya sekedar Dengan diakuinya keberadaan pada wilayah-wilayah yang sering seorang peserta didik dalam konteks menjadi perdebatan dalam tataran kehadiran dan keindividuannya, maka praktek pendidikan dan kondisi tugas dari seorang pendidik adalah masyarakat kita. Jadi dapatlah memberikan bantuan, arahan dan dipastikan pengenalan atas semua bimbingan kepada peserta didik istilah itu tidak terlalu berlebihan, menuju kesempurnaan atau sesuai karena fokus pengkajian ini tentu lebih dengan kedewasaannya. Dalam konteks banyak membicarakan manusia secara ini seorang pendidik harus teorits dari pada manusia secara teknis. mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik Sementara peserta didik secara tersebut. terminologi adalah anak didik atau Adapun ciri-ciri peserta didik individu yang mengalami perubahan, ialah: (a) kelemahan dan ketak perkembangan sehingga masih berdayaannya; (b) berkemauan keras memerlukan bimbingan dan arahan untuk berkembang; dan (c) ingin
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 143
menjadi diri sendiri (memperoleh Konsep Manusia Menurut Islam kemampuan) (Ahmadi & Uhbiyati, Dalam memahami manusia tentu 2006: 40). Sedangkan kriteria peserta harus dipedomani dengan pandangan didik ialah: (a) peserta didik bukanlah Islam sebagai tolak ukur yang mendasar miniatur orang dewasa tetapi memiliki untuk mengetahui sesungguhnya apa dunianya sendiri; (b) peserta didik hakikat manusia. Mesikpun nantinya memiliki periodasi perkembangan dan disela-sela pembahasan, dengan tolak pertumbuhan; (c) peserta didik adalah ukur pandangan terdapat persamaan makhluk Allah yang memiliki dengan gagasan manusia sebagai perbedaan individu baik disebabkan pemikir dan pemerhati pendidikan, oleh faktor bawaan maupun lingkungan justru hal itu akan menambah dimana ia berada; (d) peserta didik perbendaharaan dan pemahaman merupakan dua unsur utama jasmani tentang konsep manusia, dan akan dan rohani, unsur jasmani memiliki menjadi modal berharga untuk daya fisik, dan unsur rohani memiliki menghasilkan model pendidikan yang daya akal hati nurani dan nafsu; dan (e) tepat terhadap manusia. peserta didik adalah manusia yang ƒŽƒ• Ž“—” –‡”†ƒ’ƒ– „‡berapa memiliki potensi atau fitrah yang dapat term atau istilah yang merujuk kepada dikembangkan dan berkembang secara kata manusia. Misalkan, dengan kata al- dinamis (Ramayulis, 2006: 77). Basyar, yang secara etimologi berarti Didalam proses pendidikan kulit kepala, wajah, atau tubuh yang seorang peserta didik yang berpotensi menjadi tempat tumbuhnya rambut. adalah objek atau tujuan dari sebuah Adapun makna-makna yang terkandung sistem pendidikan yang secara langsung dalam al-Basyar ini kadang digunakan berperan sebagai subjek atau individu dalam arti mulamasah atau yang perlu mendapat pengakuan dari persentuhan kulit laki-laki dan lingkungan sesuai dengan keberadaan perempuan, kadang juga digunakan individu itu sendiri. Sehingga dengan dalam penjelasan terhadap eksistensi pengakuan tersebut seorang peserta Rasul dan Nabi, juga Allah didik akan mengenal lingkungan dan menggunakannya untuk menjelaskan mampu berkembang dan membentuk proses kejadiannya (dalam hal ini kepribadian sesuai dengan lingkungan kejadian Nabi Adam) (Nizar, 2002: 2). yang dipilihnya dan mampu Jadi dengan demikian, ini semua mempertanggung jawabkan menunjukkan bahwa penyebutan perbuatannya pada lingkungan manusia dengan al-Basyar konteksnya tersebut. adalah selalu merujuk sebagai makhluk Sehingga agar seorang pendidik biologis, dan rincian itu jugalah salah mampu membentuk peserta didik yang satunya perbedaan mendasar manusia berkepribadian dan dapat dengan hewan, terutama subtansi mempertanggungjawabkan sikapnya, makna kata yaitudimana pada hewan maka seorang pendidik harus mampu itu yang lebih tampak adalah bulunya, memahami peserta didik beserta segala sementara manusia yang lebih tampak karakteristiknya. Adapun hal-hal yang adalah kulitnya bukan bulunya seperti harus dipahami adalah: (1) pada hewan (Al Rasyidin, 2012: 15). kebutuhannya; (2) dimensi-dimensinya; ‡”•ƒ†ƒ•‰ Ž“—” †ƒŽƒ• (3) intelegensinya; dan (4) menyebutkan manusia dengan kata al- kepribadiannya (Ramayulis, 2006: 78). Nas, dengan makna penunjukan manusia itu sebagai makhluk sosial secara keseluruhan atau dengan kata
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 144
