Anda di halaman 1dari 5

Nama : Raina Adisya Ayumarsha

NPM : 2206036051
Departemen : Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Kewargaan Inklusif dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok Masyarakat

Kewargaan inklusif memiliki pengertian, yaitu merupakan sebuah konsep yang


mengedepankan hak-hak yang setara dan sama untuk semua warga negara, tanpa memandang
latar belakang yang dimiliki warga negara seperti agama, ras, jenis kelamin, orientasi seksual,
atau disabilitas yang dimiliki. Dalam kewarganegaraan inklusif mencakup konsep hak asasi
manusia yang meliputi kebebasan dalam berbicara dan berpendapat, berkumpul, dan
memiliki hak untuk meyakini kepercayaan masing-masing setiap warga negara, serta
kebebasan untuk tidak mengalami diskriminasi di dalam semua aspek kehidupan bernegara.

Selain itu, dalam kewarganegaraan inklusif juga menyertakan partisipasi aktif dari
warga negara dalam proses demokrasi. Hal ini mencakup memiliki hak untuk memilih dan
dipilih serta hak dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Proses praktik kewarganegaraan inklusif diperlukannya komitmen dari pihak pemerintah dan
masyarakat untuk mengedepankan kesetaraan dan keadilan, serta menghilangkan segala
bentuk diskriminasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan publik
dengan akses yang sama di bidang pendidikan, layanan kesehatan, dan menyediakan
kebutuhan dasar bagi masyarakat. Selain itu, pasar juga memiliki peran sebagai manajemen
pelayanan publik sehingga tidak terjadi monopoli dalam memberikan pelayanan publik.
Pelayanan yang diserahkan kepada negara secara keseluruhan akan menjadi tidak efektif dan
tidak efisien dalam kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu dibutuhkan peran pasar, tetapi
tidak sepenuhnya. Hal itu dikarenakan akan terjadi pola excludiary dan ekslusif apabila
terdapat warga yang kurang mampu dan tidak memiliki uang yang cukup untuk mendapatkan
pelayanan publik.

Kewarganegaraan inklusif dicerminkan dengan adanya retribusi barang publik (public


goods) yang dilaksanakan secara stimulant dan gradual kepada masyarakat tanpa memandang
latar belakang yang dimiliki oleh setiap warga negara. Kewarganegaraan inklusif juga
memiliki esensi untuk menguatkan sense of belonging ataupun sense of caring antara publik
dan negara. Selain itu, konteks inklusif ini perlu dibahas agar retribusi pelayanan publik dapat
dilakukan secara terarah sehingga semua warga dapat merasakan public goods secara
maksimal.

Kewarganegaraan inklusif merupakan konsepsi dasar mengenai perubahan kewargaan


yang awalnya berbasis hak dan kewajiban (state citizenship) menjadi pola kewargaan yang
berbasis pelayanan dan partisipatoris (participatory citizenship). Dalam hal ini, pelayanan
publik tetap diberikan oleh negara. Namun negara hanya berperan sebagai operator untuk
memastikan pembagian yang seimbang dan merata dalam pendistribusian pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh pasar. Di sini pasar bertindak sebagai eksaminator untuk
menjalankan perintah negara dalam memberikan pelayanan publik yang baik dan juga
memadai.

Pendefinisian kewargaan yang terbagi antara citizen (warga) dengan costumer


menjadikan pola kewargaannya menjadi ekslusif. Dengan pemahaman citizen, negara akan
bertindak secara absolut dalam menentukan dan mendefinisikan dari sebuah token of
membership dan menanggap warga negara sebagai membership. Hal tersebut menimbulkan
absolutisme yang akhirnya menyebabkan warga minoritas tidak mendapatkan pelayanan
publik dengan layak serta hak dan kewajibannya tidak terpenuhi. Di Indonesia masih terdapat
kelompok – kelompok minoritas yang belum terpenuhi haknya seperti komunitas Samin,
Kaharingan, dan lainnya dikarenakan perbedaan agama dan kepercayaan.

Sementara itu, jika ditinjau mengenai pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pasar,
di mana proses yang terjadi akan menerapkan supply and demand karena pemberian
pelayanan publik dilakukan dengan cara jual-beli. Hal ini akan berkairan dengan privatisasi
public goods yang dijadikan sebagai komoditas dagang. Perolehan pelayanan publik akan
lebih ringkas tetapi jika dilakukan secara transaksional akan menghasilkan stratifikasi sosial
yang menimbulkan diskriminasi. Penduduk yang kaya akan mendapatkan pelayanan yang
memuaskan. Sementara itu, penduduk miskin memperoleh pelayanan yang standar, atau
bahkan tidak memuaskan serta tidak adanya kesejahteraan yang merata.

