Anda di halaman 1dari 3

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.

2
Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Sosial
Emosional
Oleh Sugiarto CGP Angkatan 8 Kabupaten Grobogan

Pendidik adalah menuntun anak dengan segala kodrat yang ada pada anak agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Pemikiran Ki Hajar dewantara tersebut mengingatkan bahwa tugas
pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat
membangun perhatian berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang
mengundang dan bermakna. Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh
kembang murid secara holistik yang mendorong anak mencapai perkembangan secara positif
baik untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekolah. Modul 2.2 tetang pembelajaran
sosial emosional untuk mencapai kompetensi sosial emosional yang dapat memberikan
pondasi kuat bagi murid untuk sukses diperbagai area kehidupan diluar akademik. Hasil
pembelajaran pada modul ini saya refleksikan melalui model 4F. Model ini dikembangkan oleh
Dr. Roger Greenaway. Model refleksi 4F tersebut meliputi :
A. Facts ( Peristiwa )
Peristiwa pemahaman modul 2.1 tentang Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid
Melalui Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) mulai dari diri untuk mengeksplore
pemahaman hubungan antara kompetensi sosial emosionaldengan peran seorang
pendidik. Melalui tahap eksplorasi konsep, banyak pemahaman baru yang saya
dapatkan tentang kompetensi sosial emosional (KSE). Sebagai pendidik dibutuhkan
perencanaan secara sadar akan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan
murid untuk mewujudkan kekuat (potensinya). Pembelajaran sosial emosional bertujuan
untuk meningkatkan 5 kompetensi sosial emosional, membentuk lingkungan belajar
yang suportif, dan meningkatkan sikap pada diri sendiri untuk dapat respek dan toleran
terhadap orang lain maupun lingkungan sekolah.
Pembelajaran sosial emosional sebagai pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah baik anak-anak maupun orang dewasa untuk
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional
Ada 5 kompetensi sosial emosional yang diterapkan untuk mencapai kekuatan
pondasi murid, yaitu :
a. Kesadaran diri
Sebagai kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri,
dan sebagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan
konteks kehidupan.
b. Manajemen diri
Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam
berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
c. Kesadaran sosial
Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang
lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang
berbeda-beda.
d. Keterampilan relasi
Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang
sehat dan suportif.
e. Keputusan yang bertanggung jawab
Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas
kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa
aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam
tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,
masyarakat dan kelompok.
Pemahaman ini semakin diperkuat dalam ruang kolaborasi melalui google meet
yang difasilitasi BBGP Jawa Tengah dengan di pandu oleh fasilitator. Melalui ruang
kolaborasi, masing-masing kelompok berdiskusi untuk merancang skenario
pembelajaran sosial emosional serta mengidentifikasi siapa yang dilibatkan, waktu dan
tempat pelaksanaan baik penguatan KSE bagi murid maupun penguatan KSE bagi
pendidik dan tenaga kependidikan.
B. Feelings ( Perasaan )
Pembelajaran sosial emosional (PSE) sebagai bagian dari proses pemenhan
kebutuhan mbelajar murid dengan menciptakan kondisi psikologis anak pada kondisi
erbaiknya melalui lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan. PSE
memberikan pengetahuan bagi CGP untuk mengenali KSE diri untuk dapat memberikan
pelayanan terbaiknya bagi murid dengan memperhatkan kondisi sosial emosional diri
sendiri maupun murid yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan sosial emosional melalui peningkatan kompetensinnya akan
mampu merancang pembelajaran sesuai yang dibutuhkan murid. Pengelolaan
kompetensi sosial emosional akan mencapai kesejahteraan psikologis (well being)
sehingga murid memiliki kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia.

C. Findings ( Pembelajaran )
Pembelajaran yang saya dapatkan melalui modul 2.2 tentang memenuhi
kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran sosial emosional. Melalui kegiatan
Demonstrasi Kontekstual CGP belajar mengenali emosi diri dan bagaimana mengelola
kompetensi sosial emosional sehingga dapat mendukung tugas kita dalam menjalankan
peran sebagai pendidik.
Sebagai pendidik, sebelum membelajarkan sosial emosional kepada murid perlu
mengelola dan memperkuat KSE untuk diri sendiri baru kemudian diterapkan dalam
pembelajaran. Guru adalah pribadi yang patut digugu dan ditiru melalui keteladanan ing
ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.
D. Future ( Penerapan )
Setelah mempelajari modul 2.2 saya belajar meningkatkan kompetensi sosial
emosional untuk diri sendiri. Saya membangun kesadaran untuk mengenali posisi sosial
emosional diri serta bagaimana untuk mengelola emosi tersebut melalui manajemen diri,
Ada 4 strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kompetensi sosial emosional
anak yaitu melalui pengajaran eksplisit, intregasi dalam praktek mengajar guru dan
kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah serta melalui
penguatan KSE bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Melalui pembelajaran sosial
emosional, guru dapat menerapkan strategi yang tepat untuk mendapatkan dan
mengelola sosial emosional baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain dalam
berbagai situasi.
Penguatan kompetensi sosial emosional bagi pendidik dan tenaga kependidikan
menjadi indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Penguatan
pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dapat
dilakukan melalui pemodelan (menjadi teladan), berkolaborasi, dan belajar
mengembangkan kapasitasnya sebagai pendidik.

Anda mungkin juga menyukai