lain menyebutkan manusia keturunan memiliki bentuk yang lebih baik, lebih Adam secara totalitas. Terkadang kata indah dan lebih sempurna al-Nas digunakan Allah untuk dibandingkan makhluk lain ciptaan menyebutkan manusia adalah makhluk Allah, hingga manusia dinilai sebagai yang tidak memiliki ketetapan makhluk lebih mulia, sisi lain manusia keimanan yang kuat, kadang beriman merupakan makhluk yang mampu kadang munafik (Nizar, 2002: 13-16). mendidik, dapat dididik, karena ‡Žƒ‹• †ƒ”‹ ’ƒ†ƒ ‹–—á Œ—‰ƒ Ž“—” manusia dianugerahi sejumlah potensi menggunakan kata al-Insan untuk yang dapat dikembangkan. Itulah menyebutkan manusia, yang secara antara lain gambaran tentang etimologi berarti harmonis, lemah pandangan Islam mengenai hakikat lembut, tampak dan pelupa. Kemudian manusia, yang dijadikan acuan maknanya kadang digunakan Allah pandangan mengenai hakikat peserta untuk menunjukkan bahwa manusia itu didik dalam pendidikan Islam adalah makhluk jasmani dan rohani, (Jalaluddin, 2003: 144). dengan kedua inilah manusia akan bisa Dengan demikian manusia naik derajatnya ketingkat yang tinggi, bukanlah makhluk yang berdiri sendiri menjadi makhluk Allah yang unik dan tapi ia adalah makhluk yang didirikan. istemwa, sempurna, atau sebagai Dalam hal ini Alquran telah makhluk dinamis sehingga akan mampu memberikan keterangan secara untuk memikul predikat khalifah Allah impilisit bahwa manusia tersebut di muka bumi. Dikesempatan lain al- bukanlah makhluk yang ada (being) dan Insan digunakan untuk menjelaskan berada (existence) dengan sendirinya, sifat umum, serta sisi-sisi kelebihan dan tapi manusia diciptakan oleh Tuhan kelemahan manusia. Kemudian al- dengan melalui tiada menjadi ada Insanjugadigunakan untuk (Adam) dan lewat proses yang menunjukkan proses kejadian manusia kompleks (manusia keturunan Adam). sesudah Adam dan juga al-Insan Dalam pandangan Islam manusia mengandung makna kesempurnaan, tercipta dari dua unsur yaitu unsur sesuai dengan tujuan penciptaannya. materi dan non materi. Dari Selain ketiga di atas, ada juga kata pengertiannya bahwa dimensi materi yang digunakan untuk menunjukkan bermakna manusia adalah al-jism dan manusia yaitu Bani Adam yang artinya dimensi non-materi bermakna al-ruh generasi keturunan Adam. Ini (Al Rasyidin, 2012: 6). Adapun kedua menunjukkan bahwa manusia itu sama- dimensi tersebut harus betul-betul sama memiliki harkat dan martabat diperhatikan dalam praktek kemanusiaan yang universal (Al pendidikan, karena Islam sangat Rasyidin, 2012: 15). menghargai kedua dimensi tersebut. Dari sebutan lain yang digunakan Mengintegrasikan keduanya dalam Allah untuk menjelaskan manusia di pendidikan Islam harga mati. Keduanya atas, maka bisa diambil kesimpulan harus sejalan dan tidak boleh tumpang bahwa menurut konsep ajaran Islam tindih. Jika pendidikan tidak mengambil manusia pada hakikatnya, adalah perannya menyentuh kedua ranah itu, makhluk ciptaan Allah yang secara maka manusia akan tertinggal dan tidak biologis diciptakan melalui proses akan mampu mengenali rahasia-rahasia pertumbuhan dan perkembangan yang diri, padahal menyingkap rahasia berlangsung secara evolutif dan variatif, dibalik diri adalah langkah yang tepat yaitu melalui proses yang bertahap. untuk mengenali Pencipta diri. Sebagai makhluk ciptaan, manusia Pengungkapan rahasia keunikan diri
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 145
manusia juga akan mengantarkan †‹Œ‡Žƒ••ƒ• ‘Ž‡Š ŽŽƒŠ †ƒŽƒ• Ž“—” manusia kepada sebuah kesadaran dalam Surah Al-Mukminun ayat 12-16 sehingga akan berdaya guna untuk bahwa manusia itu berasal dari tanah, menambah wawasan dalam mengurus dan dalam hadis pun telah dijelaskan dan menjaga alam semesta ciptaan bagaimana tahap-tahap Tuhan. perkembangannya, sehingga akhir dari Sementara kedua dimensi yang jism ini akan menjadi tanah pula. ada dalam diri manusia ini menurut Namun yang paling terpenting disini Harun Nasution disebut dengan unsur adalah esensi dari jism itu. Harun materi dan imateri ƒ–ƒ— òŒƒ••ƒ•‹ †ƒ• Nasution menjelaskan jism ini memiliki ”—Šƒ•‹óá ›ƒ‹–— –—„—Š •ƒ•—•‹ƒ „‡”ƒ•ƒŽ daya-daya yaitu daya fisik dan jasmani, dari tanah dan ruh atau jiwa berasal di antaranya mendengar, melihat, dari subtansi imateri di alam gaib. merasa, meraba, mencium, dan juga ada Tubuh pada akhirnya akan menjadi daya gerak misalnya bisa tanah dan ruh atau jiwa akan pulang ke menggerakkan tangan, kepala, kaki, alam gaib. Lebih lanjut Harun Nasution mata, dan sebagainya. Kemudian memaparkan bahwa unsur-unsur manusia itu