Di Indonesia sendiri kewarganegaraan inklusif belum diwujudkan secara menyeluruh.


Hal tersebut disebabkan beberapa alasan. Pertama, pelayanan publik di Indonesia masih
bersifat diskriminatif terutama untuk kelompok minoritas. Kedua, kajian pelayanan publik di
Indonesia masih kabur atau kurang jelas dalam paradigmanya dan terkesan masih diuji
cobakan. Ketiga, Indonesia masih terlalu sentral dalam mendefinisikan warga negaranya.
Keempat, pembangunan paradigma pelayanan publik di Indonesia masih eksperimentatif dan
belum memiliki dasar yang kuat. Kelima, dimensi basis kewarganegaraan Indonesia belum
sepenuhnya berbasis pelayanan. Namun hanya sebatas pemenuhan hak dan kewajiban. Di
Indonesia juga masih ada yang melaksanakan pelayanan publik secara ekslusif dengan
memberikan pelayanan kepada warga negaranya dengan setengah hati. Hal tersebut,
sebenarnya masih cukup banyak terjadi di Indonesia, pelayanan publik yang bersifat eksklusif
sering kali terjadi pada layanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan melalui BPJS (Badan
Penyedia Jaminan Sosial Kesehatan). Tidak jarang masyarakat seringkali diberikan layanan
yang berbeda ketika melakukan proses administrasi menggunakan BPJS dan apabila
dilakukan secara pribadi.

Pelayanan publik berupa kegiatan atau proses yang dilakukukan dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan kepuasan maksimal bagi masyarakat.
Pelayanan publik dapat berupa pelayanan transportasi, pelayanan sosial publik, pelayanan
kesehatan, mendapatkan pendidikan yang layak, serta terpenuhinya kebutuhan dasar seperti
pangan dan sembako untuk masyarakat, dan masih banyak lagi bentuk pelayanan public yang
ada. Pelayanan publik akan terus berkembang dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman.

Di Indonesia pelayanan tersebut meskipun disediakan oleh pemerintah tetapi juga


dilaksanakan oleh pasar sebagai mediator. Oleh karena itu, pelayanan publik di Indonesia
tidak semerta-merta gratis tetapi dapat diperoleh dengan biaya yang cukup ringan. Namun,
pada satu tahun terakhir sejak 2022 hampir semua kebutuhan masyarakat Indonesia
mengalami kenaikan harga.

Kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan pangan. Harga sembako pada
tahun 2022 terus mengalami kenaikan. Dalam satu tahun kenaikan harga sembako terjadi
beberapa kali. Hal ini membuat tidak sedikit masyarakat yang merasa keberatan karena
kenaikan harga sembako tidak diikuti dengan kenaikan gaji masyarakat. Dalam satu tahun
rata-rata kenaikan gaji hanya sebesar 31% sedangkan rata-rata kenaikan beberapa sembako
seperti telur, minyak, bawang, cabai, dan daging ayam lebih dari 36%. Hal tersebut tentunya
menggerakan para warga untuk menuntut penurunan harga dengan melakukan aksi demo.
Kenaikan harga sembako disebabkan karena masa peralihan dari pandemic covid-19 dan
disebabkan karena konflik peperangan antara Ukraina dan Rusia yang menyebabkan inflasi
hampir di semua negara di seluruh dunia.

Tidak hanya kebutuhan pangan saja melainkan kebutuhan pendidikan pun juga
mengalami kenaikan. Meskipun masyarakat Indonesia memiliki opsi untuk menempatkan
anaknya di sekolah negeri atau swasta. Akan tetapi, kebutuhan untuk mendukung kegiatan
belajar seperti alat tulis, seragam, serta peralatan lainnya juga mengalami kenaikan harga
pada tahun 2022. Pada sekolah swasta kenaikan iuran SPP (Sumbangan Pembinaan
Pendidikan) dan biaya untuk gedung selalu mengalami kenaikan sebesar 10% sampai 15%
setiap tahunnya. Hal itu berpotensi menyebabkan banyak masyarakat yang ingin
menyekolahkan anaknya di sekolah negeri karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih
terjangkau. Namun, sayangnya ketersediaan sekolah negeri di Indonesia masih belum cukup
untuk menampung para pelajar sehingga banyak masyarakat mengenah ke bawah yang
terpaksa menempuh pendidikan di sekolah swasta dan bahkan ada yang sampai putus sekolah
karena keterbatasan biaya pendidikan. Akan tetapi, terdapat juga orang tua yang ingin
anaknya sekolah di swasta karena kurikulumnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
anak dan orang tuanya. Selain itu, angka rata-rata anak yang putus sekolah juga mengalami
peningkatan sebesar 10 kali lipat pada tahun 2022.