juga bisa pindah tempat penciptaan manusia itu sesungguhnya seperti pindah tempat duduk, keluar memiliki daya-daya (Nasution, 1989: rumah dan sebagainya atau bahasa 37). yang lebih teknis adalah jism ini Jism merupakan struktur manusia memiliki dua daya yaitu daya fisik atau yang merupakan organisme fisik. Bila jasmani dan daya gerak (Nasution, dibandingkan dengan makhluk 1989: 37). lainnya,seperti hewan dan tumbuhan Sturuktur lain adalah ruh, maka bentuk organisme manusia lebih masalah ini telah digariskan dalam Al- sempurna. Secara prinsipil manusia —” yang menyebutkan setelah jelas-jelas berbeda dengan hewan, kejadian manusia dalam kandungan meskipun antara manusia dengan mengambil bentuk, ditiupkanlah ruh hewan banyak kemiripan terutama jika oleh Allah dan dijadikan-Nya dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya pendengaran, penglihatan dan (misalnya dengan orang hutan), tapi hal perasaan. Allah SWT berfirman: W Ú \\ U \iW XT œÈOV Q \\ ÄÔ³[‹ ‰#Å ]C_•ÕOU Ý Ýs° Š itu tidak mengharuskan manusia sama dengannya, karena ada hal-hal yang V ›Q Ày C°% œÄ V Ô•Q6 •#\È\B ƒ2É2 §°¨ ÛÜ°» C°% ¨C›_•60_ memisahkannya keduanya berbeda total, seperti dijelaskan Anwar Hafid dkk bahwa manusia berbeda dengan hewan karena manusia itu memiliki C°% °Oj°Ù \g[ÝW5XT ÈO ˆS\y ƒ2É2 §±¨ ÛܯI‰% Ä ‰% C°K% kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan QQ\i°‹ÙÙ )] XT Wm›_¡× )] XT \ÌÕ-‚• Ä1Å V •#\È\BXT ž°O°OTvq kata hati, moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan §²¨ |ETÄmÁ Õ‘Q# ‰% 9Zk¯ V (kemerdekaan), kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, dan kemampuan Artinya: òYang membuat segala sesuatu menghayati kebahagian, tapi hal ini yang Dia ciptakan sebaik- tidaklah dimiliki oleh hewan atau baiknya dan yang memulai tumbuhan (Hafid, 2013: 2). penciptaan manusia dari tanah. Jism manusia atau dimensi Kemudian Dia menjadikan material ini sesungguhnya telah keturunannya dari saripati air
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 146
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 147
Selanjutnya penciptaan manusia memiliki dunianya sendiri. Hal ini selain makhluk pengabdi, manusia itu sangat penting untuk dipahami, agar juga diisyaratkan memiliki tugas yang peserta didik itu tidak disamakan lebih berat, yaitu sebagai Khalifah. Allah dengan orang dewasa, baik dalam aspek SWT berfirman: metode, materi, sumber, sumber bahan ¨º×q)] r¯Û ¸#°Ã \C r¯Q7¯ °RV ®”‘›Q \-Ú ° |^v Xq W$ V Ùl¯ XT pembelajaran yang digunakan; (2) Peserta didik adalah manusia yang ....... <R[Ýk¯ \\ memiliki diferensiasi priodesasi pertumbuhan dan perkembangan. Pemahaman ini cukup penting untuk Artinya: ò •‰ƒ–ŽƒŠ •‡–‹•ƒ —Šƒ••— diketahui agar aktivitas kependidikan berfirman kepada Para Islam disesuaikan dengan tingkat Malaikat: "Sesungguhnya aku pertumbuhan dan perkembangan hendak menjadikan seorang peserta didik untuk menuju khalifah di muka bumi." (QS. kesempurnaan; (3) Peserta didik adalah Al-Baqarah, 2: 30). manusia yang memiliki kebutuhan, Pengertian Khalifah ini pada yang menyangkut kebutuhan jasmani mulanya berarti yang menggantikan dan rohani yang harus dipenuhi; (4) atau yang datang sesudah siapa yang Peserta didik adalah makhluk Allah datang sebelumnya. Karenanya, ada yang memiliki perbedaan individual, yang memaknai kata khalifah dalam arti baik yang disebabkan oleh faktor menggantikan Allah dalam menegakkan pembawaan maupun lingkungan. kehendak-Nya dan menerapkan Dengan pemahaman terhadap ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan perbedaan ini, diharapkan bisa kerena Allah tidak mampu meminimalisir kegagalan pendidikan melaksanakannya, namun karena Allah yang dilakukan; (5) Peserta didik bermaksud menguji manusia dan merupakan resulta dari dua unsur memberinya penghormatan. Maka oleh utama, yaitu jasmani dan rohani. Itu sebab itu kehkalifaan itu terdiri dari: artinya kedua aspek ini harus terpenuhi (1) Adanya wewenang yang ketika ingin meberikan pendidikan; (6) dianugerahkan Allah; (2) Adanya Peserta didik adalah manusia yang makhluk yang diserahi wewenang; dan memiliki potensi yang dapat (3) Adanya wilayah tempat bertugas, dikembangkan dan berkembang secara yaitu bumi (Al Rasyidin, 2012: 27). dinamis. Untuk itulah orang dewasa Maka dari itu dapatlah atau pendidik harus berperan untuk disimpulkan bahwa tujuan filosif membantu perkembangan itu kearah penciptaan manusia ini adalah untuk yang lebih baik (Nizar, 2002: 40-50). mengenal Tuhan dan bersyahadah kepada-Nya. Bukti pengenalan dan syahadah manusia terhadap Tuhan itu Esensi Peserta Didik harus ditunjukkan dalam pelaksanaan Untuk mengetahui esensi peserta ˆ—•‰•‹ †ƒ• –—‰ƒ• •ƒ•—•‹ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ † didik sumber ajaran agama Islam tentu Allah dan Khalifah-Nya di alam semesta. menjadi dasar pemikiran yang tidak Untuk itu, perlu diperjelas bisa lepas dari pengkajian. Sebab agama beberapa diskripsi tentang hakikat adalah fitrah yang diberikan Allah SWT manusia sebagai peserta didik dan dalam kehidupan manusia, sehingga implikasinya terhadap pendidikan tatkala seorang peserta didik Islam, yaitu: (1) Peserta didik bukan mengalami masa tumbuh dan miniature orang dewasa, akan tetapi perkembangan, sesungguhnya ia telah
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 148
memiliki rasa iman. Namun rasa iman baik dari fisik (jism) maupun diri psikis ini akan berubah seiring dengan (ruh) aql, nafs, qalbagar mampu perkembangan usia peserta didik. menjalankan fungsi-fungsinya secara Ketika seorang peserta didik keluar dari sempurna (Al Rasyidin, 2012: 148-149). masa kanak-kanak, maka iman tersebut Jadi, peserta didik sebagai akan berkembang, ia mulai berfikir makhluk Allah yang diberi tugas untuk siapa yang menciptakan saya, siapa memakmurkan bumi, justru diberi yang dapat melindungi saya, siapa yang kelebihan dan juga keistimewaan yang dapat memberikan perlinungan kepada tidak diberikan kepada makhluk lain, saya. Namun iman ini dapat menurun yakni kecerdesan akal, dan kepekaan tergantung bagaimana ia beribadah. hati yang mampu berpikir rasional dan Oleh sebab itu pendidikan sangat besar merasakan sesuatu di balik materi dan peranannya untuk menumbuh perbuatan. Keutamaan yang lain yang kembangkan serta mengembalikan diberikan Allah kepada manusia adalah manusia pada tujuan dasarnya. fitrah, yakni potensi manusawi yang Dalam perspektif filsafat educable. Dengan bekal itulah pendidikan Islami, semua makhluk memungkinkan bagi manusia untuk pada dasarnya adalah peserta didik. mencapai taraf kehidupan yang amat Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, tinggi dalam aspek peradaban dan •—Ž‹•, atau muaddib, Allah pada kedekatan dengan Allah (Roqib, 2009: hakikatnya adalah pendidik bagi 59). seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah Dalam Widodo Supriyono juga yang mencipta dan memelihara seluruh dijelaskan bahwa secara garis besar makhluk. Pemeliharaan Allah manusia itu ada dua dimensi seperti mencakup sekaligus kependidikan-Nya, halnya pendapat-pendapat lain di atas, baik dalam arti –ƒ”„‹›ƒŠá –ƒïlim, maupun yaitu dimensi al-jismdan al-ruh. Ia –ƒïdib. Karenanya, dalam perspektif menyatakan bahwa secara al- filsafat pendidikan Islam, peserta didik ruhmanusia mempunyai potensi itu mencakup seluruh makhluk Allah, kerohanian yang tak terhingga seperti malaikat, jin, manusia, banyaknya. Potensi-potensi tersebut tumbuhan, hewan, dan sebagainya. nampak dalam bentuk memahami Namun, dalam arti khusus peserta sesuatu (ulil albab), dapat berfikir atau didik adalah seluruh al-insan, al-basyar, merenung, memepergunakan akal, atau bani adam yang sedang berada dapat beriman, bertaqwa, mengingat, dalam proses perkembangan menuju atau mengambil pelajaran, mendengar kepada kesempurnaan atau suatu firman Allah, dapat berilmu, kondisi yang dipandang sempurna (al- berkesenian, dan sebagainya (Supriono, insan al-kamil). Terma al-Insan, al- 1996: 171). basyar, atau bani adam dalam definisi Oleh karena itu, potensi-potensi ini memberi makna bahwa kedirian yang dikaruniakan oleh Allah itulah peserta didik itu tersusun dari unsur- yang menjadi sasaran dari pendidikan unsur jasmani, ruhani, dan memiliki Islam. Bagaimanakah pendidikan Islam kesamaan universal seperti yang telah supaya bisa untuk mengembangkan dikemukakan pada bagian terdahulu, potensi-potensi itu sehingga bisa lahir yakni sebagai makhluk yang diturunkan manusia-manusia yang punya atau dikembangbiakan dari Adam pengalaman, keterampilan, kecakapan, kemudian, terma perkembangan dalam keprofesionalan tapi yang pada pengertian ini berkaitan dengan proses akhirnya manusia itu akan sadar betapa mengarahkan kedirian peserta didik, besar dan kuasanya Tuhan. Bahkan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 149