Pelayanan dalam bidang pendidikan tentunya merupakan tanggung jawab negara,


yaitu dengan membiayai sekolah negeri dan memberikan subsidi kepada sekolah swasta.
Namun, pemerintah juga tetap harus mendukung sekolah-sekolah swasta yang menerapkan
kurikulum luar negeri atau campuran sehingga jika terdapat masyarakat yang mampu untuk
bersekolah di tempat yang menyediakan fasilitas lebih dari standar sekolah lainnya, hal itu
dapat meringkankan beban pemerintah dalam menyediakan pendidikan. Namun, tetap
berdasarkan minat pasar.

Selain itu, pelayanan kesehatan juga mengalami kenaikan. Seperti yang kita ketahui
apabila di Indonesia terdapat jaminan kesehatan yang disebut sebagai BPJS. Iuran yang
ditentukan oleh BPJS adalah berdasarkan kelas yang terdiri atas kelas I, kelas II, dan kelas III
dan dapat dipilih dengan kemampuan para masyarakat. Pada tahun 2019 iuran BPJS
mengalami kenaikan yang cukup tinggi, kurang lebih mengalami kenaikan sebesar 50%
setiap kelasnya. Hal itu menimbulkan tuntutan dari pihak KPCDI yang mengguggat bahwa
jika kenaikan iuran BPJS harus sejalan dengan kenaikan fasilitas layanan kesehatan untuk
masyarakat, dan membuat iuran BPJS diturunkan Kembali dan untuk kelas III mendapatkan
subsidi dari pemerintah. Selain itu, terdapat juga program PBI (Peserta Bantuan Iuran) yang
memiliki tarif sebesar 42 ribu rupiah. Akan tetapi, iuran tersebut dibayarkan sepenuhnya oleh
pemerintah. Program ini juga dikhususkan oleh masyarakat kelas bawah yang berhak untuk
mendapatkan bantuan tersebut.

Kewargaan inklusif dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat memiliki


korelasi dan hubungan yang erat. Kewargaan inklusif merujuk pada kesetaraan hak dan
keterlibatan masyarakat dalam menentukan hal yang berkaitan dengan kebutuhan dan
kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik tanpa adanya diskriminasi atau pengecualian.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, terutama masyarakat Indonesia
meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan pekerjaan.

Dengan kewargaan yang inklusif warga negara Indonesia dapat merasakan adanya
keadlian dan merasa terlibat dalam pembangunan nasonal, sehingga dapat nilai kesetaraan
dan meningkatkan kemakmuran bagi warga negara. Dalam mewujudkan kewargaan inklusif
diperlukan adanya kerja sama antar pemerintah dan masyarakat Indoneisa. Kerja sama
tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan seperti
memperkuat jaminan sosial, memberbaiki infrastruktur, meningkatan ketersediaan lapangan
kerja, dan memberikan akses yang lebih luas pada layanan kesehatan dan pendidikan.
Sehingga masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya harus mendapatkan pelayanan publik
secara inklusif.

Meskipun Indonesia belum mencapai kewargaan yang inklusif sepenuhnya. Namun


masyarakat dan pemerintah telah melakukan inisiatif yang meningkatkan inklusivitas
pelayanan publik di Indonesia, yaitu dengan memperluas jangkauan pelayanan publik dengan
program-program digitalisasi sehingga masyarakat dapat mendapatkan dan mengakses
pelayanan publik tanpa harus datang ke kantor pemerintah. Dalam hal ini, untuk terus
meningkatkan inklusivitas pelayanan publik di Indonesia perlu adanya upaya terus menerus
dari pemerintah, masyarakat, dan seluruh pihak.

Anda mungkin juga menyukai