bukan sebaliknya ketika manusia sudah 1990: 10). Karena kalau tidak, peserta pada puncak kejayaan yang paling akan cenderung disesatkan oleh tinggi mereka lupa dan mengingkari berbagai pengaruh dari lingkungan Tuhan, hal itu tidaklah dikendaki oleh yang datang dari luar dirinya. Apalagi Pendidikan Islam. sebuah kenyataan bahwa peserta didik Memang pendidik dalam Islam itu punya sarana kemampuan untuk pada hakikatnya adalah Allah, namun menerima pengaruh yang menyesatkan dalam batas-batas tertentu manusia dan/atau menyelematkan (positif dan juga diberi mandat ke khalifaan atau negatif), sama-sama tersedia di dalam manusia diberi kebebasan untuk diri manusia. Seperti telah memberi pendidikan kepada dikemukakan di awal bahwa sesamanya karena mereka adalah ’‡•›‡„—–ƒ• Ž“—” terhadap manusia makhluk yang dinamis dan dibekali dengan kata al-nas salah satu dengan potensi yang cukup potensial. indikasinya adalah manusia itu pelupa, Sehingga pendidik itu adalah orang sering salah, imannya tidak tetap, dewasa, artinya adalah orang yang lebih kadang kuat terkadang tidak. Ketika berpengetahuan, berpengalaman, keadaan imannya tidak tentu dibandingkan yang didik.Untuk itu pembiaran peserta didik untuk pendidikan yang diberikan kepada berkembang dan tumbuh secara peserta didik, harus bersesuaian alamiah dapat dipastikan akan terjadi dengan apa yang sudah digariskan oleh konsekuensi negatif yang akan Allah dan kesanalah arah pendidikan merugikan peserta didik itu. Allah SWT Islam itu. berfirman: §±¨ \I XSÙ V"XT \FXqSÉIÊÚ \I\-RNÚ U VÙ Peserta didik memang memiliki daya dan potensi untuk berkembang dan siap pula untuk dikembangkan. Artinya: òMaka Allah mengilhamkan Karena itu, setiap peserta didik tidak kepada jiwa itu (jalan) dapat diperlakukan sebagai manusia kefasikan dan ketakwaannyaó yang sama sekali pasif, seperti yang (Al-Syams, 91: 8). dipercayai oleh kaum emprisme, Dari ayat di atas membuktikan melainkan peserta didik itu memiliki bahwa pendidikan itu sangat urgen kemampuan dan keaktifan yang mampu dalam kehidupan umat manusia untuk membuat pilihan dan penilaian, menumbuhkan sisi positif yang ada merima, menolak atau menemukan dalam dirinya tersebut untuk mencapai alternative lain yang lebih sesuai kesempurnaan. dengan pilihannya sebagai perwujudan Adapun yang dimaksud dari adanya kehendak dan kemauan kesempurnaan adalah suatu keadaan di bebasnya (Siddik, 2011: 67). mana dimensi jismiyah dan ruhiyah Bila peserta didik dibiarkan manusia itu (peserta didik), melalui tumbuh dan berkembang secara proses –ƒ”„‹›ƒŠá –ƒïŽ‹•, maupun –ƒï†‹„, alamiah tanpa bantuan pendidikan, hal diarahkan secara bertahap dan itu sangat memungkinkannya berkesinambungan untuk mencapai kehilangan arah dalam menempuh tingkatan terbaik dalam kemampuan perjalanan menuju kebaikan dan mengaktualisasikan seluruh daya atau kebenaran. Al-Attas juga mengakui hal kekuatannya. Berdasarkan sudut demikian bahwa manusia bisa menjadi pandang demikianlah seluruh unsur- baik harus dengan pendidikan, dengan unsuru anggota jasmani manusia atau pendidikan inilah lahir manusia peserta didik harus mencapai universal atau insal kamil (Al-Attas,
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 150
tingakatan terbaik dalam sama, namun itulah yang menjadi tugas kemampuannya dalam melakukan pendidikan Islam agar kedua dimensi tugas-tugas fisikal-biologis, seperti yang telah disepakati beserta subtansi bergerak, berpindah, dan melakukan yang terdapat di dalamnya tetap berbagai aktivitas fisikal lainnya. terpelihara dari berbagai gangguan dan Demikian pulalah halnya dengan noda yang akan membuat daya-dayanya dimensi ruhiyah yang terdiri dari aql, terkikis dan melemah. nafs, dan qalb peserta didik, lewat Nah, agar pelaksanaan proses pendidikan harus bisa mencapai pendidikan Islam dapat mencapai tingakatan terbaik dalam berpikir atau tujuan yang dikehendaki untuk menalar, dalam mengendalikan dan menjadikan peserta didikinsane kamil, mensucikan diri, dan dalam menangkap maka setiap peserta didik hendaknya cahaya dan memahami kebenaran. senantiasa menyadari tugas dan Sehingga terbentuklah manusia tanggung jawabnya. Seperti sempurna seutuhnya atau insan kamil. dikemukakan oleh Al-Abrasyi sebagaimana dikutif Al Rasyidin, bahwa di antara tugas-tugas dan tanggung Tugas Dan Tanggung Jawab Seorang jawab peserta didik itu antara lain: (1) Peserta Didik Sebelum memulai aktivitas Sesuai dengan karakter pembelajaran, peserta didik harus dasarnya, ilmu itu datangnya dari Allah terlebih dahulu membersihkan hatinya dan karenanya ia merupakan al-nur dari sifat yang buruk, karena belajar- atau cahaya kebenaran yang akan mengajar itu merupakan ibadah dan menerangi kehidupan para pencarinya. ibadah harus dilakukan dengan hati dan Sebagai al-haq, Allah Maha Suci, dan jasmani yang bersih; (2) Peserta didik kesuciannya hanya bisa dihampiri oleh belajar harus dengan maksud mengisi yang suci pula. Karenanya, sifat utama jiwanya dengan berbagai keutamaan dan pertama yang harus dimiliki untuk mendekatkan diri kepada Allah; peserta didik adalah mensucikan diri (3) Bersedia mencari ilmu ke berbagai atau jiwanya (tazkiyah) sebelum tempat yang jauh sekalipun, meskipun menuntut ilmu pengetahuan. Karena harus meninggalkan daerah tempat maksiat hanya akan mengotori jasmani, kelahiran atau tanah air, keluarga, akal, jiwa dan hati manusia, sehingga saudara atau bahkan ayah dan ibu dan membuatnya sulit dan terhijab dari sebagainya; (4) Tidak terlalu sering cahaya, kebenaran, atau hidayah Allah menukar guru, dan hendaklah berpikir (Zainuddin & Nasir, 2010: 111-113). panjang sebelum menukar guru; (5) Sejalan dengan penjelasan ini Al-Attas Hendaklah menghormati guru, mengemukakan bahwa sebetulnya memuliakannya, dan mengagung- orang-orang muslim sepakat bahwa kannya karena Allah serta berupaya semua ilmu itu datangnya dari Allah. menyenangkan hatinya dengan cara Dimana kedatangannya kepada yang baik dan diridhai oleh Allah; (6) fakultas-fakultas jiwa serta indera yang Jangan merepotkan guru, jangan menerima dan menafsirkannya tidaklah berjalan di hadapannya, jangan duduk sama (Al-Attas, 1990: 42). Artinya di tempat duduknya, dan jangan mulai pensucian jiwa dan jasmani harus berbicara sebelum diizinkannya; (7) betul-betul diperioritaskan karena ilmu Jangan membukakan rahasia kepada adalah milik Allah dan dari Dialah guru atau meminta guru membukakan asalnya. Memang manusia dalam rahasia, dan jangan pula menipunya; (8) menerima dan menafsrikannya tidaklah Bersungguh-sungguh dan tekun dalam
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 151
belajar; (9) Saling bersaudara dan konsentrasi dalam mempelajari hal-hal mencintai antara sesama peserta didik; pokok dan mendasar. Setelah mapan (10) Peserta didik harus terlebih dahulu dan matang tahap selanjutnya tidak memberi salam kepada guru dan masalah; (5) Menekuni ilmu yang paling mengurangi percakapan di hadapannya; penting untuk dirinya. Pada tahap ini dan (11) Peserta didik hendaknya peserta didik idealnya harus dibimbing senantiasa mengulangi pelajaran, baik dan diarahkan oleh orang yang lebih di waktu senja dan menjelang subuh berpengalaman. Apalah zaman ƒ–ƒ— ƒ•–ƒ”ƒ ™ƒ•–— •›ƒï †ƒ• •ƒ•ƒ• sekarang disiplin ilmu benar-benar sahur (Al Rasyidin, 2012: 153-154). cukup kompleks; (6) Tidak menekuni Selain itu seperti dikutif Tafsir, banyak ilmu sekaligus, melainkan ƒï‹† ƒ™ƒ •‡•Œ‡Žƒ••ƒ• –—‰ƒ• •—”‹† berurutan dari yang paling dasar dan atau sifat-sifat murid dalam pendidikan penting. Dalam pendidikan Islam yang Islam harus memenuhi kriteria sebagai paling mendasar pengenalan terhadap berikut: (1) Harus mendahulukan Allah SWT; (7) Tidak tergesa-gesa kesucian jiwa sebelum lainnya. Masalah menguasai ilmu. Konsisten terhadap kebersihan jiwa ini dianalogikan seperti ilmu yang sedang dipelajari dan tidak halnya shalat, tidak sah shalat jika tidak berpindah sebelum rampung tahap ke suci dari hadats maupun najid. Ini tahap yang lain; (8) Punya keahlian artinya menyemarakkan hati terhadap dalam memilih atau menentukan ilmu tidak sah bila mana hati itu kotor dimana ilmu yang paling utama dan dan tidak suci dari akhlak tercela; (2) mulia. Sikap semacam ini merupakan Mengurangi keterikatannya dengan hasil dari proses belajar yang sungguh- kesibukan duniawi, karena kesibukan sungguh. Karena pada dasarnya ilmu semacam ini akan melengahkannya dari bertahap dan berurutan atau sering cita-cita dasar dari menuntut ilmu. Jika disebut dengan istilah sistematis pikiran tidak terkonsentrasi maka tidak (Tafsir, 2008: 167-168). akan dapat memahami hakikat ilmu. Tugas dan tanggung jawab Pikiran yang terpancar pada berbagai seorang peserta didik yang lebih hal adalah seperti sungai yang airnya terperinci dan potensial yang tujuannya terpancar kemudian sebagiannya untuk keberhasilan proses pendidikan diserap tanah, sebagian lainnya akan bisa dijumpai seperti yang lebih mudah menguap ke udara dikemukakan oleh Imam Abu Hamid Al- sehingga tidak dapat memberikan Gazhali, sebagaimana terdapat dalam dampak positif terhadap ladang penelitian tesis Asari (2012: 129-146), tanaman; (3) Tidak sombong terhadap sebagaimana berikut: (1) Seorang orang yang berilmu dan tidak bertindak peserta didik harus membersihkan jiwa sewenang-sewenang terhadap guru. dari sifat-sifat jelek dan karakter yang Patuh terhadap guru ibarat patuhnya buruk seperti pemarah, rakus, pasien terhadap dokter yang sombong, egois, atau yang semacamnya. mengobatinya. Keterikatan ini harus Maka oleh sebab itu hendaknya harus benar-benar dimiliki peserta didik, senantiasa menekankan belajar adalah karena guru itu adalah tugas mulia yang ibadah spiritual; (2) Seorang peserta dimandatkan oleh Allah kepada didik adalah memusatkan perhatiannya manusia; (4) Menjaga diri dari secara penuh kepada studinya dan perdebatan-perdebatan atau khilafiyah jangan sampai terganggu oleh urusan- karena akan mengganggu dan urusan duniawi. Konsentrasi adalah membingungkannya. Hal ini sebuah kemestian. Maka dalam proses dimaksudkan untuk menjaga pembelajaran hendaknya harus mampu
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 152
mengurangi hal-hal yang tidak ada adalah peserta didik mempertimbang- kaitannya dengan belajar itu sendiri; kan dengan sungguh-sungguh (3) Seorang peserta didik harus hubungan antara cabang-cabang menghormati guru. Dia harus tunduk pengetahuan yang dia pelajari dengan dihadapan gurunya dan mematuhi tujuan akhirnya. Untuk tujuan ini dia setiap perintahnya. Peserta didik perlu mengetahui klasifikasi hendak banyak bertanya tapi dengan pengetahuan. Dia harus mesti syarat harus tetap punya adab yang mengetahui yang paling penting bagi baik terhadap gurunya. Adapun pencapaian tujuannya. penghormatan kepada guru ini Maka dengan demikian belajar sebetulnya dilihat hanya sebagai bagian bukanlah aktivitas yang mudah untuk dari penghormatan terhadap dilakukan. Meskipun seorang peserta pengetahuan dan sangat esensial dalam didik telah mendatangi sejumlah guru pendidikan Islam; (4) Peserta didik dan banyak membaca buku, namun wajib untuk menghindarkan diri dari hasil belajar yang baik belum tentu bisa keterlibatan dalam kontroversi dan dicapai. Belajar juga bukan hanya pertentangan akademis yang tidak mengandalkan kehadiran dalam arti bermafaat dan berfaedah; (5) Seorang fisik, tetapi harus disertai dengan peserta didik mesti berupaya maksimal kemauan, kesadaran, kesabaran, dan mempelajari setiap cabang masih banyak lagi sifat-sifat lain yang pengetahuan yang terpuji dan idealnya dimiliki setiap peserta didik. memahami tujuannya masing-masing; Dalam perspektif Islam, kepemilikan (6) Kewajiban dan tanggung jawab yang sifat-sifat yang juga merupakan tugas keenam dan ketujuh adalah peserta dan tanggung jawab peserta didik itu didik mesti memperhatikan dan merupakan persyaratan untuk mencermati sekuens logis dari disiplin- mempermudah jalannya proses disiplin ilmu yang sedang digelutinya pembelajaran, berhasilnya pencapaian dan kemudian mempelajarinya tujuan, berkahnya ilmu pengetahuan, berdasarkan skuens logis tersebut; (7) dan kemampuan mengamalkan ilmu Sementara kewajiban kedelapan adalah dalam kehidupan (Al Rasyidin, 2012: bahwa peserta didik memastikan 154). kebaikan dan nilai dari disiplin ilmu yang sedang di tekuni atau yang ingin dia tekuni; (8) Kewajiban kesembilan SIMPULAN adalah merumuskan tujuan belajar Dari berbagai deretan penjelasan secara benar. Tujuan ini haruslah di atas maka penulis mengambil penyucian jiwa dan pendekatan diri kesimpulan bahwa esensi peserta didik kepada Allah. Seorang tidak boleh tidaklah bakalan bisa untuk diketahui menuntu ilmu untuk tujuan duniawi jika tidak mengetahui hakikat atau seperti kekuasaan, pengaruh esensi dari manusia itu sendiri. Sebab dikalangan penguasa, atau sekedar peserta didik dalam Islam adalah membangakan diri sendiri, yang manusia dalam arti sempit, dan semua semuanya itu akan ada manfaatnya makhluk dalam arti luas, dan hakikat sama sekali. Oleh sebab itu seorang manusia itulah yang harus betul-betul peserta didik harus mengetahui bahwa untuk dipahami sehingga dalam siapapun yang menuntut ilmu dengan menangani para peserta didik tidak tujuan demi Allah, maka dia pasti akan terjadi kesalahan yang pada akhirnya mendapat manfaat dan kemajuan dalam akan membawa dampat negatif studinya; dan (9) Kewajiban kesepuluh dikemudian hari.
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 153
Adapun esensi manusia itu adalah DAFTAR RUJUKAN sebagai makhluk ciptaan Allah, dia bukanlah makhluk yang ada dan Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2006. bereksitensi dengan sendirinya, dan di Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT dalam diri manusia itu terdapat Rineka Cipta. beberapa unsur yaitu unsur al-jism dan Al Rasyidin. 2012. Falsafah Pendidikan al-ruh atau fisik dan psikis dengan kata Islami: Membangun Kerangka jasmani dan rohani. Nah, jasmani dan Ontologi, Epistimologi, dan rohani sama-sama memiliki daya yang Aksiologi Praktik Pendidikan. merupakan sebagai bentuk apresiasi Bandung: Citapustaka Media Allah terhadap manusia, karena dengan Perintis. itulah manusia akan bisa berbeda _________, 2009. Percikan Pemikiran dengan makhluk yang lainnya, misalkan Pendidikan. Bandung: binatang, syetan, malaikat, tumbuh- Citapustaka Media Perintis. tumbuhan dan sebagainya. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Kemudian dengan pemberian 1990. Konsep Pendidikan Dalam potensi-potensi itu baik potensi jasmani Islam. Terj. Haidar Bagir. maupun rohani semuanya sebetulnya Bandung: Mizan. pemberian Allah agar manusia itu tidak Asari, Hasan. 2012. Nukilan Pemikiran terlalu mudah untuk melupakan Klasik, Gagasan Pendidikan Abu kesaksian yang pernah ia proklamirkan Hamid Al-Ghazali. Medan: IAIN di alam arwah. Karena tujuan manusia Press. itu diciptakan bukanlah sesuatu yang Hafid, Anwar dkk., 2013. Konsep Dasar sia-sia belaka, tapi manusia diciptakan Ilmu Pendidikan. Bandung: untuk mengabdi kepada Allah dan Alfabeta. membesarkan-Nya. Sehingga dengan Jalaluddin. 2013. Teologi Pendidikan. potensi itulah manusia akan mampun Jakarta : Raja Grafindo Persada. untuk memenuhi itu semua. Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Kemampuan untuk itu tentu tidak Islam. Bandung: Pustaka Setia. hanya bisa berdiri sendiri tapi haruslah Nasution, Harun. 1989. Islam Rasional. ada bantuan dari orang dewasa, atau Jakarta: Mizan. bahasa yang lebih teknis pendidikan. Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Dengan pendidikan inilah peserta didik Islam, Pendekatan Historis, ditempa, baik ia jasmani mapun Teorits, dan Praktis. Jakarta: rohaninya agar semuanya bisa aktif Ciputat Pers. untuk membesarkan dan Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan mengagungkan Allah semata-mata. Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Dengan demikian hakikat peserta Roqib. Moh., 2009. Ilmu Pendidikan didik itu adalah individu yang Islam, Pengembangan Pendidikan membutuhkan bantuan agar mereka Integratif di Sekolah, Keluarga, dapat mengenal Allah yang dan Masyarakat. Yokyakarta: menciptakan mereka, sehingga mereka LkiS. dalam setiap aktivitasnya senantiasa Siddik, Œƒïˆƒ”. 2011. Konsep Dasar Ilmu selalu berada di jalan Allah yang Pendidikan Islam. Bandung: dirihdoi. Citapustaka Media Perintis. Supriono, Widodo. 1996. Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 154
Tafsir, Ahmad. 2008. Filsafat Pendidikan Tahun 2010 Tentang Islam, Integrasi Jasmani, Rohani Penyelenggaraan Pendidikan dan Kalbu Memanusiakan Serta Wajib Belajar. 2010. Manusia. Bandung: Remaja Bandung: Citra Umbara. Rosdakarya. Zainuddin dan Mohd. Nasir. 2010. Undang-Undang Republik Indonesia Filsafat Pendidikan Islam. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Bandung: Citapustaka Media SISDIKNAS & Peraturan Perintis Pemerintah Republik Indonesia .
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 155